Anda di halaman 1dari 16

DEFINISI BERMAIAN DAN PERMAIAN

HAKIKAT BERMAIN DAN PERMAINAN

Disusun oleh
Anggy Widia Ramadanti (2018142008 )
Sintaully Eneste (2018142011)
Rana Balqis Farisa (2018142014)
Novi Anggraini (2018142026)
Eka Marethi Miliani Putri (2018142033)

Mata kuliah : Permainan Tradisional


Dosen pengampu : Fatma Rizki Intan M. Pd

UNIVERSITASPGRI PALEMBANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAKUSIA DINI

TAHUNAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Defenisi Bermain dan Permaian dan Hakikat Bermain dan
Permainan”

Kemudia kami ucapkan terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada dosen pengampu
ibu Fatma Rizki Intan M.Pd yang memberikan tugas mata kuliah Permainan Tradisional,
sehingga menambah wawasan kami tentang kekerasan dalam dunia pendidikan tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun .
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita semua, aamiin. kami ucapkan
terimakasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 3 Maret 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………………….

Kata Pengatar ………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………....

 Latar belakang ……………………………………………………………...

 Rumus maslahah ……………………………………………………………

 Tujuan penulisan …………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….

 Definisi Bermain dan Permainan…………………………………………….

 Hakikat Bermain dan Permainan……….…………………………………...

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….

 Kesimpulan………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bermain adalah kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai
nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakan
sarana untuk mengubah kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi berbagai
kemampuan dan kecakapan dalam kehidupan anak kelak. Melalui bermain, anak mendapatkan
berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya. Dengan stimulasi bermain pula anak
dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, sehingga memberikan dasar yang kokoh dan
kuat bagi pemecahan kesulitan hidupnya di kemudian hari. Anak-anak perlu menjelajahi
lingkungannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Kegiatan bermain berlangsung
dalam jenis tertentu dengan tingkat yang berbeda-beda. Anak adalah pemimpin alami bagi
permainan mereka sendiri. Perkembangan anak dapat didukung melalui penataan lingkungan
bermain yang baik. Menjadi tugas orang tua dan pendidik untuk menyajikan lingkungan bermain
yang kondusif yang mampu membantu proses stimulasi bagi optimalisasi perkembangan anak
usia dini. Bermain juga memiliki arti yang sangat penting bagi anak usia dini dalam
kehidupannya. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan berbagai usaha optimalisasi untuk
menyajikan kegiatan bermain yang kondusif yang bermanfaat bagi perkembangan anak.
Orangtua dan guru perlu memahami hakikat bermain dan permainan yang meliputi makna
bermain, berbagai jenis permainan, tahapan bermain anak, syarat bermain yang baik bagi
perkembangan anak usia dini serta bagaimana contoh-contoh kegiatan bermain dan permainan
yang disenangi dan dapat dilakukan oleh anak. Disamping itu hendaknya orangtua dan pendidik
dapat berperan\sebagai pendamping atau ’teman’ bermain yang baik bagi anak, yaitu sebagai
fasilitator dan motivator sehingga dapat mengarahkan kegiatan bermain yang edukatif

B.Rumusan Masalah
1. Apa definisi bermain dan permaian?
2. Apa saja hakikat bermain dan permaian?

C.Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi bermaian dan permainan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui hakikat bermaian dan permainan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Bermain dan Permainan


1. Pengertian Bermain
Kata bermain mungkin terdengar kurang serius, hanya untuk mengisi waktu luang saja,
walaupun tidak dilakukan oleh anak. Padahal bagi anak-anak kegiatan bermain merupakan
kegiatan yang sangat mutlak dibutuhkan, sebab dunia anak adalah dunia bermain, bagaimana
mereka memahami dunianya adalah melalui bermain. Menurut pendapat Sudono (2003:65),
bermain adalah pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak dan bermain
merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi anak itu sendiri. Melalui bermain anak
memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Para ahli psikologi anak menekankan
pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami dan
sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang
erat dengan lingkungan Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban.
Menurut Hurlock (1993: 22), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga dapat
dikatakan sebagai aktivitas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan
kenikmatan. Bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak,
dengan kegiatan tersebut anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Bennett
mengemukakan bahwa permainan mempunyaifungsi pendidikan dan perkembangan karena
memampukan anak untuk mengendalikan perilaku mereka dan menerima keterbatasan di dunia
nyata serta melanjutkan perkembangan ego dan pemahaman atas realitas.
Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang individu yang
sifatnya menyenangkan, menggembirakan, dan menimbulkan kenikmatan yang berfungsi untuk
membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan
emosional. Bermain merupakan kegiatan santai, menyenangkan tanpa tuntutan (beban) bagi
anak. Bermain juga merupakan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak dapat
memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan demensi motorik, kognitif, kreatifitas, emosi,
sosial, nilai, bahasa dan sikap hidup.
2. Fungsi dan Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak Usia Dini Bermain
merupakan kegiatan yang menimbulkan “kenikmatan”, dan kenikmatan itu menjadi
rangsangan bagi perilaku lainnya. Bermain berfungsi juga sebagai pemicu kreativitas, anak yang
banyak bermain akan meningkatkan kreativitasnya. Dengan bermain anak akan melakukan
segalanya, mencoba, mengeksplorasi sehingga pada akhirnya akan muncul ide-ide kreatifnya
untuk bermain. Pada hakikatnya melalui aktivitas bermain dapat merangsang dan
mengembangkan seluruh perkembangannya baik fisik maupun psikis. Fungsi dan manfaat
bermain meliputi seluruh aspek perkembangan seperti diuraikan berikut:
a. Perkembangan kognitif Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk,
warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya.
Anak juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal
dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
b. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu
memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak. Dalam
melakukan aktivitas permainan, anak dituntut harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka
dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak
lain ketika bermain. Contohnya saat bermain drama anak diminta berimajinasi aktif bercakap-
cakap dengan anak lain tentang hal yang terkait dengan cerita pada drama tersebut.
c. Perkembangan Moral Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima
kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya. Apabila anak
mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka
menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar
harus bertanggungjawab. Melalui permainan, anak akan melakukan hubungan dan komunikasi
dengan anggota kelompok atau teman sebaya lainnya, sehingga ini akan melatih anak belajar
bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang.
d. Perkembangan Sosial dan Emosional Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar
membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong
menolong dan berlatih sikap sosial lainnya. yang menggunakan alat permainan. Bermain
merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar
untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa
jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara
terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
e. Perkembangan Fisik Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh
otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
Permainan menitik beratkan anak pada keterampilan dalam mengkoordinasikan gerakan motorik
maupun motorik halus. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas anak yang dilakukan secara berulang-
ulang seperti berlari, memanjat, naik sepeda, lompat dan dapat memperkirakan tingginya suatu
pohon dengan kemampuan untuk memanjat pohon tersebut sehingga hal ini akan
mengembangkan fisik-motorik anak.
f. Perkembangan Kreativitas Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam
bermain anak mendapatkan kebebasan. Melalui coba-coba dalam bermain, anak-anak akan
menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
3. Tahapan Bermain Pada Anak Usia Dini
Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak usia dini dapat beraneka ragam, hal ini
sesuai dengan pengalaman dan usianya. Dimulai dari permainan yang sederhana/ bebas sampai
kepada permainan yang komplek atau memiliki aturan bermain, dari hanya mengamati
permainan orang lain sampai kepada terlibat kedalam permainan secara berkelompok. Menurut
Parten dan Rogers dalam (Dockett, 2007:62), anak usia dini mengalami suatu proses dan tahapan
dalam melakukan aktivitas bermain, yaitu:
1) Unoccupied atau tidak menetap Anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut
bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan-jalan, tetapi tidak terjadi
interaksi dengan anak yang bermain.
2) Onlooker atau penonton/pengamat Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain,
tetapi anak sudah mulai bertanya dan lebih mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak
sudah mulai muncul ketertarikan untuk bermain. Setelah mengamati anak biasanya dapat
mengubah caranya bermain.
3) Solitary independent play atau bermain sendiri Tahap ini anak sudah mulai bermain, tetapi
bermain sendiri dengan mainnya, terkadang anak berbicara kepada temannya yang sedang
bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan anak lain.
4) Parallel activity atau kegiatan paralel Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum
terjadi interaksi dengan anak lainnya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada didekat
anak yang lain. Pada tahap ini anak juga tidak memengaruhi anak lain dalam bermain dengan
permainannya.

5) Assosiative play atau bermain dengan teman Pada tahap terjadi interaksi yang lebih kompleks
pada anak. Dalam bermain anak sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain. Terjadi tukar
menukar mainan atau anak mengikuti anak lain. Meskipun anak dalam kelompok melakukan
kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang
khusus atau belum terjadi diskusi untuk mencapai satu tujuan bersama, serta membangun
bangunan dengan perencanaan. Tetapi, masing-masing dapat sewaktu-waktu meninggalkan
permainan kapan saja ia mau, tanpa perlu merusak mainan.

6) Cooperative or organized suplementary play atau kerja sama dalam bermain atau dengan
aturan. Saat anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan masingmasing menjalankan
peran yang saling memengaruhi satu sama lain. Anak bekerja sama dengan anak lain untuk
membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi
oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam bermain. Bermain merupakan
proses kegiatan harian anak usia dini. Anak biasanya melakukan aktivitas bermain dengan
caranya sendiri. Namun seiring usia dan pengalamannya tentang bermain bertambah, mereka
akan melakukan aktivitas bermain secara bersama-sama sesuai dengan keinginannya. Tahapan
aktivitas bermain yang dilakukan anak dari hanya mengamati sampai mampu melakukan suatu
permainan secara berkelompok melalui aturan tertentu.

4. Bentuk dan Jenis Permainan Anak Usia Dini

Berdasarkan cara bermainnya, jenis permainan pada anak usia dini dapat dibagi kedalam
dua jenis macam permainan, yaitu:

a.Permainan aktif, Bermain aktif dapat diartikan sebagai kegiatan yang banyak
melibatkan aktivitas tubuh, pemain dalam permainan ini membutuhkan energi
yang besar.
Dalam melakukan permainan aktif biasanya anak akan melibatkan dua jenis
motorik, yakni motorik kasar dan halus. Misalnya: bermain bebas dan spontan
yaitu anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya melalui aktivitas
fisik, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut; bermain drama;
bermain musik; mengumpulkan atau mengkoleksi sesuatu; permainan olah
raga; permainan dengan balok; permainan dalam melukis menempel atau
menggambar.
b. Permainan pasif Permainan pasif merupakan jenis permainan yang hanya
melibatkan sebagian anggota tubuh anak atau hanya mengandalkan motorik
halusnya. Pemain menghabiskan sedikit energi. Misalnya: bermain dengan
gadget atau komputer, menonton adegan lucu, membaca buku cerita,
mendengarkan cerita, menonton televisi dan mengingat nama-nama benda
adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi tingkat
kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah
besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat bermain. Berkaitan dengan
bentuk-bentuk permainan, Kartono (1996:58) mengemukakan terdapat tiga
bentuk permainan yang dimainkan anak bagi usia dini, yaitu:
a. Permainan gerakan, anak-anak bermain bersama teman-temannya,
melakukan kerja sama dengan beraneka ragam gerak dan olah tubuh.
b. Permainan memberi bentuk, kegiatan memberi bentuk pada fase permulaan
berupa kegiatan destruktif seperti meremas-remas, merusak, mencabik-cabik,
mempreteli dan lain-lain. Makin lama anak dapat memberikan bentuk yang
lebih konstruktif pada macam-macam materi yang disediakan.
c. Permainan ilusi, pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan
penting, misalnya sebuah sapu difantasikan sebagai kuda tunggangan, bermain
dokter-dokteran dan lain-lain. Melalui permainan ini anak menggunakan
fantasi mereka untuk mewujudkan kreasinya.
Selanjutnya dalam prakteknya, Solehudin (2010:31) berpendapat bahwa
jenis-jenis permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak usia dini terbagi
dalam dua, yakni: (1) bermain bebas dan (2) bermain terpimpin.
1) Bermain Bebas Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri
kegiatan yang diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain
bebas merupakan bentuk bermain aktif, baik dengan alat maupun tanpa alat,
didalam maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak membutuhkan
tempat, waktu, peralatan bermain, serta kebebasan. Kebebasan yang diberikan
adalah kebebasan yang tertib, yaitu kebebasan yang bertanggungjawab.
Kebebasan tersebut diarahkan pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap.
Dalam kegiatan bermain bebas, tugas seorang guru atau pendidik adalah
melakukan observasi terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak
untuk lebih aktif bermain. Adapun contoh-contoh bermain bebas yang biasanya
dilakukan anak usia dini antara lain: bermain pasir/air, bermain balok, bermain
alat manipulatif, bermain perpustakaan, bermain di luar dan lain sebagainya.
2) Bermain Terpimpin Bermain terpimpin adalah permainan yang dilakukan
dengan mengikuti aturan-aturan tertentu sesuai dengan jenis permainannya.
Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan terikat pada
peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Contoh-contoh permainan
terpimpin yang biasa dilakukan anakanak usia dini antara lain: bermain peran,
bermain sudut rumah tangga, bermain dalam lingkaran, bermain dengan
nyanyian, bermain dengan alat dan lain-lain.

5. Syarat-syarat Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini Dalam merancang dan
melaksanakan suatu permainan bagi anak, seorang pendidik/ orang tua harus memperhatikan
beberapa syarat-syarat penting agar bermain dan permainan tersebut memberikan manfaat yang
maksimal bagi perkembangan anak usia dini. Adapun syarat bermain dan permainan untuk anak
usia dini yaitu:

a. Waktu Bermain Anak harus memiliki waktu yang cukup dalam bermain.
Masa usia dini merupakan masa bermain, bukan masa anak untuk dipaksa
belajar atau bekerja. Saat yang tepat untuk anak bermain dapat disesuaikan
dengan jenis permainan. Jika permainan di luar ruangan sebaiknya dilakukan
pada pagi hari atau sore hari, agar anak merasa nyaman dengan udara yang
sejuk dan tidak panas.
b. Peralatan Bermain Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak
dan taraf perkembangannya. Alat permainan hendaknya memenuhi
kriteriakriteria sebagai berikut: aman bagi anak, berfungsi mengembangkan
seluruh aspek perkembangan anak, dapat dimainkan secara bervariasi, sesuai
kemampuan anak, mudah didapat dan dekat dengan lingkungan anak, menarik
dari segi warna dan bentuk atau suara, alat permainan tahan lama, diterima oleh
semua budaya, serta memiliki ukuran, bentuk dan warna sesuai usia anak dan
taraf perkembangannya.
c. Teman Bermain Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman
bermain jika ia memerlukan. Teman bermain dapat ditentukan anak sendiri ,
apakah itu orangtua, saudara atau temannya. Jika anak bermain sendiri, maka ia
akan kehilangan kesempatan belajar dari temantemannya. Sebaliknya kalau
terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak
tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan
menemukan kebutuhannya sendiri.
d. Tempat Bermain Untuk bermain perlu disediakan tempat bermain yang
cukup untuk anak sehingga anak dapat bergerak dengan bebas. Luas tempat
bermain dapat disesuaikan dengan jenis permainan dan jumlah anak yang
bermain.
e. Aturan Bermain Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri,
meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang lain baik guru atau
orangtua. Cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak akan
mendapat keuntungan lebih banyak lagi. Jadi permainan yang baik adalah
permainan yang ada cara/aturan bermainnya. Dengan demikian agar suatu
kegiatan bermain dapat memiliki fungsi dan kebermanfaatan bagi
perkembangan anak hendaknya kegiatan bermain tersebut mememuhi
persyaratan-persyaratan dari segi waktu, peralatan, teman bermain, tempat serta
memiliki suatu aturan permainan yang disepakati

B.Hakikat Bermain dan Permainan


Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak
bermain adalah hidup dan hidup adalah bermain. (Mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati
permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan.
Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang,
sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang kegiatan bermain sebagai
sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan, selain itu
kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri dengan siapa ia hidup
serta lingkungan tempat dimana ia hidup.
Selanjutnya Dockett dan Fleer (2000:41-44) Berpendapat bahwa bermain merupakan
kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan Sangat
berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka
mencapai suatu hasil akhir.
Kata bermain mungkin terdengar kurang serius, hanya untuk mengisi waktu luang saja,
walaupun tidak dilakukan oleh anak. Padahal bagi anak-anak kegiatan bermain merupakan
kegiatan yang sangat mutlak dibutuhkan, sebab dunia anak adalah dunia bermain, bagaimana
mereka memahami dunianya adalah melalui bermain. Menurut pendapat Sudono (2003:65),
bermain adalah pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak dan bermain
merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi anak itu sendiri. Melalui bermain anak
memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Para ahli psikologi anak menekankan
pentingnya bermain bagi anak. Bagi 8anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami dan
sangat berarti.
Dengan bermain anak mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat
dengan lingkungan Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari
luar atau kewajiban. Menurut Hurlock (1993: 22), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga
dapat dikatakan sebagai aktivitas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan
kenikmatan. Bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak,
dengan kegiatan tersebut anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Bennett
mengemukakan bahwa permainan mempunyaifungsi pendidikan dan perkembangan karena
memampukan anak untuk mengendalikan perilaku mereka dan menerima keterbatasan di dunia
nyata serta melanjutkan perkembangan ego dan pemahaman atas realitas.
Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang individu yang
sifatnya menyenangkan, menggembirakan, dan menimbulkan kenikmatan yang berfungsi untuk
membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan
emosional. Bermain merupakan kegiatan santai, menyenangkan tanpa tuntutan (beban) bagi
anak.
1. Karakteristik Bermain Pada Anak Usia Dini
Jeffrey, McConky dan Hewson (1984:15-18) berpendapat bahwa terdapat enam
karakteristik kegiatan bermain pada anak usia dini.
1. Bermain muncul dari dalam diri anak
2. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati
3. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya
4. Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil
5. Bermain harus didominasi oleh pemain
6. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain
Klasifikasi dan jenis permainan
1. Kreasi terhadap objek ( objek creation).
2. Cerita bersambung ( continuing story').
3. Permainan drama kreatif ( create dramatic play)
4. Gerakan kreatif ( creative questioning)
5. Pertanyaan kreatif ( creative questioning).

Fungsi dan Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak Usia Dini


Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan “kenikmatan”, dan kenikmatan itu
menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Bermain berfungsi juga sebagai pemicu kreativitas,
anak yang banyak bermain akan meningkatkan kreativitasnya. Dengan bermain anak akan
melakukan segalanya, mencoba, mengeksplorasi sehingga pada akhirnya akan muncul ide-ide
kreatifnya untuk bermain. Pada hakikatnya melalui aktivitas bermain dapat merangsang dan
mengembangkan seluruh perkembangannya baik fisik maupun psikis. Fungsi dan manfaat
bermain meliputi seluruh aspek perkembangan seperti diuraikan berikut:
Perkembangan kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan
jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya.
Perkembangan Bahasa
Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya
perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak. Dalam
melakukan aktivitas permainan, anak dituntut harus belajar berkomunikasi dalam arti
mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang
dikomunikasikan anak lain ketika bermain.
Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi
pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
Perkembangan Sosial dan Emosional
Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan
sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih
sikap sosial lainnya. yang menggunakan alat permainan.
Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya,
sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak
mendapatkan kebebasan.
KESIMPULAN

Bermain merupakan kegiatan santai, menyenangkan tanpa tuntutan (beban) bagi anak. Bermain
juga merupakan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak dapat memuaskan
tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreatifitas, emosi, sosial, nilai,
bahasa dan sikap hidup. Aktivitas bermain yang dilakukan anak usia dini sesuai dengan sesuai
dengan usia dan tahapan perkembangannya, yaitu dimulai dengan hanya mengamati hingga anak
mampu melakukan aktivitas permainan secara berkelompok. Melalui bermain anak memperoleh
kesempatan dan pengalaman yang dapat merangsang proses perkembangannya dari semua aspek
perkembangannya meliputi: nilai agama dan moral, kognitif, fisik-motorik, bahasa, sosial dan
emosional, serta seni dan kreativitas. Suatu permainan yang akan dilakukan anak usia dini
hendaknya harus mememuhi beberapa persyaratan penting, yaitu: waktu yang cukup, peralatan
yang memadai, teman bermain, tempat serta memiliki aturan bermain. Sehingga permainan yang
dimainkan tersebut mempunyai fungsi dan kebermanfaatan bagi perkembangannya. Adapun
bentuk dan jenis permainan pada anak usia dini dapat berupa bermain pasif dan aktif serta
bermain bebas dan bermain terpimpin.
DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono (2003). Bermain Sebagai sarana Utama Dalam Perkembangan dan Belajar
Anak (Anak Usia Dini). Jakarta: Gramedia.

Dockett, etc. (2007). Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition. Washinton DC: Teaching
Strategies, 2007.

Hurlock, Elizabeth, B., (1993). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kartini, Kartono (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar


Maju. Solehudin, M. (2010). Bermain merupakan Sarana Yang Unik dan Alami bagi
Perkembangan dan Belajar Anak. Jurnal Pendidikan.

Sujiono, nuraini Yuliani. 2016. " Konsep dasar pendidikan anak usia dini ". Jakarta. Indeks

Http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/assibyan/article/download/1334/1056/

Http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/assibyan/article/view/1334

Anda mungkin juga menyukai