Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BERMAIN DAN KREATIVITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bermain dan Permainan AUD

Dosen Pengampu

Dra. Inna Ratu Kania, M.Pd

Disusun oleh :

Eva Wardah Maolidah

2023120005

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI

BANDUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bermain dan Kreatifitas”.
Shalawat dan salam senantiasa kita ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan kaum muslimin, semoga kita senantiasa tetap istiqomah dalam menjalankan
ajaran-ajarannya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bermain dan Permainan.
Selain dari itu makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui keterkaitan antara
bermain dan kreatifitas anak usia dini, serta dapat mengetahui kegiatan bermian bagi anak
usia dini merupakan cara mereka mengembangkan pengetahuan. Dengan demkian kami
sebagai penulis mengharapkan pembaca dapat memahami materi yang dibahas di dalam
makalah ini.

Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik serta saran terhadap makalah
ini.

Bandung, 10 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ..................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Pendahuluan ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian Bermain ................................................................................. 3
B. Pengertian Kreatif ................................................................................... 6
C. Bermain Kreatif ........................................................................................................ 8
D. Pengembangan Kreativitas melalui Bermain ............................................ 13
BAB III .................................................................................................................. 16
PENUTUP.............................................................................................................. 16
A.Simpulan .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar
waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain dapat digunakan sebagai
media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah
bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan
atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan
informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak.
Bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk
menjadi manusia seutuhnya. melalui kegiatan bermain anak bisa mencapai
perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial (Prasetyono, 2007).
Kreativitas bagi anak-anak adalah suatu permainan. Sejak masih bayi, mereka
telah mengembangkan berbagai macam permainan kreatif. Oleh karena itumetode
pembelajaran dengan permainan adalah langkah awal menujupencapaian kreativitas
siswa. Anak belajar melalui pengalaman, bakat seorang anak akan tumbuh dan
berkembang melalui pengalamannya (Santoso, 2003).
Setiap manusia memiliki potensi kreatif. Untuk dapat mengembangkan potensi
kreatifnya diperlukan suatu upaya yang kreatif agar anak tumbuh optimal dengan
kondisi nyaman dan menyenangkan. Dunia bermain adalah dunia anak. Melalui
bermain anak dapat mempelajari banyak hal tanpa merasa terbebani. Aneka ragam
bermain membuat anak merasa asyik sehingga merangsang perkembangannya. Jenis
bermain dan alat permainan yang digunakan hendaknya sesuai dengan kebutuhan
anak. Dengan memberikan lingkungan yang merangsang perkembangan anak dapat
membantu meningkatkan potensinya.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan
anak. Selain itu, bermain manjadi cara yang baik bagi anak dalam memahami diri,
orang lain, dan lingkungan. Pada saat bermain, anak-anak mengarahkan energi
mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka pilih sehingga aktivitas ini
merangsang perkembangannya. Bagi anak, bermain membawa harapan tentang dunia
yang memberikan kegembiraan, memungkinkan anak berkhayal tentang sesuatu atau
seseorang. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak
1
karena melalui bermain anakdapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan
dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup
(Moeslichatoen, 1998: 32).
Sebagai orang tua atau pendidik perlu mengembangkan serta memberikan
berbagai stimulasi positif agar anak dapat menjadi kreatif. Kreativitas anak dapat
dilihat dari cara bermain. Melalui bermain anak belajar mengenal diri dan
lingkungannya, karena dengan bermain anak belajar. Ada berbagai macam jenis
permainan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kreativitas anak, mulai dari
yang bermain sederhana sampai yang kompleks baik dengan alat maupun tanpa alat.
Tentunya semua berlandaskan perkembangan anak.
Dalam bermain anak memiliki kesempatan mengekspresikan sesuatu yang ia
rasakan dan pikirkan. Dengan bermain anak sebenarnya sedang mempraktikkan
ketrampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain yang berarti
mengembangkan otot besar dan halus, meningkatkan penalaran dan memahami
kebenaran lingkungannya, membentuk daya imajinasi dan kreativitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penulisan makalah ini mengkaji
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa itu Bermain ?
2. Apa itu Kreativitas ?
3. Apa itu Bermain Kreatif ?
4. Mengembangkan Kreativitas melalui bermain ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan,
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian bermain.
2. Pengetahui pengertian kreativitas
3. Mengetahui pengertian bermain kreatif
4. Mengetahui cara mengembangkan kreativitas melalui bermain

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bermain
1. Pengertian Bermain
Buizinga (dalam F.J. Monks, 2002) mengungkapkan bahwa bermain ialah
merupakan tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas-batas
tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat tetapi diakui secara suka
rela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang
dan senang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan sesuatu yang lain
daripada kehidupan biasa. Kemudian bermain juga dapat diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978). Selaras dengan yang
dikemukakan oleh Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak
mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil
akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar. (Hurlock, 1978).
Selanjutnya Sigmund Freud dalam teori psikoanalisanya (dalam Johnson, dkk,
1999:6) mengemukakan bahwa bermain ialah sama dengan fantasi atau lamunan.
Sedangkan menurut tokoh yang tergabung dalam teori kognitif antara lain; Jean
Piaget (dalam Catron dan Allen, 1999:7) mengungkapkan bahwa bermain mengalami
perubahan dari tahap sensori motor, bermain khayal, sampai kepada bermain sosial
yang disertai aturan permainan. Jadi, walaupun bermain bukan penentu utama
kognisi, tetapi memberi sumbangan penting terhadap perkembangan kognisi.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan
kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain:
1) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
2) Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
3) Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih
oleh anak
4) Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
5) Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,
seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan
sebagainya.
3
2. Tahapan Perkembangan Bermain
Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan
bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih
tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a. Jean Piaget
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1) Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun) Bermain diambil pada
periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum
dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan
kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti
sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut
reproductive assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun) Merupakan ciri periode pra operasional
yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan
bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab
pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang,
kuantitas dan sebagainya . Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak
terlalu memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab
anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau
representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas
sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk
mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak.
Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan
bermainnya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun) Pada usia 8-11 tahun
anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan
anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas) Kegiatan
bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini
menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat
dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong
games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan

4
terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya. Jika dilihat tahapan
perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang
tadinya dilakukan untuk kesenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk
hasil tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
b. Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau
meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas
saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati
setiap benda yang diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak
biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra
sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka
dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa
ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat
permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan
bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai
kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan
mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya
khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa
kurang dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki
tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan
hal-hal diluar bermain(seperti perkembangan kreativitas), dan merupakan interaksi
antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang
5
sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan
sejalan juga dengan usia anak.
B. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan dimensi kemampuan anak dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Kreativitas merupakan sebuah proses yang mampu
melahirkan gagasan, pemikiran, konsep dan atua langkahlangkah baru pada diri
seseorang. Kebermaknaan kreativitas terletak pada hakikat dan perannya sebagai
dimensi yang member ciri keunggulan bagi pertumbuhan diri peserta didik yang
sehat, produktif, dan inovatif (Diana,2010).
Kreativitas juga diartikan sebagai suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat
khusus, sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas. Kreativitas
dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana
menyorotinya. Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan
prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara
pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru,
dan melihat adanya berbagai kemungkinan.
Pengertian lain tentang kreativitas menyatakan bahwa kreativitas adalah proses
yang melibatkan pengetahuan kini dengan pengalaman lama untuk mendapatkan
pengalaman baru.
Rhodes (Munandar, 1995) menjelaskan bahwa pengembangan kreativitas pada
diri seseorang dapat dilakukan melalui pendekatan 4P, yaitu Person (pribadi), di mana
tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi
dengan lingkungan; Process (proses), dimana langkah-langkah proses kreatif dimulai
dari tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan ferifikasi. Press (dorongan), berupa
dorongan internal dam eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis; dan Product
(hasil akhir) yang ditandai dengan orisinalitas, kebaruan, kebermaknaan, dan teramati
(observable). Berkaitan dengan pendekatan tersebut, diyakini bahwa pribadi kreatif
yang melibatkan diri dari dalam proses kreatif dan dengan dukungan (press) dari
lingkungan akan menghasilkan produk kreatif. Kreativitas anak bisa rnuncul jika terus
diasah sejak dini. Pada anak-anak, kreativitas merupakan sifat yang komplikatif yaitu
seorang anak mampu berkreasi dengan spontan karena anak telah memiliki unsur
pencetus kreativitas.

6
Paul Torrance (Suratno,2005) menyebutkan ciri-ciri anak prasekolah yang
kreatif, yaitu:
a) Belajar dengan cara-cara yang kreatif.
b) Memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal membutuhkan usaha
kreatif.
c) Memiliki suatu kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan.
d) Dapat kembali pada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang
berbeda.
e) Belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan permasalahan dengan
menggunkan pengalamannya.
f) Menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang
alamiah.

Mayesty (Sujiono,2010) menyatakan bahwa anak-anak secara alamiah pada


dasarnya kreatif, ini berarti bahwa apa yang mereka lakukan adalah unik dan berguna
bagi diri mereka sendiri bahkan juga bagi orang lain. Anak-anak secara alami adalah
sosok yang kreatif, umumnya mereka mengeksplorasi dunia ini dengan ide-ide yang
cemerlang dan bahkan menggunakan apa yang mereka lihat dengan cara-cara yang
alami dan asli. Kreativitas berarti memiliki kekuatan dan kualitas untuk
mengekspreasikan diri dengan cara anak sendiri, mereka selalu mengadakan perubahan
yang dilakukan setiap saat, dan semua dilakukan oleh mereka sendiri. Pada dasamya
kreativitas bersifat alamiah yang sudah ada di dalam diri anak. Artinya, orang lain dan
lingkungan di luar diri mereka hanya perlu mendorong.

Dengan melihat hal tersebut, dapat dikatakan kreativitas harus dikembangkan


sejak anak dalam usia dini. Hal ini dikarenakan anak dalam usia dini masih berada
pada taraf pembentukan, baik dalam kemampuan otaknya maupun kemampuan
fisiknya. Selanjutnya Mayesty (Sujiono & Sujiono, 2010) mengemukakan terdapat 8
(delapan) cara untuk membantu anak dalam mengekspresikan kreativitas, yaitu:

1) Membantu anak menerima perubahan;


2) Membantu anak menyadari bahwa beberapa masalah tidak mudah
dipecahkan;
3) Membantu anak untuk mengenali berbagai masalah memiliki solusi;

7
4) Membantu anak untuk belajar menafsirkan dan menerima perasaannya;
5) Memberi penghargaan pada kreativitas anak;
6) Bantu anak untuk merasa nyaman dalam melakukan aktivitas kreatif dan
dalam memecahkan masalah;
7) Bantu anak untuk menghargai perbedaan dalam dirinya; serta
8) Bantu anak dalam membangun ketekunan dalam dirinya.

Guilford (Diana, 2010) mengemukakan sifat-sifat yang menjadi ciri kemampuan


berpikir kreatif yaitu: (1) kelancaran (fluency), suatu kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan; (2) keluwesan (flexibelity), yaitu kemampuan untuk mengemukakan
beragam pemecahan masalah; (3) keaslian (originality) merupakan kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan cara yang asli; (4) kerincian (elaboration) kemampuan
untuk menguraikan sesuatu secara terperinci; (5) perumusan kembali (redefinition),
yaitu kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan sudut pandang yang
berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang lain.

C. Bermain Kreatif

1). Pengertian Bermain Kreatif

Permainan Kreatif adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang digunakan


sebagai pijakan bagi model kurikulum permainan kreatif yang menekankan pentingnya
perkembangan kreativitas dan peranan permainan untuk membantu perkembangan
anak melalui kegiatan yang integrasi, interaksi dengan lingkungan dan permainan.
Menurut Muthmainnah dkk (2016) bermain Kreatif adalah saat seseorang anak secara
langsung melibatkan dirinya dalam sebuah kegiatan atau permainan yang
mengharuskan mereka untuk berpikir dalam cara yang tidak mempertimbangkan norma
serta memusatkan diri pada sesuatu dalam permainan. Bermain kreatif dilakukan ketika
anak benar-benar terlibat dalam sebuah kegiatan dimana sangat menggunakan pikiran
anak untuk dapat mengkonstruk kegiatan tersebut. Adapun cara-cara untuk
memperkuat kreativitas pada anak adalah melonggarkan kontrol, menjaga
kelangsungan, memberi toleransi terhadap ketidak tahuan, membuat lingkungan yang
kreatif, merencanakan dan memecahkan masalah, serta menawarkan bukan menekan.

Menurut Hidayati (2014) bermain kreatif adalah permainan yang dilakukan oleh
anak dengan tujuan untuk mengembangkan ide dari anak yang dapat menimbulkan
8
kesenangan bagi anak. Melalui bermain kreatif anak akan terlibat secara aktif untuk
melakukan sendiri kegiatan dalam bermain. Dengan demikian anak akan memiliki
pengalaman pribadi terhadap kegiatan bermain yang dilakukan sehingga secara tidak
langsung akan mempengaruhi perkembangannya. Kurniadewi (2014) menyatakan
bahwa pada dasarnya bermain kreatif ini memiliki tujuan utama, yakni pemeliharaan
perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain
yang kreatif, interaktif, dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan
dari bermain kreatif adalah perkembangan kretivitas dari anak-anak, semua anak usia
dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan
bervariasi antar anak yang satu dengan anak yang lainnya.
Selanjutnya Hasan (2011) manfaat dari bermain kreatif bagi anak adalah:
1. Mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak.
2. Memenuhi kebutuhan sosial dan emosional anak.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan bahasa anak.
4. Membantu proses sosialisasi pada anak.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain kreatif
merupakan sebuah permainan yang melibatkan anak secara langsung, dimana anak
dapat berpikir, bergerak dan melakukan hal-hal yang akan membuatnya sennag dan
memperoleh pengalaman baru dan dapat bermanfaat bagi perkembangannya.

2). Kriteria Bermain Kreatif


Dworetzky dalam Moeslichatoen (2004) menerangkan bahwa setidaknya ada 5
kriteria dalam bermain bagi anak usia dini, yaitu:

1. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak.
2. Pengaruh positif.Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan.
3. Bukan dikerjakan sambil lalu
4. Tingkah laku tersebut bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti
pola atau urutan yang sebenarnya.
5. Cara dan tujuan Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya.
6. Kelenturan.Kelenturan ditunjukkan dalam bentuk maupun dalam hubungan serta
berlaku dalam setiap situasi.

9
3) Jenis dan Klasifikasi Bermain Kreatif
Menurut Moeslichatoen (2004) ada beberapa penggolongan kegiatan bermain
yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini, yaitu:

1. Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial


anak.
a. Bermain secara soliter, yaitu anak bermain sendiri atau dapat juga dibantu
oleh guru.
b. Bermain secara paralel, yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara
berdampingan.
c. Bermain asosiatif, yaitu permainan yang terjadi apabila anak bermain
dalam kelompoknya, misalnyaa bermain bola, bermain peran dan lain-lain.
2. Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak
a. Bermain bebas dan spontan, yaitu kegiatan bermain yang tidak memiliki
aturan main.
b. Bermain pura-pura, yaitu bermain yang menggunakan daya khayal yaitu
dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda
tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu dan binatang tertentu, yang
dalam dunia nyata tidak ia lakukan.
c. Bermain dengan cara membangun atau menyusun, yaitu permainan yang
menarik minat anak pada kepingan-kepingan bangunan merupakan unsur
penting dalam kegiatan bermain ini.

Charles dan Mary (dalam W. D. Wijana, dkk, 2008) mengatakan bahwa pada
dasarnya hanya ada tiga jenis bermain bagi pendidikan anak usia dini. Tiga jenis
bermain tersebut yaitu:

1. Main sensorimotor
Main sensorimotor lebih menekankan pada penggunaan panca indera anak. Anak
belajar melalui panca inderanya untuk mengenali lingkungannya.
2. Main pembangunan
Main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan koordinasi motorik
halus, membangun rasa percaya diri, sehingga hasil karya mereka menjadi
semakin nyata.

10
3. Main peran
Bermain peran memungkinkan anak untuk dapa berperan melewati batasan usia
yang sebenarnya, misalnya menjadi ibu atau ayah, dokter, atau guru.

4) Fungsi dan Tujuan Bermain Kreatif


Adapun fungsi dan tujuan dari bermain peran terhadap perkembangan anak usia
dini menurut Nurbiana Dhieni (2009) sebagai berikut:

1. Melatih daya tangkap


Saat bermain peran anak akan dikenal pada watak, tokoh dan alur cerita yang akan
diperankan, sehingga anak akan dituntut untuk memahami cerita yang akan
diperankan. Anak juga akan diminta untuk memahami, menerapkan dan
memerankan susai tokoh dalam cerita.
2. Melatih berkomunikasi
Dalam bermain peran, anak akan belajar untuk memerankan cerita dengan cara
berdialog dengan lawan mainnya, sehingga anak akan dilatih untuk berbicara,
berkomunikasi dengan lawan mainnya serta bertanya jawab dengan lawan
mainnya.
3. Mengembangkan intelegensi
Melalui bermain peran anak akan berpikir secara realistis mengenai isi cerita
sehingga melatih kemampuan dan kesiapan anak dalam memerankan cerita.
4. Mengembangkan imajinasi
Ketika anak bermain peran dan memerankan suatu cerita maka anak akan diminta
untuk berpikir kreatif, berimajinasi sesuai dengan isi cerita serta melatih anak
untuk

5) Manfaat Bermain Kreatif


Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak dan
memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan anak. Salah satunya dalah
perkembangan sosial anak usai dini. Keterlibatan anak bermain dengan orang lain
dapat membantu anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain.
Sedangkan menurut Herington dan Park dalam Moeslichatoen (2004) bermain juga
dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. Dengan menampilkan bermacam
peran, anak berusaha untuk memahami peran orang lain dan menghayati peran yang
diambilnya setelah ia dewasa kelak. Fungsi bermain tidak hanya meningkatkan
11
perkembangan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan
moral, kreativitas, dan perkembangan fisik anak.

Menurut Elokfaiqoh (2018) bermain kreatif bagi anak usia dini selain dapat
menyenangkan juga dapat menimbulkan beberapa manfaat, diantaranya adalah:

1. Dapat memperkuat otot dan imajinasi dan koordinasinya melalui gerak, melatih
motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan fisik kinerja tubuhnya.
2. Dapat mengembangkan keterampilan emosi, sosial, rasa percaya diri terhadap
orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berfikir atau berinisiatif karena
saat bermain anak sering berpura-pura jadi orang lain.
3. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain
anak sering melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada
dilingkungan sekitar.
4. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena
melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil
keputusan dan berlatih peran sosial.

Fungsi bermain menurut Hetherington dan Park dalam Desmita (2006) memiliki
arti yang sangat penting bagi perkembangan anak-anak. Hal ini dijelaskan dalam tiga
fungsi utama dari permainan, yaitu fungsi kognitif. Permainan membantu
perkembangan kognitif anak, fungsi sosial permainan yang dapat mempengaruhi
perkembangan sosial anak khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan
suatu peran, dan fungsi emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan
sebagian masalah emosionalnya. Sedangkan menurut Montolalu (2008:1.13) manfaat
dari kegiata bermain kreatif adalah:

1. Memampukan anak menjelajah dunia.


2. Mengembangkan pengertian sosial dan kultural.
3. Membantu anak-anak mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka.
4. Memberikan kesempatan mengalami serta memecahkan masalah.
5. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan huruf, serta mengembangkan
pengertian atau konsep.

12
D. Pengembangan Kreativitas melalui Bermain

Konsep dan bentuk kreativitas Anak Usia Dini dan orang dewasa sangat berbeda.
Kreatif dalam pengertian orang dewasa berarti keberadaan keahlian (expertise),
keterampilan, (skill), dan motivasi dalam diri (instrinsic task motivation). Orang
dewasa yang kreatif diindikasikan sebagai individu yang merniliki gaya karya yang
mempesona, keterbukaan ide yang mengagumkan, dan konsentrasi serta ketekunan
yang luar biasa. Kreativitas pada anak-anak memiliki ciri tersendiri. Kreativitas anak
dikoridori oleh keunikan gagasan dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi. Anak- anak
yang kreatif sensitif terhadap stimulasi. Mereka juga tidak dibatasi oleh frame-frame
apapun. Artinya, mereka memiliki kebebasan dan keleluasan beraktivitas. Anak
kreatif juga cenderung memiliki keasyikan dalam aktivitas.

Anak menjadi kreatif juga karena mereka membutuhkan pemuasan dorongan emosi.
Namun yang paling penting, kreativitas anak muncul karena anak perlu strategi untuk
membangun konsep dan memecahkan masalah sesuai tingkat intelektualnya.
Kreativitas muncul dari kemampuan berpikir divergen, lateral, multiarah. Pada
belahan otak, kreativitas bersumber pada aktivitas hemisfer kanan. Kegiatan berpikir
divergen memiliki ciri-ciri generatif, eksploratif, tak terprediksi (unpredictable), dan
multijawab. Meskipun demikian, proses terjadinya kreativitas juga melibatkan
kemampuan berpikir konvergen. Oleh karena pada anak proses lateralisasi tengah
terjadi, maka stimulasi pada belahan otak kanan menjadi sangat esensial dan
fundamental. Bagi anak, dua syarat kreativitas dapat dikatakan memadai, yakni
fluency dan flexibility. Seorang anak dapat dikatakan kreatif ketika ia menemukan
pemecahan atas sebuah pemaasalahan. Anak tentu saja melakukan fluency dengan
memunculkan berbagai ide altematif. Lebih lanjut anak akan mempertimbangkan
berbagai hal untuk memilih solusi terbaik.

Dalam hal ini, originalitas tidak menjadi faktor utama kreativitas anak. Seorang
anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut:
a. Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan
pertanyaan, menebak, mendiskusikan temuan.
b. Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita.
c. Berkonsentrasi untuk tugas tunggal dalam waktu cukup lama.
d. Menata sesuatu sesuai selera.
13
e. Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa.
f. Mengulang untuk tahu lebih jauh.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga


hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam
suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas
mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan
sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan
pearasaan bebas secara psikologis.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi
tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan
tidak terlalu cepat dievaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak
yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan berrnain
yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kreativitasannya. Ia dapat bereksperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang
menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan
sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain.

Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar
dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya.
Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu
dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi
menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.
Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas,
antara lain:
a. Mendongeng
b. Menggambar
c. Bermain alat musik sederhana
d. Bermain dengan lilin
e. Permainan tulisan tempel
f. Permainan dengan balok
g. Berolahraga

14
Kreativitas anak akan timbul ketika anak melakukan kegiatan melalui bermain,
baik itu dilakukan sendiri maupun bermain bersama atau kelompok. Salah satunya
dengan menggunakan bermain assosiatif. Dengan bermain assosiatif diharapkan anak
akan menimbulkan ide yang beranekaragam. Sehingga ide-ide tersebut digabungkan
untuk menghasilkan hasil karya yang lebih kreatif.
Kreativitas anak juga dapat tumbuh apabila terdapat sarana pendukung salah
satunya adalah alat permainan. Alat permainan yang dapat digunakan menarik dan
tidak berbahaya bagi anak. Alat permainan dapat diperoleh dari lingkungan disekitar
anak. Orang tua dan guru hendaknya mengetahui kesesuaian alat permainan dengan
tingkat usia dan peralatan yang tidak berbahaya bagi anak yang akan digunakan dalam
bermain dan kegiatan pembelajaran.

Pada saat kegiatan bermain berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak
dapat distimulasi dan berkembanga baik termasuk di dalamnya perkembangan
kreativitas. Pernyataan ini sejalan dengan Catron dan Allen yang mengemukakan
bahwa bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap semua area
perkembangan. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar tentang
dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Selain itu, kegiatan bermain juga
memberikan kebebasan pada anak untuk berimajiansi, bereksplorasi, dan
menimbulkan suatu bentuk kreativitas. Anak-anak memiliki motivasi dari dalam
dirinya untuk bermain, memberikan sesuatu yang baru dengan apa yang telah
dikatahui.
Mengembangkan kreativitas melalui bermain tidak hanya dapat dikembangkan di
sekolah saja. Orang tua di rumah juga harus ikut berperan serta di dalamnya karena
sebagian besar waktu anak adalah di rumah. Peran orang tua mengajak anak bermain
sangat penting karena orang tua adalah role model yang terbaik bagi anakanaknya.
Lewat kegiatan bermain, orang tua memiliki kesempatan untuk mengajarkan nilai-
nilai yang ingin ditanamkan dengan cara yang lebih rileks. Selain itu, ikatan emosi
anak dan orang tua juga menjadi lebih erat. Seperti halnya makanan, dan kasih sayang
dari orang tua, bermain juga merupakan kebutuhan anak.

15
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kreativitas merupakan dimensi kemampuan anak dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Kreativitas merupakan sebuah proses yang mampu
melahirkan gagasan, pemikiran, konsep dan atua langkah-langkah baru pada diri
seseorang. Kebermaknaan kreativitas terletak pada hakikat dan perannya sebagai
dimensi yang unggul bagi pertumbuhan diri peserta didik yang sehat, produktif, dan
inovatif.
Bermain sangat penting bagi anak. Penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Para ahli sepakat, anak-anak harus bermain agar mereka dapat mencapai
perkembangan yang optimal. Tanpa bermain anak akan bermasalah di kemudian hari.
Dalam situasi bermain anak akan dapat menunjukkan bakat, fantasi, dan
kecenderungan-kecenderungannya. Saat bermain anak akan menghayati berbagai
kondisi emosi yang mungkin muncul seperti rasa senang, gembira, tegang, kepuasan,
dan mungkin rasa kecewa.

16
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pengetahuan Seni dan Kreativitas.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Hurlock, E. B.1999. Perkembangan Anak Jilid I (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.
Munandar, Utami. 1995. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple
Intellegence pada Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermian Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.
Semiawan, Conny R. 2009. Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, apa, dan Bagaimana.
Jakarta: Indeks.
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Hikayat
Publishing.
Sujiono & Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Sukiman. 2012. Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Model Pembelajaran Beyond
Centers And Circle Time (BCCT). Dimuat dalam Jurnal Paud Volume 6, Edisi Mei.
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Tedjasaputra, Mayke. S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Grasindo.
Widayanti & Widijati. 2008. Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak.
Jogjakarta: Luna Publisher.

17

Anda mungkin juga menyukai