Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PERMAINAN TRADISIONAL ANAK USIA DINI”

DOSEN PENGAMPUH

Apriyanto A.j Pauweni, S,Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

1.Salsabila Tri Febrianti (161422019)

2.Nena Pratiwi Bone (161422040)

3.Farida lomuli (161422063)

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Pengertian Bermain dan Permainan AUD...............................................................


B. Hakikat Bermian Dan Permainan AUD..................................................................
C. Pengertian Permainan Tradisional menurut Para Ahli AUD
D. Macam-macam Permainan Tradisional AUD.........................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permainan tradisional sering disebut juga permainan rakyat, yakni permainan yang
tumbuh dan berkembang pada masa lalu, terutama tumbuh di masyarakat pedesaan.
Permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasar kebutuhan masyarakat setempat.
Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya sehingga
permainan ini selalu menarik serta menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu.
Permainan tradisional menurut Yunus umumnya bersifat rekreatif karena banyak
memerlukan kreasi anak. Permainan ini biasanya mere- konstruksi berbagai kegiatan
sosial dalam masyarakat. Misalnya, pasaran yang menirukan kegiatan jual beli, ja- ranan
yang menirukan orang yang sedang melakukan perja- lanan dengan naik kuda, permainan
menthok-menthok yang melambangkan kemalasan, dan lain sebagainya.

Permainan tradisonal mendapat pengaruh kuat dari budaya setempat sehingga mengalami
perubahan, baik berupa pergantian, penambahan, maupun pengurangan, sesuai dengan
kondisi daerah setempat. Dengan demikian, permainan tradisional meskipun nama
permainannya berbeda antar daerah, memiliki persamaan atau kemiripan dalam cara
memainkannya.

Sikap hidup dan keterampilan seperti nilai kerjasama, kebersamaan, kedisiplinan,


kejujuran, serta musyawarah mufakat, ditanamkan dalam permainan tradisional. Dalam
setiap permainan, ada aturan yang harus dipenuhi oleh para pemain. Gerak tubuh, lagu
atau suara sebagai media, serta alat main dilibatkan. Permainan yang melibatkan lagu
lebih mengutamakan syair lagu yang isinya memberi ajakan,menanamkan etika dan
moral, maupun hanya bersenang-senang saja.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Bermain dan Permainan
2. Apa Tujuan Dan Manfaat Bermain dan Permaianan AUD
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Permainan Tradisional AUD
4. Apa Saja Macam-macam Permainan Tradisional AUD
C. Tujuan penulisan
1. Dapat memahami pengertian bermain dan permainan
2. Dapat mengetahui tujuan dan manfaat bermain dan permainan AUD
3. Dapat mengetahui pengertian permainan tradisional AUD
4. Dapat mengetahui macam-macam permainan tradisional AUD
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bermain Dan Permainan AUD

 Pengertian Bermain

Menurut Brooks, J.B. dan D.M. Elliot mengemukakan bahwa bermain adalah sitilah yang
dipakai secara luas sehingga arti yang sebenarnya mungkin hilang. Arti yang lebih tepat adalah
tiap-tiap kegiatan yang menimbulkan rasa senang. dan tanpa memikirkan hasil akhir. Bermain
dilakukan dengan suka rela tanpa adanya tekanan dan paksaan dari siapapun (Latif, 2016).

Menurut Piaget mengemukakan bahwa bermain merupakan kegiatan menyenangkan bagi


seseorang dan biasanya kegiatan ini akan selalu diulang. Menurut Parten (dalam Sujiono, 2012).
kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi yang diharapkan dapat memberikan kesempatan
anak menemukan, bereksplorasi, berkreasi. mengekspresikan perasaan dan belajar dengan cara
yang menyenangkan. Kemudian dengan bermain juga, anak akan mengenal diri dan lingkungan
dimana anak tinggal.

Teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson memandang
bermain adalah alat yang penting bagi anak untuk melepaskan emosi yang ada serta
mengembangkan rasa harga diri anak saat dapat menguasai tubuhnya, dan beberapa keterampilan
sosial.

Teori perkembangan kognitif Piaget melihat bahwa manusia memiliki struktur pola kognitif
baik secara mental maupun fisik yang menjadi dasar aktivitas dan perilaku seseorang
berhubungan erat dengan tahapan pertumbuhan anak. -Teori kognitif ini menguji kegiatan
bermain dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual. Dalam teori ini dipercaya bahwa
afeksi dan emosi manusia muncul dari proses yang sama dalam tahapan tumbuh kembang
kognitif.

Teori dari Vigotsky menekankan sosial mempengaruhi perkembangan kognitif, hal ini
dikarenakan anak mendapatkan pengetahuan pertama dari kehidupan sosialnya kemudian
berkembang menjadi perkembangan kognitif. Melalui bermain anak akan berpikir dan mencari
cara untuk memecahkan masalah yang ada.

 Pengertian Permainan

Menurut Gross dimana menurut Gross permainan hendaknya dilihat sebagai latihan fungsi-
fungsi yang sangat penting untuk kehidupan dewasa kelak.

Menurut Schaller, permainan menawarkan kelonggaran setelah melakukan suatu tugas atau
bersifat merefresh, Schaller menyebut bahwa permainan adalah lawan kata dari bekerja. Selain
itu ada pendapat dari,

Tedjasaputra yang menyatakan bahwa permainan merupakan bentuk dari bermain yang
memiliki aturan dan syarat untuk disepakati bersama.

Menurut Santrock (2007: 216-217) permainan adalah aktivitas menyenangkan yang


dilakukan untuk bersenang-senang. Games adalah aktivitas yang dilakukan demi kesenangan dan
memiliki peraturan

memurut Piaget (1962) mengemukakan bahwa permainan adalah aktivitas yang dibatasi oleh
dan medium yang mendorong perkembangan kognitif anak. Sebagai contoh, anak-anak yang
baru saja belajar penambahan dan pengalian, mulai bermain dengan angka dengan cara yang
berbeda dari cara mereka pertama kali menyelesaikan operasi ini, sambil tertawa ketika
mengerjakannya.

Kegiatan stimulasi perkembangan anak kegiatan bermain memiliki beberapa manfaat


(Tedjasaputra, 2001); (Fadillah, 2019); (Suminar, 2019), yaitu :

a. Sebagai cara untuk mendidik, mengawasi dan menilai perkembangan anak

b. Sebagai alat terapi dan intervensi bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus

c. Mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada anak

d. Mengasah panca indera anak

e. Mengembangkan keterampilan fisik

Selain itu, menurut Khobir (Ardini & Anik, 2018), manfaat bermain sangatlah banyak
diantaranya :

a. Bermain bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan fisik anak, hal ini ditandai dengan
kegiatan anak bermain seperti berlari, melompat dan menendang

b. Bermain melibatkan seluruh indera yang ada dalam diri anak


c. Bermain dapat meningkatkan kreativitas anak, seperti contoh menyusun balok menjadi
bangunan, membuat bentuk-bentuk dari plastisin atau tanah liat, menggambar dan masih banyak
lagi

d. Bermain dapat mengembangkan kepribadian anak seperti bertanggung jawab, patuh terhadap
aturan, kerjasama dan masih banyak lagi

e. Bermain dapat membantu anak mengenal diri sendiri dan mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki

f. Menyalurkan kebutuhan dan keinginan anak yang tidak terpenuhi

g. Mengakrabkan hubungan keluarga saat bermain bersama anggota keluarga yang lain

Secara garis besar kegiatan bermain pada anak mempunyai tujuan yaitu agar anak dapat
meningkatkan tumbuh kembangnya secara optimal. Kegiatan bermain dengan teman sebaya akan
meningkatkan kemampuan sosial dalam diri anak, selain itu dengan bermain dapat menjadikan
potensi kreativitas anak semakin meningkat (Sujiono, 2012). Wolfgang (Sujiono, 2012);
(Nutbrown, 2006) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan bermain antara lain, yaitu:

a. Memperkuat otot-otot dan mengembangkan koordinasi melalui gerak b. Mengembangkan


keterampilan emosi

c. Mengembangkan kemampuan intelektual

d. Meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri

Permainan dan olahraga tradisional adalah budaya yang di wariskan oleh nenek moyang pada
zaman dahulu dan sangatlah diminati sebelum game online masuk ke Indonesia. Permainan dan
olahraga tradisional ini menggunakan alat seadanya yang dapat banyak ditemukan di sekitaran
daerah masing-masing. Perlunya suatu regenerasi dan pengenalan sebuah permainan tradisional
maupun olahraga tradisional, sangatlah penting dalam upaya pembatasan dalam hal penggunaan
gameonline atau gadget (Nadjamuddin, 2016).

2.2 Hakikat Bermain dan Permainan Anak Usia Dini

Parten dalam Dockett dan Fleer memandang bahwa bermain adalah sebagai sarana
sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekpersikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Sebagai
mana plato dan Aristoteles, frobel menganggap jika bermain sebagai kegiatan yang mempunyai
nilai praktis. Artinya, bermain sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
tertentu pada anak. Bermain juga berfungsi sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga
seseorang setelah lelah bekerja dan dihinggapi rasa jenuh. Ada beberapa teori yang menjelaskan
arti serta nilai permainan, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Rekreasi yang dikembangkan oleh Schaller dan Nazaruz 2 orang sarjana Jerman
diantara tahun 1841 dan 1884. Mereka menyatakan permainan itu sebagai kesibukan rekreatif,
sebagai lawan dari kerja dan keseriusan hidup. Orang dewasa mencari kegiatan bermain-main
apabila ia merasa capai sesudah berkerja atau sesudah melakukan tugas- tugas tertentu. Dengan
begitu permainan tadi bisa "me-rekriir" kembali kesegaran tubuh yang tengah lelah.

2. Teori Pemunggahan (Ontlading Stheorie) menurut sarjana Inggris Herbert Spencer,


permainan disebabkan oleh mengalir keluarnya enegi, yaitu tenaga yang belum dipakai dan
menumpuk pada diri anak itu menuntut dimanfaatkan atau dipekerjakan. Sehubungan dengan itu
energi tersebut "mencair" dan "menunggah" dalam bentuk permainan. Teori ini disebut juga
sebagai teori "kelebihan tenaga" (krachtoverschot-theorie). Maka permainan merupakan katup
pengaman bagi energi vital yang berlebih-lebihan.

3. Teori atavistis sarjana Amerika Stanley Hall dengan pandangannya yang biogenetis
menyatakan bahwa selama perkembangannya, anak akan mengalami semua fase kemanusiaan.
Permainan itu merupakan penampilan dari semua factor hereditas (waris, sifat keturunan); yaitu
segala pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan kepada anak keturunannya,
mulai dari pengalaman hidup dalam gua-gua, berburu, menangkap ikan, berperang, bertani,
berhuma, membangun rumah sampai dengan menciptakan kebudayaan dan seterusnya. Semua
bentuk ini dihayati oleh anak dalam bentuk permainan-permainannya.

4. Teori biologis, Karl Groos, sarjana Jerman (dikemudian hari Maria Montesori juga
bergabung pada paham ini): menyatakan bahwa permainan itu mempunyai tugas biologis, yaitu
melatih macam-macam fungsi jasmani dan rohani. Waktu-waktu bermain merupakan
kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup itu
sendiri. Sarjana William Stren menyatakan permainan bagi anak itu sama pentingnya dengan
taktik dalam peperangan bagi orang dewasa. Maka anak manusia itu memiliki masa remaja yang
dimanfaatkan dengan bermain-main untuk melatih diri dan memperoleh kegembiraan.

5. Teori Psikologis dalam, menurut teori ini, permainan merupakan penampilan dorongan-
dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa. Ada dua dorongan yang paling
penting menurut Alder ialah: dorongan berkuasa, dan menurut Freud ialah dorongan seksual atau
libidi sexualis. Alder berpendapat bahwa, permaina memberikan pemuasann atau kompensasi
terhadap perasaan-perasaan diri yang fiktif. Dalam permainan juga bisa disalurkan perasaan-
perasaan yang lemah dan perasaan-perasaan rendah hati. 6. Teori fenomenologis, professor
Kohnstamm, seorang sarjana Belanda yang mengembangkan teori fenomenologis dalam
pedagogic teoritis menyatakan, bahawa permainan merupakan satu, fenomena/gejala yang nyata,
mengandung unsur suasana permainan. Dorongan bermain merupakan dorongan untuk
menghayati suasana bermain itu, yakni tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-prestasi
tertentu, akan tetapi anak bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi, tujuan permainan adalah
permainan itu sendiri.
Bermain sangat penting bagi anak usia dini karena melalui bermain mengembangkan aspek-
aspek perkembangan anak. Aspek tersebut ialah aspek fisik, sosial emosional, dan kognitif.
Bermain mengembangkan aspek fisik/motorik yaitu melalui permainan motorik kasar dan halus,
kemampuan mengontrol anggota tubuh, belajar keseimbangan, kelincahan, koordinasi mata dan
tangan, dan lain sebagainya. Adapun dampak jika anak tumbuh dan berkembang dengan
fisik/motorik yang baik maka anak akan lebih percaya diri, memiliki rasa nyaman, dan memiliki
konsep diri yang positif. Pengembangan aspek fisik motorik menjadi salah satu pembentuk aspek
sosial emosional anak. Bermain mengembangkan aspek sosial emosional anak yaitu melalui
bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok,
belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada.
Melakukan bermain dalam kelompok membuat anak belajar untuk menyesuaikan tingkah
lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri,
mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari sisi emosi, keinginan
yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak bermain imajinasi dan sosiodrama.

Aspek kognitif berkembang pada saat anak bermain yaitu anak mampu meningkatkan
perhatian dan konsentrasinya, mampu memunculkan kreativitas, mampu berfikir divergen,
melatih ingatan, mengembangkan prespektif, dan mengembangkan kemampuan berbahasa.
Konsep abstrak yang membutuhkan kemampuan kognitif juga terbentuk melalui bermain, dan
menyerap dalam hidup anak sehingga anak mampu memahami dunia disekitarnya dengan baik.

Bermain memberi kontribusi alamiah untuk belajar dan berkembang, dan tidak ada satu
program pun yang dapat menggantikan pengamatan, aktivitas, dan pengetahuan langsung anak
pada saat bermain. Salah satu cara anak mendapatkan informasi adalah melalui bermain.
Bermain memberikan motivasi instrinsik pada anak yang dimunculkan melalui emosi positif.

Pertumbuhan dan perkembangan anak di tentukan oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Faktor bawaan adalah sifat yang di turunkan oleh kedua orang tuanya. Adapun faktor lingkungan
yaitu pengaruh luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak,
misalnya kesehatan, gizi, pola asuh pendidikan dan yang lainnya. Beberapa ahli pesikoanalisis
berkeyakinan bahwa lingkungan sangan berperan penting untuk seorang anak pada pola pikirnya
dan pembentukan karakter atau sikap, kepribadian dan pengembangan kemampuan anak secara
optimal.

Aktifitas bermain memberikan jalan majemuk pada anak untuk melatih dan belajar berbagai
macam keahlian dan konsep yang berbeda. Anak merasa mampu dan sukses jika anak aktif dan
mampu melakukan suatu kegiatan yang menantang dan kompleks yang belum pernah ia
dapatkan sebelumnya. Oleh karena itu pendidik seharusnya memberikan materi yang sesaui,
lingkungan belajar yang kondusif, tantangan, dan memberikan masukan pada anak untuk
menuntun anak dalam menerapkan teori dan melakukan teori tersebut dalam kegiatan praktek.

Karakteristik bermain edukatif yaitu segala sesuatu yang dipergunakan atau yang
dijalankan sebagai sarana untuk bermain yang mengandung pendidikan (edukatif) dan mampu
mengembangkan kemampuan anak. Adapun alat yang bisa digunakan untuk memainkan
permainan edukatif yaitu harus mengandung nilai pendidikan, aman dan tidak berbahaya dan
berfungsi mengembangkan kemampuan anak.

2.3 Pengertian permainan tradisional menurut para ahli

1. Permainan tradisional juga dapat melatih kemampun sosial para pemainnya. Inilah yang
membedakan permainan tradisional dengan permainan modern. Pada dasarnya, permainan dan
olahraga tradisional yang ada di Indonesia memiliki filosofi-filosofi kebersamaan yang akan
mengedepankan aspek belajar sambil bermain (Nur, 2013) yang akan turut menstimulasi
perkembangan motorik (Efendi, 2015).

2. permainan tradisional adalah permainan yang membutuhkan lebih dari satu pemain. Hal
ini berbeda dengan permainan modern. Kemampuan sosial anak tidak terlalu di pentingkan
dalam permainan modern ini yang lebih ke individu dimana anak-anak dapat bermain sendiri
tanpa kehadiran temantemannya (Syahran, 2015).

3. permainan maupun olahraga tradisional akan memperkuat karakter seseorang (Yudiwinata


& Handoyo, 2014) dan erat dengan perkembangan intelektual, sosial, serta karakter anak
(Hanief & Sugito, 2015).

4. Permainan dan olahraga tradisional, seringkali mengandung unsur kompetitif dalam setiap
penerapan, akantetapi hal ini dapat meningkatkan unsur sportifitas para pemainnya (Nørgaard,
2009).

5. Meskipun permainan tradisional sudah sangat jarang dimainkan, masih ada sebagian orang
di Indonesia di daerah-daerah terpencil khususnya yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi
Gorontalo masih memainakan permainan tradisional meskipun juga sudah mulai tergerus oleh
permainan modern. Kabupaten Gorontalo sendiri merupakan sebuah Kabupaten yang terletak di
Provinsi Gorontalo yang mempunyai luas sekitar 2.125,47 km² dengan jumlah penduduk
374.682 jiwa (A’yun & Pribadi, 2020).

2.4 Manfaat Permainan Tradisional Anak Usia Din


Manfaat permainan tradisional dalam membentuk karakter anak

 Pertama, dengan permainan tradisional anak akan selalu melahirkan nuansa suka cita.
Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang yang
dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan.
Inilah benih masyarakat yang menciptakan kerukunan. Jarang sekali permainan yang
berguna untuk dirinya sendiri, tapi selalu menumbuhkan rasa kebersamaan.
 Kedua, permainan itu dibangun secara bersama-sama. Artinya, demi menjaga permainan
dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat aturan main
diantara anak-anak sendiri. Dalam konteks inilah anak-anak mulai belajar mematuhi
aturan yang mereka buat sendiri dan disepakati bersama. Disatu sisi, anak belajar
mematuhi aturan bermain secara fairplay, disisi lain, merekapun berlatih membuat aturan
main itu sendiri. Sementara itu, apabila ada anak yang tidak mematuhi aturan main, dia
akan mendapatkan sanaksi sosial dari sesamanya. Dalam kerangka inilah, anak mulai
belajar hidup bersama sesamanya atau hidup bersosial. Namun demikian dipihak lain,
apabila dia mau mengakui kesalahannya, teman yang lain pun bersedia menerimanya
kembali. Suatu bentuk proses belajar mengampuni dan menerima kembali dari mereka
yang telah mengakui kesalahannya.
 Ketiga, keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan dari
berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, otot atau sensor–
motoriknya akan semakin terasah pula. Dipihak yang lain, proses kreatifitasnya
merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang
pertumbuhannya.
 Keempat, pemanfaatan bahan–bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam.Hal ini
melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan
dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia muda
terhadap lingkungan hidupnya.
 Kelima, hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap
kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaanya, tak
terpisahkan dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara
pandang serta penghayatan akan totalitas cara pendang mengenai hidup ini.Cara pandang
inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional.
 Keenam, melalui permainan anak mulai mengenal model pendidikan
partisipatoris.Artinya, anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan tahap-
tahap pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian inilah, anak dengan orang tua atau guru
memiliki kedudukan yang egaliter, sama-sama berposisi sebagai pemilik pengalaman,
sekaligus merumuskan secara bersama-sama pula diantara mereka.

2.5 Macam-macam permainan tradisional anak usia dini

1.Permainan Cur-Cur Pal

Cur-Cur Pal yaitu permainan secara berkelompok agar supaya lebih seru dan bisa dimainkan
kapan saja, sebelum memainkan permainan sekelompok anak- anak atau pemain akan
melakukakan suit (Pila-Pila Pimpa). Tujuan atau cara memainkan cur-cur pal yaitu dari suit
untuk mencari pemain yang akan bertugas menjaga base apabila sudah ditentukan, maka pemain
lain akan bersembunyi di tempat mana saja kecuali di dalam rumah dan tempat lain yang sudah
disepakati bersama apabila dilanggar maka yang melakukan pelanggaran yang akan
menggantikan si penjaga base.

Penjaga base akan mencari pemain lain yang bersembunyi, apabila ada yang terlihat oleh
penjaga base maka penjaga base akan mengucapkan cur disertai dengan nama bersembunyi. Si
pemain yang Jika salah dalam penyebutan nama (Sala Sum) maka permainan akan dinyatakan
batal dan penjaga base akan menjaga kembali, penjaga base akan menjaga base dengan sebaik
mungkin agar tidak ada pemain yang bersembunyi menyentuh base yang di jaganya (Pal).
Permainan akan berakhir apabila para pemain suda merasa kecapeaan (Mongolo).

2.Permainan Kainje

Permainan Kainje yaitu mirip seperti permaianan Kalari yang menggunakan garis gambar di
atas permukaan tanah. Permaianan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan pada saat
libur sekolah dipagi hari maupun sore hari.Cara Membuat Permainan Kainje ini Yaitu
membentuk Gambar Di tanah menggunakan kayu atau benda apapun yang bisa digunakan
menggambar Bentuk gambar permainan Kainje ini mirip seperti anak tangga.

Cara Memainkannya anak-anak akan melompat-lompat dan tidak boleh menyentuh garis yang
sudah dibuat. Apabila menyentuh garis, pemain akan diganti dengan pemain lawan dan
menunggu pemain lawan akan membuat kesalahan kembali. Jika ada pemain yang bisa melewati
tantangan, maka akan di hitung satu poin, dan yang akan menjadi pemenang dalam permaianan
ini adalah pemain yang sudah melampaui poin yang telah disepakati.

3. Permainan Benteng-Benteng

Permainan Benteng-Benteng akan mencari lokasi yang luas untuk dijadikan lokasi
permainan benteng-benteng ini.

Cara Membuat Permainan Benteng-Benteng Yaitu Para pemain akan mencari batu atau
benda yang lainya yang akan dijadikan benteng. Batu yang sudah didapat akan disejajarkan dan
saling berhadapan.

Cara Memainkannya Permainan ini akan dimainkan secara berkelompok agar permainan
menjadi lebih seru. Jumlah pemain tidak dibatasi, yang penting setiap tim memiliki jumlah yang
sama atau seimbang. Sebagai permulaan permainan, ada salah satu dari anggota tim yang akan
memancing (Mogarata) anggota tim lawan yang akan keluar dari benteng mereka. Apabila ada
anggota tim lawan tertangkap akan disandara di lokasi yang berjarak 5 meter dari benteng yang
dijaga. Tim lawan akan berusaha melepaskan teman mereka yang disandara dengan cara
menyentuh tangan teman. Poin untuk memenangkan permainan, masing-masing tim harus
menyentuh benteng lawan agar bisa menghasilakan Poin.

4. Permainan Patumbu

Cara Membuat Permainan Patumbu Yaitu Sebelum memainkan permainan Patumbu, pemain
harus menyiapkan karet tangan (Goro). Setelah itu pemain harus membuat tiang untuk
menggantung karet tangan yang terbuat dari lidi.

Cara Memainkannya yaitu dimana tiang yang telah dibuat tadi ini yang desebut patumbu
oleh pemain. Tiang atau tempat untuk menggantung karet tangan terbuat dari Lidi yang telah
dimodifikasi. Setelah itu tancapkan patumbu di permukaan tanah. Sebelum bermain, para pemain
harus menyepakati batas atau jarak yang akan menjadi jarak tembak, pemaian akan melakukan
lemparan gaco yang akan menjadi jarak tembak (Loka). Jarak yang terjauh yang akan menjadi
penembak perdana, dan apabila penembak pertama menegenai sasaran pertanda permainan
selesai dan akan diulangi kembali.

5. Permainan Balap Karung

Menurut Suwandi (2012). "balap karung merupakan permainan yang termasuk jenis
permainan anak tradisional karena memang telah dilakukan dalam waktu yang lama dan
peralatan yang digunakan juga sederhana". Balap karung ini bisa dilakukan oleh anak- anak,
remaja, dewasa, hingga para orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Biasanya
dikelompokkan berdasarkan tingkatan umur dan jenis kelaminnya. Kelompok anak-anak
dimainkan oleh anak-anak demikian pula dengan kelompok lainnya.

Balap karung adalah salah satu lomba tradisional yang populer pada hari kemerdekaan
Indonesia. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung
kemudian berlomba sampai ke garis akhir.

Cara Membuatnya Yaitu dengan menyiapkan karung untuk digunakan saat bermain

Cara Memainkannya yaitu

1.) menyiapkan karung, menggambar garis batas start dengan Finish

2.) Guru menjelaskan kepada anak tentang apa saja aturan dalam bermainnya

3.) Dalam bermain Bisa dimainkan oleh 3 atau 4 orang lebih Kemudian guru memberikan
pengarahan untuk melakukan kegiatan bermain balap karung

4.) Guru memulai permainan dengan memberikan aba-aba terlebih dahulu menggunakan
tepuk tangan atau meniupkan peluit.
5. Anak melakukan kegiatan diawali dengan berlari terlebih dahulu untuk mengambil
karung yang akan dipakainya. Setelah anak memakai karung lalu anak mulai dengan
kegiatan berlari sambil Menggunakan karung,

6) Selama kegiatan berlangsung peneliti dan guru kelas mengamati kegiatan anak.
Apakah anak mampu melakukannya sendiri, melakukan dengan dibantu guru atau
melakukan dengan bantuan temannya. Selain itu guru juga memberi motivasi kepada
anak.

7. Guru mendampingi dan memberi semangat agar anak mampu melakukan setiap aspek
yang ingin dicapai.

8. Guru memberikan reward kepada anak berupa bintang, acungan jempol dan
sebagainya saat kegiatan berlangsung sehingga anak lebih termotivasi.

9). Siapa Yang lebih dulu sampai di garis Finish dialah pemenangnya

6. Permainan Koba-Koba

Permainan Koba-Koba ini merupakan suatu permainan tradisional yang mudah dimainkan
karena peralatan yang akan digunakan bisa di temui dimana saja termasuk halaman rumah.

Cara Membuatnya Pertama-tama pemain akan menyusun batu bata (Batu Tela) untuk
dijadikan sasaran pada saat bermain. Selanjutnya pemain akan membuat batas garis yang
disepakati bersama untuk menjadi batas lemparan. Setiap pemain harus menyiapkan alat yang
akan digunakan untuk melempar sasaran seperti batu atau kayu yang berukuran kecil (botu wau
buahulo).

Cara Memainkannya Sebelum melakukan lemparan yang akan menentukan jarak untuk
menembak (Loka), penembak pertama akan di ambil dari jarak yang paling jauh menggunakan
wayang bergambar yang akan di jadikan sebagai alat taruhannya, dan permainan akan berakhir
apabila ada pemain yang sudah mengenai sasaran lemparan yang tersusun dari batu bata tersebut.

#Manfaat permainan tradisional anak usia dini

1.Permainan Cur cur pal

Cur-Pal yaitu permainan bermusim dikalangan anak-anak. Dimainkan diwaktu pada siang,
sore dan malam hari, apalagi jika saat bulan purnama dan untuk permainan Cur-cur pal ini di
mainkan secara berkelompok. Permainan ini sudah dimainkan pada tahun 1950-an. Bentuk
permainannya yaitu anak-anak akan berkumpul untuk memilih salah satu orang pemainan
sebagai penjaga base atau bertugas sebagai pencari bagi temannya yang sedang bersembunyi,
cara memilihnya itu anak-anak akan melakukan suit berupa menyamankan telapak tangan dan
atas tangan dengan rekan-rakan teman main yang lain mereka melakukan nyanyian berupa
“hompimpa alaihim gambret” (Daulima, 2006). Penjaga harus memberikan kesempatan kepada
teman-teman rekannya bersembunyi dengan cara menutup matanya pada dinding rumah atau
batang kayu dan menghitung dari 1-10 jika sudah sampai 10 maka penjaga base betugas mecari
teman main yang bersembunyi di area sekitar yang ditentukan. Apabila pencari menemukan
salah satu rekan mainnya maka dia wajib mengucapkan contohnya “Cur si A” dan terus dia
berlari ke base untuk melakukan Pal pada dinding atau bantang pohon kayu tersebut, jika si
penjaga tidak menemukan teman-temanya bersembunyi di mana lagi maka si penjaga akan
berteriak “Ampimpun” maka teman-temannya yang bersembunyi akan keluar dari
persembunyiannya. Permainan ini terkenal di dunia Internasional sebagai permainan hide and
seek yang merupakan permainan anak-anak .

-Manfaat Permainan cur cur pal yaitu Permainan ini bermanfaat untuk mengembangkan
keterampilan sosial dalam berkomunikasi, bahkan untuk anak autisme pun juga dapat diajarkan.
Cur Pal bermanfaat bagi pertumbuhan karakter sang anak antaranya, sikap jujur, bertanggung
jawab, disiplin sportif dan bermasyarakat.mengembangkan kemampuan sosial emosional anak

dalam hal melatih anak untuk bisa dan mau bermain bersama dengan orang lain, melatih
kerjasama anak dalam hal bersedia untuk membantu sesama teman, serta dapat memberikan
kegembiraan pada anak.

2.Permainan Kainje

Manfaat permainan kainje yaitu menumbuhkan nilai” karakter pada anak Nilai-nilai karakter
yang terkandung dalam permainan tradisional Kainje yaitu:

1) Nilai Kebersamaan; Permainan kainje ini dimainkan oleh beberapa orang, maka nilai-nilai
kebersamaan dituntut dalam permainan ini,

2) Nilai Sosial; permainan Kainje ini dimainkan terdiri dari beberapa orang, maka nilai interaksi
sosial akan muncul,

3) Nilai Kedisiplinan; permainan Kainje ini dimainkan oleh beberapa orang, yang lainnya sabar
menunggu giliran, maka nilai kedisiplinan dituntut dalam permainan ini, dan

4) Nilai Ketangkasan; Permainan kainje ini lompat dari kolom satu ke kolom yang lainnya juga
membutuhkan kelihaian dan keseimbangan tubuh, maka nilai ketangkasan diperlukan dalam
permainan ini. Dan juga Meningkatkan kemampuan kognitif anak Serta Meningkatkan motorik
kasar anak .

3.Permainan Benteng kelompok


Manfaat permainan benteng benteng yaitu Manfaat yang didapat melalui permainan bentengan
ini menurut Prana (2010) yaitu mengasah kemampuan anak untuk mengambil suatu keputusan,
melatih kemampuan kerjasama tim, melatih kegotong royongan dan saling menolong, Melatih
kemampuan motorik anak, dan Melatih kecepatan dan kelincahan berlari. Meningkatkan daya
tahan tubuh karena bentengan merupakan permainan yang melatih fisik dan sama seperti
melakukan olahraga. Memupuk kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.

4.Permainan Patumbu

Manfaat permainan Patumbu yaituu Dapat melatih konsentrasi anak Dalam Bermain Karena
Harus melemparkan Karet gelang ke sasaran yang disediakan,Selain itu permainan ini juga bisa
mengembangkan Aspek kognitif anak ,dan Melatih ketangkasan, kecepatan,dan Kedisiplinan
serta tanggung Jawab anak.

5.Permainan Balap Karung

Manfaat Permainan Balap karung Melalui permaianan balap karung anak dapat mengalami
peningkatan kemampuan gerak khususnya peningkatan kemampuan motorik anak yang kaku
Dengan peningkatan kemampuan ini maka kebugaran jasmani dan kekuatan otot kaki mereka
semakin bagus dan terlatih.Permainan ini sangat cocok bagi anak dengan hendaknya
Perkembangan ringan dengan karakteristik cepat emosi, tremor dan cepat frustasi sehingga
menjadi percya diri.Selain itu melatih kelincahan, mengajarkan kemampuan sosial,
berkompetensi dan membangun sportifitas.

6.Permainan Koba-Koba

Manfaat tentang permainan koba-koba yaitu Permainan “koba-koba” adalah permainan


tradisional yang populer di daerah Gorontalo, Indonesia. Permainan ini melibatkan sebuah bola
yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar yang disebut “koba”. Bola ini kemudian
dilemparkan ke udara dan pemain harus saling melempar dan menangkap bola tersebut
menggunakan telapak tangan mereka.

Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari permainan koba-koba khas Gorontalo:

1)Aktivitas fisik: Permainan koba-koba melibatkan gerakan tubuh yang aktif, seperti melompat,
berlari, dan menangkap bola. Ini dapat memberikan manfaat fisik seperti peningkatan kekuatan,
kecepatan, kelincahan, dan koordinasi tubuh.

2)Pengembangan keterampilan motorik: Permainan ini melibatkan gerakan tangan yang cermat
dan koordinasi mata-tangan yang baik saat menangkap dan melempar bola. Ini dapat membantu
mengembangkan keterampilan motorik halus dan koordinasi motorik.

3)Kebersamaan dan kerjasama: Koba-koba sering dimainkan dalam kelompok atau tim, sehingga
dapat mempromosikan rasa kebersamaan, kerjasama, dan interaksi sosial antar pemain. Pemain
harus saling bekerja sama untuk menangkap dan melempar bola dengan baik agar permainan
berjalan lancar.

4)Fokus dan konsentrasi: Permainan koba-koba mengharuskan pemain untuk fokus dan
berkonsentrasi saat menangkap dan melempar bola dengan tepat. Ini dapat membantu
meningkatkan kemampuan fokus dan konsentrasi.

5)Kreativitas dan imajinasi: Meskipun peraturan permainan koba-koba relatif sederhana, pemain
memiliki kebebasan dalam menciptakan gerakan dan trik-trik yang menarik. Ini memungkinkan
pemain untuk mengeksplorasi kreativitas mereka dan menggunakan imajinasi mereka dalam
permainan.

6)Melestarikan budaya lokal: Koba-koba merupakan permainan tradisional khas Gorontalo dan
memainkannya dapat membantu melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal kepada
generasi muda. Permainan ini memperkuat identitas budaya dan dapat menjadi sarana untuk
mempelajari dan menghargai warisan budaya Gorontalo. Permainan koba-koba khas Gorontalo
memiliki manfaat yang melibatkan aktivitas fisik, pengembangan keterampilan motorik,
kebersamaan, fokus, kreativitas, dan melestarikan budaya lokal. Selain itu, permainan ini juga
dapat memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada pemainnya

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permainan tradisional sering di sebut juga dengan permainan rakyat, hampir seluruh daerah yang
asa di indonesia memiliki permainan tradisional permainan tradisional banyak macamnya dan
berbeda-beda di setiap daerah, namun walau berbeda namanya kebanyakan permainan-
permainan tersebut umunya sama. Contoh permainan tradisional yang ada di Gorontalo memiliki
permainan dengan yang ada di Bolaang Mongondow Utara, namun hanya berbeda pada namanya
saja. Contoh permainan tradisional yang ada di gorontalo diantaranya, cur cur pal, kainje,
benteng-benteng, patumbu, balap karung, koba-koba dan lainnya.
3.2 Saran

Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih memperbaiki atau
memperdalam kajian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Siti Nur Hayati, Khamim Zarkasih Putro 12UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta."BERMAIN DAN
PERMAINAN ANAK USIA DINI".Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 4
Nomor 1, Mei 2021.

Oman Farhurohman Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten."HAKIKAT BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI DI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)".Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 2
No. 1. Januari - Juni 2017 ISSN 2541-5349.
Hartono Hadjarati, Arief Ibnu Haryanto (2020).IDENTIFIKASI PERMAINAN DAN
OLAHRAGA TRADISIONAL KABUPATEN GORONTALO. Jurnal Jurnal Ilmu
Keolahragaan Undiksha. 8(3) 128.

Novi mulyani, Super Asyik Permainan Tradisional Anak Usia Dini. Yogjakarta, Diva Press
(2016).

Tuti Andriani Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau."Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini".Jurnal
Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari-Juli 2012.

Hartono Hadjarati1), Arief Ibnu Haryanto2)Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga


dan Kesehatan1Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia.”Traditional Games and Traditional
Sports Boalemo”.Jp.jok (Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan).

Rustam I Husain 1 , Hakop Walangadi2.”Permainan Awuta, Ponti dan Kainje dalam


Menumbuhkan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Dini”.Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia DiniVolume 5 Issue 2 (2021) Pages 1352-1358Jurnal Obsesi.

Annisa Fathoni Abidah’,Rukayah², Nurul Kusuma Dewi¹.”SIKAP KERJASAMA MELALUI


PERMAINAN BENTENGAN Pada Anak Usia 5-6 Tahun”.Jurnal Kumara Cendekia.

Abdul Munir.”Pengaruh Permainan Balap Karung dan Egrang terhadap Peningkatan


Kepercayaan Diri Anak Usia Dini di PAUD Cahaya Kecamatan Rambutan Kota Tebing
Tinggi”.Jurnal verta, 5(2) Desember (2019) ISSN 2461-1263.

Anda mungkin juga menyukai