Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BERMAIN DAN PERMAINAN AUD


Konsep Dasar Permainan (Pengertian Bermain, tujuan bermain, Pentingnya bermain,
Manfaat Bermain, dan prinsip-prinsip bermain)

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

pada Mata Kuliah Bermain dan Permainan AUD)

Dosen Pengampu: Nur Adiyah Yuliastri, M. Pd.

Kelompok. I
NAMA NIM
Miftahul Hidayati Syam: (210103006)
Citra Evarisna (210103007)
Amiroh Rahmatin Putri: (210103017)
Nurul Wahidah : (210103023)
Candra Ayuni Nursiana: (210103046)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HAMZANWADI
T.A 2022/2023
Kata Pengantar

Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk kami ucapkan selain puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya.
Sehingga, kami mampu menyelesaikan makalah Bermain Dan Permainam AUD ini. Makalah
“Bermain dan Permainan AUD” ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Bermain dan Permainan AUD Semester 3 pada Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi
PGPAUD Universitas Hamzanwadi.
Makalah ini berjudul “Konsep dasar bermain anak usia dini” dan akan membahas
tentang “Pengertian Bermain, tujuan bermain, pentingnya bermain, manfaat bermain, dan
prinsip-prinsip bermain untuk anak usia dini”. Kami berharap semoga makalah Bermain dan
Permainan AUD ini dapat bermanfaat bagi kami serta bagi Mahasiswa khususnya prodi
PGPAUD di Universitas Hamzanwadi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca terutama kepada Ibu Dosen pengampu Mata Kuliah Bermain dan Permainan AUD
di Universitas Hamzanwadi.

Selong, 06 September 2022

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar .....................................................................................................ii

Latar Belakang.......................................................................................................4

Rumusan Masalah.................................................................................................4

Tujuan Pembahasan..............................................................................................4

Pembahasan ...........................................................................................................5

A. Pegertian belajar.................................................................................5

B. Unsur-unsur belajar............................................................................6

Tujuan belajar..........................................................................................................8

Ciri-ciri belajar.........................................................................................................8

Faktor yang mempengaruhi proses belajar..............................................................9

Kesimpulan..............................................................................................................12

Daftar Pustaka..........................................................................................................13

Daftar Isi .................................................................................................................iii

Pendahuluan.............................................................................................................

Penutup....................................................................................................................
PENDAHULUAN

Bermain adalah hak setiap anak. Bermain merupakan lahan anak-anak dalam
mengekspresikan segala bentuk tingkah laku yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Pada
mulanya, bermain dianggap sebagai kegiatan yang dipandang sebelah mata.

Bagi orang dewasa kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak merupakan hal sepele dan
membuang waktu. Namun, tidak untuk anak-anak, dengan bermain mereka dapat
mengembangkan aspek sosial, membangun kreativitas, serta mengasah kemampuan fikir dan
kebahasaan anak dalam berkomunikasi. Melalui bermain pula anak memahami kaitan antara
dirinya dan lingkungan sosialnya (Sugianto 1995:11).
1.1 Pengertian Bermain
Menurut Scarlett dkk, (2005) dalam Suminar (2019) menyatakan aktivitas dari
bermain adalah kebebasan dan rasa senang yang didapatkan. Proses pengulangan dalam
bermain adalah gambaran dari rasa senang yangdidapatkan dari kegiatan bermain. Selain
itu bermain memberikan manfaat positif bagi perkembangan kognitif anak. Manfaat ini
dilihat dari dua hal yaitu (1) eksplorasi dna perbendaharaan kata, (2) konsep ruang, waktu
dna bentuk. Perkembangan anak pada masa ini ada masa eksplorasi. Eksplorasi yang
dilakukan anak berupa kegiatan bermain.

Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan belajar banyak
hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi,
kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas (Mulyasa 2014:166). Selanjutnya dituturkan
oleh Ailwood (2003): Play in early childhood educationforms a significant nodal point at
which understanding and discourses of childhood, motherhood, education, family,
psychology, and citizenship coagulate and collide. Penuturan dari Ailwood tersebut,
bermakna bahwa bermain pada lembaga PAUD merupakan suatu titik temu antara
pemahaman dan percakapan yang terjadi pada anak, orang tua, pendidikan, keluarga,
psikologi dan penguatan terhadap kenegaraan. Disimpulkan bahwa bermain merupakan
aktivitas mendasar anak yang dilakukan sendiri, bersama pendidik, keluarga, teman
maupun orangtua yang mana kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, menyenangkan,
dan tanpa paksaan, dengan bermain anak-anak akan mampu memahami aturan-aturan,
bekerjasama, dan bersosialisasi.

Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi yaitu: 1) motivasi internal,
dimana anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri dan tanpa
paksaan;

a. Aktif, yakni ketika anak-anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan fungsi
fisik dan mental;
b. Nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan, terlepas dari
realitas seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan
c. tidak memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya, merupakan esensi dari
bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata (Suyanto 2003:145-
146).

Menurut KBBI permainan merupakan sesuatu yang digunakan untuk bermain, baik
berupa barang ataupun sesuatu yang dapat digunakan untuk bermain. Beberapa ahli
berpendapat mengenai permainan salah satunya, yaitu Gross dimana menurut Gross
permainan hendaknya dilihat sebagai latihan fungsifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan dewasa kelak. Sedangkan menurut Schaller, permainan menawarkan
kelonggaran setelah melakukan suatu tugas atau bersifat merefresh, Schaller menyebut
bahwa permainan adalah lawan kata dari bekerja (Farhurohman, 2017).

Selain itu ada pendapat dari Tedjasaputra yang menyatakan bahwa permainan
merupakan bentuk dari bermain yang memiliki aturan dan syarat untuk disepakati
bersama. Senada dengan pendapat Tedjasaputra, menurut Ralbi permainan adalah kegiatan
yang dikendalikan oleh aturan dan bahkan terkadang dapat menjadi sebuah pertandingan.
Selanjutnya menurut Ruswandi permainan merupakan kegiatan yang memberikan
pengalaman belajar bagi para pemainnya (Farhurohman, 2017). Dari beberapa uraian di
atas maka dapat ditarik keseimpulan bahwa permainan merupakan suatu kegiatan bermain
yang dikendalikan dan ditandai oleh aturan yang telah disepakati bersama dan
memberikan pengalaman belajar bagi para pemainnya

1.2 Tujuan Bermain

A. Tujuan Bermain pada Anak Usia Dini

Secara garis besar kegiatan bermain pada anak mempunyai tujuan yaitu agar anak
dapat meningkatkan tumbuh kembangnya secara optimal. Kegiatan bermain dengan
teman sebaya akan meningkatkan kemampuan sosial dalam diri anak, selain itu
dengan bermain dapat menjadikan potensi kreativitas anak semakin meningkat
(Sujiono, 2012).

Wolfgang (Sujiono, 2012); (Nutbrown, 2006) menyebutkan bahwa


tujuan kegiatan bermain antara lain, yaitu:

a. Memperkuat otot-otot dan mengembangkan koordinasi melalui gerak


Mengembangkan keterampilan emgera
b. Mengembangkan kemampuan intelektual
c. Meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri

Jeffree, McConkey dan Hewson (Sujiono, 2012) berpendapat bahwa


terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami dan
distimulasi, antara lain :

a. Bermain muncul dalam diri anak. Kegiatan bermain seyogyanya tumbuh sendiri dari
keinginan anak, sehingga anak dapat menikmati dan bermain dengan caranya sendiri
secara suka rela tanpa ada paksaan dari siapapun.
b. Bermain harus bebas dari peraturan yang mengikat dan merupakan kegiatan untuk
dinikmati, anak usia dini memiliki cara tersendiri untuk menikmati permainan. Oleh
karena itu, permainan yang dimainkan haruslah mengasikkan, menyenangkan serta
menggairahkan.
c. Bermain merupakan aktivitas nyata, saat bermain anak melakukan aktivitas nyata,
seperti contoh saat melakukan aktivitas dengan air anak dapat mengenal air dari
kegiatan bermain tersebut karena bermain melibatkan keikutsertaan fisik dan mental
anak.
d. Bermain lebih memfokuskan proses dari pada hasil, dengan bermain anak mengenal
dan mendapatkan keterampilan serta dapat mengembangkan keterampilan baru dari
apa yang dimainkan.
e. Bermain harus didominasi oleh pemain, artinya permainan anak tidak didominasi oleh
orang dewasa karena jika permainan didominasi oleh orang dewasa maka anak tidak
akan mendapatkan pelajaran apapun.
f. Bermain harus melibatkan peran aktif pemain, artinya anak sebagai pemain harus ikut
serta dalam permainan untuk mendapatkan pengalaman baru karena bagi anak
bermain sama halnya dengan bekerja yaitu untuk mendapatkan keterampilan dan
pengetahuan baru.

1.3 Pentingnya Bermain


Bermain berguna bagi perkembangan kognitif yang juga didukung oleh Montessori
yang menyatakan bahwa fakta bermain yang dapat menstimulasi otak anak:
(1) pikiran yang mencercap;

(2) periode kritos;

(3) anak adalah makhluk pembelajar;

(4) anak belajar dengan bermain (Suyadi, 2014) dalam NailiRohmah (2016).

Dengan hasil penelitian bahwa dengan bermain dan manfaat bermain bagi
pengembangan aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial. Tentu dengan
diketahuinya manfaat bermain akan menambah referensi bagi stakeholder dikalangan
PAUD
Bermain berguna bagi perkembangan kognitif yang juga didukung oleh
Montessori yang menyatakan bahwa fakta bermain yang dapat menstimulasi otak
anak: (1) pikiran yang mencercap; (2) periode kritos; (3) anak adalah makhluk
pembelajar; (4) anak belajar dengan bermain (Suyadi, 2014) dalam NailiRohmah
(2016). Dengan hasil penelitian bahwa dengan bermain dan manfaat bermain bagi
pengembangan aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial. Tentu dengan
diketahuinya manfaat bermain akan menambah referensi bagi stakeholder
dikalangan PAUD

1.4 Manfaat Bermain


Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang dilakukan demi aktivitas itu
sendiri; bermain memiliki fungsi dan bentuk (Santrock, 2012:306). Pada makalah ini akan
diuraikan mengenai pemanfaatan bermain bagi aspek-aspek perkembangan anak usia dini,
yang meliputi aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial.

a) Bermain dan perkembangan moral

Menurut Santrock (2012:282) perkembangan moral mencakup perkembangan


pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan kebiasaan mengenai hal-hal yang
seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Pada anak usia
dini, moralitas bagi mereka merupakan hal abstrak dan sulit untuk didefinisikan,
sehingga perlu cara lain untuk mengenalkan moral pada anak, salah satu cara yaitu
melalui kegiatan bermain.

b) Bermain dan perkembangan motorik

Aspek motorik sarat dengan kegiatan yang dilakukan dengan gerak, baik gerak kasar
atau halus. Pada anak usia dini, aktivitas yang dikerjakan selalu diwarnai dengan
gerak. Gerak dapat menyebabkan anak bermain dan bermain membuat anak
menggerakkan anggota tubuhnya. Anak yang mendapatkan kesempatan untuk
bermain, maka ia akan melatih kemampuan otot-otot yang menjadikan anak kuat dan
bugar.

Contoh bermain yang bermanfaat dalam pengembangan kemampuan motorik kasar


anak adalah pada bermain yang melibatkan dua anak atau lebih seperti pada
permainan tradisional. Semisal anak bermain petak umpet, anak yang kalah akan
menjaga basecamp dan anak lainnya menyembunyikan diri. Anak yang kalah akan
berlari mencari di mana teman yang lainnya saling sembunyi. Dalam permainan
tradisional ini anak harus berlari, jalan, membungkuk, bergegas, sehingga sangat baik
dalam menstimulasi otot serta pernafasan anak. Anak juga akan merasa tertantang dan

c) Bermain dan perkembangan kognitif

Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, ingatan, kreativitas, daya pikir, serta daya
nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep hanya dengan bermain. Dengan bermain
anak akan lebih mudah menerima konsep-konsep tersebut daripada diajarkan seperti
orang dewasa yang sedang belajar. Contoh sederhana semisal ia sedang bermain bola,
ia dapat mengenal bentuk bola yang ia mainkan bagaimana, warna bolanya apa, lebih
besar atau lebih kecilkah dengan bola milik teman lainnya.

d) Bermain dan perkembangan bahasa

Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang peranan penting dalam
kehidupan. Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah terjadi interaksi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok. Bahasa juga menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan
Tuhan lainnya.

Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi dengan lawan


mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Awalnya dalam
bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh, namun seiring berjalannya waktu,
semakin bertambahnya perbendaharaan kata maka anak akan menggunakan bahasa
verbal dalam rangka berkomunikasi dengan teman mainnya. Perkembangan bahasa
dapat dikembangkan ketika anak mengutarakan keinginannya, mengeluarkan
pendapat, serta memberi komentar kepada lawan mainnya.

e) Bermain dan perkembangan sosial

Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Sekumpulan anak-anak akan saling
bersosialisasi dalam kegiatan bermain. Dari kegiatan bermain bersama temanteman,
anak akan belajar memahami diri dan orang lain. yang mulanya egosentris, setelah
bermain dengan anak-anak lain bisa dimungkinkan ia akan mulai sosialis. Egosentris
adalah keadaan dimana semua benda atau sudut pandang diarahkan menurut
perspektif dirinya. Selain itu, bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak,
kedisiplinan, serta kejujuran. Dengan bermain bersama teman lainnya, ia akan
bersikap untuk dapat bekerja sama dalam tim.

1.5 Prinsip – prinsip bermain Anak usia dini


1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain

Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak
melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah
pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi,
mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya. Bermain bagi anak juga sebagai
pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf
otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan
dan membangun pengalaman positif. Kegiatan pembelajaran melalui bermain
mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di


rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan
kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan
lembaga/guru/orang tua.

3. Stimulasi Terpadu

Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan
seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi,
pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak sebagai
individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka
penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi, dan
pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadi
keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.

4. Berorientasi pada Perkembangan Anak

Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda,


namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama.
Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan perkembangan
masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik memahami tahapan
perkembangan anak.

5. Lingkungan Kondusif

Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan,


kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang
tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk anak. Lingkungan
pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta
demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam
maupun di luar ruangan. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak
anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan
pendidik maupun dengan temannya. Lingkungan belajar hendaknya tidak
memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang
dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar.

6. Menggunakan Pendekatan Tematik


Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.
Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan
lingkungan sekitarnya.

7. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan


dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan
yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan
subjek dalam proses pembelajaran.

8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar

Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang
digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi
berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak, misalnya
daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya. Penggunaan berbagai media dan
sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di
lingkungan sekitarnya. Anak yang terbiasa menggunakan alam dan lingkungan sekitar
untuk belajar, akan berkembang lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara
lingkungan.
KESIMPULAN

Kegiatan yang paling penting dilakukan oleh anak yaitu bermain, karena bagi anak
bermain merupakan hal yang dianggap sangat penting bagi anak dan dapat disamakan dengan
kegiatan bekerja atau belajar bagi orang dewasa. Bermain dapat menjadi sarana untuk
mengubah tenaga potensial dalam diri anak yang akan membentuk macammacam penguasaan
pada kehidupan yang akan datang. Pengalaman mengenali dunia sekitar didapat anak selama
bermain. Bermain dapat memberikan rangsangan pada anak untuk melakukan berbagai tugas
perkembangannya, selain itu dapat menjadi pondasi yang kuat dalam mencari jalan keluar
suatu masalah kelak. Berbagai macam permainan yang dapat dilakukan anak usia dini
seyognya dapat mengasah seluruh aspek

Bermain merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah semestinya
sebagai guru atau orangtua kita memfasilitasi kebutuhan bermain anakanak dengan baik.
Berdasarkan uraian mengenai bermain dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia
dini, disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan mendapatkan manfaat besar dalam
pengembangan aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial. Tentu dengan
diketahuinya manfaat bermain akan menambah referensi bagi stakeholder dikalangan PAUD
untuk menyisipkan unsur edukasi dalam setiap kegiatan bermain anak.

Tanpa disadari anak, kegiatan bermain yang anak-anak lakukan dapat memberikan
suatu penilaian kepada pendidik atau orangtua. Penilaian tersebut merupakan bagian dari
evaluasi, sampai tahap manakah anak? Pertanyaan tersebut, tanpa membuat anak merasa
dinilai dapat dilihat melalui kegiatan bermian. Penilaian suatu komponen pembelajaran yang
menggunakan metode bermain dapat saja dilakukan di awal, tengah, maupun akhir kegiatan
(Yus 2011:137).
DAFTAR PUSTAKA

NailiRohmah. (2016). Bermain Dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak


Usia Dini. Tarbawi.

Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo.

Desmita, 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suyadi. 2014. Teori pembelajaran Anak Usia Dini: dalam kajian Neurosains.

Suminar, D. R. (2019). Psikologi Bermain: Bermain & Permainan bagi


Perkembangan Anak. Surabaya: Airlangga University
Press.

Tameon, S. M. (2018). Peran Bermain Bagi Perkembangan Kognitif dan Sosial Anak.
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 26-39.

Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini P-ISSN: 2615-4560 Volume 4 Nomor 1,
Mei 2021 E-ISSN: 2620-5270

Khadijah & Armanila. 2017. Bermain dan Permainan. Medan: Perdana Publishing

Anda mungkin juga menyukai