Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA

(PLAY AND GAMES)

OLEH :
PRADA INFANTRI TAMARO SILABAN
20086256
DOSEN PEMBIMBING :
1.Drs.Zarwan,M.Kes
2.Ade Zalindro,M.Pd
JURUSAN PENJASKESREK
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat TUHAN yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudu PLAY AND GAMES Ini
dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dari Bapak ( Drs.Zarwan,M.Kes) dan ( Ade Zalindro,M.Pd ) pada
mata kuliah filsafat olahraga,Selain itu,Makalah ini Bertujuan untuk
menambah wawasan tentang penjelasan PLAY AND GAMES bagi para
pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak ( Drs.Zarwan,M.Kes Dan


Ade Zalindro,M.Pd ) Selaku dosen mata kuliah Filsafat Olahraga Yang
telah memberikan Tugas ini sehingga menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan Terima Kasih Kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari Makalah yang saya tulis
masih jauh dari kata sempurna,Oleh karena itu,Kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan Makalah ini.

DURI,06 OKTOBER 2020

PRADA INFANTRI TAMARO SILABAN


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB 1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………

B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH…………………………………………….

BAB 2. PEMBAHASAN

1. PLAY

2. GAMES

BAB 3. PENUTUP

A.KESIMPULAN……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kajian filsafat olahraga didasarkan pada konsep bermain (play), permainan
(games). Keduanya memiliki arti dan aktivitas yang berbeda. Bermain (play)
adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang tujuannya adalah memberikan
kesenangasn pada diri sendiri, Permainan yang diorganisir disebut games, Prestasi
olahraga adalah keterampilan tertinggi olahragawan dalam berkompetitif baik
melawan alam, diri sendiri, orang lain yang dilakukan dalam latihan dan mengikuti
perlombaan atau pertandingan (event) yang didasarkan pada nilai-nilai yang
terkandung dalam olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta kesatria
yang rendah diri dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan olahragawan dapat
ditunjukkan pada hasil perolehan juara dalam kompetisi yang di ikuti baik local,
regional, nasional maupun internasional.

B.RUMUSAN MASALAH
1.Jelaskan Pengertian Play

2.Jelaskan pengertian Games

C.TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan untuk

mempelajari materi dalam mata kuliah filsafat ilmu dan disamping itu

untuk lebih mengetahui apa Pengertian dan penjelasan dari

Play and games.


BAB 2
PEMBAHASAN

A.Pengertian Play
Bermain (play) merupakan suatu perbuatan atau kegiatan sukarela,
yang dlakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah
ditetapkan, menurut aturan yang telah diterima secara sukarela, tapi
mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya, disertai oleh
perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran. Bermain (play)
mempunyai sifat esensial adalah aktivitas untuk hiburan tidak
dipertandingkan.

Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa


memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan
orang lain, Yang harus diperhatikan adalah bahwa bermain haruslah
suatu aktivitas yang menyenangkan, Tidak boleh ada paksaan untuk
melakukan kegiatan bermain Walaupun kegiatan tersebut dapat
menunjang perkembangan aspek tertentu. Kegiatan bermain yang
dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari pemain sendiri, Seorang
pemain harus diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya
sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya.

Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk


bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi
apa-apa. Dalam bermain terdapat unsur ketegangan yang tidak lepas
dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji
ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain walau tanpa wasitpun.
Dalam bermain terdapat unsur ketegangan yang tidak lepas dari etika
seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan,
keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan
anak-anak terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk
permainan yang belum tercemar.

Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu
ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman
dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam
bentuk permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia
yang baik dan kritis, sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih
bersifat mengembangkan daya pikir kritis dengan mengamati realitas
kehidupan. Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya
harimau yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman
sepermainnya. Temannya akan berjuang mempertahankan dengan
bergelut. Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak
bertanggung jawab terhadap permainan tersebut. Ketika terjadi
“perselisihan” maka tanggung jawab anak terhadap permainan ini
membantu dalam pengembangan moralnya.

Dalam hal ini terdapat tujuh cirri yang dapat dijadikan acuan untuk
menentukan apakah sesuatu itu bermain atau bukan, Yaitu :

1. Bermain dilakukan secara voluntir. Bermain yang dilakukan secara


sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari orang lain.
2. Bermain itu spontan. Bermain kapanpun mereka mau.
3. Kegiatan bermain lebih berorientasi pada proses dari pada
terhadap hasil atau akhir kegiatan. Fokus dalam bermain adalah
melakukan aktivitas bermain itu sendiri.
4. Bermain didorong oleh motivasi intrinsik. Maksudnya, yang
mendorong orang untuk melakukan kegiatan bermain tersebut
adalah kegiatannya itu sendiri, bukan faktor-faktor luar yang
bersifat ekstrinsik.
5. Bermain itu pada dasarnya menyenangkan.
Bermain itu bersifat aktif.
6. Bermain memerlukan keterlibatan aktif dari para pelakunya.
7. Bermain fleksibel. Dengan cirri berarti orang yang bermain
memilki kebebasan untuk memilih jenis kegiatan yang ingin
dilakukannya.

Karakteristik Bermain play Yaitu :

1. Bebas, sukarela, dan tanpa paksaan dalam berpartisipasi.


2. Aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu.
3. Hasil dari aktivitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui
atau direncanakan.
4. Aktivitas murni bermain tidak produktif, tidak menghasilkan nilai
yang permanen.
5. Peraturan bermain bergantung pada kondisi, tunduk pada
kesepakatan situasional.
6. Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata.
Pengertian bermain (Play) menurut para ahli :

 Menurut soetjiningsih

bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja


kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal
dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak, seperti halnya makan.

 Menurut Hurlock

bermain menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan


yang di timbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

 Menurut Huizinga

Johan Huizinga melihat permainan sebagai sumber dari bentuk-bentuk


kultural paling penting, yang merentang sejak dari hal-hal yang
menyenangkan, seperti seni, sampai ke hal-hal yang kurang
menyenangkan dan kontroversial, seperti perang. Huizinga
memaparkan karakteristik bermain sebagai dorongan naluri, aktivitas
bebas, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis.
Namun patut diingat bahwa sebenarnya Huizinga menegaskan
permainan sebagai keberadaan yang “tak serius”, tetapi di saat yang
sama menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-habisan
(Huizinga, 1950: 21).Huizinga melihat bahwa bermain dan berolahraga
merupakan kegiatan yang senantiasa ada dalam inti kebudayaan
masyarakat, sejak primitif sampai modern. Meskipun “tak serius”, di
dalam permainan terdapat nilai pendidikan, sehingga perlu
dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan melalui pemberian
rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental
sosial, dan moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan secara normal dan wajar. Tujuan yang ingin dicapai
tersirat di dalam kegiatan itu, suatu ciri yang membedakannya dengan
aktivitas Bekerja.

B.Pengertian Games
Game berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki arti dasar
permainan. Permainan dalam hal ini merujuk pada pengertian
kelincahan intelektual (intellectual playbility), Game juga bisa diartikan
sebagai arena keputusan dan aksi pemainnya, Ada target-target yang
ingin dicapai pemainnya. Kelincahan intelektual pada tingkat tertentu
merupakan ukuran sejauh mana game itu menarik untuk dimainkan
secara maksimal. Pada awalnya, game identik dengan permainan anak-
anak. Kita selalu berpikir game merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh anak-anak yang dapat menyenangkan hati mereka.
Dengan kata lain segala bentuk kegiatan yang memerlukan pemikiran,
kelincahan intelektual dan pencapaian terhadap target tertentu dapat
dikatakan sebagai game.

Dalam kamus bahasa Indonesia (Game) diartikan sebagai permainan.


Permainan merupakan bagian dari bermain dan bermain juga bagian
dari permainan keduanya saling berhubungan. Permainan adalah
kegiatan yang kompleks yang didalamnya terdapat peraturan, play dan
budaya. Sebuah permainan adalah sebuah sistem dimana pemain
terlibat dalam konflik buatan, disini pemain berinteraksi dengan sistem
dan konflik dalam permainan merupakan rekayasa atau buatan, dalam
permainan terdapat peraturan yang bertujuan untuk membatasi
perilaku pemain dan menentukan permainan. Game bertujuan untuk
menghibur, biasanya game banyak disukai oleh anak – anak hingga
orang dewasa. Games sebenarnya penting untuk perkembangan otak,
untuk meningkatkan konsentrasi dan melatih untuk memecahkan
masalah dengan tepat dan cepat karena dalam game terdapat berbagai
konflik atau masalah yang menuntut kita untuk menyelesaikannya
dengan cepat dan tepat. Tetapi game juga bisa merugikan karena
apabila kita sudah kecanduan game kita akan lupa waktu dan akan
mengganggu kegiatan atau aktifitas yang sedang kita lakukan.

Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik antara lain :

A. Ada kompetisi

B. Hasil ditentukan oleh ketrampilan fisik, strategi Dan kesempatan.

Sebuah game bisa dikarakteristikan dari apa yang pemain lakukan


dalam sebuah game misalnya :

 Peralatan

Misalnya : bola, kartu, papan, atau sebuah Komputer.

 Peraturan

Peraturan digunakan untuk menentukan giliran pemain, hak dan


keharusan masing-masing pemain, dan tujuan permainan.
 Skill, Strategi dan Keberuntungan

Game dengan dengan skill, contohnya dengan kekuatan fisik, misal


gulat, menembak dan kekuatan mental seperti catur.

 Single Player Game (pemain satu orang) dan Double Player (lebih
dari satu pemain)

Jika pemain tunggal, pemain harus bermain dengan keahlian, berpacu


dengan waktu dan keberuntungan sedangkan pemain double, pemain
diharuskan untuk menggunakan suatu strategi dan kekompakan
sesama pemain, untuk mencapai tujuan tertentu atau sebaliknya
pemain harus berlomba dengan pemain lainnnya untuk mencapai
sesuatu tujuan.

Roger Cailluis (1955) membagi permainan (Game) menjadi empat,


yaitu :

1. Agon-permainan bersifat pertandingan untuk memperoleh


kemenangan sehingga butuh perjuangan fisik yang keras.
2. Alea-permainan bersifat untung-untungan seperti main dadu
sehingga ketrampilan tubuh tidak diperlukan.
3. Mimikri-permainan fantasi yang membutuhkan kebebasan, dan
bukan sungguhan.
4. Illinx-permainan untuk mencerminkan keinginan melampiaskan
gerak seperti mendaki gunung.

menurut Soetjiningsih (1995) adalah yaitu :

1. Ekstra energi

Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan


energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai.
Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik
bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan
atau jenih. (Nursalam, dkk,2005).

2. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga


stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan
mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat
permainannya. (Nursalam, dkk, 2005).

3. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan


umur dan perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan
hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan
benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut
harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak. (Nursalam, dkk,
2005)

4. Ruangan untuk bermain

Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus
untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di
ruang tidurnya.

5. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru


temantemannya atau diberitahu caranya oleh orang tuanya . cara yang
terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak-
anak akan mendapat keuntungan lebih banyak.
6. Teman bermain

Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain


kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuannya atau
temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka akan kehilangan
kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu
banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak
tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri
dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain
dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan
anak menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap
kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

Menurut Hurlock(1999) adalah :

1. Kesehatan

Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain


aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga
lebih menyukai hiburan.

2. Perkembangan motorik

Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.


Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada
perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik
memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
3. Intelegensi

Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang
kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan.
Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam
permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang
pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih
besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual
yang nyata.

4. Jenis kelamin

Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan


dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis
permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki
menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih
banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir
masa kanak-kanak.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang


anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu,
peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang
bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini
karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu
bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih
cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan
memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara
psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak
terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan
menunjukan kreativitasnya.

6. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih


menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu
roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan
yang tidak mahal sepertu bermain bola dan berenang. Kelas sosial
mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis
kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.

7. Jumlah waktu bebas

Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus


ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan
menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan
kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.

8. Peralatan

Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi


permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan
mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan
lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Secara hirarki bahwa olahraga dilakukan untuk meningkatkan
keterampilanb gerak manusia.Pada dasarnya manusia itu hidup untuk
bergerak, gerakan yang dilakukan kian berarti sehingga pada gilirannya
dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Kajian filsafat olahraga didasarkan pada konsep yaitu bermain (play),


permainan (games). Keduanya memiliki arti dan aktivitas yang berbeda,
bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang
tujuannya adalah memberikan kesenangan pada diri sendiri.

Prestasi olahraga adalah keterampilan teretinggi olahragawan dalam


berkompetitif baik melawan alam, diri sendiri, orang lain yang
dilakukan dalam latihan dan mengikuti perlombaan atau pertandingan
(event) yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta kesatria yang
rendah diri dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan olahragawan
dapat ditunjukkan pada hasil perolehan juara dalam kompetisi yang
diikuti baik local, regional, nasional maupun internasional.

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://axial-axialis.blogspot.com/2013/01/seputar-teantang-filsafat-
olahraga.html

http://saifurss07.wordpress.com/2012/07/27/konsep-play-games-dan-
sport/

http://penjaskes-
pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2010/11/pengertian-
definisi-pendidikan-jasmani.html

Anda mungkin juga menyukai