DOSEN PEMBIMBING
Oleh:
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Kajian Filsafat Play, Games dan
Sport”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak-pihak yg mempunyai blog sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan sangat tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “Kajian Filsafat Play,
Games dan Sport” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Yogyakarta, 26 November 2018
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kajian filsafat olahraga didasarkan pada tiga konsep bermain (play), permainan
(games), dan olahraga (sport). Ketiganya memiliki arti dan aktivitas yang berbeda.
Bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang tujuannya adalah
memberikan kesenangasn pada diri sendiri. Permainan yang diorganisir disebut
games. Olahraga (sport) sebagai bentuk aktivitas bermain yang di organisasikan
sedemikian rupa dengan seperangkat peraturan dan pertandingan dengan
menggunakan tolak ukur keterampilan fisik pelakunya. Prestasi olahraga adalah
keterampilan tertinggi olahragawan dalam berkompetitif baik melawan alam, diri
sendiri, orang lain yang dilakukan dalam latihan dan mengikuti perlombaan atau
pertandingan (event) yang didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
olahraga yaitu kejujuran, keadilan, persahabatan, serta kesatria yang rendah diri
dalam bingkai fair play. Ukuran keberhasilan olahragawan dapat ditunjukkan pada
hasil perolehan juara dalam kompetisi yang di ikuti baik local, regional, nasional
maupun internasional.
Untuk dapat mengetahui kajian filsafat tentang “Play , Games , dan Sport”
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bermain (play) merupakan suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dlakukan
dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan
yang telah diterima secara sukarela, tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam
dirinya, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran. Bermain (play)
mempunyai sifat esensial adalah aktivitas untuk hiburan tidak dipertandingkan.
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan
hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain. Yang harus
diperhatikan adalah bahwa bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan.
Tidak boleh ada paksaan untuk melakukan kegiatan bermain. Walaupun kegiatan
tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu. Kegiatan bermain yang
dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari pemain sendiri. Seorang pemain harus
diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan
bagaimana melakukannya.
Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo
luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa. Dalam bermain
terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang
sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa
wasitpun permainan anak-anak terlihat belum tercemar. Dalam bermain terdapat
unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang
sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa
wasitpun permainan anak-anak terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan
bentuk permainan yang belum tercemar.
Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu ajaran tertentu,
karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman dan bentuk permainan, karena
2
tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk permainan, pendidikan etika disini
yang membetuk manusia yang baik dan kritis, sehingga proses pemberian
pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan daya pikir kritis dengan mengamati
realitas kehidupan. Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya harimau
yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainnya.
Temannya akan berjuang mempertahankan dengan bergelut. Bermain dalam alam
anak memberikan konsep anak bertanggung jawab terhadap permainan tersebut.
Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung jawab anak terhadap permainan ini
membantu dalam pengembangan moralnya.
Dalam hal ini terdapat tujuh ciri yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan
apakah sesuatu itu bermain atau bukan, yakni:
3
Aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu
Hasil dari aktivitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui atau
direncanakan
Aktivitas murni bermain tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yang
permanen.
Peraturan bermain bergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan
situasional.
Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata.
Tujuan permainan:
· Menurut soetjiningsih,
4
bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan
merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar
mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak, seperti halnya makan.
· Menurut Hurlock
· Menurut Huizinga
Johan Huizinga melihat permainan sebagai sumber dari bentuk-bentuk kultural paling
penting, yang merentang sejak dari hal-hal yang menyenangkan, seperti seni, sampai
ke hal-hal yang kurang menyenangkan dan kontroversial, seperti perang. Huizinga
memaparkan karakteristik bermain sebagai dorongan naluri, aktivitas bebas, dan pada
anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Namun patut diingat bahwa
sebenarnya Huizinga menegaskan permainan sebagai keberadaan yang “tak serius”,
tetapi di saat yang sama menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-
habisan (Huizinga, 1950: 21).
Game berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki arti dasar permainan. Permainan
dalam hal ini merujuk pada pengertian kelincahan intelektual (intellectual playbility).
5
Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dan aksi pemainnya. Ada target-
target yang ingin dicapai pemainnya. Kelincahan intelektual pada tingkat tertentu
merupakan ukuran sejauh mana game itu menarik untuk dimainkan secara maksimal.
Pada awalnya, game identik dengan permainan anak-anak. Kita selalu berpikir game
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yang dapat menyenangkan
hati mereka. Dengan kata lain segala bentuk kegiatan yang memerlukan pemikiran,
kelincahan intelektual dan pencapaian terhadap target tertentu dapat dikatakan
sebagai game.
A. Ada kompetisi
B. Hasil ditentukan oleh ketrampilan fisik, strategi, kesempatan
Sebuah game bisa dikarakteristikan dari apa yang pemain lakukan dalam sebuah
game misalnya :
6
Peralatan
Misal : bola, kartu, papan, atau sebuah Komputer.
Peraturan
Peraturan digunakan untuk menentukan giliran pemain, hak dan keharusan
masing-masing pemain, dan tujuan permainan.
Skill, Strategi dan Keberuntungan
Game dengan dengan skill, contohnya dengan kekuatan fisik, misal gulat,
menembak dan kekuatan mental seperti catur.
· Single Player Game (pemain satu orang) dan Double Player (lebih dari satu
pemain) Jika pemain tunggal, pemain harus bermain dengan keahlian, berpacu
dengan waktu dan keberuntungan sedangkan pemain double, pemain diharuskan
untuk menggunakan suatu strategi dan kekompakan sesama pemain, untuk mencapai
tujuan tertentu atau sebaliknya pemain harus berlomba dengan pemain lainnnya untuk
mencapai sesuatu tujuan.
Olaharaga, merupakan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar dalam tubuh kita,
setidaknya kita menggunakan 40% dari otot-otot besar tersebut dalam melakukan
suatu permainan, pertandingan ataupun aktivitas olahraga. Olahraga merupakan
aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan kebugaran seseorang. Olahraga
juga merupakan salah satu metode penting untuk mereduksi stress. Olahraga juga
merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi
fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam
upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit serta stress. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan olahraga secara
rutin dan tersetruktur dengan baik.
Olahraga sebagai ilmu, untuk memperhitungkan kata-kata itu olahraga telah terlebih
dahulu mengkaji beberapa perspektif ilmu yang lain diantaranya adalah, pertama,
7
olahraga akan dikaji secara ontologism (metafisis) yang akan diuji secara berdasarkan
keadaan olahraga itu dan eksistensinya.
Arti olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara
jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-
tingginya.
Bersifat kompetitif
Bentuk bermain yang terorganisir
Lebih spesifik dan mencabgkup play dan game
Permainan yang dilembagakan
Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, olahraga dapat dirinci sebagai berikut.
8
4.1 Relasi Play, Games, Dan Sport
Bermain yang diorganisasikan pun ada dua jenis yaitu yang tidak dipertandingkan
dan dipertandingkan, yang dipertandingkan dinamakan contests. Bermain yang
diorganisasi dan dipertandingkan juga ada dua bentuk yang menggunakan fisik dan
bukan fisik, yang merupakan bermain menggunakan keterampilan fisik adalah
disebut olahraga (sports). Olahraga adalah bentuk bermain yang diorganisasikan
sedemikian rupa dengan peraturan dan dipertandingkan menggunakan tolok ukur
keterampilan fisik (Dwiyogo, 1994:16).
9
halnya berikut ini salah satunya yaitu pendidikan, agama dan pemerintahan. Ruang
lingkup play, games dan olahraga (sport).
10
BAB III
PENUTUP
1.2 Kesimpulan
Kajian filsafat olahraga didasarkan pada tiga konsep yaitu bermain (play), permainan
(games), dan olahraga (sport). Ketiganya memiliki arti dan aktivitas yang berbeda,
bermain (play) adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif yang tujuannya adalah
memberikan kesenangan pada diri sendiri. Permainan yang diorganisir games
olahraga (sport) sebagai bentuk aktivitas bermain yang diorganisasikan sedemkian
rupa dengan seperangkat peraturan dan pertandingan dengan menggunakan tolak ukur
keterampilan fisik orang yang melakukannya.
2.1 Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://axial-axialis.blogspot.com/2013/01/seputar-teantang-filsafat-olahraga.html
http://saifurss07.wordpress.com/2012/07/27/konsep-play-games-dan-sport/
http://penjaskes-pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2010/11/pengertian-
definisi-pendidikan-jasmani.html
http://syahaman.blogspot.com/2010/06/konsep-dan-falsafah-penjas-olahraga.html
http://savekurniawan.blogspot.com/2013/11/filsafat-olahraga.html
http://smpcomunit.blogspot.com/2012/11/olahraga-dan-kesehatan.html
http://www.slideshare.net/intannoorrahmasari/konsep-penjas
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-30943-sportif%20Vol
%206%20No.%202%20Juli%20des%202012.pdf
12