Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PJOK

PERMAINAN TRADISIONAL
BALAP KARUNG

Di susun oleh :

Fezi fadwa rendika

XII MIPA 4

PROVINSI BENGKULU
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 01 SELUMA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan. Tak lupa pula shalawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Muhammad SAW yang telah membawa
kita semua dari era kegelapan menuju era yang terang benderang minna dzulumati
illa nur.
Terselesainya makalah Permainan Tradisonal Balap Karung ini tidak lepas
dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa
motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya
sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tais , 13 februari 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Konsep Permainan.........................................................................................4

B. Konsep Permainan Tradisional......................................................................5

C. Karakteristik dan Manfaat Permainan Tradisonal.........................................6

D. Balap Karung.................................................................................................8

E. Cara Bermain Balap Karung.......................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................... 15

A. Simpulan......................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Balap Karung....................................................................................................9

Gambar 3.2 Karung Plastik dan Karung Goni..............................................................11

Gambar 3.3 Lintasan Balap Karung................................................................................12

Gambar 3.4 Start Balap Karung........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan permainan pada manusia terus berkembang yang pada
mulanya dapat disaksikan pada masa anak-anak. Dulunya anak-anak ataupun
remaja masih memainkan permainan-permainanyang bersifat tradisional.
Permainan-permainan tradisional yang dimaksud sepertimisalnya bermain
kelereng, layang-layang, sepakbola jalanan, dan lain-lain.

Permainan-permainan sejenisnya disebut sebagai permainan tradisional


karena dapatdimainkan dengan begitu mudah dan sederhana tanpa membutuhkan
banyak peralatan atau pun biaya yang mahal. Permainan tradisional juga dapat
membuat anak-anak memiliki ikatan emosional yang melekat kuat pada teman-
teman bermainnya karena melalui permainan tradisional inilah terjadi keakraban
di antara mereka dan menuntut adanya kerjasama serta kekompakan antara
pemainnya.

Seiring dengan berkembangnya permainan pada anak-anak dan remaja, maka


kemudian pola-pola permainan tradisional juga mengalami perkembangan. Kalau
dulu anak-anak dan remaja sering memainkan permainan-permainan tradisional di
sekitar lingkungan tempat tinggal mereka namun kini kita sudah sangat jarang
menyaksikan anak-anak dan remaja yang bermain di jalan-jalan depan rumah
mereka. Kita sudah jarang melihat anak-anak dan remaja yang bermain kelereng,
petak umpet, balap karung dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena terjadi
perkembangan pola permainan pada anak di samping juga terjadi akibat faktor-
faktor lain seperti keterbatasan lahan bermain akibat dari semakin pesatnya
pembangunan-pembangunan fisik sehingga membuat lahan yang sering dijadikan
tempat bermain seperti lapangan sudah semakin sempit. Kondisi ini juga yang
turut memperkecil kesempatan untuk mengembangkan pola permainan tradisional
bagi anak-anak.

Balap karung sebagai salah satu permainan tradisional Indonesia yang masih
tetap eksis hingga sekarang, merupakan wujud dari kearifan masyarakat Indonesia

1
dalam memanfaatkan aneka barang yang ada disekitar untuk menicptaka
permainan yang menghibur, menyehatkan, sekaligus menghangatkan hubungan
kemasyarakatan. Balap karung sebagai permainan, dewasa ini hanya menjadi
salah kegiatan perlombaan dalam memeriahkan Hair Kemerdekaan, padahal
permainan yang melatih fisik anak-anak dan remaja ini harus terus dikembangkan
dan disosialikan kembali ke generasi muda, sehingga permainan balap karung
akan terus eksis dan dimainkan di kemudian hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, penulis
merumuskan beberapa permasalahan yang akan penulis bahas dalam makalah ini
diantaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan permainan?


2. Apa yang dimaksud dengan permainan tradisional?
3. Apa saja karakteristik dan manfaat dari permainan tradisonal?
4. Apa yang dimaksud dengan balap karung?
5. Bagaiamana cara bermain balap karung?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembahasan materi mengenai Permainan Tradisional yang
menyenangkan diantaranya adalah :

1. Mengatahui dan memahami konsep permainan.


2. Mengetahui dan memahami permainan tradisonal.
3. Mengetahui karakteristik dan manfaatkan dari permainan tradisional.
4. Memahami balap karung sebagai permainan tradisonal.
5. Mampu menjelaskan dan bermain balap karung.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah permainan tradisonal balap karung,
sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

2
Sebagai upaya dalam memahami sekaligus panduan dalam
memainkan balap karung.

2. Manfaat Ilmiah
Dapat dijadikan referensi keilmuan bagi siapapun yang
membutuhkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Permainan
Dunia anak-anak dan remaja adalah dunia bermain dan belajar. Menurut
Turner dalam Pertiwi (2006 hlm. 215) bermain adalah sarana untuk memberikan
kesempatan pada anak bergaul dengan anak lain dan belajar mengenal berbagai
aturan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bermain berarti
memainkan permainan. Menurut Istilah, permainan berasal dari kata dasar main.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka arti kata main adalah melakukan
permainan untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang-
senang baik menggunakan alat-alat tertentu atau tidak menggunakan alat. jadi
main adalah kata kerja, sedangkan permainan merupakan kata benda jadian untuk
memberi sambutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akan membuat
senang hati si pelaku.

Sedangkan, Spencer dalam Monk (2006, hlm. 69) mengemukakan bahwa


permainan merupakan kemungkinan penyaluran bagi manusia untuk melepaskan
sisa-sisa energinya karena manusia melalui evolusinya mencapai suatu tingkatan
yang tidak terlalu membutuhkan banyak energy untuk mencukupi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya, maka energinya harus disalurkan melalui cara yang sesuai,
dalam hal ini permainan merupakan cara yang sebaik-baiknya.

Menurut teori permainan seorang ahli psikologi dari Rusia, Ljublinskaja


dalam Monk (2006, hlm. 70) memandang permainan sebagai cerminan relaitas
sebagai bentuk awal memperoleh pengetahuan. Dengan begitu jelasnya bahwa
pendapat mengenai permainan ditentukan oleh kebudayaan.

Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan di atas mengenai


pengertian permainan maka dapat penulis simpulkan bahwa permainan adalah
suatu aktivitas yang merupakan salah satu bagian kehidupan manusia dengan
melibatkan pikiran maupun fisik yang bertujuan untuk memberikan

4
kesenangan, menghabiskan waktu luang, serta alat untuk memotivasi orang yang
bermain tersebut.

B. Konsep Permainan Tradisional


Istilah “permainan” berasal dari kata “main”, sebuah kata kerja, yakni
melakukan sesuatu kegiatan dalam rangka memperoleh kesenangan baik
manggunakan alat tertentu maupun tidak menggunakan alat. Menurut Hamzuri
dan Siregar, dalam (Pabittei, 2009 hlm. 3) pengertian “permainan”, merupakan
kata benda jadian untuk member sebutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan
baik akan membuat senang hati pelakunya.

Istilah tradisional berasal dari kata tradisi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (tahun), arti kata tradisi adalah adat kebiasaan yang turun temurun dan
masih dijalankan di masyarakat; atau penilaian/anggapan bahwa cara-cara yang
telah ada merupakan cara yang paling baik. Adat adalah aturan berupa perbuatan
dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Kebiasaan
adalah sesuatu yang biasanya dilakukan. Namun adat berarti pula wujud gagasan
kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman, dan aturan-
aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Tradisional
mempunyai arti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang
teguh kepada norma-norma dan adat kebiasaan secara turun temurun. Namun
tradisional mempunyai arti pula menurut tradisi. Maka permainan tradisional
mempunyai makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh
pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun dalam masyarakat
pendukungnya dan dapat memberikan rasa puas atau kesenangan bagi pelakunya.

Menurut Danandjaja dalam Achroni (2012, hlm. 30), permainan tradisional


adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara
lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun
temurun, serta banyak mempunyai variasi.

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan atau olahraga yang


berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan

5
selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang
memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat.
Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-sekali dengan maksud
untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas
rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dan lain-lain (Mahendra, 2012 hlm.
3)

Dari berbagai definisi di atas mengenai apa yang dimaksud dengan permainan
tradisional maka dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional merupakan salah
satu bentuk permainan yang berkaitan erat dengan unsure-unsur kebudayaan dan
adat kebiasaan dari kalangan masyarakat tertentu dan biasanya dimainkan dengan
bahan dan alat-alat sederhana.

C. Karakteristik dan Manfaat Permainan Tradisonal


Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan
sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi
juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.
Pengalaman dan pengetahuan tradisional tersebut meliputi segala aspek hidup dan
penghidupan manusia yang dimiliki oleh setiap etnis, persebarannya cukup luas
dan beragam jenisnya (Bahtiar, 2013 hlm. 36). Permainan rakyat memiliki
keunikan tersendiri, sebab antara satu daerah dengan daerah lainnya meskipun
berbeda nama serta bahan-bahan yang dipergunakan, namun secara teknis, ruang
dan waktu serta aturan memainkannya tetap memiliki kemiripan. Adanya
penamaan atau sebutan yang berbeda, sangat dipengaruhi oleh bahasa daerah
masing-masing masyarakat pendukungnya (Bahtiar, 2013 hlm. 36).

Menurut Sukirman dalam Achroni (2012, hlm. 35) bahwa permainan


tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh
karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari.
Sejalan dengan hal tersebut, Nurlan Kusmaedi dalam Achroni (2012, hlm. 37)
berpendapat bahwa permainan tradisional adalah jenis kegiatan yang

6
mengandung aturan-aturan khusus yang merupakan cerminan karakter dan berasal
atau berakar dari budaya asli masyarakat Indonesia.

Menurut Bahtiar (2013 hlm. 36), terdapat pula komponen pada suatu
permainan yang telah ada sejak dulu sampai sekarang. Komponen tersebut bukan
bagian dari suatu permainan, namun lebih bersifat pendahuluan yang harus
dilakukan, agar permainan menjadi lancar, seperti; cara mengundi untuk
menentukan pihak-pihak yang memulai permainan. Permainan tradisional dari
berbagai cara mengundi yang sangat sederhana dan unik, namun
pengaruhnya dalam pelaksanaan permainan sangat menentukan
bagikelancarannya.

Ditinjau dari sifatnya, maka permainan tradisional dapat dibedakan menjadi


dua kelompok, yakni : permainan yang sifatnya untuk bermain (play) dan
permainan untuk bertanding (games) (Dananjaya, 1991:30). Perbedaan antara
keduanya, adalah jenis permainan yang sifatnya hanya untuk bermain, lebih
bersifat mengisi waktu luang atau menghibur diri semata. Sedangkan jenis
permainan bertanding, memiliki sifat khusus, antara lain : lebih terorganisir,
kompetitif, dimainkan paling sedikit oleh dua orang, memiliki criteria untuk
menentukan antara yang kalah dan menang serta mempunyai peraturan yang telah
disepakati oleh semua pihak yang bermain termasuk pengundian tadi.

Selain itu, ada juga sifat atau ciri dari permainan tradisional anak adalah
sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, dan dari mana
asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami
perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar
katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu
peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang
dilakukan oleh manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan
(Achroni, 2012:45). Untuk semua jenis dan sifat permainan tradisional tersebut,
maka bagi pihakpihak yang terlibat dalam suatu permainan tertentu, harus
memahami atau mengetahui atauran bermain termasuk kriteria apa saja yang
harus diperankan, strategi apa yang harus diperhitungkan, langkah apa saja yang
harus dijalankan dan lain sebagainya.

7
Umumnya permainan tradisional kebanyakan dilakukan oleh golongan
anakanak sampai usia remaja meskipun ada pula beberapa jenis permainan
tradisional yang dapat dilakukan oleh orang dewasa (Bahtiar, 2013 hlm. 38).
Berbagai nilai yang terkandung dalam permainan tradisional tersebut dapat
digunakan sebagai media yang tepat untuk menanamkan kepribadian anak yang
melakukannya, karena didalamnya mengandung nilai-nilai tertentu, seperti antara
lain : nilai senang, nilai kejujuran, nilai sportivitas, adanya rasa “kebebasan”,
tenggang rasa, demokrasi, tanggungjawab, patuh, sikap memegang teguh aturan
atau kebiasaan yang berlaku dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan
nilai-nilai positif dan berguna dalam kehidupan sosial (Bahtiar, 2013 hlm. 38).

Permainan tradisional dilakukan setiap saat namun bersifat tetap misalnya


pagi, siang, sore, atau malam hari sesuai kebiasaan. Sifat permainan itu antara lain
permainan yang memerlukan kekuatan fisik dan penerangan cukup adalah cocok
dilakukan di pagi hari atau sore hari; permainan yang tidak memerlukan kekuatan
fisik dapat dilakukan setiap saat, bahkan di malam hari. Bahkan, ada permainan
yang bersifat musiman karena berhubungan dengan sesuatu hal yang berkaitan
dengan kepercayaan dan lain-lain (Bahtiar, 2013 hlm. 38).

Di Indonesia masing-masing etnis atau suku bangsa tersebut memiliki


permainan tradisional yang meskipun berbeda nama dan istilah berdasarkan
bahasa setiap etnis, namun hakikatnya adalah sama, baik waktu, tempat, bentuk,
bahan, cara yang digunakan dalam melakukannya maupun nilai sosial budaya
yang melatar belakangi (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 1983).

D. Balap Karung

Lomba balap karung atau sack racing adalah permainan kompetitif di-mana
peserta menempatkan kedua kaki mereka di dalam karung atau sarung bantal itu
Capai pinggang atau leher mereka dan melompat ke depan dari titik awal menuju
garis finish. Orang pertama yang melintasi garis finish adalah pemenang lomba.

8
Dalam beberapa kasus pemenang balapan ini dihargai dengan hadiah dari
beberapa macam (Wise dan Forest, 2003 hlm. 172).

Gambar 3.1 Balap Karung (sumber: www.kompas.com)

Di kampung-kampung, di sekolah sekolah dasar, pada zaman dahulu tatkala


diadakan perayaan-perayaan, anak atau pun murid-murid beramai-ramai
memainkan “balap karung”. Mereka umumnya laki-laki sekitar umur 6-12 tahun.
Kadang-kadang orang dewasa ikut serta tapi bersifat sebagai penggembira saja,
tidak sebagai peserta penuh. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kelompok
masyarakat. Sebagai suatu hiburan, unsur yang menonjol adalah kompetisi,
kelucuan dan kemeriahan. Biasanya yang menang, karena ada panitia, akan diberi
hadiah tertentu betapapun sederhana. Dalam proses berbalap terjadi kelucuan-
kelucuan karena tingkah laku pengikut yang mengalami kesulitan dalam lari
terburu-buru dalam karung, memuncak bila ada yang jatuh tunggang langgang dan
bangun lagi, maka para penonton bersorak sorai dan tertawa terbahak-bahak
(Pemprov DKI Jakarta, 2010).

Pada mulanya “balap karung” agak terbatas kalangannya, di perayaan-


perayaan dan di lingkungan tertentu, misalnya di sekolah, kampung ataupun
lapangan umum (Pemprov DKI Jakarta, 2010). Tapi selanjutnya, di kantor-kantor
pun dapat dilihat pula dengan peserta meliputi orang· orang dewasa, wanita
maupun laki-laki, pegawai, mahasiswa dan sebagainya. Arena yang dibutuhkan
memanjang sekitar 20 meter dan lebar 3-4 meter yang dibagi menjadi 4 atau 5

9
jalur, menyediakan karung-karung beras dan dimasuki anak ataupun orang
dewasa. Kadang-kadang ada yang kekecilan ada juga yang terlalu besar, ada yang
setinggi perut atau dada. Jadi tergantung tingginya peserta maupun panjangnya
karung (Pemprov DKI Jakarta, 2010). Balapan karung tersebut tidak perlu diiringi
musik atau bunyi-bunyian lain, kecuali sorak sorai penonton saja.

Cara berbalapnya, bebas asal tetap dalam karung. Ada yang meloncat-loncat
dengan dua kaki, melangkah pelan-pelan, atau lari biasa. Yang paling sering
digunakan adalah cara meloncat-loncat (Pemprov DKI Jakarta, 2010). Jatuh
adalah soal biasa, cepat bangun lagi melanjutkan sampai di garis akhir. Antara
peserta tidak boleh saling menubruk atau menghalangl lawan. Karena sifatnya
lebih menonjolkan kelucuannya, meskipun bertanding antara peserta terjadi saling
mentertawakan sambil berusaha sekuat tenaga untuk menang. Untuk mulai
pertandingan, ada yang menjadi wasit di garis akhir, hasilnya panitialah yang
memperhitungkan (Pemprov DKI Jakarta, 2010).

Di dalam permainan tradisional balap karung ini ada banyak nilai yang
terkandung, yang krusial bagi kita. Ini bukan sekedar permainan buat bersenang-
senang, tapi lebih dari itu ada banyak kegunaan yang dapat kita peroleh
(Binasyifa, tanpa tahun), antara lain:

1. Nilai Kerja Keras

Kerja keras diperlukan setiap peserta untuk berjuang berlari di dalam karung
mulai dari garis start hingga garis finish .

2. Nilai Sportivitas

Nilai sportivitas ini terbentuk ketika setiap orang dan setiap tim harus dengan
lapang dada menerima apapun hasil pertandingan. Karena pada dasarnya ini ialah
permainan buat menambah keakraban, bukan benar-benar kompetisi yang serius,
sehingga meski kalah permainan mengajarkan setiap orang buat berlapang dada.

3. Nilai Kerja Sama

10
Nilai kolaborasi ini sangat kental terasa pada permainan balap karung yang
dilakukan secara estafet. Setiap anggota tim harus kompak dan berusaha sekuat
tenaga agar menang buat timnya.

4. Nilai Kekeluargaan

Kekeluargaan juga akan terjalin lebih kuat di antara peserta sebab permainan
ini meskipun penuh perjuangan dan keringat namun juga sangat menghibur dan
membuat interaksi sosial antar peserta dan bahkan penonton menjadi semakin
kuat.

5. Nilai Kebersamaan

Nilai kebersamaan tercipta sebab permainan ini ialah permainan lintas batas
gender, usia, ras, dan latar belakang. Semua orang dapat ikut bergembira dalam
permainan ini tanpa memandang bulu. Tidak ada sekat, tak ada pembatas, tak ada
hirarki dalam permainan tradisional balap karung ini. Semuanya bersama-sama
merayakan kegembiraan.

E. Cara Bermain Balap Karung


1. Syarat Permainan

Untuk bisa memainkan permainan ini ada beberapa syarat nan harus dipenuhi,
antara lain:

Gambar 3.2 Karung Plastik dan Karung Goni (Wikipedia.org)

11
a. Karung yang digunakan buat lomba wajib tersedia. Dapat menggunakan
karung beras, atau karung terigu yang memiliki kapasitas 50 kg (jumlah
disesuiakan dengan peserta atau tim).
b. Ada pekarangan dengan penutup lahan berupa tanah dengan panjang
sekitar 20-50 meter dan memiliki lebar 3-4 meter.
c. Sebidang tanah yang digunakan sebagai arena pacuan ini kemudian diberi
garis-garis sebanyak 4 hingga 5 jalur dengan tali.
d. Peserta sebanyak 4-6 orang dalam satu kali perlombaan. Apabila peserta
terdapat 20 orang atau lebih, maka perlombaan dapat dibagi menjadi 4
hingga 5 kali buat babak penyisihan, dan kemudian dapat dibuat diagram
pertandingan hingga ke final

Gambar 3.3 Lintasan Balap Karung (sumber: Olahan Pribadi)

2. Aturan Main

Permainan tradisional balap karung dapat dilakukan secara estafet atau secara
individu. Permainan dilakukan secara estafet jika peserta berupa tim. Permainan
yang dilakukan secara individu cukup menarik, namun melakukannya secara
estafet akan lebih menarik lagi.

Tantangannya semakin besar sebab persaingan sengit antar tim dapat terjadi,
hiburannya pun juga semakin besar sebab akan banyak ulah lucu yang dilakukan

12
peserta yang meloncat-loncat sekuat tenaga di dalam karung. Anggaran mainnya
sebagai berikut:

1. Apabila permainan dilakukan secara individu, maka setiap peserta akan


berlomba berlari atau lebih tepatnya meloncat di dalam karung mulai dari
garis start hingga garis finish. Peserta yang mencapai garis finish paling
cepat ialah pemenangnya.
2. Jika dilakukan oleh banyak orang, bagi kedalam kelompok-kelompok
yang teridiri atas 4 s.d 6 orang dengan cara berhitung atau yang lainnya.
3. Apabila permainan dilakukan oleh tim, maka permaianan balap karung
dilakukan secara estafet. Artinya ketika satu pemain telah mencapai garis
finish, ia harus berbalik kembali ke garis start (bisa dengan memutari
sebuah tongkat), dan setelah ia mencapai garis start akan dilanjutkan oleh
pemain kedua menuju garis finish berbalik lagi ke garis start, dan
dilanjutkan pemain berikutnya, demikian seterusnya hingga pemain
terakhir sukses mencapai garis start nan pertama kalinya.
4. Jika memungkinkan dan area pacuan cukup panjang, maka pergantian
permain dalam tim bisa dilakukan seperti pada lari estafet.

Gambar 3.4 Start Balap Karung (sumber: Karang Taruna Jalan Jaksa)

Melakukan balap karung secara estafet sangat menyenangkan, dan niscaya


mengundang tawa dari penoton. pasti ada saja anggota tim yang terburu-buru

13
hingga terjatuh atau melakukan gerakan-gerakan lucu. Permaian secara estafet ini
juga bermanfaat buat menjalin kolaborasi dan kekompakan antar anggota tim,
oleh karenanya permainan balap karung estafet kadang juga digunakan buat
melatih team work di permainan outbound.

Sementara itu, apabila permainan ini dilakukan di perkantoran atau pabrik,


biasanya anggota tim ialah teman-teman dalam satu divisi atau departemen,
melawan tim dari departemen yang lainnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Permainan tradisional bukan sekedar permainan yang hanya menonjolkan
kesenangan semata. Tetapi permainan tradisional dapat melatih kemampuan
motorik, sikap , dan juga ketrampilan . Serta dapat membentuk karakter anak yang
luhur dan menjaga budaya bangsa. Permainan Balap Karung merupakan
permainan tradisonal Indonesia yang dapat dimainkan oleh semua kalangan dan
mampu menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi bagi yang memainkannya. Balap
karung juga bisa digunakan sebagai pengganti olahraga fisik secara
menyenangkan, murah, dan menyehatkan. Selain itu, balap karung juga
diharapkan mampu menumbuhkan semangat pergaulan masyarakat dalam
menjaga nilai-nilai yang ada ditengah-ditengah kehidupan masyarakat global..

B. Saran
Dari pembahasan atas permasalahan yang ada, didapatkan beberapa
kesimpulan. Diantaranya:

1. Permainan tradisional termasuk balap karung harus tetap dijaga dan


dikenalkan kepada generasi muda melalui internalisasi nilai dan
sosialisasi yang intens.
2. Balap karung dan permainan tradisional lainnya jangan hanya dijadikan
sebagai kegiatan yang hadir dalam acara HUT RI saja, sehingga
masyarakat tidak merasa asing akan permainan-permainan tradisonal.
3. Orang tua, pendidik dan pengajar diharapkan mampu mengenalkan
permainan-permainan tradisonal kepada generasi muda melalui keluarga
maupun lembaga pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. (2012). Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan
Tradisonal. Jogjakarta : Javalitera.

Bahtiar, N. (2013). Dampak Teknologi Permainan Modern terhadap Kehidupan


Anak dan Remaja di Kompleks Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar.
Skripsi Departemen Antropologi FISIP UNHAS. Makassar: Tidak
Diterbitkan.

Binasyifa. (tanpa tahun). Sejarah Permainan Tradisonal Balap Karung. Tersedia


[online] http://www.binasyifa.com/949/84/26/sejarah-permainan-tradisional-
balap-karung.htm. Diakses [9 maret 2016].

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel. (1983). Permainan Anak-anak Daerah


Sulewesi Selatan. Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sulawesei Selatan.

Mahendra, A. (2012). Modul Permainan Anak Aktivitas Ritmik. Bandung:


Departemen Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FPOK UPI.

Monks, F. J. (2006). Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai


Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Pabittei, A. (2009). Permainan Rakyat Daerah Sulewesi Selatan. Dinas


Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulewesi Selatan.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2010). Balap Karung.


Tersedia [online] http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/69/Balap-
Karung . Diakses pada [9 maret 2016].

Pertiwi, A. (2006). Bermain Dunia Anak. Jakarta : Penerbit Yayasan Aspirasi


Muda.

Wise, D. dan Sandra Forest (2003). Great Big Book of Children's Games. New
York: McGraw-Hill Professional.

Anda mungkin juga menyukai