Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL

PROVINSI RIAU

Dosen Pengampu : Yahya Eko M.Pd

Nama Kelompok :
1. Fitri Hartika Nengsi (A1H019031)
2. Ade Setya Nugraha (A1H019017)
3. Andika Aprianto (A1H019054)

PRODI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Permainan Olahraga
Tradisional dari Daerah Sumatera Barat “ ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah tidak lain untuk memenuhi kewajiban kami
sebagai mahasiswa sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah “Permainan Olahraga
Tradisional”. Selain itu, juga makalah ini dibuat bertujuan sebagai penambah wawasan semua
pembaca dan jugapenulis tentang bermacam-macam permainan tradisional yang berasal dari
suatu daerah yang mana seharusnya kita dapat mengembangkan budaya yang ada disuatu daerah,
tidak hanya mengembangkan namun juga dapat mengetahui beberapa permainan daerah yang
dapat kita semua mainkan dan jadikan sebuah trobosan baru seorang gurudalam mengajar siswa
melalui permainan tradisional.
Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berkaitan dalam
pembuatan makalah khusnya kepada dosen pengampu mata kuliah ini Bapak Yahya Eko
Nopiyanto, M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat memperluas wawasan
pembaca dan juga penulis sesuai degan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari betul, makalah yang telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami harap Bapak dapat memaklumi dalam setiap kesalahan pengucapan kalimat
dan kata yang telah kami buat.Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengethuan.

Bengkulu, 12 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………....... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah……………………………………....... 4
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan…………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Permainan Tali Merdeka…………………………………. 6
B. Permainan Galah Panjang…………………………………9
C. Permainan Engrang……………………………………….11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang dan sejarah termasuk kehidupan masyarakat yang berbeda, secara
bertahap telah menciptakan bentuk tata asuh untuk anak yang berbeda pula di setiap tempat.
Demikian pula hal ini jelas memengaruhi jenis dan karakter mainan dan permainan yang muncul
di wilayah tersebut. Permainan tradisional merupakan hasil penggalian dari budaya sendiri yang
didalamnya banyak mengandung nilai – nilai pendidikan karena dalam kegiatan permainannya
memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang memainkannya. Selain itu
permainannya dilakukan secara berkelompok sehingga menimbulkan rasa demokrasi antar teman
main dan alat permainan yang digunakan pun relatif sederhana.
B. Rumusan Masalah
Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan
rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk
memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengandemikian bermain suatu kebutuhan bagi
anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan
perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalampermainan tradisional.

Kata “tradisional” memiliki makna menurut tradisi atau adat. Dengan pengertian tersebut
dan disimpulkan dengan kata permainan, maka permainan tradisional adalah permainan yang
erat kaitannya dengan tradisi masyarakat setempat dan sesuai dengan adat di suatu tempat.
Menurut Santoso Giriwijoyo dan Jafar Sidik (2013:233) berpendapat bahwa “olahraga
adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara hidup,
meningkatkan kualitas hidup, dan mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai dengan
tujuan”.
Maka Permainan Olahraga Tradisional adalah serangkaian gerak raga yang erat kaitannya
dengan tradisi atau adat masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup dan
meningkatkan kemampuan jasmani daerah tersebut.
Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi perlahan-lahan
menggeser keberadaan permainan tradisional. Jarang sekali kita melihat anak-anak jaman
sekarang memainkan permainan tradisional. Pada umumnya, permainan tradisional memiliki ciri
kedaerahan asli sesuai dengan tradisi budaya setempat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya,
unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak sering dimasukkan dalam permainan
tradisional. Dimungkinkan juga untuk memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni
seperti yang biasa kita sebut dengan seni tradisional.
Permainan tradisional memiliki ciri yang punya unsur tradisi dan berkaitan erat dengan
kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu. Permainan tradisional merupakan hasil
penggalian dari budaya sendiri yang didalamnya banyak mengandung nilai-nilai pendidikan
karena dalam kegiatan permainannya memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang
memainkannya. Selain itu permainannya dilakukan secara berkelompok sehingga menimbulkan
rasa demokrasi antar teman main dan alat permainan yang digunakan pun relatif sederhana.
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Permaian Olahraga Tradisional. Sebuah permainan / kegiatan biasanya dilakukan untuk
tujuan kesenangan. Permainan berbeda dari pekerjaan dan juga seni yang lebih sering merupakan
ekspresi dari unsur estetika atau ideologi, namun perbedaan ini tidak jelas dalam bentuk-bentuk
permainan tradisional masyarakat Indonesia, karena unsur seni dan juga pekerjaan terdapat di
dalamnya. Di beberapa kasus, permainan tradisional Indonesia bahkan mempunyai kaitan dengan
unsur magis-religi. Huzziga menyatakan bahwa “Play is older than culture”, bahwa permainan
itu lebih tua dari budaya. Terlepas dari kontroversi pernyataan itu, nyatanya dalam setiap
komunitas memang selalu terdapat permainan sebagai bagian dari kebudayaan mereka.
Dibeberapa budaya yang menunjukan karakter bangsa tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permainan Tali Merdeka


Tali Merdeka adalah salah satu jenis permainan tradisional yang berasal dari daerah Riau.
Anak-anak melayu yang dibesarkan di era 80 dan 90-an tentunya sangat familiar dengan
permainan ini. Permainan yang membutuhkan kekuatan dan kelincahan fisik ini masih menjadi
permainan favorit anak-anak perempuan pada era tersebut.
Permainan lompat tali ini biasanya identik dengan kaum perempuan tetapi juga tidak
sedikit anak laki-laki yang ikut bermain.Permainan lompat tali merdeka biasa disebut di Riau, di
daerah masyarakat yang penduduknya Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut Tali
Merdeka.
Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan
ini ada kaitannya dengan tingkah laku yang dilakukan oleh pemain itu sendiri, khususnya pada
lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini tali direnggangkan oleh pemegangnya setinggi
kepalan tangan yag diacungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang
dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata “merdeka”
Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan inilah yang kemudian dijadikan
sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan darimana permainan ini bermula sulit
diketahui secara pasti, namun dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini
muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain Indonesia juga banyak ditemukan
permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misalnya dengan nama lompat tali, Lompatan. Inti
dari permainan tali merdeka ini adalah melompati rentangan tali karet dengan berbagai
ketinggian yang diukur dari badan pemain yang memegang rentangan tali. Tidak ada catatan
sejarah yang bisa menjelaskan tentang asal muasal penamaan permainan ini. Jika dilihat dari cara
bermain, maka penamaan permainan ini bisa dikaitkan dengan cara pemegang tali saat
memegang tali pada ketinggian terakhir. Yaitu tali dipegang dengan cara mengacungkan kepalan
tangan setinggi mungkin di atas kepala layaknya para pejuang yang sedang meneriakkan pekikan
'merdeka'. Idealnya permainan Tali merdeka dilakukan oleh 3-10 orang pemain. Namun, jika
tidak memungkinkan bisa juga dilakukan oleh dua orang pemain. Namun, untuk bisa memainkan
permainan ini hanya dengan dua orang pemain dibutuhkan tiang sebagai alat bantu untuk
mengikat salah satu ujung tali karet.
Permainan tali merdeka bisa dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Jika
dilakukan dalam kelompok, pemain dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama
sebagai pemegang karet dan kedua kelompok pelompat karet. Peralatan yang dibutuhkan pada
permainan ini adalah tali karet, yaitu karet gelang yang dijalin memanjang. Gelang karet yang
digunakan adalah gelang karet biasa yang banyak dijual di pasar. Biasanya digunakan untuk
mengikat plastik-plastik pembungkus makanan dan barang-barang lain.
Tinggi rentangan tali karet dimulai dari bawah, kemudian terus dinaikkan mengikuti ruas-
ruas tertentu pada tubuh pemegang tali karet. Adapun tingkatan ketinggian rentangan tali yang
harus dilompati oleh pemain tali merdeka adalah:

1. Tali sejajar telapak kaki (di atas tanah/lantai).

2. Tali sebatas lutut


3. Tali sebatas pinggang
4. Tali berada sebatas dada
5. Tali berada sebatas telinga
6. Tali berada sebatas kepala
7. Tali berada sebatas satu jengkal di atas kepala
8. Tali berada pada posisi tertinggi, yaitu tali diletakkan di ujung jari yang diacungkan
lurus tinggi-tinggi di atas kepala.
Setelah berhasil melewati tantangan tertinggi maka tinggi rentangan akan diturunkan secara
bertahap. Akan tetapi bukan berarti tantangan permainan ini berkurang.
 Modifikasi Permainan Tali Merdeka
1. Nama permainan : Lingkaran Pola
Jumlah permain : Setiap kelompok terdiri dari 6 atau lebih
Alat : Peluit dan karet
Tujuan: Untuk melatih konsentrasi, berpikir, dan kecepatan
Cara bermain :
 Pertama peserta membuat lingkaran besar sambil memegang karet yang telah disimpul
tanpa terputus
 Kemudian karet tersebut di lingkarkan di pinggang kemudian menyanyikan lagu “balon
ku ada lima” sambil berjalan melingkar
 Pada saat lagu di baik “door” maka pemandu akan meniupkan peluit,
 Tiupan satu kali peserta membentuk pola segitiga
 Tiupan dua kali membetuk pola persegi,
 Tiupan tiga kali membentuk pola lingkaran
 Dan empat kali tiupan peserta bisa menentukan sendiri pola yang akan dibentuk dalam
gitungan 5 detik
 Kelompok yang paling lambat membentuk pola atau tidak sesuai dianggap gagal atau
kalah.

2. Nama permainan: Karet bersambung


Jumlah pemain :1 kelompok 2 orang.
Alat : Tali karet
Tujuan : Untuk kecepatan , kekompakan dan perpindahan antar pemain
Cara bermain :
 Peserta membuat kelompok berjumlah 2 orang
 Dua peserta tersebut diharuskan memegang karet atau tali yang sama ujung dengan
ujungnya
 Pada hitungan ke tiga, seluruh kelompok berlari hingga garis finish dengan pasangannya
tanpa melepaskan tali
 Kelompok yang lebih dahulu sampai du garis finis adalah pemenangnya.
Gambar 1. Tali Merdeka

Gambar 2. Tali Merdeka

B. Permainan Galah Panjang

Asal usul permainan ini sukar untuk diketahui dan siapakah yang mencipta permainan ini. Ini
disebabkan permainan galah panjang ini telah bermula seawal tahun 1960 an dan terus
berkembang ke serata Tanah Melayu. Permainan ini bukan sahaja dimainkan di Tanah Melayu
tetapi juga di Negara negara lain seperti Brunei, Singapura dan Thailand. Namun begitu nama
dan corak permainan telah berubah mengikut masyarakat setempat. Di daerah Riau Daratan,
permainan galah panjang ini disebut main cak bur atau main belon. Sedang di daerah jawa barat
di kenal dengan nama Galah Asin atau Galasin.

Pemain Dalam Bermain Galah Panjang


Pemain terdiri daripada regu iaitu tiap-tiap regu mestilah lingkungan 5-10 orang pemain di
dalam satu regu dan terdapat satu (1) pemain simpanan.

Lokasi Bermain Galah Panjang 

Permainan ini dimainkan di atas gelanggang yang dilakar di atas tanah lapang dan rata.
Gelanggang yang dibuat mengandungi 2 lajur dan beberapa baris bergantung kepada bilangan
pemain. Contohnya jika pemain ada 10 orang, gelanggang yang dibuat mengandungi 4 baris. Jika
bilangan pemain sebanyak lapan orang, gelanggang galah panjang mengandungi 3 baris.

Cara Bermain Galah Panjang

 Gelanggang galah panjang di lakar diatas tanah yang lapang. Panjang dan lebar
bergantung kepada pelukis garisan dan bilangan pemain. Selalunya satu petak galah
panjang berukuran lebih kurang 2 meter x 1.5 meter.

 Selepas pemilihan dilakukan, setiap kumpulan akan melakukan pemilihan ketua. Ketua
dari kedua-dua kumpulan akan mengundi siapa yang menjaga gelanggan dan siapa yang
menempuh gelanggang.

 Selepas penentuan, kumpulan yang menjaga gelanggang akan menjaga gelanggang


dengan berpijak diatas garisan yang dilukis tadi. Ketua akan menjaga garisan tengah dan
bebas pergi kemana-mana garisan depan atau belakang.

 Kumpulan menempuh gelanggang akan berkumpul di depan, seterusnya ketua akan


menyapakantanganya dengan ketua pihak lawan. Seterusnya merkabelari masuk ke dalam
gelanggang.

 Penjaga akan mejaga kawasannya agar pihak penempuh tidak melepasi garisan yang
dijaganya.
 Penempuh akan menempuh sampai melepasi garisan paling akhir tanpa disentuh oleh
penjaga gelanggang dan kemudiannya berpatah balik.

 Kemenangan tercapai apabila orang yang telah melepasi garisan paling akhir melepasi
garisan permulaan. Dan permainan diteruskan sehingga ada pemain yang ingin berhenti.

Syarat Permainan
 Jika penjaga gelanggang dapat menyentuh anak buah, maka anak buah akan mati atau
tamat gilirannya bermain dan dikehendaki keluar gelanggang.
 Jika penjaga gelanggang menyentuh ketua, maka seluruh ahli penempuh akan tamat
giliran dan akan bertukar giliran antara penjaga dan penempuh.

Modifikasi Permainan Galah Panjang

 Anak masuk dan berdiri di dalam karung sembari tangannya menggenggam kedua


ujung  agar tidak turun.
 Dan regu penjaga dan yang bermian besiap2 di depan garis yang di tentukan
 Seketika wasit atau guru meniupkan peruit atau menepuk tangan regu pemain dan
menjaga memulai permainan
 Setelah itu pemain mulai bermain dan regu penjaga berusaha menangkap regu pemain
tersebut
 Apabila pemain tertangkap dengan regu penjaga maka iyahkalah
 Yang mencapai garis finishiyahla pemenangnya.
Gambar 3. Galah Panjang

Gambar 4. Galah Panjang

C. Permainan Engrang

Egrang adalah alat permainan tradisional yang terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran
selengan orang dewasa, sedangkan untuk tumpuan bawah bambunya agak besar. Permainan ini
sudah tidak asing lagi, mekipun di berbagai daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda.
saat ini juga sudah mulai sulit di temukan, baik di desa maupun di kota, Permainan Egrang
sendiri sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan permainan yang membutuhkan ketrampilan
dan keseimbangan tubuh.

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana
asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti: sebagian
wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau
yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama
Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa
Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa
Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.

Permainan Egrang sendiri sangat unik karena sangat dibutuhkan ketrampilan dan
keseimbangan tubuh bila menaikinya, makanya tidak semua orang baik orang dewasa maupun
anak anak bisa bermain Egrang. Bentu Egrang disesuaikan dengan pemakainya sesuai dengan
umur si pemakai, bila yang bermain orang Dewasa maka pembuatanya pun panjang dan tinggi,
sedangkan untuk anak anak bentuk dan ukuranya pun pendek.

Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50 cm dari
bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20 cm. Permainan
egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat dimainkan di mana saja,
asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah lapang atau di jalan. Luas arena
permainan tilako ini hanya sepanjang 7–15 meter dan lebar sekitar 3-4 meter.

 Tempat dan Peralatan Permainan

Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat
dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah lapang atau di
jalan. Luas arena permainan tilako ini hanya sepanjang 7–15 meter dan lebar sekitar 3-4 meter.

Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) yang relatif lurus dan
sudah tua dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter. Cara membuatnya adalah sebagai
berikut. Mula-mula bambu dipotong menjadi dua bagian yang panjangnya masing-masing sekitar
2½-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi bambu yang lain menjadi dua bagian dengan ukuran
masing-masing sekitar 20-30 cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas
bambu yang berukuran panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek.
Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.

Gambar 5. Engrang
Gambar 6. Engrang
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Permainan Tradisional pada saat ini semakin jarang dimainkan oleh anak-anak,yang mana
anak-anak lebih memilih permainan moderen sebab permainan moderen dianggak lebih menarik
dan lebih mudah dimainkan.Apa lagi pada saat ini media elektronik semakin mudah ditemui oleh
anak anak sehingga anak lebih mudah mendapatkan informasi mengenai permainan yang
terbaru,hal ini juga juga diperngaruhi oleh faktor lingkungan dan keluarga yang tidak pernah
mensosialisasikan permainan tradisional.
Peran orang tua sangat penting untuk mengsosalisasikan permainan tradisional
indonesiakepada anak-anak mereka.sebagai generasi muda anak-anak harus mewarisi tradisi
yang ada agar tidak punah.
Setiap pertumbuhan manusia pasti akan mengalami perubahansecara cepatatau
lambat,karena manusia memiliki rasa bosan terhadap apa yang dilakukannya.Keinginan untuk
berkembang berdasarkan keinginanyang ada pada setiap individu pasti ada.
Perkembangan itu tidak bisa ditolak sebab itu adalah sifat manusia,dalam artian bahwa
manusia akan memikirkan suatu perubahan untuk mengatasi kebosanannya.Maka dari itu kita
orang tua harus menwariskan kepada anak-anak bagaimana permainan tradisonal itu dilakukan
agar permainan tradisional tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, Elza Fitria, Yohannes Firzal, and Pedia Aldy. "Penerapan prinsip desain Daniel
Libeskind pada fasilitas permainan tradisional Melayu Riau di Pekanbaru." ARTEKS: Jurnal
Teknik Arsitektur 5.2 (2020): 219-228.

Ningsih, E. F., Firzal, Y., & Aldy, P. (2020). Penerapan prinsip desain Daniel Libeskind pada
fasilitas permainan tradisional Melayu Riau di Pekanbaru. ARTEKS: Jurnal Teknik
Arsitektur, 5(2), 219-228.

NINGSIH, Elza Fitria; FIRZAL, Yohannes; ALDY, Pedia. Penerapan prinsip desain Daniel
Libeskind pada fasilitas permainan tradisional Melayu Riau di Pekanbaru. ARTEKS: Jurnal
Teknik Arsitektur, 2020, 5.2: 219-228.

Anda mungkin juga menyukai