Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Fitri Hartika Nengsi


NPM : A1H019031
No Absen : 11
Mata Kuliah : Psikologi Olahraga
Kelas :4B
Dosen Pengampu : Yahya Eko Nopiyanto. S.Pd M.Pd

PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL


1. Ketik di kertas A4, ukuran TNR 12, spasi 1,5.
2. Gunakan minimal 5 referensi dari buku atau jurnal dengan penulis yang berbeda
(minimal tahun 2011).
3. Dikumpulkan paling lambat 18 April 2021, pkl 12.00 WIB.
4. Dikumpulkan melalui KOMTI, dijadikan 1 file berdasarkan nomor presensi, kirim di
GRUP WA.
5. DIANJURKAN MENGERJAKAN SECARA INDIVIDU/ HINDARI SAMA
PERSIS SATU DENGAN YANG LAIN

SOAL UTS
1. Apa yang anda ketahui tentang motivasi dalam olahraga? Kemudian jelaskan hal-hal di
bawah ini.
a. Fungsi motivasi dalam olahraga
b. Hubungan motivasi dan olahraga
c. Strategi meningkatkan motivasi atlet
d. Cara mengukur/mengetahui motivasi atlet

2. Apa yang dimaksud dengan kedasaran diri (Self awareness) dalam olahraga? Kemudian
jelaskan hal-hal di bawah ini.
a. Pentingnya kesadaran diri dalam olahraga
b. Hubungan kesadaran diri dengan keterampilan
c. Teknik meningkatkan kesadaran diri
d. Cara mengukur/mengetahui kesadaran diri atlet

3. Apa yang dimaksud dengan kepribadian atlet? Kemudian jelaskan hal-hal di bawah ini.
a. Pentingnya kepribadian dalam olahraga
b. Ciri-ciri kepribadian yang baik
c. Hubungan kepribadian dengan olahraga
d. Cara mengukur/mengetahui kepribadian atlet

4. Apa yang dimaksud dengan kecemasan dalam olahraga? Kemudian jelaskan hal-hal di
bawah ini.
a. Hubungan kecemasan dan arousal dalam olahraga
b. Hubungan kecemasan dan prestasi olahraga
c. Cara mengendalikan kecemasan
d. Cara mengukur/mengetahui tingkat kecemasan atlet

5. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas grup/kelompok dalam olahraga? Kemudian


jelaskan hal-hal di bawah ini.
a. Aspek-aspek kohesivitas kelompok
b. Faktor-faktor kohesivitas kelompok
c. Hubungan kohesivitas kelompok dengan prestasi olahraga
d. Cara meningkatkan kohesivitas kelompok
1. Apa yang anda ketahui tentang motivasi dalam olahraga? Kemudian jelaskan hal-hal di
bawah ini.
a. Fungsi motivasi dalam olahraga
b. Hubungan motivasi dan olahraga
c. Strategi meningkatkan motivasi atlet
d. Cara mengukur/mengetahui motivasi atlet

Jawab :

1. Pada saat pertandingan seorang atlet akan merasakan yang adanya


ketegangan,kecemasan,dan juga dapat mengganggu kemampuan fisik maupun psikis,
sehingga konsentrasi seorang atlet menurun. Biasanya pada fase inilah yang
menyebabkan atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaik. Jadi, sangat diperlukan
sekali motivasi dari orang lain baik dari seorang pelatih maupun sesama tim bermain.
Maka dari Psikologi olahraga sangatlah diperlukan agar seorang atlet berpikir mengenai
mengapa mereka berolahraga dan apa yang akan mereka capai.
a. Fungsi motivasi dalam olahraga :
Mental yang tegar, di fase ini para atlet akan menjadi percaya diri karena mereka dapat
mengendalikan suasana yang ada di lapangan, maupun di luar lapangan. Disaat inilah
juga seorang atlet melakukan permainan yang optimal dan menampilkan permainan
terbaiknya. Hal tersebut tidak lepas dari kontrol seorang pelatih, yang mana pelatih dapat
memberikan motivasi kepada para atlet dengan cara mengukur tingkat psikologis secara
individual sehingga masalah yang ada pada diri para atlet dapat diketahui dan tentunya
diberikan motivasi yang kuat terhadap atlet. Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah yang bersumber dari diri
seseorang misalnya penghargaan dan prestasi. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang bersumber dari luar diri yang menentukan perilaku seseorang (Maulana,
2015).
b. Hubungan motivasi dan olahraga :
Didalam dunia olahraga motivasi menjadi salah satu hal yang penting bagi atlet. Atlet
yang berlatih dengan rajin, giat dan teratur mepunyai tujuan dan keinginan untuk
menjadi juara atau pemenang di cabang yang mereka tekuni. Untuk mencapai tujuan
tersebut tidak hanya teknik, fisik, taktik yang bagus, yang di perlukan,tetapi seorang
atlet membutuhkan motivasi yang dapat membuat dirinya menjadi antusias dalam meraih
tujuanntersebut. Disaaat melakukan suatu pekerjaan motivasi sangat menentukan
seberapa besar usaha yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Apabila seseorang mempunyai motivasi yang sangaat tinggi akan membuat usaha yang
dilakukannya juga akan menjadi maksimal sedangkan orang yang mempunyai motivasi
yang rendah akan menyebabakan usaha yang dilakukan mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuannya serta hasilnya tidak akan maksimal. Sama seperti dengan seorang
atlet, apabila seorang atlet mengalami kebosanan pada saat latihan maka latihan yang
dilakukan tidak akan mendapaatkan hasil maksimal. Disaat sepertri itulah sangat
diperlukan penyemangat dan keekuatan pendukung yaitu motivasi.
c. Strategi meningkatkan motivasi atlet :
1. Menetapkan sasaran (goal setting) yaitu membuat subuah tantangan pada atlet untuk
dilewati. goal setting merupakan merangsang para atlet untuk mendapatkan hasil
yang baik dalam proses latihan maupun dalam pertandingan. terdapat beberapa
batasan tentang metode goal setting ini agar berjalan secara efektif.
2. Persuasi verbal adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk membakar semangat atlet
berupa ucapan-ucapan dan memotivasi untuk para atlet,hal tersebut sangatlah mudah
untuk dilakukan dimana Pelatih, ofisial, atau keluarga adalah orang-orang sangat
sering memberikan persuasi secara verbal.
3. Imagery Training, Menurut Setyawati (2014). Imagery adalah suatu teknik yang
sering dipakai oleh para psikolog olahraga untuk membantu seseorang
menggambarkan atau melatih mental berhubungan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Dalam cabang olahraga, imagery digunakan untuk membantu atlet
dalam mengambarkan kondisi lapangan,lawan, yang lebih nyata berkaitan dalam
suatu pertandingan atau kompetisi yang akan dihadapi.
d. Cara mengukur/mengetahui motivasi atlet :
Misalnya seorang atlet yang ingin memenangkan suatu kejuaraan, yang pada awalnya
merasa kurang yakin akan kemampuannya maka dengan adanya motivasi baik yang
muncul dari diri sendiri ditambah motivasi dari teman, pelatih, keluarga dan lingkungan
maka atlet tersebut akan merasa semangat dan antusias dalam berlatih dan semakin siap
dalam menghadapi kejuaraan. Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang
untuk mencapai hasil yang tinggi.
Referensi :
1, Kuspriyani, D. S. (2014). Survei Motivasi Prestasi Atlet Klub Bulutungkis Pendowo
Semarang Tahun 2014. Journal of Physical Education Health and Sport, 1(2), 108-114.

Blegur, J., & Mae, R. M. (2018). Motivasi berolahraga atlet atletik dan tinju. Jurnal
Keolahragaan, 6(1), 29-37.

Maulana, I. A. (2019). SURVEI MOTIVASI INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK ATLET WUSHU


SASANA GENTA SUCI AMBARAWA DALAM PENINGKATAN LATIHAN TAHUN 2018-2019
(Doctoral dissertation, UNNES).

Sakti, O. N. A. (2019). PERBEDAN SENAM AEROBIK TERHADAP MOTIVASI INSTRINSIK


DAN EKSTRINSIK SE-KECAMATAN SEMARANG SELATAN 2019 (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
.
Fakhria, M., & Setiowati, E. A. (2017). Motivasi berprestasi siswa ditinjau dari fasilitasi sosial
dan ketakutan akan kegagalan. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(1), 29-42.

2. Apa yang dimaksud dengan kedasaran diri (Self awareness) dalam olahraga? Kemudian
jelaskan hal-hal di bawah ini.
a. Pentingnya kesadaran diri dalam olahraga
b. Hubungan kesadaran diri dengan keterampilan
c. Teknik meningkatkan kesadaran diri
d. Cara mengukur/mengetahui kesadaran diri atlet

Jawab :

2.Apa yang dimaksud dengan kedasaran diri (Self awareness) dalam olahraga?
Kemudian jelaskan hal-hal di bawah ini :
Self awareness atau kesadaran diri merupakan sikap yang berupaya memerhatikan
pikiran, perilaku, perasaan dan dampaknya terhadap orang lain. Kesadaran diri adalah
kemampuan untuk mengenali perasaan dan mengapa seseorang merasakannya seperti itu
dan pengaruh perilaku seseorang terhadap orang lain.
a. Pentingnya kesadaran diri dalam olahraga :
Pentingnya kesadaran diri. Menurut penelitian Tasha Eurich PhD, seseorang yang
memiliki Self-Awareness dinilai lebih percaya diri dan lebih sukses dalam hubungan
maupun pekerjaannya. Dalam studi ilmiah yang diikuti oleh hampir 5000 partisipan
terkait Self-Awareness disimpulkan bahwa seseorang dengan Self-Awareness yang baik
terbukti:
I. Lebih percaya diri
II. Lebih kreatif
III. Membuat keputusan yang lebih baik
IV. Membangun relasi lebih kuat
V. Berkomunikasi lebih efektif
VI. Cenderung untuk tidak berbohong, menipu dan mencuri
b. Hubungan kesadaran diri dengan keterampilan :
Hubungan antara kesadaran diri dengann keterampilan,keduanya memiliki kesamaan
yaitu memiliki kapasitas untuk melakukan bebrbagi tugas dalam suatu pekerjaan
c. Teknik meningkatkan kesadaran diri :
Cara meningkatkan kesadaran diri:
1) Memberanikan diri keluar dari zona nyaman
2) Menciptakan keharmonisan kebersamaan dalam bekerja
3) Selalu ingin tahu
4) Sering bertukar pendapat dengan teman
5) Selalu memberikan respon dan dukungan positif.

d. Menurut saya cara mengukur kesadaran diri seseorang itu belum bisa,sebab mengukur
kesadaran diri seseorang dilihat dari kondisi dan situasi seseorang.Jika dondisi seseorang
sedang tidak baik,kita tidak bisa menilai kondisi nya.
Referensi :

Fluerentin, Elia. "Latihan Kesadaran Diri (self awareness) dan kaitannya dengan penumbuhan
karakter." Jurnal Inspirasi Pendidikan 1.1 (2012).

Maharani, L., & Mustika, M. (2016). Hubungan self awareness dengan kedisiplinan peserta didik
kelas VIII di SMP Wiyatama Bandar Lampung (penelitian korelasional bidang BK
pribadi). KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 3(1), 57-72.

Dewi, Noviyanti Kartika. "PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK


BERBASIS NILAI KARAKTER LOKAL JAWA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN
DIRI (SELF AWARENESS) SISWA." Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 3.1 (2016).

Sastrawinata, Hendra. "Pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial terhadap kinerja auditor pada kap di kota Palembang." SOSIALITA 1.2
(2011).

Maharani, Laila, and Meri Mustika. "Hubungan self awareness dengan kedisiplinan peserta didik
kelas VIII di SMP Wiyatama Bandar Lampung (penelitian korelasional bidang BK
pribadi)." KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal) 3.1 (2016): 57-72.

3. Apa yang dimaksud dengan kepribadian atlet? Kemudian jelaskan hal-hal di bawah ini.
a. Pentingnya kepribadian dalam olahraga
b. Ciri-ciri kepribadian yang baik
c. Hubungan kepribadian dengan olahraga
d. Cara mengukur/mengetahui kepribadian atlet

Jawab :

3.Apa yang dimaksud dengan kepribadian atlet? Kemudian jelaskan hal-hal di bawah ini :
Secara umum Psikologi kepribadian berkaitan dengan perbedaan individu, definisi
sederhana tentang kepribadian: "Kepribadian adalah karakteristik pola perilaku orang
yang konsisten".
Tentang pengaruh kepribadian dalam olahraga. Biasanya bertujuan untuk
mendeskripsikan kepribadian atlet yang sukses atau memprediksi kesuksesan atlet
berdasarkan karakteristik tertentu.
a. Pentingnya kepribadian dalam olahraga :
Pentingnya Kepribadian dalam Olahraga ialah mengajarkan atlet disiplin dan sportivitas,
tidak mudah menyerah, memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, bekerja sama, memahami
aturan, dan berani mengambil keputusan. Singkatnya, olahraga akan membentuk
seseorang dengan diri yang sehat.
Maka seseorang yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan
kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Ketika remaja mengikuti
olahraga kompetitif, ternyata dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti olahraga
kompetitif, mereka menunjukkan konsep diri yang lebih positif .Hanya dalam aspek fisik
dan sosial), terlebih lagi yang mengejutkan adalah dampaknya terhadap perkembangan
intelektual
b. Ciri-ciri kepribadian yang baik :
1. Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet, yakni: ambisi prestatif,
kerja keras, gigih, mandiri, komitmen, cerdas dan swakendali.
2. Ketujuh ciri kepribadian tersebut juga telah diuji secara empirik dan terbukti
merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi. Secara berturut-turut,
peringkat kontribusi dari sangat menentukan ke kurang menentukan adalah komitmen,
ambisi prestatif, gigih, kerja keras, mandiri, cerdas dan swakendali.
3. Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada
terbentuknya ciri kepribadian dan munculnya prestasi atlet. Di lingkungan keluarga,
individu yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Sementara itu,
di lingkungan olahraga, individu yang berpengaruh besar adalah pelatih dan sesama atlet.
4. Pengaruh orang tua dilakukan melalui pembudayaan olahraga di lingkungan keluarga,
pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, dukungan finansial dan model. Pengaruh pelatih
dilakukan melalui pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, model dan pemberian
kesempatan. Sementara itu pengaruh sesama atlet dilakukan melalui dukungan sosial,
model dan sparring partner.
c. Hubungan kepribadian dengan olahraga :
Olahraga memiliki peran sebagai sarana pembentuk kepribadian yang termasuk dalam
pola lingkungan dan pola interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini disebabkan
olahraga memiliki satu lingkungan yang menunjang dan dianggap lingkungan yang ideal
bagi perkembangan kepribadian.
d. Cara mengukur/mengetahui kepribadian atlet :
Untuk mengetahui karakteristik kepribadian memiliki satu ilmu pendukung yang dapat
digunakan sebagai cara mengetahui kepribadian seseorang. Psikologi olahraga adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai
dari perilaku sederhana sampai kompleks yang berhubungan dengan olahraga. Psikologi
olahraga memiliki peranan untuk menggambarkan perilaku, menjelaskan dampak
perilaku sebagai akibat dari tindakan, dapat memprediksi perilaku, mengubah perilaku,
serta membantu pencapaian atlet secara optimal, diharapkan dengan psikologi olahraga
dapat mengetahu langkah dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam menyikapi
setiap perbedaan kepribadian pada setiap individu.

Referensi :

Mujib, Abdul. "Teori kepribadian perspektif psikologi Islam." (2017).

Wilcox, Lynn. Psikologi Kepribadian: Menyelami Misteri Kepribadian Manusia. DIVA PRESS,


2018.

Guntoro, Tri Setyo, Kurdi Kurdi, and Miftah Fariz Prima Putra. "Karakter kepribadian atlet
Papua: kajian menuju POPNAS ke-XV." Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran 6.1
(2020): 40-58.

Setiyawan, Setiyawan. "Kepribadian atlet dan non atlet." Jendela Olahraga 2.1 (2017).

Purnomo, Eko. "Kepribadian Mahasiswa Kepelatihan: Perspektif Psikologi Olahraga." Jurnal


Performa Olahraga 3.02 (2018): 100-100.

4. Apa yang dimaksud dengan kecemasan dalam olahraga? Kemudian jelaskan hal-hal di
bawah ini.
a. Hubungan kecemasan dan arousal dalam olahraga
b. Hubungan kecemasan dan prestasi olahraga
c. Cara mengendalikan kecemasan
d. Cara mengukur/mengetahui tingkat kecemasan atlet

Jawab :

4. Kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti
oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam.
Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu
terasa. Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan.
a. Hubungan kecemasan dan arousal dalam olahraga :
Arousal akan menunjukkan adanya peningkatan aktivitas fisiologis dan psikologis dalam
diri seseorang. Aktivitas fisiologis dan psikologis tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh
hypothalamus yang berada di atas batang otak manusia. Terdapat hubungan yang cukup
unik antara arousal dengan kecemasan, pada awalnya kecemasan merupakan salah satu
pemicu terjadinya arousal, namun di sisi lain arousal yang berlebih akan menyebabkan
bertambah pula tingkat kecemasan yang dialami oleh seorang atlet.
Menurut Alim (2010) kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa
tidak menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan
merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang
tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan,
ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak
menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan dirinya mengalami kecemasan.
b. Hubungan kecemasan dan prestasi olahraga :
Tingkat kecemasan atlet. Yang pertama adalah pengalaman. Atlet yang lebih
berpengalaman terbukti memiliki level kecemasan yang lebih rendah dibandingkan
dengan atlet yang baru saja masih amatir. Yang kedua adalah situasi dan kondisi
kompetisi. Kompetisi yang bersifat lebih tinggi tingkatnya cenderung menyebabkan
meningkatnya tingkat kecemasan bagi seseorang. Sebagai contoh level kejuaraan dunia
ternyata lebih stressful dibanding dengan kejurnas. Selain level kompetisi, fase kompetisi
itu sendiri juga memberi pengaruh yang cukup besar.
c. Cara mengendalikan kecemasan :
a. Datang ke tempat pertandingan lebih awal untuk menenangkan dan mempersiapkan
diri menghadapi pertandingan,
b. Bernafas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
c. Beraktifitas fisik untuk mengurangi kecemasan,
d. Melakukan stretching atau penguluran untuk menjaga kondisi fisik.
e. Melakukan latihan otogenik-rilaksasi untuk memberikan penenangan sebelum
menghadapi pertandingan.
f. Selalu mengedepankan pikiran positif dalam memimpin pertandingan.
g. Metode-metode lain sesuai dengan kebiasaan dalam memotivasi diri, seperti
membaca, mandi sebelum pertandingan.
d. Cara mengukur/mengetahui tingkat kecemasan atlet :
Situasi dan kondisi lingkunganlah yang menyebabkan tinggi rendahnya kecemasan yang
dihadapi. Sebagai contoh, seorang atlet akan merasa sangat tegang dalam sebuah
perebutan gelar juara dunia. Sebaliknya, tidak begitu tegang saat menjalani pertandingan
dalam kejuaraan nasional. Kecemasan juga terbukti dipengaruhi oleh level
perfeksionisme yang dimiliki oleh seorang atlet.
Referensi :
Annisa, D. F. 2016. Konsep Kecemasan ( Anxiety ) pada Lanjut Usia ( Lansia ), 5(2).

Effendi, H. 2016. Peranan Psikologi Olahraga Dalam Meningkatkan Prestasi Atlet. Nusantara (
Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) Volume 1. ISSN 2541-657X. Dosen Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Padang.

Effendi, A., & Jannah, M. 2019. Pengaruh Pelatihan Self-Talk Terhadap Kepercayaan Diri Atlet
Lari 100 Meter. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 6 (3).

Indriana, Y., Kristiana, I. F., Sonda, A., & Intanirian, A. 2010. Tingkat stres lansia di panti
wredha “pucang gading” semarang. Jurnal Psikologi Undip, 8(2).
Handayani, S. G. 2019. Peranan Psikologi Olahraga dalam Pencapaian Prestasi Atlet Senam
Artistik Kabupaten Sijunjung. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga, 2(2), 1-12.
5. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas grup/kelompok dalam olahraga? Kemudian
jelaskan hal-hal di bawah ini.
a. Aspek-aspek kohesivitas kelompok
b. Faktor-faktor kohesivitas kelompok
c. Hubungan kohesivitas kelompok dengan prestasi olahraga
d. Cara meningkatkan kohesivitas kelompok

Jawab :

5. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas grup/kelompok dalam olahraga? Kemudian


jelaskan hal-hal di bawah ini :

Kohesivitas, yang secara sederhana diartikan sebagai kekompakan, dapat didefinisikan


sebagai proses dinamis yang tercermin dalam kecenderungan untuk menjalin dan
mengembangkan kebersamaan yang padu untuk mencapai suatu tujuan.

a. Aspek-aspek kohesivitas kelompok :

- Kekuatan Sosial. Yaitu keinginan dalam diri individu untuk tetap berada dalam
kelompoknya. Atau dapat juga diartikan sebagai desakan atau dorongan dari setiap
individu terhadap organisasi ataupun kelompoknya untuk tetap berada dalam
kelompok. 

- Kesatuan dalam kelompok. Yaitu perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya


dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam
kelompok. Kesatuan dalam kelompok juga dapat diartikan sebagai kumpulan
manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.
Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi
perilaku para anggotanya.

- Daya Tarik. Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri
dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik. Daya tarik ini dapat berupa
semangat kerja yang dimiliki kelompok sehingga akan berdampak positif terhadap
perkembangan dan keberlangsungan kelompok tersebut untuk dapat mencapai
tujuan. 

- Kerjasama Kelompok. Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja
sama untuk mencapai tujuan kelompok. Kerja sama sendiri juga mampu menjadi
standar penilaian kerja sesorang dalam beberapa kelompok. Untuk dapat melihat
seberapa kuat dan seberapa besar partisipasi dari setiap anggota kelompok.

b. Faktor-faktor kohesivitas kelompok :

- Faktor pertama adalah lingkungan. Lingkungan bisa berarti mikrosistem, yaitu


lingkungan yang bersentuhan dan mempengaruhi langsung seperti offisial dan
sesama tim yang lain; pun bisa juga lingkumgan makrosistem, yaitu lingkungan yang
secara tidak langsung mempengaruhi seperti nilai-nilai budaya. Sistem nilai budaya,
pada tataran tertentu akan mempengaruhi bagaimana seorang anggota tim
berinteraksi dengan yang lain, tetapi untuk sampai pada produktivitas, masih
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
- Kedua, adalah faktor personal/individu dari anggota tim. Faktor ini bisa berhubungan
dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dari setiap anggota tim. Sebuah
tim yang terdiri dari atlet-atlet yang memiliki kualitas personal yang unggul, sangat
berpeluang untuk menghasilkan performance tim yang optimal.

- Ketiga adalah faktor kepeminnpinan. Kepemimpinan menjadi faktor penting dalam


kekompakan tim. Bagaimana seorang pelatih membangun komunikasi dan
berinteraksi dengan para atlet menjadi kata kunci. Karena itu, keterampilan
komunikasi seperti berbicara, mendengarkan, berargumentasi, membela, dan
negosiasi menjadi penting bagi pelatih, dan kesemuanya itu akan mempengaruhi
kekompakan tim.

- Keempat adalah faktor tim. Faktor tim bisa berhubungan dengan hal-hal seperti
motivasi tim untuk sukses, stabilitas tim, dan homogenitas tim. Terkait dengan faktor
tim ini, terdapat model determinants dan consequences.
c. Hubungan kohesivitas kelompok dengan prestasi olahraga :
Peneliti yang memfokuskan penelitiannya pada hubungan antara kohesivitas dan
tampilan (performance), namun terdapat faktor potensial lainnya yang juga berhubungan
dengan kohesivitas tim. Secara faktual, kohesivitas tim juga memiliki keterkaitan dengan
kepuasan, konformitas, stabilitas, tujuan tim, dan partisipasi.
Hubungan yang positif mengindikasikan bahwa semakin positif kohesivitas kelompok
menurut atlet maka semakin tinggi pula motivasi berprestasinya. ... Hal ini menandakan
bahwa semakin tinggi kohesivitas kelompok maka akan semakin tinggi pula motivasi
berprestasi pada atlet cabang olahraga beregu.
d. Cara meningkatkan kohesivitas kelompok :
Tingginya kohesivitas kelompok berhubungan dengan kesesuaian anggota kelompok
dengan norma kelompok, semangat bekerja sama dalam kelompok, maupun komunikasi.
Menurut Wijayanto (2012), terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kohesivitas
kelompok,yaitu:
- Menjelaskan kepedulian mengenai kompetisi. Pimpinan dapat menjelaskan
keberadaan kompetisi yang tinggi dengan kompetitor (dari dalam maupun luar
organisasi) untuk meningkatkan kohesivitas. 
- Meningkatkan daya tarik antarpribadi. Seringkali, orang mau bergabung dalam
sebuah tim karena identitas maupun kekaguman terhadap anggota tim. 
- Meningkatkan interaksi. Interaksi dipercaya dapat meningkatkan kohesivitas dengan
membuat acara-acara agar intensitas interaksi dapat ditingkatkan dan terjadi
kohesivitas kelompok. 
- Menciptakan tujuan bersama dan nasib bersama yang akan mempengaruhi tiga
variabel fungsional dalam efektiviats kelompok, yaitu task interdependence, sense of
potency, dan outcome interdependence.

Referensi :

Wijayanto, Dian. 2012. Pengantar Manajemen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMP NEGERI 13 SEMARANG." Indonesian


Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 1.2 (2012).
Damanik, Inta PN. "Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok dan hubungannya
dengan kelas kemampuan kelompok tani di desa Pulokencana kabupaten Serang." Jurnal
Penyuluhan 9.1 (2013).

Amalia, Aghnia Azka. "Analisis Hubungan Dinamika Kelompok dengan Efektivitas Kelompok
Tani Tranggulasi Di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang." AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 2.2 (2019): 94-100.

Suherman, Maya Masyita. "Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa." Quanta 3.2 (2019): 44-50.

Anda mungkin juga menyukai