Berdasarkan sumber buku Panduan Lengkap EYD (2016). Berikut adalah penjelasan kronologi
kongres Bahasa Indonesia dari yang pertama sampai ke-10.
1. Kongres Bahasa Indonesia I
Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia di Solo. Dari hasil kongres
itu dapat disimpulkan. Bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Selanjutnya, tanggal
18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu pasalnya (Pasal 36)
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Kemudian tanggal 19 Maret 1947.
Diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya.
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan yang ke-2 di Medan. Dalam, kongres
ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia. Untuk terus-menerus menyempurnakan
bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa
negara.
Pada tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan yang ke-3 di Jakarta. Diadakan
dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50. Selain memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Dalam kongres ini pun,
juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
Pada tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan yang ke-4 di Jakarta. Diselenggarakan
dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan
bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Harus lebih ditingkatkan.
Sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan
kepada semua warga negara Indonesia. Agar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
Di tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988, diselenggarakan yang ke-5 di Jakarta. Kira-kira
kongres ini dihadiri oleh, tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dan peserta tamu dari negara
sahabat. Seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kemudian kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Di tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan yang ke-6 di Jakarta. Pesertanya
sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara. Meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. Dalam, kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya. Menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
Tepat tanggal 26-30 Oktober 1998. Telah diselenggarakan yang ke-7 di Jakarta. Pembahasannya
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
Tepat pada bulan Oktober tahun 2003. Para pakar dan pemerhati Bahasa Indonesia akan
menyelenggarakan kegiatan ini yang ke- VIII. Berdasarkan Sumpah Pemuda yang dicetuskan
pada bulan Oktober tahun 1928. Yang menyatakan bahwa para pemuda memiliki satu bahasa
yakni Bahasa Indonesia. Maka bulan Oktober setiap tahun dijadikan bulan bahasa. Pada setiap
bulan bahasa berlangsung seminar Bahasa Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan
Bahasa Indonesia.
Dalam rangka peringatan 100 tahun kebangkitan nasional. Kemudian 80 tahun Sumpah Pemuda,
dan 60 tahun berdirinya Pusat Bahasa. Di tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008.
Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan.
Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda. Kembali diadakan Kongres IX pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di
Jakarta. Pada kongres tersebut akan membahas lima hal utama. Yakni bahasa Indonesia, bahasa
daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa.