RINGKASAN EKSEKUTIF
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) sebagai satuan kerja di bawah
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun
2015 mempunyai tugas, yaitu melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis pembiayaan dan jaminan kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana yang dimaksud, PPJK menyelenggarakan fungsi: 1) penyusunan kebijakan
teknis di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi ekonomi pembiayaan
kesehatan; 2) pelaksanaan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi
ekonomi pembiayaan kesehatan; 3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan dan 4)
pelaksanaan administrasi Pusat. Dalam upaya mewujudkan akuntabilitas dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi PPJK sesuai dengan Permenkes Nomor
64 Tahun 2015, maka perlu disusun laporan kinerja.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Pengukuran
kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang seharusnya terjadi dengan
kinerja yang diharapkan. Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 merupakan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan dengan mengacu pada
Perjanjian Kinerja PPJK yang merupakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari perubahan
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Berikut rincian
indikator dan target kinerja PPJK di tahun 2019:
1. Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN,
sebanyak 2 (dua) dokumen.
2. Jumlah hasil studi/ monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan pembiayaan
kesehatan & JKN/KIS sebanyak 5 (lima) dokumen.
3. Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada
Menteri Kesehatan sebanyak 8 dokumen.
Tren atas capaian Indikator PPJK tahun 2015-2019 berdasarkan tabel dibawah
menunjukkan, bahwa Indikator Kinerja PPJK tahun 2015-2018 dapat dicapai seluruhnya
(100%), sedangkan pada tahun 2019 tidak tercapai seluruhnya, yaitu 1 (satu) Indikator Kinerja
tidak dapat tercapai, indikator tersebut adalah Jumlah dokumen hasil Health Technology
Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan target 8 dokumen
dan capaiannya hanya 3 dokumen atau sebesar 37,5%.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 1
C. Tugas Pokok dan Fungsi 2
D. Struktur Organsasi 2
E. Sistematika Penulisan 4
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 37
B. Tindak Lanjut 37
LAMPIRAN
D. STRUKTUR ORGANISASI
Adapun susunan struktur Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan berdasarkan
Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2019
Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, tugas pokok dan
fungsi, struktur organisasi dan sistematika penulisan laporan.
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Menjelaskan tentang visi, misi, tujuan Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, serta perjanjian
kinerja PPJK tahun 2018.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Menjelaskan tentang hasil pengukuran kinerja, analisis pencapaian kinerja,
membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya,
membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan target indikator pada
RPJMN 2015-2019, analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan, dan
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
BAB IV PENUTUP
Menguraikan kesimpulan umum pencapaian kinerja serta tindak lanjut yang
akan dilakukan ke depannya dalam rangka perbaikan dan peningkatan kinerja.
A. PERENCANAAN KINERJA
3. Sasaran Strategis
Berdasarkan pada revisi RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019 pada tahun
2017, kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS), memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Perumusan pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam
JKN yang ditetapkan.
2. Perumusan pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotif dan preventif di puskesmas.
3. Skema pembiayaan melalui kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang
kesehatan.
4. Dihasilkannya bahan kebijakan teknis Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi
yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja. Adapun tujuan dari perjanjian kinerja, di
antaranya sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan
pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas,
transparansi, dan kinerja Aparatur, serta menciptakan tolak ukur
kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.
Indikator dan target kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK
merupakan penjabaran dari Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2019
No Sasaran Indikator Kinerja Target
1 Perumusan pedoman Jumlah pedoman penguatan secondary 2 Dok
penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam
prevention pelayanan JKN
kesehatan dalam JKN yang
ditetapkan
2 Perumusan pedoman untuk Jumlah pedoman untuk optimalisasi -
optimalisasi pemanfaatan pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif
mendukung upaya promotif di Puskesmas
dan preventif di puskesmas
3 Skema pembiayaan melalui Jumlah skema pembiayaan melalui ppp -
kerja sama pemerintah dan kerja sama pemerintah dan swasta (KPS)
swasta (KPS) di bidang di bidang kesehatan yang dihasilkan
kesehatan.
Tabel 2.3 Alokasi Anggaran PPJK Tahun 2019 Berdasarkan Output dan Dekonsentrasi
A. CAPAIAN KINERJA
Berdasarkan tabel di atas diketahui telah tercapai Indikator kinerja untuk 2 (dua)
indikator yaitu Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan
dalam JKN (100%) dan Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan
kesehatan dan JKN/KIS dengan capaian sebesar 140%. Sedangkan untuk 1 (satu)
Indikator Kinerja tidak dapat tercapai, indikator tersebut adalah Jumlah dokumen hasil
Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
dengan target 8 dokumen dan capaiannya hanya 3 dokumen atau sebesar 37,5%.
Gambaran yang disajikan pada tabel 3.3 di bawah dapat disimpulkan kecuali pada
tahun 2019 (realisasi pencapaian indikator tidak tercapai seluruhnya), pencapaian target
dibandingkan dengan realisasi Indikator Kinerja PPJK tahun 2015-2018 dapat dicapai
seluruhnya (100%). Selain itu pada tabel 3.2 terlihat target Indikator Kinerja PPJK
mengalami beberapa perubahan indikator ditahun 2016-2018, antara lain:
1. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2016-2017.
a) Terdapat penambahan 3 (tiga) indikator baru yang merupakan indikator prioritas
nasional di tahun 2017, yaitu: 1) indikator Jumlah pedoman penguatan secondary
prevention pelayanan kesehatan dalam JKN; 2) Jumlah skema pembiayaan
melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang
dihasilkan dan 3) Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai
sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di puskesmas.
Ketiga indikator prioritas nasional tersebut merupakan hasil dari pertemuan
Trilateral Meeting antara BAPPENAS, Kementerian Keuangan dengan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 yang kemudian disesuaikan ke dalam
perubahan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019.
b) 2 (dua) indikator yang sudah tidak lagi masuk ke dalam Perjanjian Kinerja adalah:
1) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS); 2) indikator
terkait dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
JKN/KIS. Tidak masuknya indikator kinerja PBI dikarenakan indikator tersebut
menjadi Indikator Kinerja Program (IKP) Eselon I Sekretaris Jenderal. Walaupun
Indikator PBI tidak masuk dalam Perjanjian Kinerja PPJK namun kegiatan
pelaksanaan dan anggaran untuk pencapaian indikator PBI dilaksanakan oleh
PPJK. Sedangkan tidak masuknya indikator dokumen kebijakan realisasi iuran
peserta penerima bantuan iuran JKN/KIS Perjanjian Kinerja 2017 dikarenakan
secara otomotis dokumen terkait pembayaran selama tahun berjalan tersebut
pasti akan selalu dilaksanakan dan tidak memerlukan anggaran dalam proses
pencapaian.
2. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2017-2018.
Jumlah target pada indikator Skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah
dan swasta dan pedoman optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas sudah tidak ada dalam
indikator Perjanjian Kinerja di tahun 2019. Tidak masuknya target dalam indikator
kinerja tersebut disebabkan ke-2 indikator telah diselesaikan/tercapai di tahun 2017
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology 2 2 100 2 2 100 2 2 100 2 2 100 8 3 37,5
Assessment (HTA) yang disampaikan Dok Dok Dok Dok Dok Dok Dok Dok Dok Dok
kepada Menteri Kesehatan
Indikator PBI melalui Jaminan Kesehatan Nasional ini masuk ke dalam perjanjian
kinerja Sekretaris Jenderal. Walaupun demikian dalam pelaksanaan kegiatan dan
anggaran untuk pencapaian indikator PBI tersebut dilaksanakan oleh PPJK sebagai
satker dalam lingkup Sekretariat Jenderal. Pada tahun 2019 terdapat perbedaan target
indikator PBI melalui Jaminan Kesehatan Nasional antara RPJMN, Renstra dan
Perjanjian Kinerja, perbedaan tersebut disajikan pada tabel berikut di bawah ini:
Tabel 3.4 Target Indikator PBI
Target Target Target
RPJMN RENSTRA Perjanjian
Indikator
2019 2019 Kinerja 2019
Tabel 3.5 Definisi Operasonal Indikator Pencapaian Kinerja PPJK Tahun 2019
Pencapaian atas Indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2019 yang
dijabarkan dalam dokumen indikator kinerja dalam proses untuk mencapai Indikator
tersebut terdapat faktor-faktor dan permasalahan yang dapat mempengaruhi pencapaian
target Indikator Kinerja. Identifikasi atas faktor-faktor dan masalah yang mempengaruhi
capaian kinerja ini menjadi penting agar diperoleh solusi atas permasalahan dan upaya
tindaklanjut yang efektif agar target indikator kinerja dapat tercapai seluruhnya pada
tahun ini dan menjadi upaya yang efektif dalam pencapaian kinerja PPJK ditahun yang
akan datang. Penjabaran atas dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh PPJK sebagai
dasar penetapan capaian Indikator Kinerja dan analisis keberhasilan/kegagalan
pencapaian Indikator Kinerja di tahun 2019 sebagai berikut:
A. Gambaran Dokumen Indikator Kinerja
a. Indikator 1: Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN
Indikator Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN merupakan indikator yang menjadi Prioritas Nasional (PN).
Capaian indikator Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN pada tahun 2019 dapat tercapai seluruhnya, yaitu dari 2
(dua) target dokumen yang ditetapkan diperoleh realisasi capaian sebanyak 2
(dua) dokumen, sehingga capaian kinerja sebesar 100%. Berikut 2 (dua) dokumen
tersebut, yaitu:
1. Pedoman Penemuan Dini Penyakit Kanker Dalam Program JKN
Pedoman ini secara umum sebagai acuan
untuk melaksanakan Penemuan dini penyakit
kanker pada program JKN. Tujuan dari Pedoman
ini adalah: 1) memberikan petunjuk pelaksanaan
penemuan dini dalam rangka pencegahan risiko
penyakit kanker pada peserta JKN; 2) tindak
lanjut dari hasil pelaksanaan penemuan
dini penyakit kanker ; dan 3) tata laksana
penemuan dini penyakit kanker dalam rangka
mendorong peserta untuk melakukan upaya
promotif dan preventif. Sasaran pedoman ini
adalah kader Posbindu PTM yang akan
melakukan wawancara kepada seluruh warga negara yang berusia 15 tahun atau
lebih yang ada di wilayah Posbindu PTM.
Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2018, total belanja kesehatan Indonesia
terus mengalami peningkatan. Gambaran belanja kesehatan tahun 2017 dan
estimasi belanja kesehatan tahun 2018 menujukan total belanja kesehatan
Indonesia di tahun 2017 sebesar Rp 423,9 triliun dan meningkat di tahun 2018
menjadi Rp 455,54 triliun. Total belanja kesehatan terhadap PDB di tahun 2017
cenderung relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila jumlah tersebut
dibagi dengan jumlah penduduk menghasilkan nilai sebesar Rp 1,7 juta/kapita
Gambaran skema pembiayaan Belanja kesehatan di Indonesia 2010-2018
menunjukkan khusus di tahun 2017-
2018, bahwa pengeluaran tunai
langsung dari rumah tangga (OOP)
sebesar 32,7% (2017) dan sedikit
menurun menjadi 32,2% ditahun 2018,
diikuti dengan kenaikan skema
asuransi sosial di tahun 2018 bila
dibandingkan pada tahun 2017 (23,1%
v 22%), sehingga dapat disimpulkan
bahwa penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan memberi
kontribusi penurunan atas pembiayaan
Rumah Tangga (OOP).
7. Pengembangan-Reklasifikasi INA-CBG
I. Keberhasilan
a) Arahan pimpinan yang jelas untuk proses pelaksanaan kegiatan.
b) Koordinasi yang baik antara unit satuan kerja PPJK dengan
narasumber/konsultan/stakeholders terkait lainnya. Sebagai contoh bentuk
koordinasi yang telah dilakukan, di antaranya dalam bentuk rapat rutin
pembahasan topik HTA oleh tenaga teknis yang telah ditunjuk setiap
minggunya, rapat Dewan Pertimbangan Teknologi Kesehatan yang dilakukan
setiap bulan, koordinasi kegiatan NHA dengan Tim NHA Universitas Indonesia,
dan rapat tim tarif.
c) Perencanaan kegiatan yang sudah terorganisir dengan baik, yaitu dengan
membuat time line kegiatan per bulannya untuk setiap bidang dan bagian
sehingga terjadi akselerasi antar kegiatan di bidang dan bagian.
d) Komitmen pegawai Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan untuk
pencapaian kinerja tahun 2019.
Pada tahun 2019 jumlah Anggaran PPJK di tahun 2019 yang bersumber dari APBN
sebesar Rp 35.944.877.528.000 dan bersumber dari hibah WHO sebesar Rp
1.214.318.385. Dengan rincian Belanja Bantuan Sosial PBI JKN sebesar Rp
35.912.800.000.000 (99,9%); Belanja Barang sebesar Rp 31.644.917.000 (0,08%);
dan Belanja Modal Sebesar Rp 1.646.937.000 (0,01%). Dari total alokasi anggaran
tersebut terdapat belanja barang masih mengalami blokir. Pada awal diterbitkan
DIPA masih terdapat belanja barang yang mengalami blokir sebesar Rp
1.775.433.000, kemudian pada tanggal 20 Agustus 2019 dilakukan pemanfaatan
blokir dengan melakukan pembukaan blokir di DJA, sehingga sisa pagu alokasi
blokir menjadi sebesar Rp 658.946.000 yang tercantum dalam DIPA revisi 3.
Berdasarkan tabel 3.5 menunjukan tren kenaikan anggaran PPJK pada tahun 2019,
hal ini disebabkan kenaikan anggaran PBI yang merupakan implementasi Perpres
75 tahun 2019 yang mengamanahkan kenaikan iuran PBI yang semula Rp 23.000
orang per bulan menjadi Rp 42.000 orang per bulan. Penjabaran realisasi
anggaran dalam rangka pencapaian Indikator Kinerja digambarkan pada tabel 3.5
Selain anggaran kantor Pusat, pada tahun 2019 PPJK mempunyai dana
dekonsentrasi yang disalurkan ke Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
sebesar Rp 29.832.245.000.
ALOKASI DEKONSENTRASI
Anggaran Dekonsentrasi ini
2015-2019
dialokasikan untuk membiayai
kegiatan yang merupakan
kewenangan Pemerintah Pusat di
daerah. Kegiatan yang dianggarkan
dalam anggaran dekonsentrasi
dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan: 1) Operasional Tim
Monitoring dan Evaluasi &
Pertimbangan Klinis JKN; 2)
Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS; 3) rapat LS/LP program
Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS; 4) Monev program pembiayaan dan JKN/KIS;
5) Advokasi dan Sosialisasi Program JKN/KIS kepada Masyarakat; 6) Penguatan
SDM Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS.
Anggaran dekonsentrasi PPJK sejak tahun 2015-2019 mengalami perubahan
dalam jumlah alokasinya di tahun 2015 sebesar Rp 34.85 milyar, kemudian naik di
tahun 2016 sebesar Rp 53,52 milyar dan turun menjadi sebesar Rp 29,83 milyar di
tahun 2019.
1. KESIMPULAN
1. Hasil capaian Indikator PPJK tahun 2015-2019 menunjukkan, bahwa Indikator Kinerja
PPJK tahun 2015-2018 dapat dicapai seluruhnya (100%), sedangkan pada tahun 2019
tidak tercapai seluruhnya, yaitu 1 (satu) Indikator Kinerja tidak dapat tercapai, indikator
tersebut adalah Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang
disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan target 8 dokumen dan capaiannya
hanya 3 dokumen atau sebesar 37,5%.
2. Tren kenaikan anggaran PPJK pada tahun 2019, hal ini disebabkan kenaikan anggaran
PBI yang merupakan implementasi Perpres 75 tahun 2019 yang mengamanahkan
kenaikan iuran PBI yang semula Rp 23.000 orang per bulan menjadi Rp 42.000 orang
per bulan dan rata-rata realisasi anggaran PPJK tahun 2015-2019 sebesar 99%.
2. TINDAK LANJUT
Dalam rangka perbaikan serta peningkatan kinerja pada tahun yang akan datang,
PPJK perlu melakukan beberapa upaya, di antaranya:
1. Berkoordinasi dan bekerja sama dengan asosiasi dan organisasi profesi kesehatan
dan pihak terkait lainnya dalam pencapaian target indikator kinerja.
2. Meningkatkan kompetensi SDM terkait pengembangan pembiayaan Kesehatan dan
jaminan Kesehatan serta isi-isu terkait lainnya
3. Melakukan monitoring secara berkala terkait progres pencapaian target indikator
kinerja beserta anggarannya, serta pembahasan kendala/permasalahan dan solusi
penyelesaiannya.
4. Memotivasi seluruh pegawai agar dapat bekerja lebih baik, lebih terarah dan lebih
disiplin sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan seluruh pegawai secara berkala yang
bertujuan untuk sharing dan brainstorming terkait informasi perkembangan kegiatan di
masing-masing bagian dan bidang serta isu-isu terkait lainnya.
6. Menurunkan target indikator Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment
(HTA) ditahun 2020 menjadi 2 dokumen.
SEKRETARIAT JENDERAL
Keglatan Anggaran
Pengembangan pembiayaan kesehatan Rp. 35.94 4.877 .528.000,-
dan JKN/KIS
J November 2Ol9