Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan adanya masukan
umpan balik yang akan berguna dalam proses perbaikan kinerja Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan di masa mendatang.
Upaya yang telah dilakukan untuk pencapaian target kedua indikator di atas
adalah sosialisasi, advokasi, pengalokasian anggaran sesuai kewenangan,
penyiapan SDM terlatih (pendamping dan surveyor), bimbingan teknis dan
melakukan pendampingan kepada puskesmas dan RSUD.
Kata Pengantar i
Excutive Summary ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Grafik vi
Daftar Gambar vii
Daftar Lampiran viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Penjelasan Umum Organisasi 1
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang dihadapi 2
Organisasi
C. Sistematika 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA 7
A. Perencanaan Kinerja 7
B. Perjanjian Kinerja 8
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 9
A. Capaian Kinerja Organisasi 9
1. Pencapaian Indikator Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan 10
Kesehatan
2. Prestasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 28
3. Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 34
Terhadap Prioritas Kesehatan Nasional Lainnya
B. Realisasi Anggaran 40
C. Sumber Daya Lainnya 48
BAB IV PENUTUP 52
Lampiran 53
Jumlah rumah sakit (RS) dan tempat tidur (TT) mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009 terdapat 1.523 RS dengan 164.480 TT dan pada tahun 2013
meningkat menjadi 2.228 RS dengan 278.450 TT, dengan laju pertumbuhan
jumlah sakit rata-rata 147 per tahun. Untuk peningkatan kualitas di fasilitas
kesehatan rujukan pada tahun 2010-2014 telah terakreditasi nasional 1.227 RS
Pada tahun 2015 mulai berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka
Indonesia harus siap menghadapi ketatnya persaingan perdagangan bebas di
antara negara-negara ASEAN, termasuk bidang kesehatan. Untuk itu diperlukan
suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, dan
lainnya. MEA dapat dipandang suatu tantangan, tetapi dapat juga dipandang
sebagai peluang. Untuk itu perlu meningkatkan daya saing fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia dengan negara-negara di ASEAN lainnya. Beberapa
upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
salahsatunya dengan akreditasi baik tingkat nasional maupun internasional.
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Ditjen Pelayanan Kesehatan 2019
menciptakan Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi
masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 2 (dua) tujuan strategis
(outcome), yaitu: terwujudnya peningkatan akses pelayanan kesehatan dan
terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (akreditasi fasyankes).
C. SISTEMATIKA
Bab I Pendahuluan
A. Penjelasan Umum Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi
Organisasi
C. Sistematika
Lampiran
A. PERENCANAAN KINERJA
Sasaran Target
No Indikator Kinerja
Program 2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Jumlah
akses 1 kecamatan
pelayanan yang memiliki
kesehatan minimal 1
350 700 1.400 2.800 5.600
dasar dan Puskesmas
rujukan yang yang
berkualitas tersertifikasi
bagi akreditasi
masyarakat Kabupaten/kota
yang memiliki
2
minimal 1
RSUD yang
94 190 287 384 481
tersertifikasi
akreditasi
nasional
Tabel 2. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan
Target Tahun 2016 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Target
No Sasaran Program Indikator Kinerja
2016
1. Meningkatnya akses 1. Jumlah kecamatan yang 700
pelayanan kesehatan memiliki minimal 1
dasar dan rujukan yang Puskesmas yang
berkualitas bagi tersertifikasi akreditasi
masyarakat 2. Kabupaten/kota yang 190
memiliki minimal 1 RSUD
yang tersertifikasi akreditasi
nasional
1) Sasaran strategis
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas bagi masyarakat.
2) Definisi Operasional
Yang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki minimal satu
Puskesmas yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan
oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau Komisi
Akreditasi FKTP sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7) Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator
adalah:
a) Faktor Dana :
Dari 274 Kab/kota yang menerima DAK Non Fisik untuk akreditasi
Puskesmas, baru 106 kab/kota yang sudah dapat menggunakan
dana tersebut. Sementara sisanya mengalami keterlambatan
pencairan dana sehingga menghambat prsoses pendampingan,
hal ini disebabkan oleh:
Pergantian pimpinan atau pimpinan terkait masalah hukum
Adanya perubahan kebijakan daerah (pembahasan ulang RKA
atau dimasukkan ke dalam APBD Perubahan, tidak memberikan
honor kepada tenaga pendamping akreditasi)
Ketergantungan dengan lintas sektor lainnya dalam hal
pencairan dana.
b) Faktor Waktu :
Pengusulan survey dari daerah terlambat tidak sesuai dengan
roadmap yang telah diusulkan
Usulan survei menumpuk di triwulan ke IV.
1) Sasaran strategis
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas
bagi masyarakat.
2) Definisi Operasional
RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh pemerintah daerah (kabupaten, kota atau propinsi).
Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang memiliki
minimal satu RSUD yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang
dikeluarkan oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 baik lulus perdana,
dasar, madya, utama atau paripurna sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
6) Pencapaian Kinerja
Cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adany asertifikat atau
data RSUD terakreditasi dari KARS atau melalui website KARS. Untuk
Kabupaten/Kota dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya
dihitung sebagai satu Kabupaten/Kota.
40 38
29 27
25 23
15 9 12 8 6 7 6 7 13 9
7 6
5 54 54 54 52 25 5 5 53 44 45 4 5 5 9 4 58 5 4 5 7 1 15 52 29 8 1 13 42 22 2
MALUKU
SUM SEL
BALI
JAMBI
PAPUA BARAT
SUL UT
SUM BAR
GORONTALO
N.A.D
BENGKULU
KAL TIM
BABEL
SUM UT
LAMPUNG
JAWA TIMUR
NT B
BANTEN
NT T
JAWA TENGAH
MALUKU
JAWA BARAT
KAL SEL
SUL SEL
SUL TENG
DIY
JAKARTA
KAL BAR
KAL TENG
SUL TRA
KEP RIAU
SUL BAR
RIAU
Pada tahun 2016 di Indonesia terdapat 833 rumah sakit yang sudah
terakreditasi nasional (versi 2012) yang terdiri dari 364 RS Pemerintah
dan 464 RS swasta. Adapun tingkat kelulusan sebagai berikut :
833
c. SDM
1) Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan propinsi dan kab/kota
dalam persiapan akreditasi RS.
2) Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat menguatkan
komitmen pemerintah daerah dalam penyiapan SDM sesuai
standar pelaksanaan akreditasi RS.
3) Melakukan koordinasi dengan Badan PPSDMK untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas
RS.
4) Membuat pakta integritas direktur RS terutama RS rujukan
regional dalam persiapan akreditasi.
5) Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja untuk
meningkatkan budaya mutu.
6) Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan
bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai dengan
penugasan Kemenkes.
d. Sarana dan prasarana
Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2016 untuk seluruh RSUD
dalam pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai
standar kelas RS.
.
d. Pengembangan aplikasi berita dan warta yankes berbasis android
Pada saat ini kebutuhan informasi tentang program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh Ditjen Pelayanan Kesehatan sangatlah penting, terlebih
di era teknologi dan informasi yang berkembang pesat. Informasi tersebut
bukan hanya dimanfaatkan oleh kalangan internal Ditjen Pelayanan
Kesehatan saja, dapat juga diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat
luas. Untuk menjawab kebutuhan informasi tersebut, maka Ditjen
Pelayanan Kesehatan mengembangkan aplikasi berita dan warta yankes
berbasis android.
Aplikasi berita Yankes android berisikan informasi, berita dan foto-foto
pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan. Dimana kontributor berita
yankes bukan hanya dari kantor pusat Ditjen Yankes melainkan juga
seluruh humas UPT Vertikal dan Fasyankes lainnya. Untuk aplikasi warta
yankes adalah sebuah aplikasi dimana pengguna dapat membaca setiap
edisi warta yankes secara online dan offline, warta yankes merupakan
pembahasan lebih dalam (in depth) terkait isu strategis ataupun kebijakan
f. e-Kinerja
e-Kinerja merupakan aplikasi pelaporan indikator kinerja BLU (Badan Layanan
Umum) dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Indikator kinerja
yang dilaporkan adalah IKI (Indikator Kinerja Individu) dan IKT (Indikator
Sampai dengan tahun 2016 terdapat 24 rumah sakit yang telah tersertifikasi
akreditasi dari JCI, yaitu :
a. RS Pemerintah
a) RS UPT Vertikal
1. RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta
2. RSUP Fatmawati Jakarta
3. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
4. RSUP dr. Kariadi Semarang
5. RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
6. RSUP Sanglah Bali
b. Quick Wins
Quick Wins adalah program yang mempunyai daya ungkit (key leverage)
yang berkaitan dengan perbaikan pada core business. Hasil perbaikan
dapat dengan mudah terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh
masyarakat.
B. REALISASI ANGGARAN
Tabel 10. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan
Tahun 2016 Berdasarkan Kewenangan
Alokasi yang dapat
No. Kewenangan Alokasi Realisasi %
digunakan
1 Kantor Pusat 811,568,416,000 491,268,518,000 419,646,399,268 85.42
2 Kantor Daerah 17,490,126,754,000 16,966,998,837,000 15,293,221,717,985 90.14
3 Dekonsentrasi 210,240,241,000 129,290,999,000 118,606,114,110 91.74
Total 18,511,935,411,000 17,587,558,354,000 15,831,474,231,363 90.02
Sumber data : SPAN 03 Februari 2017
Anggaran kantor daerah terdiri dari 64,22% belanja barang, 22,72% belanja
modal dan 13,06% belanja pegawai. Belanja barang digunakan untuk biaya
operasional perkantoran, penyediaan barang habis pakai dan obat-obatan.
Sedangkan belanja modal digunakan untuk pengadaan barang investasi (alat
kesehatan, pembangunan gedung, dll). Belanja modal ini digunakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut.
1. Tiga puluh tiga RS, 1 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), 3 Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan 2 Balai Kesehatan Mata
Masyarakat (BKMM) melayani pasien baik umum maupun BPJS. Pada tahun
2016 telah melayani 6.854.986 pasien dengan rincian : pasien rawat jalan
Tabel 16. Jumlah Pasien Rawat Inap, Rapat Jalan dan IGD di RS UPT Vertikal
Tahun 2016
JUMLAH PASIEN
NO UPT
RAWAT JALAN RAWAT INAP IGD JUMLAH
1 RS. Adam Malik 232,321 22,805 22,835 277,961
2 RS. M. Djamil 170,212 17,478 32,104 219,794
3 RS. Stroke 44,921 7,949 9,251 62,121
4 RS. M. Hoesin 242,624 35,291 23,505 301,420
5 RS. Rivai Abdullah 17,980 2,425 3,776 24,181
6 RS. Sitanala 36,145 8,381 10,412 54,938
7 RS. Dharmais 111,501 92,183 7,326 211,010
8 RSJP Harkit 122,090 12,598 11,098 145,786
9 RSAB Harkit 154,584 12,665 14,167 181,416
10 RSCM 651,836 249,748 33,441 935,025
11 RS PON 38,661 3,194 4,604 46,459
12 RSKO 34,989 657 2,406 38,052
13 RSPI 69,370 5,083 12,511 86,964
14 RS Fatmawati 329,622 40,645 38,669 408,936
15 RS. Persahabatan 291,028 25,965 3,723 320,716
16 RSJ. Soeharto Herdjan 59,004 2,468 3,266 64,738
17 RS. Marzoeki Mahdi 136,316 8,952 17,786 163,054
18 RSP Goenawan P 65,010 8,304 18,082 91,396
19 RS.Hasan Sadikin 355,272 52,638 43,348 451,258
20 RSP Rotinsulu 21,343 4,190 4,342 29,875
21 RS. Cicendo 161,034 9,904 5,540 176,478
22 RS.Sardjito 404,385 26,958 25,357 456,700
23 RS. Kariadi 525,884 42,373 35,032 603,289
24 RSJ. Soerojo 78,417 9,163 12,439 100,019
25 RS. Soeradji 187,555 23,561 26,134 237,250
26 RS. Ario W 27,963 7,861 9,864 45,688
27 RSOP Soeharso 67,683 5,067 5,606 78,356
28 RSJ Radjiman 47,583 4,819 4,918 57,320
29 RS. Sanglah 194,461 31,631 44,865 270,957
30 RS.Kandou 172,453 55,918 35,873 264,244
31 RS. Ratatotok 3,627 1,041 2,533 7,201
32 RS. Tadjuddin C 18,955 3,860 5,204 28,019
33 RS. Wahidin 145,855 36,334 28,488 210,677
34 BBKPM Makassar 17,884 1,248 1,262 20,394
35 BBKPM Bandung 52,856 262 868 53,986
36 BBKPM Surakarta 36,482 524 1,538 38,544
37 BKMM Makassar 55,622 - - 55,622
38 BKMM Cikampek 15,102 - - 15,102
39 Unit Pelayanan Kesehatan 19,932 - 108 20,040
JUMLAH 5,418,562 874,143 562,281 6,854,986
Tabel 18. Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2016
Jumlah Alat yang
No. Satker
dikalibrasi
1 BPFK Jakarta 13,604
2 BPFK Makkasar 15,792
3 BPFK Surabaya 26,282
4 BPFK Medan 15,812
5 LPFK Surakarta 8,732
6 LPFK Banjarbaru 5,084
Total 85,306
Selain rumah sakit, balai UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan juga memiliki
layanan unggulan, antara lain :
1. BBKPM Bandung memiliki layanan unggulan Pelayanan Paru Komunitas/
Community Pulmonology.
2. BBKPM Surakarta memiliki layanan unggulan Pelayanan TB HIV secara
komprehensif.
3. BBKPM Makassar memiliki layanan unggulan Pulmo Intervensi.
4. BBLK Surabaya memiliki layanan unggulan laboratorium rujukan nasional
TBC untuk Kultur dan DST, laboratorium rujukan terpadu untuk penyakit
potensial wabah dan KLB, pemeriksaan logam berat untuk spesimen
manusia dan pemeriksaan PCR.
5. BBLK Makassar memiliki layanan unggulan Pelayanan pemeriksaan
toksikologi lingkungan.
5. Direktorat Fasilitas 0 25 0 0 21 1 7 0 0 0 0 11 0 1 66
Pelayanan Kesehatan
b. BMN Ekstrakomtable
Posisi Awal ( 1 Januari 2016 ) : Rp. 66.358.274.146,-
Penambahan : Rp. 139.802.009,-
Pengurangan : Rp. 97.989.527,-
Posisi Akhir ( 30 Juni 2016) : Rp. 66.400.086.628,-
Pencapaian pada tahun 2016 ini diharapkan dapat menjadi parameter agar
kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan
efisien. Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target diharapkan dapat
ditemukan solusi serta alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan
profesionalisme di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.