Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EKONOMI PUBLIK

“TEORI PERKEMBANGAN PENGELUARAN PEMERINTAH”

Dosen Pengampu:

Drs. Abdul Manan, M..Si.

Disusun Oleh Kelompok 8:

Dinatry Juniar (

Hizbullah (A1A021014)

Putri Marotain (

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara
(pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup:
mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan negara,
menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial dan
perlindungan sosial, termasuk fakir miskin, jompo, yatim piatu, masyarakat
miskin, pengangguran, menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan,
menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan.
Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana
yang memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus
dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah. Dalam APBN, pengeluaran
Pemerintah Pusat dibedakan menjadi Pengeluaran untuk Belanja dan
Pengeluaran untuk Pembiayaan. Pengeluaran untuk belanja terdiri dari:
Belanja Pemerintah Pusat seperti Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan Sosial,
Belanja Lain-lain, dan Dana yang dialokasikan ke Daerah seperti Dana
Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Sedangkan
Pengeluaran untu Pembiayaan tediri dari Pengeluaran untuk Obligasi
Pemerintah, Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri, dan Pembiayaan lain-
lain.
Adapun jenis-jenis Pengeluaran Negara menurut sifatnya terdiri dari
Pengeluaran Investasi, Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja, Pengeluaran
Kesejahteraan, Pengeluaran untuk Penghematan Masa Depan, dan Pengularan
Lainnya. Pengeluaran Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang, misalnya,
pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit,
peningkatan kapasitas SDM, dll. Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
merupakan pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu
peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat. Pengeluaran Kesejahteraan
Rakyat merupakan pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat
menjadi bergembira, misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat
rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana. Sedangkan
Pengeluaran Untuk Masa Depan merupakan pengeluaran yang tidak
memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini
akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan
datang, pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, dan
pengeluaran untuk anak-anak yatim. Sedangkan Pengeluaran Lain-lain
merupakan pengeluaran tidak produktif yang tidak memberikan manfaat
secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah,
misalnya pengeluaran untuk biaya perang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengeluaran pemerintah?
1.2.2 Apa tujuan dari pengeluaran pemerintah
1.2.3 Bagaimanakah teori mengenai pengeluaran pemerintah dari beberapa
ekonom ataupun pemikir sosial lainnya?
1.2.4 Bagaimana peran dan pengaruh pengeluaran pemerintah pada
perekonomian?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian


Dapat melakukan eksplorasi atau memahami lebih lanjut tentang pengeluran
pemerintah. Manfaat penulisan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pengeluaran pemerintah. Juga dengan beberapa tujuan sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengeluaran pemerintah
1.3.2 Mengetahui tujuan dari pengeluaran pemerintah
1.3.3 Mengetahui teori-teori para tokoh ekonom dan sosial terkait pengeluaran
pemerintah
1.3.4 Mengetahui peran dan pengaruh pengeluaran pemerintah dalam
perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah

Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan atas dua


bagian yaitu teori makro dan mikro. Dalam teori ekonomi makro, ada dua
pandangan yang berbeda berkenaan dengan pengeluaran pemerintah dalam
hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi atau pendapatan nasional. Kedua
pandangan yang berbeda mengenai pengeluaran pemerintah dalam hubungannya
dengan pertumbuhan ekonomi (pendapatan nasional) dalam kajian teori ekonomi
makro dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Teori Makro

2.1.1.1 Pengeluaran Pemerintah

a. Penelitian Arthur Goldsmith 2008

Menurut penelitian Arthur Goldsmith (2008), menyatakan bahwa


peningkatan belanja pemerintah dapat memperluas permintaan agregat dalam
jangka pendek tetapi juga dapat meningkatkan tingkat suku bunga sehingga akan
menurunkan investasi swasta dalam jangka panjang. Belanja pemerintah dibagi
menjadi dua komponen: konsumsi masyarakat dan investasi publik. Efek jangka
pendek dari peningkatan belanja pemerintah adalah sama untuk kedua komponen
tetapi berbeda untuk efek jangka panjang.

Belanja sektor publik dapat diklasifikasikan berdasar produktivitas.


Membedakan antara pengeluaran pemerintah yang mempengaruhi produktivitas
dan untuk konsumsi penting untuk dipahami sebagai konsekuensi intervensi fiskal
melalui perubahan dalam pengeluaran pemerintah. Dampak pengeluaran
pemerintah dalam jangka panjang terhadap kinerja agregat ekonomi tergantung
pada kinerja pemerintah. Dalam jangka pendek belanja pemerintah akan
memperluas permintaan agregat tetapi peningkatan belanja pemerintah atas biaya
dana pinjaman, akan menyempitkan beberapa investasi swasta dan menghambat
pertumbuhan permintaan agregat.

Crowding Out akhirnya dapat menurunkan stok modal swasta, dan pada
gilirannya, dalam jangka panjang akan menurunkan produktivitas sehingga akan
mengurangi output dan kapasitas produksi. Oleh karena itu diperlukan treatment
ketidakseimbangan kebijakan fiskal dalam bentuk pengeluaran pemerintah yang
memisahkan kedalam pengeluaran untuk konsumsi dan investasi.

Pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan dengan mengubah


komposisi pengeluaran kedalam kegiatan berbasis produktivitas, tanpa mengubah
tingkat pengeluaran atau pajak penghasilan. Pendekatan pasar modal dan obligasi
digunakan untuk menggambarkan pengeluaran pemerintah (kebijakan moneter),
selain dengan kebijakan fiskal (pada pasar barang).

b. Penelitian Erdal Karago and Kerim Ozdemir 2006

Erdal Karago and Kerim Ozdemir (2006) menyatakan bahwa banyak


investigasi dan penelitian tentang hubungan pengeluaran pemerintah dan investasi
swasta telah dilakukan dan di publikasikan. Ada beberapa hasil penelitian yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama yang menyatakan bahwa tingginya
pengeluaran pemerintah akan menyingkirkan investasi swasta (efek dari crowding
out). Kedua menjelaskan hubungan antara ukuran disaggregate pengeluaran
pemerintah dan investasi swasta menggunakan analisis disagregate. Ketiga
menyatakan peningkatan pengeluaran pemerintah akan menarik keluar investasi
swasta.

c. Penelitian Sajkumar Tulsidharan 2006

Sajkumar Tulsidharan (2006) menyatakan bahwa pada ekonomi transisi


terdapat perdebatan yang muncul mengenai keunggulan privatisasi dibanding
perusahaan milik pemerintah. Pemerintah menyediakan barang-barang keperluan
publik di mana tidak ada kompetisi dari sektor swasta agar dapat dengan pasti
mengarah kepada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Tetapi proses regulasi, subsidi dan pajak, keterlambatan di dalam
menerapkan proyek, biaya yang tinggi adalah suatu faktor penghambat dalam
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menguji data tahunan pada Government
Final Consumption Expenditure (termasuk kompensasi bagi buruh, pembelian
bersih barang dan jasa dan konsumsi dari modal tetap dalam administrasi
pemerintah diukur dari ukuran pemerintah, dan GNP pada harga pasar nominal
dan riil (tahun dasari 1993/94=100) di India periode 1960/61 sampai 1999/00.
data ini dilaporkan di National Income Statistics (CMIE) Januari 2003.

Penelitian ini menguji data tahunan di Government Final Consumption


Expenditure dan Produk Nasional Bruto pada harga pasar nominal dan riil di India
untuk periode 1960-1961 sampai 1999-2000. Hubungan antara variabel diteliti,
dengan menggunakan uji integrasi, cointegrasi, dan error correction mechanism.

Hasil utama dari studi ini adalah bahwa pada harga nominal, semakin
tinggi pertumbuhan ekonomi pasti akan diikuti kenaikan government final
consumption expenditure. Dalam ekonomi di masa transisi ada suatu perdebatan
yang muncul berpihak pada ekonomi berbasis pasar dibanding pemerintah yang
mengelola dan mengendalikan perusahaan. Impresi tentang kata “reformasi
ekonomi” di India menyatakan bahwa ada kepentingan di dalam penurunan besar
besaran pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah.

2.1.1.2 Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

a. Mangkoesoebroto 2001

Mangkoesoebroto (2001) membagi teori perkembangan pengeluaran


pemerintah menjadi tiga golongan, yaitu pembangunan ekonomi yaitu tahap awal,
tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi,
persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini
pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana
transportasi. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah
tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal
landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar.
Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta
semakin besar akan menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan
pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih
banyak. Selain itu pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya
hubungan antar sektor yang makin komplek. Misalnya pertumbuhan ekonomi
yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin
tingginya pencemaran atau polusi. Pemerintah harus turun tangan mengatur dan
mengurangi dampak negatif dari polusi. Pemerintah juga harus melindungi buruh
dalam meningkatkan kesejahteraannya.

b. Hukum Wagner mengenai perkembangan aktivitas pemerintah

Adolph Wagner (1890) mengemukakan suatu teori mengenai


perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase
terhadap PDB. Wagner mengemukakan pendapatnya bahwa dalam suatu
perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif
pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Hukum Wagner dikenal dengan
“The Law of Expanding State Expenditure”. Dasar dari hukum tersebut adalah
pengamatan empiris dari negara-negara maju (Amerika Serikat, Jerman, Jepang).
Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi
semakin besar, terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan
yang timbul dalam masyarakat. Kelemahan Hukum Wagner adalah karena hukum
tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang
publik. Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori
organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap
pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota
masyarakat lainnya. Hukum Wagner diformulasikan sebagai berikut:

PkPP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan per kapita

1,2,…,n : Jangka waktu (tahun)


Kurva pertumbuhan pengeluaran pemerintah menurut Wagner.

c. Teori Peacock & Wiseman

Peacock dan Wiseman (1961) adalah dua orang yang mengemukakan teori
mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Teori mereka
didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk
memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin
besar tersebut.

Teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar teori pemungutan suara.


Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa
masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana
masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari
bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah
sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar
pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan
pemungutan pajak secara semena-mena.

Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut: Pertumbuhan


ekonomi (PDB) menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun
tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan
pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Pajak juga meningkat dan
pemerintah meningkatkan penerimaannya tersebut dengan cara menaikkan tarif
pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang.
Keadaan ini disebut efek pengalihan (displacement effect), yaitu adanya gangguan
sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Perang
tidak hanya dibiayai dengan pajak, akan tetapi pemerintah juga melakukan
pinjaman ke negara lain. Akibatnya setelah perang sebetulnya pemerintah dapat
kembali menurunkan tarif pajak, namun tidak dilakukan karena pemerintah masih
mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Sehingga
pengeluaran pemerintah meningkat karena PDB yang mulai meningkat,
pengembalian pinjaman dan aktivitas baru setelah perang. Ini yang disebut efek
inspeksi (inspection effect).

Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi


kegiatan ke tangan pemerintah dimana kegiatan ekonomi tersebut semula
dilaksanakan untuk swasta, ini disebut efek konsentrasi (concentration effect).
Adanya ketiga efek tersebut menyebabkan aktivitas pemerintah bertambah.
Setelah perang selesai dan keadaan kembali normal maka tingkat pajak akan turun
kembali. Jadi berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran
pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis,tetapi
seperti tangga.
Kurva Teori Peacock dan Wiseman

Pada keadaan normal dari tahun t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam


persentase terhadap PDB naik sebagaimana ditunjukkan garis AG. Apabila pada
tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah naik sebesar AC dan
kemudian naik seperti ditunjukkan garis CD. Setelah perang selesai pada tahun
t+1 pengeluaran pemerintah tidak turun ke G, yaitu tingkat pengeluaran
pemerintah apabila tidak terjadi perang.

Hal ini disebabkan karena setelah perang pemerintah memerlukan


tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan
dalam pembiayaan perang. Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi masyarakat,
sehingga tingkat toleransi pajak naik dan pemerintah dapat memungut pajak yang
lebih besar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat.

Berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran


pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidak berbentuk suatu garis, tetapi
berbentuk seperti tangga sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Bird mengkritik
hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman. Bird menyatakan bahwa
selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktivitas
pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang
berhubungan dengan gangguan tersebut.

Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah


terhadap PDB, akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran
pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke
keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam
jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang.
d. Dr. Guritno Mangkoesoebroto, M.Ec

Perkembangan pengeluaran pemerintah ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Perubahan permintaan akan barang publik.


2. Perubahan aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik, dan
juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi.
3. Perubahan kualitas barang publik.
4. Perubahan harga-harga faktor-faktor produksi.

2.1.2 Teori Mikro

Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah


adalah untuk menganalisis factor-faktor yang menimbulkan permintaan akan
barang public dan factor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang public.
Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan
jumlah barang public yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah
barang public yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan
permintaan akan barang lain. Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah dapat
dirumuskan sebagai berikut :

2.1.2.1 Penentuan Permintaan

Ui = f ( G, X )

G = Vektor dari barang public


X = Vektor barang swasta

i = individu ; i = 1, . . . , m

U = fungsi utilitas

Seorang individu mempunyai permintaan akan barang-barang public dan


barang-barang swasta, akan tetapi permintaan efektif akan barang-barang tersebut
(pemerintah dan swasta) tergantung pada kendala anggaran. Kita anggap bahwa
seorang individu (i) membutuhkan barang public (K) sebanyak Gik.

Untuk menghasilkan barang K sebanyak Gk pemerintah harus mengatur


sejumlah kegiatan-kegiatan. Misalnya pemerintah berusaha untuk menungkatkan
penjagaan keamanan. Dalam pelaksanaan usaha meningkatkan keamanan tersebut
tidak mungkin bagi pemerintah untuk menghapus sama sekali angka kejahatan.
Karena itu pemerintah dan masyarakat harus menetapkan suatu tigkat keamanan
yang dapat ditolerir oleh masyarakat. Tingkat keamanan yang telah disetujui itu
dapat dilaksanakan dengan beberapa kegiatan, misalnya dengan cara
memperbanyak jumlah polisi, menambah jumlah jalan yang dipatroli, peningkatan
frekuensi patrol dan sebagainya. Jadi, suatu tingkat keamanan tertentu dapat
dicapai dengan berbagai kombinasi aktivitas, atau dengan kata lain tingkat
keamanan tertentu dapat dicapai dengan menggunakan berbagai fungsi produksi.
Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa factor
dibawah ini :

a. Perubahan permintaan akan barang public

b. Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik,


dan juga perubahan dari kombinasi dari factor produksi yang digunakan dalam
proses produksi

c. Perubahan kualitas barang public

d. Perubahan harga-harga factor-faktor produksi


2.1.2.2 Penentuan Tingkat Output

Barang dan jasa public yang disediakan oleh pemerintah ditentukan oleh
politisi yang memilih jumlah barang/jasa yang dihasilkan. Selain itu, para politisi
juga menentukan jumlah pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat untuk
membiayai barang/jasa public tersebut dalam menentukan jumlah barang dan jasa
public yang akan disediakan, para politisi memperhatikan selera atau keinginan
masyarakat agar masyarakat merasa puas dan tetap memilih mereka sebagai wakil
masyarakat. Fungsi utilitas para politisi adalah sebagai berikut:

Up = g ( X, G, S )

Up = fungsi utilitas

S = keuntungan yang diperoleh politisi dalam bentuk materi atau pangkat

G = Vektor barang public

X = Vektor barabg swasta

Selanjutnya, kita asumsikan bahwa fungsi utilitas masyarakat diwakili oleh


seorang pemilih yang memaksimumkan utilitas :

max Ui = f ( X, G )

dengan batasan dibatasi oleh kendala anggaran :

Px X + t Bi < Mi

P = Vektor harga barang swasta

Mi = Jumlah pendapatan individu i

t = tarif pajak

Bi = Basis pajak dari individu i

B = total basis pajak

Dengan melalui proses iterative antara politisi dan pemilih tersebut


akhirnya akan menyebabkan terjadinya kepuasan maksimum dari pemilih dengan
batasan-batasan yang telah disebut diatas, dan permintaan akan barang public
( Dqi ) adalah;

Dqi = q ( p, Bi, Mi, t, Bi )

Kurva permintaan atas barang-barang public yang dijabarkan dalam fungsi diatas
mempunyai keunggulan karena fungsi tersebut tergantung dari variable-variabel
yang cukup relevan. Walaupun demikian, akan lebih baik lagi apabila kurva
permintaan diatas dianggap sebagai kurva pemintaan akan satu jenis barang public
tertentu, bukan merupakan kurva permintaan akan total barang public. Dalam hal
ini, satu fungsi permintaan diperoleh dari fungsi kepuasan seorang individu
dengan menggunakan dasar “ceteris paribus”, termasuk juga asumsi bahwa
“harga” dari barang public adalah konstan.

2.1.2.3 Teori Permintaan dan Kurva Permintaan

a. Beberapa Penentu Permintaan :

1. Harga barang
2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
3. Pendapatan RT dan pendapatan rata-rata masyarakat
4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
5. Cita rasa masyarakat
6. Jumlah penduduk
7. Ramalan keadaan di masa datang

b. Hukum Permintaan

Harga dan permintaan bahwa makin rendah harga suatu barang maka
makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi
harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

2.1.2.4 Teori Penawaran dan Kurva Penawaran


a. Definisi Penawaran

Penawaran adalah berbagai jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai


tingkat harga tertentu.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran:

1. Harga barang itu sendiri


2. Harga barang lain
3. Biaya produksi
4. Tujuan Perusahaan
5. Tingkat teknologi yang digunakan.

c.Hukum Penawaran

Hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan


menggambarkan hukum penawaran yaitu makin tinggi harga suatu barang maka
semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh penjual begitu juga
sebaliknya dengan asumsi Cateris Paribus.

d. Pengaruh Faktor Selain Harga Terhadap Penawaran

1. Harga barang lain


Bahwa barang-barang ada yang saling bersaingan atau bersubtitusi
dan ada barang-barang yang komplementer (pelengkap) seperti yang
telah dijelaskan di permintaan.
2. Biaya Produksi
Dibeberapa perusahaan kenaikan pengeluaran untuk memperoleh
faktor-faktor produksi akan menyebabkan biaya produksi melebihi hasil
penjualannya dan mereka mengalami kerugian. Ini dapat menimbulkan
penutupan perusahaan tersebut dan jumlah penawaran barang akan
berkurang begitu juga sebaliknya.
3. Tujuan perusahaan
Tujuan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan efek yang
berbeda-beda terhadap penentuan tingkat produksi. Dengan demikian
penawaran jua akan berbeda sesuai tujuan yang ingin dicapai.
4. Teknologi
Kemajuan teknologi dapat mengurangi biaya produksi
mempertinggi produktifitas, mutu dan menciptakan barang-barang baru.
Ini akan mendorong kenaikan penawaran.

2.1.2.5 Elastisitas Permintaan Dan Penawaran

a. Elastisitas permintaan
Ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh
perubahan harga terhadap pengaruh perubahan permintaan.
b. Elastisitas Penawaran
Ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh
perubahan harga terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan.
c. Manfaat Elastisitas
Adalah dapat menjadi indikator untuk meramalkan kesuksesan dari
kebijakan ekonomi yang dilaksanakan.
d. Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan:
1. Elastisitas permintaan harga,
2. Elastisitas permintaan pendapatan,
3. Elastisitas permintaan silang.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai


berikut. Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh terhadap output yang sangat
tinggi terhadap negara, namun terdapat perbedaan hasil penelitian yang dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori: Pertama yang menyatakan bahwa tingginya
pengeluaran pemerintah akan menyingkirkan investasi swasta (efek dari crowding
out). Kedua menjelaskan hubungan antara ukuran disaggregate pengeluaran
pemerintah dan investasi swasta menggunakan analisis disagregate. Ketiga
menyatakan peningkatan pengeluaran pemerintah akan menarik keluar investasi
swasta.
DAFTAR PUSTAKA

Arthur Goldsmith. Rethinking The Relation Between Government


Spending and Economic Growth : A Composition Approach to Fiscal Policy
instruction for Principle Students. Journal of Economics Education, Spring 2008.

Erdal Karago and Kerim Ozdemir. Government Expenditures and Private


Invetment: Evidence from Turkey. The Middle East Business and Economic
Review, Volume 18, No. 2, December 2006, Page 33.

Sajkumar Tulsidharan. Government Expenditure and Economic Growth in


India (1960-2000). Finance India Vol. XX No.1 March 2006, Page 169.

Pablo E Guidotti. Global Finance, Macroeconomic Performance, And


Policy Response in Latin America: Lessons From The 1990s. Journal of Applied
Economics, Vol 10 No. 2, November 2007. Page 279.

9. Donald Coletti, Rene Lalonde, dan Dirk Muir. Inflation Targeting and
Price-Level-Path Targeting in The Global Economy Model: Some Open Economy
Considerations. IMF Staff Papers, Vol. 55 No.2 , 2008. Page 326.

10. Seo Byeonseon and Kim Sokwon. Rational Expectation, Long-run


Taylor Rule, and Forecasting Inflation. Seoul Journal of Economics. Vol 20. No.2
Summer 2007. Page 239.

Anda mungkin juga menyukai