Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN DAN PERSEDIAAN

DOSEN PENGAJAR: ANIM WIYANA, S.E.,M.SC.

DI SUSUN OLEH :

1. A. MUH JAELANI PATIROI (202130074)


2. MUHAMMAD FAHMIN (202130037)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR
2022
BONGAYA
BAB 5
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
A. DEFINISI PEMBIAYAAN

Pembiayaan didefiniskan dalam permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai pembiayaan daerah, yang mana
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun tahun anggaran berikutnya. Sementara PSAP No. 2
paragraf 50, mendefinisikan pembiayaan (financing) sebagai seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintahan terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran.

B. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penerimaan pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 51 dan 54 adalah semua penerimaan rekening kas
umum negara/daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privatisasi perushaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga,
penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Pemerintah juga dapat menerima pembiayaan dengan melakukan penerbitan obligasi berupa Surat Utang
Negara (SUN).SUN merupakan surat berharga yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara
sesuai masa berlakunya. Sun digunakan oleh pemerintah untuk membiayai defisit APBN serta menutup
kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.

Adapun obligasi Ritel Indonesia (ORI) adalah surat berharga milik pemerintah yang diterbitkan oleh
departemen keuangan, tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk melakukan
investasi dengan nilai jauh lebih kecil. Perbedaan antara SUN dan ORI yaitu SUN dapat dimiliki oleh
warga asing sedangkan ORI hanya dapat dimiliki oleh WNI saja.

Salah satu contoh dari sektor publik yaitu pembiayaan Proyek KA (Kereta Api) Makassar- Parepare.
Penandatanganan pembiayaan proyek Kereta Api Umum Makassar-Parepare yang dilakukan antara PT
Celebes Railway Indonesia (PT CRI), PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), PT Sarana Multi
Infrastructure (SMI) dan PT Bank Syariah Indonesia. Dalam hal ini seluruh pembiayaan ditanggung oleh
perusahaan swasta tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Sehingga proyek
Kereta Api Makassar-Parepare dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dapat
terlaksana. KPBU adalah pembiayaan yang tidak bergantung APBN. Dari penandatanganan pembiayaan
pihak perusahaan swasta pemerintah menerima dana sebesar Rp693,83 Miliar. sehingga jurnal yang dibuat
oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yaitu:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
3 Juni 2021 Kas di Kas Daerah Rp693.830.000.000
Utang Saham Rp693.830.000.000
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
3 Juni 2021 Estimasi Perubahan SAL Penerimaan Rp693.830.000.000
Pembiayaan-Saham Rp693.830.000.000

C. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pengeluaran pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 55 dan 57 adalah satuan pengeluaran rekening
kas umum negara/daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal
pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu , dan
pembentukan dana cadangan.
Salah satu contoh dari sektor publik yaitu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). PEN adalah
investasi pemerintah kepada masyarakat dengan tujuan untuk pemulihan ekonomi dan dunia usaha agar
tidak tutup. Untuk program ini pemerintah melakukan penyertaan modal kepada Bank sebesar Rp25,27 T.
Fungsi dari penyertaan modal ini adalah agar pemilik usaha (UMKM dan korporasi) mendapatkan modal
pinjaman murah. Jurnal atas transaksi ini yaitu:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debet Kredit
5 Oktober 2020 Penyertaan Modal Rp25.270.000.000.000
Pemerintah Daerah Rp25.270.000.000.000
Kas di Kas Daerah
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debet Kredit
5 Oktober 2020 Pengeluaran Pembiayaan-
Penyertaan Modal Pemerintah Rp25.270.000.000.000
Daerah
Estimasi Perubahan SAL Rp25.270.000.000.000

D. PEMBIAYAAN NETO
PSAP No. 2 paragraf 58-61 menegaskan bahwa pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan
pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. selisih
lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam
pos pembiayaan neto. Sisa lebih pembiayaan (SiLPA)/sisa kurang pembiayaan (SiKPA) adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.

E. PEMBIAYAAN DANA BERGULIR


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.218 Dana bergulir adalah dana yang di alokasikan oleh
Kementrian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi
koperasi, usaha mikro, menengah, dan usaha lainnya dibawah pembinaan Kementrian Negara/Lembaga.
Dalam Buletin Teknis No. 4 tentang penyajian dan pengungkapan Belanja Pemerintah dijelaskan bahwa
bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang
diniatkan akan dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah apabila kegiatannya telah berhasil dan
selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana bergulir. Contoh Dana
Bergulir adalah Pemberian pinjaman terhadap UMKM dari Lembaga pengelola Dana Bergulir (LPDB) dengan
bunga yang relatif rendah. Rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut dicantumkan di
APBN/APBD dan dikelompokkan pada pengeluaran pembiayaan, yaitu pengeluaran investasi jangka
panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan disajikan sebagai penerimaan
pembiayaan-investasi jangka panjang.

F. PENGAKUAN PEMBIAYAAN
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pengeluaran
pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/daerah. (PSAP No. 2, Paragraf
52 dan 56)

G. PENGUKURAN PEMBIAYAAN
Diungkapkan pada modul kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri (2014) bahwa pengukuran pembiayaan menggunakan mata
uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima atau yang akan dikeluarkan.
PSAP No.2 Paragraf 53, akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan atas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran). Sementara PSAP No. 3 paragraf 51 menyatakan bahwa investasi pemerintah dalam perusahaan
negara/daerah dan kemitraan dicatat sebesar nilai kas yang dikeluarkan.

H. PENGUNGKAPAN PEMBIAYAAN
Hal-hal yang perlu diungkapkan terkait dengan pembiayaan, antara lain:
1. Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun anggaran.
2. Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman,
pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset daerah yang dipisahkan, serta penyertaan modal
pemerintah daerah.
3. Informasi lainnya yang dianggap perlu.
Berikut Contoh Pengungkapan Pembiayaan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2021 DAN 2020
Uraian Anggaran 2021 Realisasi 2021 Selisih
(Rp) (Rp) (Rp)
Pembiayaan
Pembayaran pokok Pinjaman Dalam 33.650.000.000 33.629.623.430 20.376.570
Negeri – pemerintah pusat
Catatan Atas Laporan Keuangan
* Target yang ditetapkan untuk pemberian pinjaman dalam negeri – pemerintah pusat pada anggaran
2021 tercatat Rp 33.650.000.000,00 sedangkan realisasi sampai dengan akhir tahun Anggaran 2021
sebesar Rp 33.629.623.430,00 atau 99,94%, merupakan pembayaran pokok pinjaman dalam Negeri –
pemerintah pusat.
I. PROSEDUR AKUNTANSI PEMBIAYAAN
1. Fungsi-Fungsi Terkait
Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas yang berasal dari
penerimaan pembiayaan.
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah, Bendahara Pengeluaran.
c. Fungsi akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
d. Fungsi akuntansi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.

2. Dokumen yang digunakan


Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas yang berasal dari
penerimaan pembiayaan.
a. Kontrak/perjanjian.
b. Surat keputusan pencairan dana cadangan.
c. Kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen tanda bukti pembayaran.
d. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
e. Nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan adanya transfer uang ke
rekening kas umum daerah.
f. Buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
g. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan ole fungsi akuntansi untuk mencatat peringkasan
(posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk
setiap aset, kewajiban, ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
h. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat
transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

Saldo normal rekening buku besar penerimaan pembiayan adalah saldo kredit. Artinya rekening ini akan
bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya
transaksi yang mendebitnya. Sebaliknya, saldo normal rekening buku besar pengeluaran pembiayaan
adalah saldo debit. Artinya rekening ini akan bertambah dengen adanya transaksi yang mendebitnya,
sebaliknya akan berkurang dengan adam. transaksi yang mengkreditnya.
Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan terdiri dari 2 (dua) kali pencatatan, yaitu untuk keperluan penyusunan
neraca (basis akrual) dan penyusunan LRA (basis kas). Pencatatan untuk penerimaan pembiayaan,
diawali pada saat pembiayaan diterima. Pencatatan untuk keperluan penyusunan LRA adalan kas
bertambah di sebelah debit dan penerimaan pembiayaan bertambah di sebelah kredit. Pencatatan untuk
keperluan penyusunan neraca adalah kas bertambah, dit sebelah debit dan jenis sumber pembiayaan
bertambah di sebelah kredit.

Jurnal Koreksi Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan


PSAP No. 10 Paragraf 4 menjelaskan bahwa koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar
akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang harusnya. Sementara
kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang
memengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya.
Lebih lanjut dijelaskan dalam PSAP No. Paragraf 24 bahwa koreksi kesalahan atas penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periode periode sebelumnya dan menambah
maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah di terbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun kas dan akun saldo anggaran lebih.
BAB 6
AKUNTANSI PERSEDIAAN
DEFINISI PERSEDIAAN

Definisi persediaan dalam akuntansi pemerintahan dipengaruhi oleh karakteristik organisasi pemerintahan yang hampir
sama dengan karakteristik akuntansi sektor publik lainnya. Dalam PSAP No. 5 Paragraf 4 dijelaskan bahwa
persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
KLASIFIKASI PERSEDIAAN
Pada modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang diterbitkan Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian
Dalam Negeri (2014), suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan manakala aset tersebut memenuhi
salah satu kriteria berikut.
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah, yang mana
termasuk dalam kelompok ini adalah barang habis pakai contohnya seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai
contohhnya seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai contohnya seperti komponen bekas.
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam kelompok
ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi, contohnya seperti bahan baku pembuatan alat-alat
pertanian, dan lain-lain.
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Contohnya
persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat pertanian setengah jadi.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan,
contohnya hewan atau tanaman.
Menurut PSAP No. 5 Paragraf 10, persediaan dapat meliputi:
a. Barang konsumsi atau barang jadi. Contohnya kendaraan, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.
b.Amunisi. Contohnya bahan pengisi senjata api dan bahan peledak.
c. Bahan untuk pemeliharaan. Contohnya pemeliharaan gedung dibutuhkan bahan bahan seperti cat dinding,
penambahan ruangan, penggantian keramik, dan lain sebagainya.
d.Suku cadang . Contohnya mesin mobil, ban kendaraan, oli, dan lain sebagainya.
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga. Contohnya seperti cadangan minyak dan cadangan beras.
f. Pita cukai dan leges. Pita cukai contohnya seperti kemasan rokok yang memiliki pita cukai sebagai tanda pelunasan
cukai serta fungsi pengawasan. Leges atau bea materai contohnya saat legalisir ijazah menggunakan materai
tempel.
g. Bahan baku. Contohnya seperti aluminium dan baja untuk pembuatan mobil, minyak mentah, dan sebagainya.
h. Barang dalam proses/setengah jadi. Contohnya pembuatan bahan bakar minyak yang belum selesai
pembuatannya.
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Contohnya tanah milik negara yang disediakan
untuk masyarakat, rumah subsidi, dan lain sebagainya.
J. Hewan/tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakal. Yang dimaksud disini seperti padi untuk
petani, hewan hewan ternak, dan lain sebagainya.

PENGAKUAN PERSEDIAAN
PSAP No. 5 Paragraf 13 mengatur bahwa persediaan diakui:
a. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal.
b.Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Pada akhir periode perlu dibuat jurnal penyesuaian untuk mengetahui seberapa besar beban persediaan untuk
periode yang bersangkutan. Pencatatan persediaan dilakukan dengan:
1. Metode Perpetual, untuk jenis persediaan yang sifatnya continues dan membutuhkan kontrol yang besar, seperti
obat-obatan. Dengan metode perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan keluar, sehingga
nilai/jumlah persediaan selalu diperbarui.
2. Metode Periodik, untuk persediaan yang penggunaannya sulit ditidentifikasi, seperti alat tulis kantor (ATK).
Dengan metode ini, pencatatan hanya dilakukan pada saat terjadi penambahan, sehingga tidak memperbari!
Jumlah persediaan. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan stock opname pada akhir periode.

PENGUKURAN PERSEDIAAN
Berdasarkan PSAP NO. 5 Paragrat 14 dan 15, persediaan disajikan sebesar:
a.Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.
b.Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.
c.Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/ rampasan.
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat (potongan harga atas
pembelian dalam jumlah besar), dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan (PSAP No. 5 Paragraf
19).
Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak
langsung yang dialokasikan secara Sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan
rencana kerja dan anggaran (PSAP No. 5 Paragraf 22).
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan nilai wajar. Harga/nilai
wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antarpihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar (PSAP No. 5 Paragraf 23 dan 24).

BEBAN PERSEDIAAN
Berdasarkan PSAP No. 5 Paragraf 22-24 dikatakan bahwa beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use
of goods). Perhitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian laporan- operasional. Dalam hal
pencatatan persediaan, pemerintah diperbolehkan menggunakan metode perpetual maupun metode fisik (periodik).
Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan
jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan. Jika pemerintah
menggunakan metode fisik (periodik), maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi
fist, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah dengan pembelian ata. perolehan persediaan dikurangi
dengan saldo akhir persediaan dikalikan dengan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
Berikut contoh persediaan barang habis pakai (amplop) dengan menggunakan kedua metode pencatatan dan metode
penilaian FIFO (First in first out): ( Dilansir dari https://repostory.kuamang.ac.id)
Tanggal Transaksi Unit Harga Total
1 Januari 2020 Saldo Awal 9 Dus Rp19.000 Rp171.000
- Pembelian 220 Dus Rp19.250 Rp4.235.000
31 Desember 2020 Pemakaian 220 Dus - -

Berikut Jurnal atas transaksi tersebut jika menggunakan metode perpetual maupun metode fisik (periodik).
METODE PERPETUAL – UNTUK PENYUSUNAN LAPORAN OPERASIONAL
Tanggal Uraian Debit Kredit
- Persediaan Amplop Rp4.235.000
Kas di Bendahara Keluar Rp4.235.000
31 Desember 2020 Beban Persediaan Rp4.232.750
Persediaan Amplop Rp4.232.750
Keterangan:
Berdasarkan data diatas maka total beban persediaan adalah:
=( 9 x Rp19.000) + ( 211 x Rp19.250)
=Rp171.000 + Rp4.061.750 = Rp4.232.750

METODE FISIK/PERIODIK – UNTUK PENYUSUNAN LAPORAN OPERASIONAL


Tanggal Uraian Debet Kredit
- Persediaan Amplop Rp4.235.000
Kas di Bendahara Keluar Rp4.235.000
31 Desember 2020 Tidak ada jurnal - -
Keterangan:
Total beban persediaan untuk metode fisik (periodik) adalah:
=(Nilai persediaan awal + nilai pembelian) – (Jumlah persediaan akhir x Rp19.250)
=(Rp171.000 + Rp4.235.000) – ( 9 x Rp19.250)
=Rp4.406.000 – Rp173.250
=Rp4.232.750
Jumlah persediaan akhir= (jumlah persediaan awal + jumlah pembelian) – (jumlah pemakaian)
Diasumsikan hasil inventarisasi fisik persediaan sama dengan jumlah di kartu stok persediaan. Jika ada perbedaan
jumlah persediaan, maka harus di jelaskan perbedaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan

PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
PSAP No. 5 Paragraf 26 dengan jelas menyebutkan bahwa laporan keuangan mengungkapkan:
a.Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.
b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual tau
diserahkan kepada masyarakat.
c.Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.

Anda mungkin juga menyukai