Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Analisis Pembiayaan”

Mata kuliah :

Dosen Pengampu :

TAPI RUMONDANG SIREGAR, SE.,M.,Acc

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

Lestari Oktavia Sinamo 7193520053

Kiki Yusnitasari Ritonga 7193520041

Rut Andryani Tumangger 7192520055

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya. Kami bisa menyusun dan menyajikan Makalah

Akuntansi Keuangan Daerah ini yang berisi tentang “Analisis Pembiayaan ” sebagai tugas

kuliah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, penulis mengharapkan keritik serta

saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam

menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah Akuntansi Keuangan

Daerah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca

dalam memahami maksud penulis.

Medan, April 2022

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14

3.2 Saran ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan
Semakin berkembangnya dunia usaha tidak akan bisa terlepas dari adanya kebutuhan
akan pertambahan dana, baik yang diperoleh dari perseorangan, usahawan ataupun yang
bergabung dalam suatu badan. Kebutuhan dana tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari
karena manusia adalah makhluk ekonomi. Dalam perkembangannya kebutuhan akan dana
terpenuhi dengan kehadiran perbankan. Sektor perbankan adalah salah satu fasilitator utama
yang mampu memberikan peran dalam mensukseskan pembangunan perekonomian dengan
cara menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam berbagai
produk-produknya.
Menurut Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pada
pasal 1 ayat (2), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sehubungan dengan
penyaluran dana dalam rangka bentuk kredit kepada masyarakat, bank harus dapat
memelihara keseimbangan disamping.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akuntansi Pembiayaan?
2. Bagaimana cara Penerimaan Pembiayaan?
3. Apa yang dimaksud dengan Pengeluaran Pembiayaan?
4. Bagaimana Pembiayaan Neto?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan Pembiayaan Dana Bergulir?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan Pengakuan Pembiayaan?
7. Bagaimana yang dimaksud dengan Pengukuran Pembiayaan?
8. Apa yang dimaksud dengan Pengungkapan Pembiayaan?
9. Bagaimana dengana Prosedur Akuntansi Pembiayaan?
10. Bagaimana yang dimaksud dengan Pihak-Pihak Terkait?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahi bagaimana Akuntansi Pembiayaan
2. Dapat mengetahui bagaimana cara Penerimaan Pembiayaan
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengeluaran Pembiayaan
4. Dapat mengetahui bagaimana Pembiayaan Neto
5. Dapat mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Pembiayaan Dana Bergulir
6. Dapat mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Pengakuan Pembiayaan
7. Dapat mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Pengukuran Pembiayaan
8. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengungkapan Pembiayaan]
9. Dapat mengetahui bagaimana dengana Prosedur Akuntansi Pembiayaan
10. Dapat mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Pihak-Pihak Terkait

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Pembiayaan
a. Definisi
Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006
sebagai berikut:“Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayarkembali
dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali , baik padatahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya “.
Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,
mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut :
“Pembiayaan ( financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar kembali dan /atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaranbersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, yangdalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran”.
Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat bahwa pembiayaan merupakan transaksi
keuangan pemerintah yang mempunyai dampak terhadap penerimaan dan / atau pengeluaran
pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran
berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini adalah untuk menutup defisit anggaran atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di PPKD sebagai Pemda. Hal
ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk memanfaatkan
surplus atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi pembiayaan, di
dalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di dalam neraca
Pemda. Oleh karena itu transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD sebagai Pemda
(kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD lainnya, menjadi
laporan keuangan Pemerintah Daerah.

2.2 Penerimaan Pembiayaan


Penerimaan pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 51 dan 54 adalah Semua
penerimaan rekening kas umum negara/daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
penjualan obligasi pemerintah. hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya,

3
dan pencairan dana cadangan Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang
bersangkutan
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah
(2014) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa penerimaan dserah adalah sisa
lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan
aset daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadanganPenerimaan pembiayaan adalah
semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal
dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan
investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Transaksi penerimaan pembiayaan berasal dari :
1. penggunaan SiLPA tahun anggaran sebelumnya
2. pencairan dana cadangan
3. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. penerimaan pinjaman daerah
5. penerimaan kembali pemberian pinjaman
6. penerimaan piutang daerah.

Transaksi pembiayaan penerimaan dicatat dengan menggunakan azas bruto,yaitu


pembiayaan penerimaan dicatat sebesar nilai brutonya (tidak dikompensasikan dengan
pengeluaran) dan Pembiayaan penerimaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
Daerah.

Standar Jurnal Transaksi Pembiayaan Penerimaan


1) Penjurnalan transaksi penerimaan pembiayaan dilakukan oleh fungsi akuntansi
PPKD, secara harian berdasarkan urutan kronologis.
2) Jurnal untuk transaksi penerimaan pembiayaan merupakan jurnal corollary, dimana
satu jurnal akan berpengaruh terhadap Laporan Realisasi Anggaran, dan jurnal
lainnya akan mempengaruhi Neraca.

2.3 Pengeluaran Pembiayaan


Pengeluaran pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 55 dan 57 adalah semua
pengeluaran rekening kas umum negara/daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak

4
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode
tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.Pembentukan dana cadangan
menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan
dana cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah dana cadangan. Hasil tersebut
dicatat sebagai pendapatan LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah
(2014) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran daerah adalah
pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal.pembentukan dana
cadangan, dan pemberian pinjaman daerah.

Transaksi pembiayaan pengeluaran berasal dari :


1) pembentukan dana cadangan
2) penyertaan modal pemerintah daerah
3) pembayaran pokok pinjaman ( utang )
4) pemberian pinjaman daerah.

Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di PPKD sebagai Pemda.


Hal ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk
memanfaatkan surplus atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi
pembiayaan, di dalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di
dalam neraca Pemda. Oleh karena itu transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD
sebagai Pemda (kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD
lainnya, menjadi laporan keuangan Pemerintah Daerah.

Standar Jurnal Transaksi Pembiayaan Pengeluaran


1) Penjurnalan transaksi pembiayaan pengeluaran dilakukan oleh fungsi akuntansi
PPKD, secara harian berdasarkan urutan kronologis.
2) Jurnal untuk transaksi pembiayaan pengeluaran merupakan jurnal corollary, dimana
satu jurnal akan berpengaruh terhadap Laporan Realisasi Anggaran,dan jurnal lainnya
akan mempengaruhi Neraca.

2.4 Pembiayaan Neto


PSAP No. 2 Paragraf 58-61 menegaskan bahwa pembiayaan neto adalah selisih
antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode

5
tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos pembiayaan neto, Sisa lebih pembiayaan
(SiLPA)/sisa kurang pembiayaan (SPA) adalah Selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih kurang antara
realisasi pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos SILPA/SIKPA
Dari pembiayaan neto tersebut nantinya juga akan diketahui berapa selisih kurang
atau lebih antara realisasi penerimaan dengan jumlah pengeluaran dalam satu periode tahun
anggaran. Selisih tersebut dinamakan SiLPA atau SiKPA yaitu Selisih Lebih atau Kurang
Pembiayaan Anggaran.
SiLPA/SiKPA tersebut bisa terjadi dengan empat karakteristik yang berbeda, yaitu :
1. Pendapatan Melampaui Target
Bisa saja terjadi pemerintah daerah melampaui target yang telah ditetapkan sehingga
dapat digunakan untuk memperluas ruang fiskal. Caranya yaitu pemerintah daerah harus
benar-benar memperhatikan dan melakukan analisis pada pendapatan apa saja yang mampu
direalisasikan di atas ekspektasi.
2. Efisiensi Belanja
Pemerintah daerah dalam hal ini bertindak sebagai pengelola atas semua kebijakan
fiskal. Oleh sebab itulah pemda pada prinsipnya bisa melakukan beberapa hal penting seperti
mengetatkan anggaran belanja misalnya melalui pengurangan inflasi maupun meredam
pertumbuhan tingkat ekonomi. Efisiensi belanja juga dapat dilakukan untuk membiayai
kebutuhan yang lebih menjadi prioritas.
3. Target Belanja Tidak Tercapai
Jika terjadi SiLPA yang disebabkan karena tidak tercapainya target belanja daerah
sebenarnya merupakan indikasi yang kurang bagus. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja
pemda atas penyerapan belanja tidak bisa berjalan optimal.

Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi antara lain :


 Tidak tertibnya tata kelola pada keuangan daerah
 Perencanaan kegiatan yang sangat lemah.
 Permasalahan pada pelaksanaan pengadaan atas barang dan jasa.
 Penyelesaian tagihan kepada pihak ketiga yang berjalan lambat.

6
SiLPA yang tinggi menunjukkan kurang maksimalnya penyerapan belanja yang
artinya akan menyisakan kewajiban pada tahun berikutnya yang harus dipenuhi.

2.5 Pembiayaan Dana Bergulir


Dalam Buletin Teknis No. 4 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Pemerintah dijelaskan bahwa bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang
diniatkan akan dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah apabila kegiatannya telah berhasil
dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana
bergulir. Rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut dicantumkan di
APBN/APBD dan dikelompokkan pada pengeluaran pembiayaan, yaitu pengeluaran investasi
jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan sebagai
penerimaan pembiayaan-investasi jangka panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau
bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai belanja bantuan sosial pemerintah mempunyai
niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya kembali kepada kelompok
masyarakat lainnya. Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan timbulnya investasi jangka
panjang yang bersifat nonpermanen dan disajikan di neraca sebagai investasi jangka panjang.

2.6 Pengakuan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Rekening Kas Umum
Negara atau pada saat terjadi pengesahan penerimaan pembiayaan oleh Bendahara Umum
Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara atau pada saat terjadi pengesahan pengeluaran pembiayaan oleh Bendahara Umum
Negara/Kuasa bendahara Umum Negara.

2.7 pengukuran Pembiayaan


Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dicatat sebesar nilai nominal. Apabila
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tersebut dalam bentuk mata uang asing maka harus
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

7
Hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran penerimaan pembiayaan dengan penggunaan
mata uang asing adalah:
1) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asing yang langsung digunakan untuk
membayar dalam mata uang yang sama dibukukan dalam rupiah dengan kurs tengah;
2) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asing yang langsung untuk membayar
transaksi dalam rupiah dibukukan dengan kurs transaksi dari BI/Bank Umum
bersangkutan.
3) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asing yang sesuai dengan komitmennya
dalam mata uang asing yang diterima dalam rekening milik Bendahara Umum Negara
dibukukan dengan kurs tengah BI/Bank Umum bersangkutan;
4) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asmg yang tidak sesuai dengan komitmennya
yang diterima dalam rekening milik Bendahara Umum Negara dibukukan dengan kurs
transaksi.

Hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran penerimaan pembiayaan dengan


penggunaan mata uang asing adalah:
1) Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan
dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan
menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral
pada tanggal transaksi.
2) Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi
dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang
asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah
yang digunakan untuk memperoleh valuta asing tersebut.
3) Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk
bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya,
maka:
 Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan
menggunakan kurs transaksi;
 Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

8
 Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dilaksanakan berdasarkan asas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

2.8 Pengungkapan Pembiayaan


Pembiayaan disajikan berdasarkan jenis pembiayaan dalam laporan realisasi
anggaran dan rincian lebih lanjut jenis pembiayaan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Penjelasan mengenai sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Hal-hal yang perlu diungkapkan terkait dengan pembiayaan, antara lain:
1) Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal
berakhirnya tahun anggaran.
2) Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman,
pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset daerah yang dipisahkan, serta
penyertaan modal pemerintah daerah.
3) Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi pembiayaan yang didasarkan
pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan perubahannya dengan Permendagri No. 59
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang didasarkan pada PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar AkuntansiPemerintahan.
4) Informasi lainnya yang dianggap perlu.
Berikut ilustrasi pengungkapan pembiayaan

Catatan atas laporan keuangan


Terdapat selisish 100jt untuk realisasi pencairan dana cadangan dibandingkan
anggarannya.selisih ini karena kebutuhan pada tahun 2012 yang digunakan untuk
pembangunan terminal sebesar 400j

9
2.9 Prosedur Akuntansi Pembiayaan
1. Fungsi-Fungsi Terkait
Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas yang
berasal dari penerimaan pembiayaan.
 Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
 Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah, Bendahara
Pengeluaran.
 Fungsi akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
 Fungsi akuntansi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.

2. Dokumen yang digunakan


Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas yang
berasal dari penerimaan pembiayaan.
a) Kontrak/perjanjian
b) Sarat keputusan pencairan dana cadangan.
c) Kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen tanda
bukti pembayaran
d) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah
e) Nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang ke rekening kas umum daerah.
f) Buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas
g) Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban,
ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
h) Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

2.10 Pihak-Pihak Terkait


Pihak-pihak yang terkait dengan sistem akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi
Akuntansi PPKD dan PPKD.

10
1. Fungsi Akuntansi - PPKD
Dalam sistem akuntansi pembiayaan, fungsi akuntansi pada PPKD memiliki tugas
sebagai berikut:
a) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan bukti bukti transaksi
yang sah ke Buku Jurnal Umum; dalam
b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke Buku Besar masing-
masing rekening (rincian objek);
c) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Perubahan SAL (LP-SAL), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
2. BUD
Dalam sistem akuntansi pembiayaan, BUD melakukan fungsi mengadministrasi
transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, sehingga BUD memiliki
tugas menyiapkan dokumen transaksi untuk pencatatan akuntansi oleh Fungsi Akuntansi
PPKD yang sebelumnya disahkan oleh Kepala SKPKD.

3. PPKD
Dalam sistem akuntansi pembiayaan, PPKD memiliki tugas menandatangani laporan
keuangan Pemerintah Daerah sebelum diserahkan kepada BPK.

JURNAL STANDAR
Pada dasarnya transaksi pembiayaan dilaksanakan oleh PPKD. Berikut adalah jurnal
standar pengakuan penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan yang
bersumber dari transaksi kewajiban,sebagai berikut:

11
ILUSTRASI
Akuntansi pembiayaan terdiri atas pencatatan atas penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
1. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan
a. Penerimaan Pinjaman
Berdasarkan Perjanjian Kredit Jangka Panjang untuk jangka waktu 5 tahun antara
Pemerintah Daerah "XYZ" dengan Bank "ABC", Pemerintah Daerah "XYZ" menerima Nota
Kredit yang menunjukkan telah masuknya uang ke rekening kas ke rekening kas daerah
sebesar Rp500.000.000,00. Dari informasi tersebut, fungsi Akuntansi PPKD mengakui
adanya kewajiban jangka panjang dengan mencatat

jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor 64
Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Kas dikas daerah. Rp.500.000.000
Kewajiban jangka panjang Rp.500.000.000

b. Pengeluaran pembiayaan
Sama halnya dengan akuntansi penerimaan pembiayaan PPKD.Lampiran II
Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang PenerapanStandar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah juga mengungkapkan bahwa akuntansi pengeluaran
pembiayaan PPKD pada dasarnya juga merupakan akuntansi yang tidak berdiri sendiri.
Akuntansi pengeluaran pembiayaan ini melekat pada pencatatan transaksi lainnya khususnya
pengeluaran kas atas transaksi aset nonlancar dan kewajiban jangka panjang Akuntansi ini

12
akan menjadi sebuah jurnal komplementer yang melengkapi jurnal transaksi perolehan
investasi, transaksi pembayaran utang dan transaksi lainnya yang sejenis.

Jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi PPKD adalah:


LO
Kewajiban jangka panjang. XXX
Kas di kas daerah
LRO
Pengeluaran pembiayaan XXX
Estimasi perubahan SAL. XXX

c. jurnal koreksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan


PSAP No. 10 Paragraf 4 menjelaskan bahwa koreksi adalah tindakan pembetulan
secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai
dengan yang seharusnya. Sementara kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara
signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang memengaruhi laporan keuangan periode
berjalan atau periode sebelumnya.
Lebih lanjut dijelaskan dalam PSAP No. 10 Paragraf 24 bahwa koreksi kesalahan
atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan. dilakukan dengan pembetulan pada akun kat
dan akun saldo anggaran lebih.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

pembiayaan merupakan transaksi keuangan pemerintah yang mempunyai dampak


terhadap penerimaan dan / atau pengeluaran pemerintah pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini
adalah untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus anggaran.
Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di PPKD sebagai Pemda.
Hal ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk
memanfaatkan surplus atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi
pembiayaan, di dalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di
dalam neraca Pemda. Oleh karena itu transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD
sebagai Pemda (kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD
lainnya, menjadi laporan keuangan Pemerintah Daerah.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca semakin memahami materi

mengenai Analisis Pendanaan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah

kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andreany (2011). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,

http://repository.uinsu.ac.id/4906/11/BAB%20I.pdf

Erlina,Rambe Omar Sakti, dkk. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah berbasis akrual.Salemba

Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai