“Analisis Pembiayaan”
Mata kuliah :
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya. Kami bisa menyusun dan menyajikan Makalah
Akuntansi Keuangan Daerah ini yang berisi tentang “Analisis Pembiayaan ” sebagai tugas
kuliah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, penulis mengharapkan keritik serta
saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah Akuntansi Keuangan
Daerah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan
Semakin berkembangnya dunia usaha tidak akan bisa terlepas dari adanya kebutuhan
akan pertambahan dana, baik yang diperoleh dari perseorangan, usahawan ataupun yang
bergabung dalam suatu badan. Kebutuhan dana tidak akan lepas dari kehidupan sehari-hari
karena manusia adalah makhluk ekonomi. Dalam perkembangannya kebutuhan akan dana
terpenuhi dengan kehadiran perbankan. Sektor perbankan adalah salah satu fasilitator utama
yang mampu memberikan peran dalam mensukseskan pembangunan perekonomian dengan
cara menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam berbagai
produk-produknya.
Menurut Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pada
pasal 1 ayat (2), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sehubungan dengan
penyaluran dana dalam rangka bentuk kredit kepada masyarakat, bank harus dapat
memelihara keseimbangan disamping.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akuntansi Pembiayaan?
2. Bagaimana cara Penerimaan Pembiayaan?
3. Apa yang dimaksud dengan Pengeluaran Pembiayaan?
4. Bagaimana Pembiayaan Neto?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan Pembiayaan Dana Bergulir?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan Pengakuan Pembiayaan?
7. Bagaimana yang dimaksud dengan Pengukuran Pembiayaan?
8. Apa yang dimaksud dengan Pengungkapan Pembiayaan?
9. Bagaimana dengana Prosedur Akuntansi Pembiayaan?
10. Bagaimana yang dimaksud dengan Pihak-Pihak Terkait?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Pembiayaan
a. Definisi
Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006
sebagai berikut:“Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayarkembali
dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali , baik padatahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya “.
Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,
mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut :
“Pembiayaan ( financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar kembali dan /atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaranbersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, yangdalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran”.
Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat bahwa pembiayaan merupakan transaksi
keuangan pemerintah yang mempunyai dampak terhadap penerimaan dan / atau pengeluaran
pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran
berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini adalah untuk menutup defisit anggaran atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di PPKD sebagai Pemda. Hal
ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk memanfaatkan
surplus atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi pembiayaan, di
dalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di dalam neraca
Pemda. Oleh karena itu transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD sebagai Pemda
(kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD lainnya, menjadi
laporan keuangan Pemerintah Daerah.
3
dan pencairan dana cadangan Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang
bersangkutan
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah
(2014) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa penerimaan dserah adalah sisa
lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan
aset daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadanganPenerimaan pembiayaan adalah
semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal
dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan
investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Transaksi penerimaan pembiayaan berasal dari :
1. penggunaan SiLPA tahun anggaran sebelumnya
2. pencairan dana cadangan
3. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. penerimaan pinjaman daerah
5. penerimaan kembali pemberian pinjaman
6. penerimaan piutang daerah.
4
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode
tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.Pembentukan dana cadangan
menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan
dana cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah dana cadangan. Hasil tersebut
dicatat sebagai pendapatan LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah
(2014) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran daerah adalah
pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal.pembentukan dana
cadangan, dan pemberian pinjaman daerah.
5
tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos pembiayaan neto, Sisa lebih pembiayaan
(SiLPA)/sisa kurang pembiayaan (SPA) adalah Selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih kurang antara
realisasi pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos SILPA/SIKPA
Dari pembiayaan neto tersebut nantinya juga akan diketahui berapa selisih kurang
atau lebih antara realisasi penerimaan dengan jumlah pengeluaran dalam satu periode tahun
anggaran. Selisih tersebut dinamakan SiLPA atau SiKPA yaitu Selisih Lebih atau Kurang
Pembiayaan Anggaran.
SiLPA/SiKPA tersebut bisa terjadi dengan empat karakteristik yang berbeda, yaitu :
1. Pendapatan Melampaui Target
Bisa saja terjadi pemerintah daerah melampaui target yang telah ditetapkan sehingga
dapat digunakan untuk memperluas ruang fiskal. Caranya yaitu pemerintah daerah harus
benar-benar memperhatikan dan melakukan analisis pada pendapatan apa saja yang mampu
direalisasikan di atas ekspektasi.
2. Efisiensi Belanja
Pemerintah daerah dalam hal ini bertindak sebagai pengelola atas semua kebijakan
fiskal. Oleh sebab itulah pemda pada prinsipnya bisa melakukan beberapa hal penting seperti
mengetatkan anggaran belanja misalnya melalui pengurangan inflasi maupun meredam
pertumbuhan tingkat ekonomi. Efisiensi belanja juga dapat dilakukan untuk membiayai
kebutuhan yang lebih menjadi prioritas.
3. Target Belanja Tidak Tercapai
Jika terjadi SiLPA yang disebabkan karena tidak tercapainya target belanja daerah
sebenarnya merupakan indikasi yang kurang bagus. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja
pemda atas penyerapan belanja tidak bisa berjalan optimal.
6
SiLPA yang tinggi menunjukkan kurang maksimalnya penyerapan belanja yang
artinya akan menyisakan kewajiban pada tahun berikutnya yang harus dipenuhi.
Penerimaan Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Rekening Kas Umum
Negara atau pada saat terjadi pengesahan penerimaan pembiayaan oleh Bendahara Umum
Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara atau pada saat terjadi pengesahan pengeluaran pembiayaan oleh Bendahara Umum
Negara/Kuasa bendahara Umum Negara.
7
Hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran penerimaan pembiayaan dengan penggunaan
mata uang asing adalah:
1) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asing yang langsung digunakan untuk
membayar dalam mata uang yang sama dibukukan dalam rupiah dengan kurs tengah;
2) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asing yang langsung untuk membayar
transaksi dalam rupiah dibukukan dengan kurs transaksi dari BI/Bank Umum
bersangkutan.
3) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asing yang sesuai dengan komitmennya
dalam mata uang asing yang diterima dalam rekening milik Bendahara Umum Negara
dibukukan dengan kurs tengah BI/Bank Umum bersangkutan;
4) Penerimaan/penarikan dalam mata uang asmg yang tidak sesuai dengan komitmennya
yang diterima dalam rekening milik Bendahara Umum Negara dibukukan dengan kurs
transaksi.
8
Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dilaksanakan berdasarkan asas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
9
2.9 Prosedur Akuntansi Pembiayaan
1. Fungsi-Fungsi Terkait
Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas yang
berasal dari penerimaan pembiayaan.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah, Bendahara
Pengeluaran.
Fungsi akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Fungsi akuntansi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.
10
1. Fungsi Akuntansi - PPKD
Dalam sistem akuntansi pembiayaan, fungsi akuntansi pada PPKD memiliki tugas
sebagai berikut:
a) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan bukti bukti transaksi
yang sah ke Buku Jurnal Umum; dalam
b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke Buku Besar masing-
masing rekening (rincian objek);
c) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Perubahan SAL (LP-SAL), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
2. BUD
Dalam sistem akuntansi pembiayaan, BUD melakukan fungsi mengadministrasi
transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, sehingga BUD memiliki
tugas menyiapkan dokumen transaksi untuk pencatatan akuntansi oleh Fungsi Akuntansi
PPKD yang sebelumnya disahkan oleh Kepala SKPKD.
3. PPKD
Dalam sistem akuntansi pembiayaan, PPKD memiliki tugas menandatangani laporan
keuangan Pemerintah Daerah sebelum diserahkan kepada BPK.
JURNAL STANDAR
Pada dasarnya transaksi pembiayaan dilaksanakan oleh PPKD. Berikut adalah jurnal
standar pengakuan penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan yang
bersumber dari transaksi kewajiban,sebagai berikut:
11
ILUSTRASI
Akuntansi pembiayaan terdiri atas pencatatan atas penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
1. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan
a. Penerimaan Pinjaman
Berdasarkan Perjanjian Kredit Jangka Panjang untuk jangka waktu 5 tahun antara
Pemerintah Daerah "XYZ" dengan Bank "ABC", Pemerintah Daerah "XYZ" menerima Nota
Kredit yang menunjukkan telah masuknya uang ke rekening kas ke rekening kas daerah
sebesar Rp500.000.000,00. Dari informasi tersebut, fungsi Akuntansi PPKD mengakui
adanya kewajiban jangka panjang dengan mencatat
jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor 64
Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Kas dikas daerah. Rp.500.000.000
Kewajiban jangka panjang Rp.500.000.000
b. Pengeluaran pembiayaan
Sama halnya dengan akuntansi penerimaan pembiayaan PPKD.Lampiran II
Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang PenerapanStandar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah juga mengungkapkan bahwa akuntansi pengeluaran
pembiayaan PPKD pada dasarnya juga merupakan akuntansi yang tidak berdiri sendiri.
Akuntansi pengeluaran pembiayaan ini melekat pada pencatatan transaksi lainnya khususnya
pengeluaran kas atas transaksi aset nonlancar dan kewajiban jangka panjang Akuntansi ini
12
akan menjadi sebuah jurnal komplementer yang melengkapi jurnal transaksi perolehan
investasi, transaksi pembayaran utang dan transaksi lainnya yang sejenis.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca semakin memahami materi
mengenai Analisis Pendanaan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah
kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uinsu.ac.id/4906/11/BAB%20I.pdf
Erlina,Rambe Omar Sakti, dkk. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah berbasis akrual.Salemba
Empat.
15