Anda di halaman 1dari 5

MENUMBUHKAN LITERASI KEMANUSIAAN PADA ERA TEKNOLOGI INFORMASI

Tri Bekti Utami


Universitas Negri Semarang
Tribekti085@gmail.com

Saat ini arus global sudah tidak dapat dibendung lagi. Arus ini membawa perkembangan
teknologi yang semakin canggih. Oleh karena itu saat ini kita memasuki era revolusi 4.0. Pada era
ini ada beberapa terobosan baru yang dibawa yakni digital economy, artifical intelligence, big data,
robotic, dan lain sebagainya. Dunia tidak hanya dituntut untuk paham tentang teknologi tetapi juga
harus update setiap saat terhadap informasi – informasi terbaru.
Jika kita amati bersama semua kini serba gadget dan sistem yang bekerja. Informasi dan
data – data semua dilakukan oleh sistem tidak ada lagi membaca di buku sudah sangat minim juga
menemukan orang membaca koran di era seperti ini. Oleh karena itu diperlukan literasi data, berupa
kemampuan menganalisis data, dan menggunakan informasi di dunia digital ini dengan kata lain di
perluka literasi kemanusiaan pada era 4.0.
Menurut Naeyc (1998) literasi adalah suatu kegiatan yang mampu mendorong anak – anak
berkembang sebagai pembaca dan penulis sehingga hal ini sangat membutuhkan interaksi dengan
seseorang yang menguasai literasi. Menurut Alberta (2009) arti literasi bukan hanya sekadar untuk
membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dapat
membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam
berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efetif dan mampu mengembangkan potensi dan
berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Cardon (2003) definisi literasi adalah
sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu membangun imajinasi untuk menjelajahi dunia dan
ilmu pengetahuan. Secara singkat literasi dapat kita simpulkan menjadi sebuah kemampuan dalam
membaca da menulis. Namun, saaat ini literasi memiliki arti baru yang lebih luas dan kompleks
yaitu berpikir kritis, dapat menghitung, memecahkan masalah, cara untuk mencapai tujuan,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan potensi seseorang. Pengertian yang baru ini hampir sama
dengan yang dikemukakan oleh Alberta.
Manusia menurut Paula J.C dan Janet W.K adalah makhluk yang terbuka bebas memilih
makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu dan
turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
Menurut Erbe Sentanu manusia adalah makhluk sebaik-baiknya ciptaan-NYA. Ciptaan Tuhan
paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Secara singkat manusia memiliki arti
mahluk sosial ciptaan Tuhan. Sedangkan kemanusiaan adalah cerminan bahwa seseorang/manusia
menjalankan kodratnya sebagai manusia. Manusia yang tidak memiliki sikap kemanusiaan sulit
dianggap sebagai manusia yang baik di masyarakat. Kemanusiaan adalah hakikatnya kembali pada
hakikat manusia, manusia yang memiliki akal budi. Kemanusiaan adalah sikap manusia yang perlu
dijaga. Kemanusiaan juga tidak sekadar tentang memiliki akal budi. Namun, manusia juga harus
memanusiakan manusia yang lainnya.
Dari pengertian literasi dan kemanusiaan diata dapat kita simpulkan literasi kemanusiaan
adalah sikap atau sifat ataupun perilaku manusia harus diupgrade tidak boleh iliterasi di era ini
manusia harus open mainded dengan perubahan perubahan yang ada dan dapat memilah mana
positif dan mana negatif. Di era ini seseorang harus memiliki prinsip hidup yang teguh agar tidak
terbawa arus. Literasi kemanusiaaan juga mengungkap gejolak manusia tentang sikap kepedulian
dan gerakan membaca dan menulis karena pada era ini pemuda/i malah salah kaparah menilai
kemejuan ini mereka kerapkali hanya memikirkan fashion dan berujung menjadi komsumtif.

Pada era ini persaingan terjadi sangat ketat untuk itu diperlukan langkah – langkah atau pun
strategi untuk meliterasi diri atau pun meliterasi kemanusiaan untuk menghadapi era ini. Disini saya
akan berfokus pada lingkup mahasiswa. Untuk menghadapi era ini mahasiswa harus memiliki
pedoman dan prinsip yang harus dipegang teguh oleh setiap individu. Pada saat kita menjadi
mahasiswa pastinya akan jauh dari orang tua, merantau, mempunyai kebebasan tinggi, dan akan
bertemu lingkungan baru dan teman – teman baru yang pastinya dari berbagai penjuru negri ini.
Pastinya para mahasiswa akan bersenang – senang dengan kebebasan yang dimilikinya. Dengan
kebebasan ini tidak dapat dipungkiri para mahasiswa kerap kali lalai dengan adap “kemanusiaan”
yang dimiliki. Perilaku – perilaku negatif akan sering muncul jika seorang individu tidak memliliki
pedoman hidup yang kuat dan prinsip yang teguh. Jika seseorang memiliki prinsip dan pedoman
yang kuat hal – hal yang berbau negatif dapat diminimalisir. Contoh kecilnya ketika mahasiswa
main hingga larut malam pulang ke kos naik motor kerap kali motornya tidak dimatikan. Mereka
tidak berpikir lebih yang penting bisa sampai kamar dengan cepat padahal waktu itu sudah waktu
untuk istirahat pastinya mengganggu jika ada suara motor. Kerap kali mereka tidak berpikir sampai
disitu. Untuk itu literasi kemanusiaan harus ditingkatkan.
Mahasiswa pasti akan sibuk dengan tugas – tugas yang sangat banyak dan membuat pusing.
Nah, disinilah mulai para mahasiswa kurang bersosialisasi dengan masyarakat. Tidak usah
masyarakat untuk sekadar menyapa teman ketika berpapasan saja sudah mulai jarang. Mereka
terlalu sibuk dengan dateline – dateline, kegiatan, dan rapat – rapat organisasi. Memang benar
mahasiswa harus mempunyai kegiatan yang positig dan mengikuti organisasi – organisasi agar
mempunyai pengalaman. Namun, jika menjadi orang sibuk tanpa memikirkan sekitar itu baik?
Malah yang lebih parahnya lagi sekarang ada tren jalan sambil menggunakan earphone sambil
mendengarkan musik seakan hidup mereka tidak ingin diganggu oleh sekitar. Bayangkan jika para
mahasiswa bisa saling menyapa, bertukar kabar, atau pun saling memberikan senyum terbaik ketika
berpapasan hal – hal kecil tersebut sangatlah jarang kita temui sekarang ini padahal orang – orang
Indonesia terkenal dengan keramahannya. Apa kita hanya ramah kepada orang asing (orang luar
negri)? Yuk, budayakan senyum, sapa, salam sejak dini agar kehidupan terlihat dan terasa
harmonis.
Pada tingkatan mahasiswa ini para pemuda/i akan saling berlomba –lomba menunjukkan
siapa jati diri mereka masing – masing. Ini loh aku, ini loh saya. Mereka akan saling menunjukkan
bahwa diri mereka yang paling unggul. Jika mereka berlomba – lomba menunjukkan apa yang
mereka mampu misal tentang pengetahuan atau tentang berorganisasi itu adalah hal yang baik.
Namun, kerap kali ada mahasiswa yang berlomba – lomba menunjukkan apa yang mereka punya.
Makan makanan mahal di foto update status hal ini patinya akan menimbulkan kecemburuan soaial
dengan teman – teman yang hanya makan dengan mi instan setiap saat. Berangkat kampus naik
mobil di pamer – pamerin dibacarakan kesana – kemari. Mengunggul – unggulkan fashion semua
yang dikenakan harus branded. Hal – hal semacam ini yang tidak baik yang pastinya akan
menimbulkan kecemburuan sosial, gunjingan, dan yang pasti komsumerisme. Jadi, menjadi
mahasiswa harus bisa berlomba – lomba dalam hal yang baik dan tidak boleh menyombongkan diri
dengan apa yang kita punya apa lagi hanya pemberian orang tua
Para pemuda/i negri ini sangat proaktif jika ada updatean di media sosial. Gosip – gosip atau
pun updatean tentang idola mereka. Namun, mereka jarang sekali memiliki aplikasi untuk membaca
informasi – informasi tentang perkembangan negri ini atau pun hal – hal yang sedang terjadi di
negri ini. Mereka rajin membuka handphone namun pasti jarang sekali atau hampir tidak pernah
untuk membaca – baca berita online, jurnal, artikel yang padahal pada era ini mereka dituntut untuk
melakukan itu. Bahkan kerap kali mereka sangat update tentang hal – hal yang tidak penting dari
pada hal – hal yang sangat penting. Jika membicarakan tentang media sosial mereka langsung
mengetahui tetapi jika sudah membicarakan tentang aplikasi – aplikasi untuk penugasan atau
aplikasi yang sifatnya edukasi mereka seakan tutup mata untuk itu. Mahasiswa harus lebih awear
tentang hal – hal baru yang mengedukasi lewat teknologi yang sudah canggih ini agar tidak
tertinggal dengan yang lain.
Di era kecanggihan teknologi ini apa – apa serba mudah membuka bisnis untuk mencari
uang juga sangat mudah. Tidak perlu menyewa kios untuk berjualan. Para mahasiswa bisa
menambah uang jajan dengan memanfatkan bisnis online atau pun dengan membuat cannel
Youtube. Misal berjualan baju atau membuat konten Youtube tentang eksperimen sosial yang
pastinya tidak hanya menambah pemasukan namun juga bisa melatih kepekaan kita kepada sesama
dan melatih bersosialisasi dengan orang lain. Dengan begitu para sarjana tidak perlu lagi mencari
pekerjaan tetapi diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan melalui bisnis yang telah dirintis
sejak kuliah.
Yang terakhir dan sangat penting untuk maha siswa adalah pergaulan. Bergaullah dengan
teman – teman yang bisa memotifasi diri kita menjadi lebih baik. Bukan saya mengajarkan untuk
memilih – milih teman, kita boleh berteman dengan siapa saja namun bergaul atau berkumpul lah
dengan orang – orang yang mempunyai motifasi hidup tinggi. Berteman dan bergaul/ berkumpul itu
jelas beda jika kita berteman mungkin kita hanya tau namanya saja namun jika berkumpul dan
bergaul kita sudah pasti selalu bertemu main bersama dan saling mengenal lebih satu sama lain.
Misal kita berkumpul dengan orang yang hobi mengerjakan tugas pasti kita akan ikut – ikut
mengerjakan tugas berbeda dengan orang yang malas atau sering menunda suatu pekerjaan pasti
kita akan tertular malas juga. Jadi, kita harus pintar – pintar membawa diri.
Perubahan oleh mahasiswa diatas harus didukung juga oleh lingkungannya disini saya
mengambil contoh orang – tua dan dosen. Oran tua diharapkan juga bisa pro aktif dengan
perkembangan teknologi dimasa ini. Orang tua harus mempunyai media sosial jika perlu orang tua
harus mempunyai fake account agar dapat memantau putra/i nya karena biasanya jika orang tua
menggunakan akun asli pasti akan di kecuali oleh putra/i nya.
Selanjutnya orang tua juga harus perhatian kepada putra/i kita untuk sekadar menanyakan
kabar, menyatakan baru apa, sudah makan atau belum. Hal ini sederhana tetapi memberi kan efek
yang bagus kepada putra/i karena mereka merasa dekat dengan orang tua yang pada kenyataanya
mereka terpaut jarak sehinggat sulit untuk saling bertemu dan orang tua sulit mengontrol aktifitas
anak. Orang tua juga harus mengikuti perkembangan tergini infi – info terkini agar bisa meyikapi
putra/i dan memahami apa yang mereka butuhkan karena remaja di era ini sangatlah berbeda
dengan era – era sebelumnya.
Selain peranan orang tua dosen juga berperan untuk membangun literasi kemanusiaan di era
4.0 ini. Dosen harus bisa mengajar dengan memanfaatkan teknologi. Misal untuk pembuatan
laporan pada mata kuliah akuntansi seharusnya sudah tidak lagi menggunakan kertas tetapi
menggunakan sistem atau teknologi.
Dosen sudah tidak mewajibkan mahasiswa untuk membeli buku namun semua tinggal
dilakukan dengan memanfaatkan internet dengan hanya mendownload materi yang telah
dipersiapkan oleh dosen, hal ini juga dapat membantu menjaga lingkungan karena mengurangi
penggunaan kertas karenan semakin banyak kertas yang kita pakai semakin banyak pula pohon kita
tebang. Untuk pemberian tugas dosen juga diharapkan memberikan tugas yang bisa melatih nilai –
nilai kemanusiaan mahasiswa misal dengan projek sosial, wawancara dengan orang lain, membuat
vidio eksperimen sosial atau yang lainnya yang dapat menumbuhkan kepekaan sosial pada
mahasiswa.
Bentuk penugasan tersebut juga harus bisa divariasi misal dengan membuat vidio dan di
upload di media sosial dan membuat cannel Youtube hal ini juga melatih mahasiswa untuk menjadi
Youtuber yang menghasilkan pendapatan yang sangat menguntungkan dan menjanjikan di masa
yang akan datang. Bentuk pengumpulan tugas juga sebaiknya tidak lagi menggunakan cara lama
yaitu dengan kertas namun beralih menggunakan surel atau pun web – web edukasi yang saat ini
sudah banyak di internet.

Kemajuan teknologi di era 4.0 ini membawa efek baik dan buruk. Tergantung diri kita
menyikapinya. Jangan mudah terbawa arus dan berpegang teguhlah pada prinsip hidup dan
pedoman hidup diri masing – masing. Seorang mahasiswa harus bisa menjadi contoh baik dibidang
akademis, organisasi, dan kemasyarakatan. Mahasiswa harus memiliki sikap kemanusiaan tinggi
dan kepekaan tinggi. Orang tua dan dosen juga harus bisa mendukung kemajuan teknologi ini
dengan tidak tutup mata akan pembaruan yang terjadi. Jika seluruh masyarakat bisa memanfaatkan
kemajuan teknologi ini tanpa meninggalkan adat istiada dan norma – norma yang berlaku negara ini
bukan tidak mungkin untuk bersaing dengan negara – negara maju lainya.

Anda mungkin juga menyukai