PENGALAMAN LANGSUNG, DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, TERHADAP
SOLIDARITAS SISWA-SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR
OLEH : KAROLINA W. SOLI, S.Ag
Berdasarkan tujuan Pendidikan Agama Katolik tersebut, maka sekolah-sekolah Katolik terus menerus berusaha semaksimal mungkin untuk memperkembangkan siswa- siswi dari segi kognitif, afektif dan praktis. Pihak sekolah sudah mengupayakan dan memberi kesempatan kepada siswa-siswiuntuk masuk dan ikut merasakan kehidupan orang-orang kecil seperti; jualan bersama dengan pedagang di pasar, melayani di warung- warung makan, mengunjungi saudara-saudari yang ada dipanti asuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan agar tumbuh sikap solidaritas dan rasa syukur dalam diri siswa- siswi terhadap realitas di sekitarnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan hari Kamis 16 Maret 2017 jam 11.00 pada siswa-siswi kelas XI SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR dengan mengajukan pertanyaan terbuka pada 8 siswa kelas XI yang terpilih secara acak, didapatkan data bahwa pendidikan Agama Katolik di sekolah, mereka rasakan berbeda- beda. Mey salah satu siswa yang diwawancarai mengatakan: “Pelajaran Agama Katolik kurang menarik, membosankan, dan membuat ngantuk, lebih baik fokus pada mata pelajaran lain seperti (Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia), karena mata pelajaran Agama tidak diujikan dalam ujian Akhir sekolah”. Tari siswi kelas XI menambahkan, “proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik guru hanya menggunakan media film di setiap materi yang diberikan”, guru kurang bervariasi menggunakan media pembelajaran. Materi yang disampaikan oleh guru sudah sangat terstruktur sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sampai pada aksi nyata. Namun ketika proses pembelajaran di kelas, Guru kurang melibatkan siswa yang mengakibatkan proses pembelajarannya terkesan satu arah. Sedangkan 3 siswa mengatakan bahwa dengan pelajaran Agama Katolik di sekolah, membantu mereka untuk lebih mawas diri dalam bersikap dan berperilaku terhadap sesamanya, lebih rajin aktif dalam kehidupan menggereja, dan menyenangkan karena semakin menambah wawasan dan menumbuhkembangkan imannya sebagai seorang katolik, serta semakin bangga menjadi orang katolik.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sangat membantu siswa-siswi pada
perubahan sikap yang semakin peduli, saling membantu dan menolong sesama contohnya ada siswa kelas XI beragama muslim yang mengalami musibah (orang tuanya meninggal dunia). Melihat kenyataan ini, guru agama Katolik juga tidak tinggal diam. Melalui pelajaran agama, siswa-siswi diingatkan bahkan guru mengambil pengalaman tersebut sebagai contoh didalam proses pembelajaran, dan siswa-siswi dilibatkan untuk membantu dengan menyisihkan uang jajan setiap hari sebagai bentuk kepedulian, belarasa dan solider dengan sesamanya. Namun ada juga siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang brokenhome, sehingga sikap solidaritas itu tidak muncul dari kesadaran diri untuk menolong sesama, melainkan sebuah keharusan yang diwajibkan dari sekolah. Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik, siswa-siswi diajak untuk semakin paham akan situasi saat ini yang tengah dihadapi, terutama dalam mengupayakan sikap dan semangat kebersamaan, dengan bersedia membuka diri, untuk memperhatikan orang lain yang ada disekitarnya. Melalui Pendidikan Agama Katolik, SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR ingin mengembangkan siswa- siswi dengan seluruh dinamika hidupnya ditengah kemajemukan masyarakat dan kemajuan teknologi yang begitu pesat. Pendidikan Agama Katolik menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa-siswi SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR untuk semakin peka, terbuka, bisa bersolider dengan orang lain terlebih mereka yang miskin lemah dan tersingkirkan. SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR baik, berkemampuan intelektual memadai, cerdas, mandiri, kreatif, terampil, memiliki wawasan kebangsaan dan semangat berbelarasa terhadap sesama manusia terutama yang miskin, tersisih, dan menderita. Visi yang dimiliki oleh SMA NEGERI 1 WEWEWA TIMUR tersebut diharapkan terus menerus dihidupi oleh seluruh warga sekolah baik itu pimpinan sampai pada pembantu pelaksana, sehingga terciptalah suasana kasih dan solidaritas didalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah, yang memberikan warna tersendiri untuk menghidupi dan mewujudkan belarasa, peduli dan solider dengan sesama khususnya mereka yang lemah, miskin dan tersisih. Dari hasil wawancara, sebagian siswa yang merasakan dampak positif dari pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diwujudkan dalam aksi kongkrit. Selain proses pembelajaran formal di kelas, siswa-siswi juga diberi kesempatan untuk mengadakan kegiatan kokurikuler pendidikan agama katolik misalnya: melayat keluarga guru atau siswa yang meninggal, mengunjungi orang sakit. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di tengah proses pembelajaran di sekolah sangat kondusif untuk membentuk kepribadian siswa-siswi yang mengedepankan aspek kognitif, afektif, dan praksis. Hal ini membawa implikasi pada peningkatan atmosfir kehidupan beragama. Contoh dari atmosfir keberagamaan adalah terjadinya praktek ritual yang berjalan setiap moment, seperti pada saat misa, bagi siswa- siswi yang beragama Katolik, shalat Jum’at bagi siswa-siswi yang beragama Islam.
Melalui Pendidikan Agama Katolik, siswa-siswi diharapkan mampu menumbuhkan
sikap saling berbagi, solider, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong guna mengembangkan diri sehingga dapat menjadi manusia yang utuh. Dengan demikian, perkembangan diri siswa-siswi bukan hanya diukur dari segi intelektual, namun keseluruhan aspek diri seseorang sebagai pribadi yang utuh (Komkat KAS, 2001:11). Berdasarkan kesimpulan di atas dan hasil yang baik, penulis akan memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, dalam meningkatkan solidaritas siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Wewewa Timur.
Melihat bahwa ternyata penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman
langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, membawa pengaruh positif dalam mengembangkan solidaritas, maka diharapkan agar pihak sekolah memberikan ruang dan juga kesempatan untuk para guru dan juga siswa dalam menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, dengan baik dan tepat, dan mengupayakan adanya fasilitas yang memadai guna kelancaran seluruh proses pembelajaran bukan hanya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam pendidikan Agama Katolik, sangat efektif dan mencapai target, maka dengan demikian guru dapat menggunakan dan meningkatkan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, khususnya dalam pendidikan Agama Katolik. Bagi Mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Katolik Sebagai calon guru Pendidikan Agama Katolik dan Katekis, menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalan Pendidikan Agama Katolik, yang tepat dan kreatif dalam mengajar dan berkatekese menjadi salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan. Maka, seharusnya sebagai calon guru agama Katolik juga harus kreatif dan aktif dalam meningkatkan proses pembelajaran yang tepat dengan kebutuhan subyek yang dihadapi. Serta mencari inovasi yang baru yang sungguh membantu dalam proses pembelajaran tersebut.