PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dari hasil wawancara yang dilakukan di SMA 2 Bae Kudus pada tanggal 7 Juni
2018, proses pembelajaran PKn yang dilakukan di sekolah tersebut secara umum ada 3
tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pertama ada kegiatan awal,
dimana kegiatan itu ada membuka pelajaran yaitu guru masuk dan salah satu siswa yang
bertindak sebagai ketua kelas memimpin untuk berdo’a. Dilanjutkan dengan persiapan
pembelajaran yaitu guru mengajak peserta didik untuk menyiapkan peralatan
pembelajaran. Kedua ada kegiatan inti, dimana ada penjelasan materi dalam kegiatan ini
guru memulai dengan mengulas materi yang sebelumnya kemudian menjelaskan materi
yang akan dibahas. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya
jawab,pedomannya adalah buku paket yang telah ada dan disertai dengan gambaran
berupa cerita atau contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
materi yang dibahas. Diselipkan juga guyonan agar peserta didik tidak bosan dan jenuh
dengan pembelajaran. Dan yang terakhir adalah kegiatan penutup yaitu peserta didik
diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum paham , selanjutnya guru
memberikan tugas yang nantinya akan dibahas bersama-sama. Pada akhirnya guru dan
peserta didik membuat kesimpulan tentang materi tersebut dan diakhiri dengan guru
menutup pembelajran.
Selain itu di SMA 2 Bae Kudus juga tetap menerapkan program penguatan
pendidikan karakter, dimana pendidikan karekter adalah segala usaha yang dilakukan
dalam mendidik peserta didik atau siswa sehingga memiliki karakter yang dikendaki
yaitu karakter-karakter yang sesuai dengan nilai nilai moral , berbangsa dan bernegra
serta etika dan budaya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, terdapat
delapan belas karakter yang harus dikembangkan pada peserta didik. Adapun delapan
belas karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanag air, menghargai
prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, serta tanggungjawab.
Pola keseharian di sekolah harus diciptakan sedemikian rupa agar delapan belas
nilai karakter tersebut dapat tertanam dalam setiap individu warga sekolah. Contoh
program penguatan pendidikan karakter antara lain:
1. Pada saat memasuki gerbang sekolah, peserta didik diwajibkan turun dari sepeda
atau sepeda motornya. Kendaraan harus dituntun sampai ke tempat parkir.
Diman guru piket dan guru BK ditempatkan di kesiswaan disebabkan jika
terdapat peserta didik yang terlambat memasuki gerbang sekolah melebihi jam
07.00 maka mendapatkan hukuman. Bagi siswa yang terlambat hukumannya
adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama sama dan membuat
rangkuman materi buku bebas di perpustakaan yang akan dikumpulkan di guru
piket pada saat pulang sekolah.
2. Setiap hari Senin dimulai dengan Upacara Bendera dan juga pada hari-hari besar
negara
3. Pada awal pembelajaran atau sekitar pukul 07.00 WIB diberikan waktu 15 menit
untuk melaksanakan literasi bukunya non pembelajaran, rangkuman dicatat di
buku khusus literasi dan meminta tanda tangan guru yang mengajar di awal
pembelajaran
4. Ekstrakulikuler pramuka wajib untuk kelas X dan XI untuk menguatkan
karakter, kedisiplinan dan pengetahuan peserta didik.
5. Adanya kegiatan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) yang dilakukan setiap
tahun yang diwajibkan untuk anggota OSIS dan beberapa peserta didik di tiap-
tiap kelas.
6. Adanya kegiatan studitur ke museum untuk meningkatkan nasionalisme peserta
didik yaitu ke Museum Pati Ayam dan Museum Purbalaka Sangiran.
Di sekolah tersebut juga sudah menyediakan guru Agama yang sesuai dengan
keyakinan peserta didik beserta kelas khusus untuk pelajaran tersebut. Selain itu jika
ada perayaan hari-hari besar keagamaan dan ada kelompok siswa yang ingin merayakan
hari besar tersebut maka sekolah juga akan memfasilitasinya semisal meminjam tempat
untuk merayakannnya dan lain-lain. Sedangkan penerapan pendidikan multikultural
dalam pembelajarn adalah memberikan kesempatan yang sama untuk peserta didik
berperan aktif di kelas tanpa membedakan latar belakang, suku, ras, maupun agama.
Selain itu untuk pembagian kelas juga merata semisal kelas MIA 1 ada yang beragama
Islam, Kristen dan juga Budha jadi untuk lebih mengakrabkan para peserta didik.