Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Refleksi Diri Terhadap Penerapan Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Wahyu Rahmalia Perwitasari


Konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah menciptakan manusia
yang merdeka artinya manusia yang hidupnya tidak bergantung pada orang lain (bersandar atas
kekuatan sendiri). Selain itu Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan mencakup
kodrat alam (sifat dan bentuk) dan kodrat zaman (isi dan irama) peserta didik. Artinya pendidikan
harus mengikuti perkembangan zaman dan melakukan pembaharuan dari segi ilmu penetahuan
serta sosial dan budaya. Pendidik hanya sebagai penuntun yang tidak boleh memaksakan kehendak
dan memberlakukan sistem bahwa peserta didik sebagai kertas kosong yang bisa digambar sesuai
keinginan orang dewasa.
Pengembangan potensi peserta didik ini harus sejalan dengan nilai-nilai kegamaan, budi pekerti
dan rasa nasionalisme, sehingga mereka menjadi individu yang memiliki wawasan luas yang
berlandaskan ketakwaan, perilaku dan bangga kepada negaranya.
Pelaksanaan PPL di SMP Negeri 255 Jakarta, nilai-nilai seperti kegamaan, budi pekerti, dan rasa
nasionalisme sudah mulai diterapkan. Nilai keagamaan diterapkan setiap hari Senin, Selasa, dan
Jumat terutama untuk yang beragama Islam. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan berupa
kegiatan BIMA, salat Dhuha bersama, salat Dzuhur bersama (setiap hari), salat Jumat, dan
tadarusan bersama. Kemudian untuk nilai budi pekerti, SMP Negeri 255 Jakarta menerapkan
program 5S, yaitu senyum salam, sapa, sopan, dan santun. Program tersebut dilaksanakan oleh
seluruh warga sekolah. Terakhir, yaitu kegiatan upacara bendera setiap hari Senin yang dapat
membangkitkan rasa nasionalisme.
Proses pembelajaran didalam kelas berpusat pada peserta didik. Guru menyiapkan pembelajaran
aktif sehingga peserta didik bisa membangun pengetahuan mereka yang didukung oleh sumber
belajar yang relevan. Pembelajaran aktif ini akan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif selama proses belajar serta kemampuan komunikasi dua arah, yaitu antara sesama peserta
didik dan peserta didik dengan guru. Belajar bermakna juga terlihat selama observasi berlangsung,
peserta didik menjadi lebih antusias dalam mencari informasi terhadap teks cerita imajinatif.
Sebelum membuat teks cerita imajinatif, peserta didik membawa beberapa gambar secara
berkelompok untuk nanti disatukan yang akan memberikan ide sesuai imajinasinya mengenai
tema, alur, latar, tokoh, dan juga amanat. Metode ini mendorong peserta didik memiliki imajiansi
yang tinggi dapat berpikir sesuai dengan ide yang ada dikepalanya serta memahami apa yang
mereka lakukan.
Terakhir, sebelum pulang sekolah peserta didik dibiasakan untuk menyanyikan lagu wajib nasional
yang akan dipimpin oleh seorang peserta didik sebagai dirigen. Diharapkan dengan pembiasaan
yang dilakukan ini akan menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dari peserta didik
kepada negaranya. Setelah menyanyikan lagu wajib nasional, peserta didik akan berdoa sesuai
dengan agama masing-masing yang menandakan bahwa pembelajaran telah berakhir. Tidak hanya
itu saja, peserta didik juga diajarkan untuk bersikap mandiri dan bertanggung jawab atas
kebersihan kelasnya dengan kegiatan piket sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Dua minggu terakhir, di sekolah SMP Negeri 255 Jakarta sedang dilaksanakan kegiatan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertemakan makanan khas dari daerah Betawi.
Peserta didik diajak mengenal lebih dekat tentang makanan khas Betawi. Selain itu, peserta didik
juga melakukan praktek pembuatan makanan khas sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Kegiatan ini melatih peserta didik untuk saling bekerja sama dengan ganggota kelompok dan juga
mengajarkan cinta kebudayaan walaupun perkembangan zaman suudah lebih canggih. Tidak
hanya untuk peserta didik, guru pun mendapat pengetahuan baru mengenai kuliner khas Betawi
karena berbagi pengetahuan rasa bersama peserta didik.
Berikut adalah lampiran kegiatan selama melakukan PPL di SMPN 255 Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai