Anda di halaman 1dari 4

Nama : Komang Meli Tri Wahyuni

NIM : 2364826008
Topik 3. Aksi Nyata

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah
dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap
kebhinekatunggalikaan;
Jawaban:

Dalam proses observasi kritis terhadap tanda dan simbol di ekosistem sekolah,
terungkap betapa pentingnya penghargaan terhadap kebhinekatunggalikaan bagi peserta
didik. Berdasarkan hasil observasi selama PPL di SMK TI Bali Global Singaraja, terlihat
dengan jelas adanya tanda dan simbol yang menggambarkan penghargaan dan
penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan di lingkungan sekolah. Setiap sudut ruangan
dihiasi dengan lambang-lambang kebinekaan, mengingatkan kita akan kekayaan budaya
dan keberagaman etnis di Indonesia. Hal ini memberikan pesan kuat tentang pentingnya
menghormati dan memahami perbedaan sebagai bagian integral dari identitas bangsa.

Di setiap ruang kelas dilengkapi dengan symbol garuda Pancasila serta bendera
merah putih. Gambar Garuda Pancasila memiliki peran penting dalam menggambarkan
penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan di lingkungan sekolah
sedangkan Bendera Merah Putih, yang dikibarkan setiap hari Senin dan pada hari-hari
tertentu seperti peringatan hari kemerdekaan, menjadi simbol nasional yang memperingati
semangat persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, gambar Garuda Pancasila
yang terpampang di berbagai ruangan, termasuk kelas, ruang Kepala Sekolah, kantor guru,
kantor TU, dan perpustakaan, menegaskan komitmen sekolah untuk menumbuhkan rasa
nasionalisme di antara siswa-siswi serta mengakar kuatnya nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.

Di SMK TI Bali Global Singaraja, keberagaman juga terlihat dari perbedaan


agama, suku, dan budaya yang dianut oleh peserta didik dan guru. Meskipun terdapat
perbedaan ini, seluruh anggota sekolah tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan
mengamalkan sikap saling menghargai dan toleransi. Mereka saling belajar mengenai
bahasa, kebudayaan, dan kebiasaan satu sama lain, sehingga perbedaan karakteristik dan
keberagaman dijadikan sebagai sumber kekayaan dan kekuatan untuk bersama-sama
tumbuh dan berkembang.

Dalam konteks pembelajaran, penghargaan dan penghayatan terhadap


kebhinekatunggalikaan menjadi prinsip yang dijalankan. Guru memberikan kebebasan
kepada peserta didik untuk berpendapat dan berdiskusi, menciptakan lingkungan yang
memungkinkan mereka menghargai keberagaman dan perbedaan pendapat. Guru juga
mengelola proses pembelajaran dengan adil, tanpa membeda-bedakan siswa satu sama
lain, sehingga menciptakan suasana belajar yang inklusif, menarik, dan menyenangkan
bagi semua peserta didik.

Penting untuk diakui bahwa penghayatan nilai-nilai Pancasila di lingkungan


sekolah tidak hanya menjadi formalitas, melainkan menjadi fondasi yang membangun
karakter peserta didik. Melalui refleksi ini, saya menjadi lebih sadar akan peran penting
pendidikan dalam membentuk identitas bangsa. Hal ini juga menunjukkan bahwa sekolah
bukan hanya tempat memperoleh pengetahuan, tetapi juga sebagai wadah pembentukan
sikap, nilai, dan karakter yang akan membimbing peserta didik untuk menghadapi
tantangan masa depan dengan penuh keyakinan sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa
Indonesia.

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada
di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.
Jawaban:
Penghayatan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah memiliki peran sentral
dalam memperkuat identitas manusia Indonesia. Hal ini terjadi melalui serangkaian
mekanisme dan praktik yang bertujuan untuk membentuk karakter, sikap, dan mentalitas
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pertama-tama, penghayatan nilai-nilai Pancasila tercermin dalam setiap aspek
kegiatan pendidikan. Guru, sebagai pengendali utama dalam proses pendidikan, memiliki
tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik.
Mereka tidak hanya bertugas sebagai pemberi pengetahuan, tetapi juga sebagai teladan
dalam mengamalkan dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, sekolah menjadi tempat di mana peserta didik dapat mengalami dan
menghayati nilai-nilai Pancasila secara konkret.
Selain peran guru, kurikulum pendidikan juga memiliki peran penting dalam
memperkuat penghayatan nilai-nilai Pancasila. Materi pembelajaran yang disusun dengan
memasukkan aspek-aspek Pancasila ke dalam berbagai mata pelajaran memungkinkan
peserta didik untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam konteks
yang lebih luas. Misalnya, dalam mata pelajaran sejarah, peserta didik dapat mempelajari
tentang perjuangan kemerdekaan dan nilai-nilai kebangsaan yang mendasarinya.
Sementara itu, dalam mata pelajaran kewarganegaraan, mereka dapat memahami hak dan
kewajiban sebagai warga negara yang berlandaskan Pancasila.
Penggunaan simbol-simbol nasional seperti bendera Merah Putih, lambang Garuda
Pancasila, dan lagu kebangsaan juga menjadi bagian integral dari upaya memperkuat
penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah. Bendera Merah Putih yang dikibarkan setiap
hari Senin, serta momen-momen penting seperti peringatan hari kemerdekaan, menjadi
sarana untuk mengingatkan peserta didik akan pentingnya persatuan dan semangat
kebangsaan. Gambar Garuda Pancasila yang terpampang di berbagai sudut sekolah juga
memberikan pesan visual yang kuat tentang identitas dan kebanggaan sebagai warga
negara Indonesia.
Dalam konteks ini, penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah bukan sekadar
formalitas, melainkan merupakan pondasi yang kokoh dalam membentuk identitas
manusia Indonesia. Melalui pendekatan holistik yang melibatkan guru, kurikulum, dan
simbol-simbol nasional, sekolah menjadi tempat di mana peserta didik dapat membangun
kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan yang mengakar dalam jiwa dan sikap mereka.
Dengan demikian, penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah tidak hanya menjadi tugas
pendidikan formal, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang dalam membentuk
manusia Indonesia yang beridentitas kuat dan cinta tanah air.
Adapun penghayatan nilai-nilai Pancasila yang dilakukan di sekolah melalui
kegiatan pembiasaan yang mengacu pada masing-masing sila-sila Pancasila adalah
sebagai berikut:
1. Sila Pertama - Ketuhanan Yang Maha Esa
Di sekolah, penghayatan terhadap sila pertama ini tercermin melalui pembiasaan
untuk menghormati dan mengakui keberagaman keyakinan agama yang dianut oleh
peserta didik. Dalam setiap kegiatan formal, seperti upacara bendera, selalu diadakan
momen untuk mengheningkan cipta atau doa sesuai dengan kepercayaan masing-
masing. Hal ini memperlihatkan bahwa penghayatan terhadap nilai ketaatan kepada
Tuhan adalah landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Sila Kedua - Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam konteks sila kedua ini, sekolah mengembangkan penghargaan terhadap
martabat manusia. Kegiatan-kegiatan seperti seminar atau diskusi tentang hak asasi
manusia, toleransi, dan keadilan sosial menjadi bagian penting dalam membentuk
pemahaman yang mendalam tentang hak-hak dan kewajiban sebagai manusia yang
beradab.
3. Sila Ketiga - Persatuan Indonesia
Penghayatan terhadap sila ketiga tercermin dalam upaya membangun rasa persatuan
di sekolah. Kegiatan-kegiatan gotong royong, kebersamaan, dan kerja sama antar
siswa dan staf pengajar ditekankan untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan
bersatu.
4. Sila Keempat - Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan:
Dalam sila keempat, penghayatan ini diwujudkan melalui partisipasi siswa dalam
kegiatan musyawarah atau pemilihan wakil-wakil mereka. Sekolah memberikan
ruang bagi siswa untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka, sehingga mereka
dapat merasakan betapa pentingnya peran aktif dalam kehidupan demokratis.
5. Sila Kelima - Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Penghayatan terhadap sila kelima tercermin dalam upaya membangun kesadaran
sosial di antara peserta didik. Sekolah mendorong kegiatan sosial, seperti kegiatan
bakti sosial atau penggalangan dana untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Hal ini bertujuan untuk memupuk sikap kepedulian dan keadilan sosial di kalangan
siswa.
Melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan yang mengacu pada sila-sila Pancasila,
sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami,
menginternalisasi, dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah tidak hanya menjadi
formalitas, melainkan menjadi bagian integral dari proses pembentukan identitas manusia
Indonesia yang kuat dan berakar dalam nilai-nilai kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai