Anda di halaman 1dari 155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP KEAKTIFAN
DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI
KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN IYOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan
Agama Katolik

Oleh:
Agustina Havui Batoq
NIM: 121124037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus yang selalu memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya dalam setiap

langkah hidupku.

Kepada semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam

penyusunan skripsi ini, terutama kepada kedua orangtuaku

Ayah Yakobus Batoq,

Ibu Margareta Haran,

kedua adikku (Martinus Laing & Julius Lasah),

Yosep Ari Bowo yang selalu menjadi penyemangat,

Keluarga Bpk. Sarijan di Gunung Kidul,

Bude Ping dan Pakde Panus,

Pemerintah Kutai Barat,

Dosen Pembimbing,

Teman-teman seangkatan,

dan

semua keluarga yang mendukung dan mendoakanku.


MOTO

Cara terbaik untuk menemukan dirimu sendiri adalah


dengan kehilangan dirimu dalam melayani orang lain.
(Mahatma Gandhi)

“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”


(Lukas 1: 37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN
IYOGYAKARTA.Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis
terhadap model pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang cenderung
pasif dan monoton sehingga para siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Tantangan tersebut perlu diatasi
dengan model pembelajaran yang menarik. Salah satu model pembelajaran yang
bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.
Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemericing terhadap keaktifan dan hasil
belajar Pendidikan Agama Katolik.
Pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam Pendidikan
Agama Katolik merupakan suatu model pembelajaran yang khusus untuk
memberikan dorongan kepada peserta didik agar dapat bekerja sama, saling
membantu selama proses belajar. Sedangkan keaktifan adalah tindakan siswa
berinteraksi selama mengikuti proses belajar mengajar dan hasil siswa merupakan
nilai akhir yang diperoleh dari proses belajar Pendidikan Agama Katolik untuk
materi pokok tertentu.
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara empirik maka peneliti
dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif berbentuk uji t (uji beda).
Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta sebanyak 57 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu skala Likert. Dari uji validitas pertemuan pertama dan kedua terdapat 22 item
yang valid dengan hasil uji reliabilitas diperoleh Cornbarach Alpha pertemuan
pertama sebesar 0,770 dan kedua 0,802 yang berarti reliabilitas instrumen sangat
baik.
Hasil penelitian menunjukkan keaktifan siswa dengan nilai rata-rata (mean)
sebelum perlakuan 127,07 dan setelah perlakuan139,37. Hasil belajar siswa rata-
rata (mean) pertemuan pertama sebesar 73,16 dan pertemuan kedua sebesar 74,21.
Sedangkan untuk hasil uji paired sampel t-test pengaruh model pembelajaran
kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap keaktifan belajar siswa yakni
10,704 dengan signifikansi 0,000 dan hasil belajar siswa yakni 12,298 dengan
signifikansi 0,000. Yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing berpengaruh terhadap
keaktifan dan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD
Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar
guru Pendidikan Agama Katolik menggunakan model pembelajaran kooperatif
Teknik kancing gemerincing yang bisa berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil
siswa dalam belajar Pendidikan Agama Katolik.
ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled THE EFFECT OF COOPERATIVE


LEARNING MODEL OF KANCING GEMERINCING TECHNIQUES TO THE
ACTIVENESS AND LEARNING OUTCOME OF STUDENTS IN 5 TH GRADE
OF KANISIUS WIROBRAJAN 1 ELEMENTARY SCHOOL
YOGYAKARTA.The writing of the thesis is motivated by the authors concerns in
the Catholic Religious Education Learning model in which the students are passive
and the method is monotonous so that the students are less active in teaching and
learning process in the Catholic Religious Education in school. The challenge
needs to be addresed by an interesting learning model. One of the learning model
that can be used is the cooperative learning model of kancing gemerincing
technique. Therefore, the thesis aims to identity the effect of cooperative learning
model of kancing gemerincing technique to the activeness and the learning
outcomes of students in the Catholic Religious Education.
The cooperative learning of kancing gemerincing in the Catholic Religious
Education is a special learning model to encourage learners to work together, help
each other through the learning process. While activeness is the action of students
interact for the learning process and student learning outcome is the final value
obtained from the learning process of Catholic Religious Education for certain
subject matter.
To prove the hypothesis empirically, the researcher uses
quantitative research in the form of t test (different test). The population of
research is the students in 5th grade ofKanisius Wirobrajan1 elementary school
Yogyakarta as many as 57 respondents. The instrument used in this research is
Likert scale. From Validity test of first and second meeting there are 22 valid items
with reliability test results obtained Cornbarach Alpha first meeting of 0.770 and
second 0.802 which means excellent instrument reliability.
The results showed students' activity with mean (mean) before treatment
127,07 and after treatment 139,37. Average student learning outcomes (mean) first
meeting amounted to 73.16 and the second meeting amounted to 74.21. While for
paired test result of t-test the influence of cooperative learningof kancing
gemerincing technique to student learning activity that is 10,704 with significance
0,000. And student learning result that is 12.298 with significance 0,000 Which
means Ha accepted and Ho rejected. This means that the cooperative learning
model of kancing gemerincing technique affects the liveliness and learning
outcomes of Catholic Religious Education students in 5th grade ofKanisius
Wirobrajan1 elementary school Yogyakarta. Therefore, the authors suggest that the
Catholic Religious Education teachers use the cooperative learning techniques of
kancing gemerincingbecause it could enhance and the learning outcomes of
students in the Catholic Religious Education
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab karena kasih-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD
KANISIUS WIROBRAJAN I, YOGYAKARTA.
Skripsi ini disusun dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis dengan sepenuh hati dan syukur mengucapkan terima kasih kepada:
1. F.X Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen
pembimbing akademik yang selalu siap sedia memberikan dukungannya
dengan penuh kesabaran dalam memberikan koreksi saat bimbingan skripsi
sehingga penulis termotivasi, dan mendapat wawasan baru dalam
menyempurnakan skripsi ini sampai selesai.
2. Yoseph Kristianto, SFK, M. Pd, selaku dosen penguji ke II yang telah
bersedia memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulis mempunyai
semangat dalam menulis skripsi hingga selesai.
3. Dr. C. Putranto, SJ, selaku dosen penguji III yang bersedia meluangkan
waktu bagi penulis untuk mengadakan bimbingan dalam rangka meminta
saran pada saat penulisan skripsi, sehingga penulis mempunyai semangat
dalam menulis skripsi ini hingga selesai.
4. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan
mendidik penulis selama belajar hingga menyelesaikan tugas akhir skripsi
ini.
5. Seluruh teman-teman PAK yang selalu ada di saat penulis memerlukan
bantuan.
6. Terkhusus teman-teman PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
angkatan 2012 yang telah banyak memberikan dukungan, perhatian, saran,
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………..…. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………..…… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………..………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..… iv
MOTTO………………………………………………………………...…… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..…… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA…...… vii
ABSTRAK………………………….………………………………………. viii
ABSTRACT……………………………………………………………………...…… ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………...……………………… xii
DAFTAR SINGKATAN…………….……………………………………… xviii
BAB I. PENDAHULUAN………………..………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….… 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………...… 7
C. Batasan Masalah…………………………………………...…….. 8
D. Rumusan Masalah…………………………………..…………… 9
E. Tujuan Penulisan………………………………………………… 9
F. Manfaat Penulisan………………………………..……………… 10
G. Metode Penulisan…………………………………..……………. 11
H. Sistematika Penulisan……………….…………………………… 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS……………………...…… 13
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK)………………………………. 13
1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik……………..……………. 14
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik (PAK)…………...……….. 15
a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah…………….. 16
b. Demi Kedewasaan Iman Kristiani…………….…………….. 18
c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia…………………… 19
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK)……………..……. 20
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik (PAK)…….…….. 21
B. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)……………………….. 23
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)…….……… 23
a. Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)………….…….. 23
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Di
Sekolah…………………………….…………………...….. 29
2. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)…..… 31
3. Model Pembelajaran kooperatif…………………………...….. 37
a. Pembelajaran Kooperatif………………………………….. 37
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………………………….. 39
c. Tipologi Prinsip Pembelajaran Kooperatif…………..……. 40
d. Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif………………….. 41
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif……………..…………. 43
f. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif………...……. 44
g. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif……..……………… 46
h. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif…………..…………. 48
i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif………………..……….. 49
4. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing
Gemerincing dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)……... 50
C. Keaktifan Siswa………………………………………………….. 54
1. Pengertian Keaktifan Siswa……………………….………….. 54
2. Ciri-ciri Keaktifan Siswa…………………….……………….. 56
3. Aspek-Aspek Keaktifan Siswa………………..……………… 57
a. Keberanian……………………………..………………….. 58
b. Berpartisipasi………………………………………...……. 58
c. Kreativitas Belajar………………………..……………….. 59
d. Kemandirian Belajar…………………………….………… 60
D. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik……………………….. 61
1. Pengertian Hasil Belajar……………………………………… 61
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar…………….. 63
3. Indikator Hasil Belajar………………………………….…….. 65
E. Penelitian Yang relevan…………………………….……………. 66
F. Kerangka Pikir…………………………..……………………….. 67
G. Hipotesis…………………………………………….…………… 69
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………….. 70

A. Jenis Penelitian…………………………………...………………. 70
B. Desain Penelitian………………………………………………… 71
C. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 72
D. Populasi Penelitian……………………………….………………. 72
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………..…………… 73
1. Variabel Penelitian……………………………………………. 73
2. Definisi Konseptual………………………..…………………. 73
3. Definisi Operasional…………………………….……………. 73
4. Teknik Pengumpulan Data………………………..………….. 76
5. Instrumen Pengumpulan Data………………………………… 77
6. Kisi-kisi Instrumen…………………………………..……….. 78
7. Pengembangan Instrumen……………………….……………. 81
8. Validitas dan Reliabilitas…………………...………………… 81
F. Teknik Analisis Data……………………………….…………….. 85
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…..…… 88

A. Hasil Penelitian……………………………………….………….. 88
1. Uji Persyaratan Penelitian…………………………………….. 88
a. Uji Normalitas…………………………………...………… 89
b. Uji Homokedastisitas……………………...………………. 90
B. Hasil Pengujian Hipotesis…………………………….………….. 91
1. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Perkelas………..………….. 93
2. Hasil Belajar Siswa………………………...…………………. 98
C. Refleksi Kateketis………………………………….…………….. 102
D. Keterbatasan Penelitian………………………….……………….. 105
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………… 107

A. Kesimpulan………………………………………...…………….. 107
B. Saran…………………………………………………...………… 108
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..……………… 110
LAMPIRAN…………………………………..…………………………….. 112
Lampiran 1:Surat Ijin Penelitian……………………………...…………….. (1)
Lampiran 2:Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)…………….……… (2)
Lampiran 3:Kisi-Kisi Observasi/Pengamatan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing………………...……. (13)
Lampiran 4:Kisi-Kisi Keaktifan Siswa dalam Belajar PAK………...……… (15)
Lampiran 5:Jawaban Kisi-Kisi Pretest dan Postest Siswa…..……………… (17)
Lampiran 6:Data Hasil Pretest Siswa……………………………………….. (21)
Lampiran 7:Data Hasil Postest Siswa………….……………………………. (23)
Lampiran 8:Data Hasil Belajar Siswa…….....................…………………… (25)
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 1. Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif……………..…………. 44

Tabel 2. Desain Pretest-Postest………………………………………...…… 71

Tabel 3. Data Populasi Siswa Kelas V Tahun 2016-2017……..……………. 72

Tabel 4. Skor Keaktifan Siswa………………………………………...……. 77

Tabel 5. Validitas Keaktifan Siswa Pertemuan 1…………………...………. 82

Tabel 6. Validitas Keaktifan Siswa Pertemuan 2……………...……………. 82

Tabel 7. Reliabilitas Pertemuan 1…………………………………...………. 84

Tabel 8. Reliabilitas Statistik Pertemuan 1…………….……………………. 84

Tabel 9. Reliabilitas Pertemuan 2…………………………………………… 84

Tabel 10. Reliabilitas Statistik Pertemuan 2………………..……………….. 85

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Pertemuan Pertama……………..…………. 89

Tabel 12.Hasil Uji Normalitas Pertemuan Kedua…………………...……… 90

Tabel 13. Uji Homokedastisitas……………………………………….……. 90

Tabel 14. Perbedaan Mean Pretest-Postest Kelas V SD…………………….. 91

Tabel 15. Uji Paired Samples Test Uji T…………….....…………………… 92

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Kelas Va…………………………………… 94

Tabel 17.Perbedaan Mean Pretest-Postest Kelas Va……………..…………. 95

Tabel 18.Hasil Uji T-Test Kelas Va…………………………………...……. 95

Tabel 19.Hasil Uji Normalitas Kelas Vb…………………………….……… 96

Tabel 20. Perbedaan Mean Pretest-Postest Kelas Vb………….……………. 97

Tabel 21. Hasil Uji T-Test Kelas Vb………………………………..………. 98

Tabel 22. Rangkuman Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa…………….. 99


Tabel 23. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pertemuan 1 Dan 2……...……….. 100

Tabel 24. Hasil Belajar Pertemuan 1………………………….…………….. 100

Tabel 25. Hasil Belajar Pertemuan 2……………………………...………… 101

Tabel 26. Uji t untuk hasil belajar siswa……………………………………. 102


DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan


yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokaninika (1995)
terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. Singkatan Dalam Penelitian


ANOVA : Analisys of Variance

Ho : Hipotesis Nol

Ha : Hipotesis Alternatif

Std : Standard
Sig : Signifikansi
SPSS : Statistical Package For The Social Science

C. Singkatan Lain
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal
KS : Kitab Suci
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
MNPK : Majelis Nasional Pendidikan Katolik.
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PBM : Proses Belajar Mengajar
PPL : Program Pengalaman Lapangan
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan

rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum

secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat

direalisasikan secara maksimal. Pendidikan juga merupakan hal yang sangat

penting dalam membentuk kepribadian manusia. Proses pembentukan

kepribadian manusia sendiri berjalan seumur hidup dari lahir sampai akhir hayat.

Proses pembentukan tersebut dapat ditempuh melalui jalur formal, informal, dan

non formal.

Pada pendidikan formal, proses pembelajaran memiliki kontribusi yang

besar, karena pada umumnya seseorang akan melalui sistem pendidikan dari SD,

SMP, SMA dan perguruan tinggi. Di dalam proses pendidikan formal tersebut

seringkali menemui beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dalam

proses pembelajaran tentu berkaitan dengan siswa, guru, sekolah dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sekolah. Semuanya memiliki kontribusi yang sama pentingnya dalam

peningkatan kualitas pendidikan disuatu sekolah. Namun dalam proses

pembelajarannya, interaksi antara guru dan siswa menjadi suatu keharusan,

sehingga peran para guru dalam pembelajaran sangatlah penting. Supriyadi

(2012:73) menyebutkan bahwa “fungsi guru dalam proses mengajar belajar ialah

sebagai director of learning (direktur belajar)”. Artinya bahwa setiap guru

diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar

mencapai keberhasilan belajar seperti yang telah ditetapkan dalam proses belajar

mengajar.Jadi dewasa ini peran guru menjadi semakin meningkat, dulu

pembelajaran berpusat pada guru, namun sekarang pembelajaran berpusat pada

siswa sehingga dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan metode

pembelajaran supaya peserta didik mencapai keberhasilan sesuai tujuan yang

telah direncanakan.

Dalam proses pembelajarannya seorang guru hendaknya mengetahui latar

belakang siswa serta kebutuhan siswa, sehingga nantinya guru bisa memberikan

pembelajaran dengan maksimal. Seorang siswa menurut Kristi dalam Kesuma

(2013 : 10) menyebutkan bahwa “ siswa adalah jiwa yang terus berubah,

berproses, bertumbuh, berkembang, dan bertransformasi sehingga mereka bukan

objek pembelajaran”. Melalui sistem yang baik seharusnya guru dan sekolah

bekerjasama untuk memenuhi hak-hak peserta didik berdasarkan tahap

perkembangan dan kebutuhan setiap pribadi peserta didik. Tujuan belajar

menurut Kesuma (2013:10) adalah “tujuan belajar adalah membuat siswa senang

belajar, membuat mereka menikmati belajarnya, membuat mereka menemukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

relasi-relasi pengetahuan berdasarkan apa yang mereka pelajari”. Maka sebagai

guru yang profesional hal ini menjadi suatu keharusan, bahwa dalam proses

belajar mengajar sedapat mungkin guru membuat suasana belajar yang

menyenangkan, dengan pembelajaran yang menyenangkan maka akan

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Apalagi di era modernisasi ini, guru

diberikan berbagai kemudahan, misalnya saja dengan adanya LCD. Melalui

LCD, guru dapat menampilkan video-video pembelajaran yang akan membuat

suasana yang berbeda di kelas.

Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga dapat meningkatkan

keaktifan, minat dan hasil dalam belajar. Namun dalam prakteknya tidak semua

guru dapat memenuhi standar profesional. Dalam kenyataannya di sekolah, guru

memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, tidak jarang juga pihak sekolah

menemui kendala atau permasalahan yang berkaitan dengan keprofesionalan

seorang guru.

Proses pembelajaran di kelas biasanya berkaitan dengan cara atau metode

pembelajarannya. Metode atau cara pembelajaran berkaitan dengan sifat

profesionalisme guru dalam mengajar. Seorang guru yang profesional sebaiknya

mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa. Penggunaan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi

dan inovatif tentu akan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Namun

pada kenyataannya, proses pendidikan di Indonesia tidak semua berjalan dengan

lancar dan tidak semua guru dapat menempatkan dirinya pada situasi dan

kebutuhan siswa, seperti yang diungkapkan oleh Nini Subini (2012:89)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh guru, salah satunya

adalah “Berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, terutama saat kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas seperti berpikir egosentris, merasa paling pintar,

tidak menguasai materi dan sebagainya”. Disini guru memang tidak menjadi

faktor utama penentu kualitas pendidikan, namun disini guru memiliki peran

yang penting dalam proses pembelajaran, seperti yang ditegaskan Nini Subini

(2012:45) bahwa “yang paling menentukan mengenai kualitas pendidikan di

negara ini adalah guru. Walaupun selama ini telah terjadi beberapa kali

pergantian kurikulum, namun yang terpenting adalah pelaksanaan dan hasil yang

didapatkan”. Jadi pelaksanaan pendidikan erat hubungannya dengan kinerja guru

yang dituntut profesional.

Ketika penulis melaksanakan PPL di Sekolah Dasar dan Menengah Atas

khususnya dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah belum sesuai dengan

tujuan dan harapan, masih banyak siswa yang pasif dan kebanyakan dari mereka

tidak mendengarkan dan sibuk dengan diri sendiri bahkan ada siswa yang tidur

di dalam kelas saat pelajaran berlangsung.Berdasarkan hasil wawancara dengan

para siswa-siswi selama praktek PPL, beberapa siswa-siswi, mengatakan bahwa

Pelajaran Pendidikan Agama Katolik tidaklah baik jika hanya menggunakan

cerita dari buku, mencatat, kuis tanya jawab antar pribadi baik antara siswa

dengan siswa maupun siswa dengan guru tanpa menekankan kerja sama dalam

kelompok sehingga bila ada materi yang menggunakan kerja kelompok mereka

selalu menolak dan lebih memilih kerja sendiri. Hal ini terjadi, karena

pembelajaran Agama Katolik di kelas selama ini masih memakai model yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

monoton, guru kurang inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran,

metode yang selalu digunakan adalah ceramah, padahal sekolah menyediakan

LCD namun kurang dimanfaatkan dan guru juga kurang tegas dalam

memberikan arahan kepada siswa sehingga menyebabkan siswa pasif karena

pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa dalam kelas hanya

mendengarkan penjelasan dari guru sehingga tidak adanya sebuah interaksi

dalam pelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran kurang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keadaan tersebut akan

menyebabkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran sangat rendah. Siswa

yang hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat

menjawab pertanyaan dari guru secara optimal.

Pembelajaran yang berpusat pada guru mempunyai kelemahan yaitu tidak

adanya siswa yang bertanya, banyak siswa yang mengantuk, dan siswa tidak

mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hasil

belajar siswa juga hanya pada tingkatan paling rendah, yaitu pada tingkatan

mengingat saja karena siswa hanya menghafalkan apa yang dicatat dari guru dan

yang ada dibuku paket. Hal ini bertantangan dengan pernyataan berikut:

Belajar bukanlah semata kegiatan menghafal, banyak hal yang diingat


akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan
semuanya. Siswa harus mengolah dan memahami materi pelajaran untuk
mengingat apa yang telah diajarkan oleh guru mereka. Seorang guru juga
tidak bisa serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak siswanya.
Kerana mereka sendirilah yang harus menata apa yang mereka dengar,
lihat, menjadikan satu kesatuan yang bermakna.Proses belajar perlu
dilakukan secara bergelombang, kedekatan dengan materi yang dipelajari,
jauh sebelum mempelajarinya ( Melvin L. Silberman, 2009:27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Metode menghafal menjadi kurang baik untuk digunakan dalam

pemahaman mengenai pelajaran Agama di sekolah. Oleh karena itu,

pembelajaran di kelas tidak hanya berpusat pada guru dan buku paket, tetapi

harus memperhatikan bagaimana siswa dapat memahami materi yang

disampaikan.

Dalam pembelajaran PAK di sekolah siswa cenderung pasif dan sulit

diajak untuk lebih aktif, kreatif, dan percaya diri. Misalnya siswa belum berani

bertanya bila belum paham dan pada saat diskusi kelas mereka banyak yang

diam dan tidak mengungkapkan pendapatnya, sehingga pembelajaran di kelas

kurang efektif dan kondusif. Apabila guru menerangkan terus menerus, siswa

banyak yang merasa bosan dan kemudian berbicara dengan teman sebangku dan

bermain sendiri. Hal itu membuat hasil belajar siswa rendah karena belum

memenuhi nilai KKM (75). Berbagai permasalahan di atas memerlukan solusi

yang tepat agar target pembelajaran dapat tercapai. Salah satu langkah yang

akan diambil adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

kancing gemerincing. Dalam model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing, siswa dituntut untuk mampu bekerjasama dan lebih aktif

memberikan pendapat selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan dapat

menumbuhkan keberanian siswa dalam berpendapat.

Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, materi yang diajarkan

berdasarkan terang Kitab Suci dan pengalaman hidup para siswa, artinya materi

yang diajarkan oleh guru membahas tentang bagaimana meneladani pribadi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah seperti yang diungkapkan dalam Kitab

Suci serta pengalaman langsung siswa dalam memahami dan menghayati serta

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu juga, media yang digunakan selama proses belajar mengajar PAK di kelas

diharapkan menggunakan media audio visual agar guru dapat terbantu dalam

memberikan contoh atau gambaran dari inti pokok materi pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan di atas penulis mengusulkan

suatu model pembelajaran kooperatif dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)

yang mungkin mampu memberikan kontribusi bagi guru PAK dalam

membangun proses belajar yang menyenangkan dan relevan dengan kehidupan

siswa di sekolah. Adapun salah satu pembelajaran tersebut ialah model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Penulis tertarik dengan

model ini karena adanya interaksi semua siswa dalam proses belajar sehingga

dapat membangkitkan semangat belajar siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran PAK di kelas. Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk

memilih topik dengan judul skripsi: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Kancing Gemerincing terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan

Agama Katolik siswa-siswi Kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah penulisan sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Bagaimanakah proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik di

sekolah?

2. Bagaimanakah tanggapan dan kesan para siswa saat mengikuti pelajaran

Pendidikan Agama Katolik?

3. Mengapa siswa tidak aktif dalam mengikuti pelajaran PAK?

4. Mengapa siswa aktif mengikti proses belajar dalam PAK?

5. Apakah model pembelajaran kooperatif pernah digunakan saat pembelajaran

PAK?

6. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing relevan

terhadap mata pelajaran PAK?

7. Bagaimana tanggapan siswa saat dikenalkan dengan model belajar yang

bervariasi?

8. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing

berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pelajaran

PAK?

C. Batasan Masalah

Setelah melihat permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

memilih 3 macam aspek yang akan dikaji yakni mengenai proses pembelajaran,

keaktifan dan hasil. Mengingat luasnya aspek yang akan dikaji dalam proses

pembelajaran, keaktifan dan hasil belajar. Maka penulis membatasi penulisan

penelitian pada “Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing

Terhadap Keaktifan dan Hasil SiswaBidang Studi Pendidikan Agama Katolik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakartadengan tujuan agar penulisan

dapat lebih fokus dan relevan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang disampaikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah penulisan ini, yakni: adakahpengaruh penggunaan model

kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap keaktifan dan hasil belajar

Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan I,

Yogyakarta?

E. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan model kooperatif teknik kancing gemerincing pada

siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.

b. Mendeskripsikan keaktifan dan hasil belajar siswa-siswi pada Mata

Pelajaran Agama Katolik kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.

c. Mengetahui adakah pengaruh penggunaan model kooperatif teknik

kancing gemerincing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa-siswi pada Mata Pelajaran Agama Katolik pada siswa-siswi kelas V

SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

F. Manfaat Penulisan.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap hasil belajar siswa

adalah sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran dalam

mempertimbangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi

siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi guru Pendidikan Agama Katolik

Penelitian ini diharapkan memberi informasi bagi guru Pendidikan Agama

Katolik mengenai hubungan strategi mengajar guru terhadap hasil belajar

siswa.

3. Bagi calon guru Agama Katolik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para calon guru

Pendidikan Agama Katolik untuk dapat memakai strategi pembelajaran

yang cocok dengan hasil belajar siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran yang berlangsung.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan proses dan

hasil penelitian di kelas pada periode berikutnya khususnya dalam Mata

Pelajaran Agama Katolik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

G. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis berdasarkan

penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang

menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data

yang diperoleh, sampai pada penyajian data, yaitu untuk menunjukkan pengaruh

antara variabel X (Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing

Gemerincing) terhadap variabel Y1 (keaktifan) dan Y2 (Hasil Belajar Siswa)

dalam Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisius Wirobrajan I,

Yogyakarta.

H. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih oleh penulis adalah “Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Hasil Belajar Siswa-Siswi Bidang Studi Pendidikan Agama Katolik Kelas V SD

Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta”. Pokok-pokoknya sebagai berikut:

Bab I: Menguraikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

penulisan, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II: Penulis akan menguraikan kajian pustaka yang berisi tentang:

Pendidikan Agama Katolik (PAK), Model Pembelajaran Kooperatif

menggunakan Teknik Kancing Gemerincing, keaktifan siswa, hasil belajar,

penelitian yang relevan dan hipotesis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Bab III: penulis akan menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi

jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan

sampel, teknik dan alat penelitian dan teknik analisis data.

Bab IV: penulis akan menyampaikan hasil dari penelitian yang terdiri dari

uji normalitas, uji Homokedastisitas, Uji Hipotesis, pembahasan serta

keterbatasan penelitian serta refleksi.

Bab V: Penulis menyampaikan tentang kesimpulan dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang melandasi penelitian yang

meliputi: Pendidikan Agama Katolik, Model Pembelajaran Kooperatif,

Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa, Penelitian Yang Relevan, Hipotesis.

A. Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Pengertian Pendidikan Agama Katolik dalam buku berjudul Pendidikan

Agama Katolik dan Budi Pekerti tingkat Sekolah Menengah Atas (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014:2), dirumuskan sebagai

berikut:

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana


dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Hal ini dilakukan
dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk
memampukan peserta didik berinteraksi (berkomunikasi), memahami,
menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi
antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu
diharapkan iman peserta didik semakin diperteguhkan.

Dari rumusan tersebut memberikan gambaran bahwa Pendidikan Agama

Katolik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Katolik

diharapkan dapat membantu seseorang menjadi manusia yang beriman dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, dengan begitu

seseorang dapat menentukan arah dan tujuan hidupnya sendiri. Ia tidak mudah

goyah ketika menghadapi situasi atau arus perkembangan zaman yang penuh

dengan pergulatan karena ia mempunyai arah dan tujuan yang baik untuk

membangun dan mewartakan Kerajaan Allah di tengah dunia ini. Oleh karena

itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk

memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan dan

penghayatan iman dalam konteks hidup nyatanya. Dengan demikian proses ini

mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan iman, penghayatan iman dan

hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan semakin memperteguh dan

mendewasakan iman peserta didik.

1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik di sekolah dipahami sebagai “proses

pendidikan dalam iman atau proses pendidikan agar para siswa semakin

beriman” (Heryatno, 2003:21). Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik

merupakan bentuk katekese Gereja yang dilaksanakan dalam sekolah karena

melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kabar gembira

diwartakan dan para siswa dihantar untuk menghubungkan kenyataan dunia

dengan terang iman, yaitu injil.Satu hal penting dari Pelajaran Pendidikan

Agama Katolik adalah “perkembangan nilai-nilai religius dan motivasi religius”

(KWI-MNPK, 1991:127). Pendidikan Agama Katolik berdasarkan pernyataan

tersebut bervisi spiritual sebab berhubungan dengan hal religius. Pendidikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Agama Katolik secara konsisten memperkembangkan kedalaman hidup, jati diri,

dan inti hidup siswa. Dengan demikian, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya

mengutamakan segi kognitif namun memberikan bekal bagi siswa untuk

menanggapi kenyataan hidup dan menjawab tantangan di masa depan dalam

rangka menanggapi panggilan hidupnya.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Tujuan Pendidikan Agama Katolik menurut Groome (2010:48) yaitu

“demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah, untuk menghidupi iman Kristiani

dan untuk kebebasan manusia”. Tujuan tersebut bersifat holistik dan kognitif.

Disebut holistik karena karena PAK bertujuan untuk memperkembangkan secara

utuh dan serentak segi kognitif, afektif, dan praksis hidup peserta. Disebut

kognitif karena PAK mendorong siswa setia dan tekun mewujudkan tujuannya

dengan senang hati.

Dapiyanta (2008:32) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Katolik

ditantang untuk mengambil pilihan tujuan yang jelas, mengingat Pendidikan

Agama Katolik (PAK) adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dan sekolah

berada di bawah pengaturan sistem pendidikan suatu negara. Selama ini, tujuan

Pendidikan Agama Katolik bersifat mendua namun tidak tuntas. Tujuan PAK

mendua antara orientasi pada pengembangan hidup beriman atau pengetahuan

iman. Mangunwijaya dalam Dapiyanta (2008:33) mengatakan “untuk mencapai

yang minimal, yakni pengetahuan, banyak yang tidak puas, sedangkan untuk

mencapai pengembangan hidup beriman, sangat sulit karena PAK masuk dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

sebuah sistem pendidikan suatu negara”. Pendapat Dapiyanta dan Mangunwijaya

ini menjadi pertanyaan yang selalu aktual karena PAK berhubungan dengan

proses hidup beriman seseorang dimana iman bukan hal yang sekali jadi dan

terus berproses, dimana proses tersebut sulit jika diukur secara sistem

pendidikan.

Adanya permasalahan di atas menunjukan bahwa Mata Pelajaran PAK

bukanlah hal yang sepele. PAK perlu diberi keleluasan sedemikian rupa

mengingat tujuan umum PAK adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah perkembangan dan kedewasaan

iman. Pendidikan Agama Katolik di sekolah diharapkan membantu siswa supaya

mengetahui dan semakin peka terhadap Rahmat Tuhan yang dilimpahkan dalam

dirinya dan tekun menanggapinya.

a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah

Kerajaan Allah adalah tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan

kehidupan Yesus. Oleh karena itu, Mata Pelajaran PAK bermaksud mengantar

orang-orang ke arah iman Kristiani. “Kerajaan Allah sebagai metapurpose

pendidikan dalam iman menuntut proses pendidikan yang membentuk dan

memberdayakan seluruh dimensi kehidupan peserta sebagai mitra Yesus dalam

memperjuangkan terwujudnya Kerajaan tersebut” (Heryatno, 2003:24)

Groome (2010:69-72) menyebutkan dua belas pernyataan yang berkaitan

dengan arah dasar pendidikan iman demi Kerajaan Allah, yakni:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

1. Kerajaan Allah merupakan simbol yang mengungkapkan tindakan Allah

yang senantiasa hadir dan berkarya di tengah-tengah kehidupan manusia.

Kerajaan Allah merupakan kekuatan tindakan Allah yang sesuai dengan

sifat utama Allah: penuh kasih, sabar, dan setia, menghendaki keadilan,

kedamaian, cinta kasih, keutuhan, dll

2. Kerajaan Allah dapat dipahami dalam konteks masa lampau, kini dan yang

akan datang.

3. Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan mengundang tanggapan

manusia. Ia sudah mulai terwujud dan lain pihak belum mencapai

kepenuhannya.

4. Kerajaan Allah adalah kabar gembira bagi mereka yang terbelanggu,

tertawan, dianiya dan menderita.

5. Anugerah Allah untuk menjalin relasi dengan-Nya dan sesama manusia

sebagai anggota Kerajaan-Nya.

6. Karena Allah mengasihi manusia, maka Allah menghendaki supaya

manusia hidup saling mengasihi seperti Allah mengasihi mereka. Jalan

mengasihi Allah dengan mengasihi manusia. Tolak ukur kasih tidak lain

adalah hidup Yesus sendiri yang mengasihi sampai sehabis-habisnya.

7. Kerajaan Allah memanggil kita untuk bertobat (metanonia), meninggalkan

cara hidup lama dan menggunakan cara hidup baru. Pertobatan yang

diusahakan adalah yang bersifat integral.

8. Pertobatan kita juga meminta agar kita menantang dan melawan seluruh

ekspresi dosa yang bersifat sosial dan budaya dalam dunia kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

9. Kita harus berjuang untuk menciptakan struktur-struktur ekonomi, sosial,

politik dan pengaturan-pengaturan budaya yang mampu mempromosikan

Kerajaan Allah.

10. Pengutusan Gereja adalah menjadi sakramen kehadiran Kerajaan Allah.

11. Buah-buah kehidupan kita sebagai respon terhadap rencana Allah bagi

ciptaan adalah perwujudan Kerajaan Allah di tengah-tengah sejarah, dan

buah-buah dari usaha kita masa kini yang tetap ada di Kerajaan yang

sempurna.

12. Terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah hidup manusia menjadi

tolak ukur dari segala pendidikan iman. Proses pendidikan iman sungguh

berhasil kalau nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh

semua manusia.

Kedua belas pernyataan ini memberi arahan bagaimana seharusnya PAK

itu dijalankan. PAK menjadi sarana untuk menghadirkan Kerajaan Allah, maka

penggunaan terang iman adalah keharusan. Terang iman digunakan sebagai nilai

dasar untuk memahami kenyataan manusia dalam sejarah dan melalui terang

iman, manusia semakin mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan suara

hatinya.

b. Demi Kedewasaan Iman Kristiani

Groome (2001:81) menjelaskan bahwa hidup dalam iman Kristiani

merupakan tindakan dari manusia sebagai agent-subject melalui komunitas iman

Kristiani dengan menggabungkan tiga tindakan: meyakini (beliving),


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

mempercayai (trusting), dan menjalankan kehendak Allah (doing God‟s will).

Pendidikan iman di sekolah merupakan proses pendewasaan iman yang

diharapkan memperkembangkan secara seimbang dan integratif ketiga hal

tersebut (Heryatno, 2003:28).

Dengan kemampuan akal budinya, manusia mampu mengenal Allah dan

meyakini (beliving). Melalui kedalaman jiwanya, manusia mengambil keputusan

untuk beriman dan berserah secara penuh pada Allah (trusting). Akhirnya,

manusia mewujudnyatakan imannya (doing God‟s will) dengan mengusahakan

kesejahteraan bersama. Ketiga tindakan ini yang dikembangkan melalui PAK.

c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia

Iman Kristiani hidup sebagai respon terhadap Kerajaan Allah maka

didasarkan pada kebebasan manusia dan bertujuan pada hidup bersama di dalam

kebebasan. “ Tujuan terdekat PAK yakni iman Katolik dan kebebasan manusia

adalah “kebebasan untuk” (freedom for) dan “kebebasan dari” (fredom from).

Dasar dari kebebasan ini adalah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa

Allah, maka kebebasan manusia sebagai citra Allah memiliki kemungkinan

untuk bebas.

Menurut Groome (2010:310) freedom for adalah kebebasan untuk menjadi

apa kita dipanggil, yakni kebebasan menjadi satu dengan Allah yang

diekspresikan dalam kebebasan bersatu dengan orang lain dan melayani orang

lain. Fredom from adalah kebebasan Kristiani yang secara logis. Karena kuasa

Allah yang menyelamatkan Yesus, sekarang kita dapat bebas dari dosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Heryatno (2003:33) menjelaskan tiga deskripsi kebebasan. Pertama,

kemampuan manusia bertindak memenuhi kebutuhan dasar. Kedua, manusia

bebas untuk memilih tanpa paksaan batin mana pun. Manusia sungguh bebas

mengatur dirinya sendiri berdasarkan keyakinan, kesadaran, pilihan dan

keputusannya; maka manusia sungguh otonom. Ketiga, manusia bebas untuk

menghayati keputusannya sendiri dengan segala resikonya.

3. Konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Konteks Pendidikan Agama Katolik perlu dipahami dalam kaitannya yang

erat dengan pendekatan Pendidikan Agama Katolik yang bersifat kontekstual.

Keadaan konkret lingkungan sosial membentuk perkembangan pribadi dan

penghayatan hidup beriman siswa. Groome (2010:157) berpendapat bahwa

konteks PAK terjadi melalui interaksi dalam situasi sosial dan budaya. Hal ini

dikarenakan peserta didik berada dan terlibat dalam hubungan di mana ia tinggal

dan di mana ia belajar. Maka peran komunitas Kristiani sangat diperlukan

sebagai konteks PAK. Komunitas Kristiani yang dimaksudkan adalah keluarga,

gereja, masyarakat, dan sekolah. Keempat komunitas ini adalah konteks PAK

yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Keadaan awal peserta didik juga perlu diperhatikan. Heryatno (2003:50)

menyebutkan konteks hidup peserta didik meliputi “kebutuhan dan minat

mereka, daya tangkap dan kemampuan mereka, latar belakang hidup dan

permasalahan mereka dan masih banyak lagi lainnya”. Sehubungan dengan hal

ini ada dua pendekatan yaitu: sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

proses di mana diri kita menjadi diri sendiri sebagaimana adanya, dengan jalan

berinteraksi dengan orang lain, tatanan hidup yang ada, nilai hidup yang diikuti

dan dengan pola tingkah laku yang diharapkan oleh lingkungan sosial kita.

Edukasi adalah proses di mana kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan

peserta didik agar mengalami perkembangan hidup sehingga mencapai

kepenuhan.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Kurikulum Pendidikan 1984 mengemukakan ruang lingkup bahan

Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah: saya, sesama dan lingkungan,

membangun hidup yang berarti dan mendalam, Yesus Kristus dan Gereja.

Kurikulum PAK 1994 merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah doa, Kitab

Suci, Sakramen,Allah Bapa, Yesus, Roh Kudus, dan Gereja Moral. Kurikulum

2004 juga merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah saya, Yesus, Gereja dan

Masyarakat (dalam Dapiyanta, 2008:5-6). Kurikulum 2013 (Kementerian

Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014:3) merumuskan ruang lingkup bahan PAK

mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.

Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan

pemahaman peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Pribadi peserta didik

Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria

dan wanita yang dimiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan

kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

b. Yesus Kristus

Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi

Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti

yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

c. Gereja

Ruang lingkup ini membahas tentang makna gereja, bagaimana

mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.

d. Masyarakat

Ruang lingkup ini membahas mendalam tenang hidup bersama dalam

masyarakat sesuai firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus Kristus dan ajaran

Gereja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup bahan

Pendidikan Agama Katolik adalah membahas mengenai peserta didik, Yesus

Kristus, Gereja dan Masyarakat. Ini berarti bahwa Pendidikan Agama Katolik

tidak hanya sebatas mewartakan Kitab Suci saja melainkan beberapa aspek

seperti yang telah diuraikan. Selain itu, untuk mencapai ruang lingkup bahan

Pendidikan Agama Katolik yang terarah perlu pola pembelajaran berdasarkan

atas dasar yang kuat untuk mencapai tujuannya. Adapun pola tersebut

(Setyakarjana (1997:141) ialah pola Malino, pola Naratif (menampilkan model),

pola berbuat dan sikap iman.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

B. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Dalam

Pendidikan Agama Katolik (PAK)

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)

a. Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang

sebenarnya merupakan “gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan

kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan

pakaian, kita makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi

satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati

Bendera Sang Merah Putih, kita mengemudi kendaraan bermotor, dan lain

sebagainya. Gejala-gejala semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu-

persatu, karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari

(Winkel, 2012:56)

Winkel (2012:58) juga mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan

mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri

seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya

dengan mengamati orang itu. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan;

dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi

peristiwa manusia belajar. Namun, tidak sembarang berada di tengah-tengah

lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orang harus aktif sendiri,

melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Misalnya

setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa di kelas, belum

berarti siswa sedang belajar; selama siswa tidak melibatkan diri, dia tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

belajar. Maka, supaya terjadi belajar, dituntut orang melibatkan diri, harus ada

interaksi aktif yang berupa aktivitas mental saja, tidak disertai gerak-gerik

jasmani. Jadi dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia dapat

dirumuskan sebagai berikut: “suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.

Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012:32-33) mengemukakan bahwa belajar

pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan

secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap

setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang

lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

John Dewey dalam Daryanto juga menyatakan bahwa belajar adalah

“menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka

inisiatif belajar harus muncul dari dirinya”. Menurut Reber dalam Muhibbin

Syah (2013:66) dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi belajar

dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah the process of acquiring

knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Pengertian ini biasanya lebih

sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli

dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan

keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change

in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (suatu

perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

diperkuat). Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan

perlu disoroti untuk memahami proses belajar, istilah-istilah tersebut meliputi:

1) Relatively Permanent (yang secara umum menetapkan). Konotasinya ialah

bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk,

lelah, jenuh, dan perubahan karena kematangan fisik tidak termasuk belajar.

2) Response potentiality (kemampuan bereaksi) berarti menunjukkan

pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau

kinerja hasil-hasil belajar.

3) Reinforced (yang diperkuat). Konotasinya ialah bahwa kemampuan yang

didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila

tidak diberi penguatan.

4) Practice (praktek atau latihan) ini menunjukkan bahwa proses belajar itu

membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian

kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

Selain itu, Slameto (2013:2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Adapun perubahan tingkah laku tersebut

adalah:

1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan di dalam dirinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi

akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah

dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan

demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin

baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa

perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu

sendiri.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk

beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan

sebagainya, ini tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.

Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan

yang akan dicapai. Tentunya perubahan belajar terarah kepada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,

sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh

dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Bertolak dari berbagai macam definisi yang telah diutarakan tadi, secara

umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini

perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat

proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang

sebagai proses belajar.

Daryanto & Rahardjo (2012:16) mengemukakan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar

individu. Belajar dapat dipandang sebagai pengalaman. Belajar juga merupakan

proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu, indikator belajar ditujukan

dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu

pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau

pemahaman.

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut

pengertian belajar sebagai berikut: Pertama, belajar merupakan suatu proses,

yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

berlangsung seumur hidup. Kedua, dalam belajar terjadi adanya perubahan

tingkah laku yang bersifat relatif permanen. Ketiga, hasil belajar ditujukan

dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan. Dan keempat, adanya

peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional,

sikap dan sebagainya.

Dalam konteks pendidikan, PAK di sekolah (Setyakarjana,1997:9) adalah

salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang mempunyai kedudukan

yang sama dengan bidang studi yang lainnya seperti Pendidikan Moral

Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Matematika, Ilmu

Pengetahuan Sosial, dll. Berhubung karena mempunyai kedudukan yang sama

dengan bidang studi yang lain, maka Pelajaran Agama Katolik di sekolah mau

tidak mau harus terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia.

Setyakarjana juga mengatakan (1997:9) Pelajaran Agama Katolik di

sekolah merupakan salah satu bagian dari tugas pastoral gereja terhadap anak-

anak yang bertujuan “Agar Peserta Didik Mampu Menggumuli Hidup Dari Segi

Pandangan-Pandangan Katolik Dan Dengan Demikian Mudah-Mudahan

Berkembang Terus Menjadi Manusia Paripurna (Manusia Beriman)”.

Pendidikan Agama Katolik adalah bentuk pelayanan demi pembinaan iman di

sekolah; sekolah dengan situasi dan kondisinya, kelemahan dan kelebihannya

beserta tuntutan-tuntutannya.

Dari uraian tersebut, belajar PAK berarti suatu kegiatan (aktivitas)

mental/psikis, yang berlangsung dalam proses interaksi aktif di dalam

lingkungan kelas, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap demi perkembangan imannya sebagai

manusia beriman. Dapiyanta (dalam Setyakarjana, 1997: 137) mengemukakan

belajar PAK pada dasarnya ialah belajar menurut teladan Kristus. Ini bukan

berarti tanpa relasi dengan Kristus. Menurut teladan Kristus berarti juga bahwa

seseorang semakin erat berelasi dengan Yesus. Semakin seseorang berkata,

berkehendak, dan bertindak seperti Kristus berarti semakin terjadi belajar PAK

dalam diri seseorang itu. Semakin orang terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan

Kristus, semakin terjadi interaksi aktif dalam diri orang itu terhadap

lingkungannya, semakin terjadi belajar dalam diri orang itu.

b. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Di Sekolah

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat

20Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Isjoni (2014:11) dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning,

efektifitas pembelajaran kelompok menyatakan bahwa pembelajaran adalah

sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran

pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi

dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang

terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan/atau kelompok)

serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan/atau komunitas) yang

berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

(materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan.

Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan

peserta didik dalam pembelajaran.

Dimyati & Mudjiono (2009:297) menjelaskan pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat

siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Oermar Hamalik (https://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/15-

pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli.html) (4 November 2016)

mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi

segala unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling

mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Beliau

mengemukakan tiga rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran,

yaitu: pertama, pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan

lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa.

kedua, pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa

untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan. Dan ketiga,

pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi

kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.

Dapiyanta (2008:10) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah aktivitas

guru dalam membelajarkan murid. Pembelajaran adalah sebuah interaksi antara

guru yang mengajar dan murid yang belajar. Mengajar dapat pula diartikan

sebagai pengaturan kondisi eksternal tertentu (Winkel,1989). Kondisi eksternal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

adalah paduan dari bahan, metode, media, suasana yang diatur berdasar keadaan

murid dan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang membelajarkan. Artinya di dalam suatu

proses pembelajaran ada suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru

yang memungkinkan orang lain (murid) belajar secara bertahap dan

berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan yang dimaksud dalam

konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah adalah menciptakan

kondisi dan situasi yang sedemikian rupa, sehingga murid belajar

mengembangkan hidup beriman (Dapiyanta, dalam Setyakarjana, 1997:137)

2. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Miftahul Huda (2013:143) mengatakan ada banyak model pembelajaran

yang berkembang untuk membantu siswa berpikir kreatif dan produktif. Bagi

guru, model-model ini penting dalam merancang kurikulum pada siswa-

siswanya. Tentu saja, model-model yang tercantum dalam bagian ini tidak

mencerminkan sederan daftar yang ketat, semuanya berupa refleksi atas beragam

teori pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi keutuhan siswa yang juga

beragam. Model pembelajaran harus dianggap sebagai kerangka kerja struktural

yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan

dan aktivitas belajar yang kondusif. Model pembelajaran juga dimaksudkan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung (Anurrahman,

2009:141).

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya

rasa senang siswa terhadap pembelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan

motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk

memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar

yang lebih baik. Hal penting yang harus diingat bahwa tidak ada satu strategi

pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi. Oleh sebab itu guru

dituntut untuk memiliki pemahaman yang kompehensip serta mampu

mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan

salah satu atau beberapa strategi secara efektif (Killen dalam

Anurrahman,2009:143).

Aspek-aspek dalam setiap model dapat digunakan untuk merancang

kurikulum. Pemilihannya sebaiknya bergantung pada lingkungan sekolah,

sumber yang tersedia dan outcomes yang diinginkan. Ketika berencana

memasukan salah satu atau beberapa model ke dalam suatu program tertentu,

guru seharusnya menggunakan kerangka-kerja kurikulum yang didalamnya

berisi prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran untuk memandu belajar

siswa, serta penilaian atau assessment untuk melihat hasil akademik yang telah

diperoleh siswa. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari

kemampuan seorang guru mengembangkan model-model pembelajaran yang

berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di

dalam proses pembelajaran yang berlangsung.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Eggen, Kauchar, dan Harder (dalam Miftahul Huda, 2013:74) sebenarnya

pernah membahas enam model memproses informasi, yakni model induktif,

model pencapaian konsep, model taba, model deduktif, model Ausubel, dan

model inkuiri. Akan tetapi review paling kompehensip tentang model-model

pengajaran, untuk sementara ini,”hanya” review yang dilakukan Joyce dan Weill

(1980) yang telah mengidentifikasikan setidaknya 23 model yang diklasifikasi

kedalam empat kelompok yang didasarkan pada sifat-sifatnya, karakteristik-

karakteristiknya dan pengaruh-pengaruhnya. Empat kelompok tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Model-model memproses informasi

2. Model-model personal

3. Model-model interaksi sosial

4. Model-model perubahan prilaku

Dalam setiap kelompok ini, ada model-model spesifik yang dirancang

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Model-model yang dikembangkan oleh Joyce dan Weill (dalam Miftahul

Huda, 2013:75) di atas memiliki struktur yang jelas. Implementasi setiap model

dideskripsikan dalam struktur ini. Ada lima aspek struktur umum, antara lain:

sintak, sistem sosial, tugas/peran guru, sistem dukungan dan pengaruh model.

1. Sintaks (tahap-tahap). Model pengajaran merupakan deskripsi

implementasi model di lapangan. Ia merupakan rangkaian sistematis

aktivitas-aktivitas dalam model tersebut. Setiap model memiliki aliran

tahap yang berbeda.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2. Sistem sosial mendeskripsikan peran dan relasi antara guru dan siswa.

Dalam beberapa model, guru sangat berperan dominan. Dalam sebagian

model, aktivitas ini lebih dipusatkan pada siswa, dan dalam bagian yang

lain aktivitas tersebut di distribusikan secara merata.

3. Tugas/peran guru mendeskripsikan bagaimana seorang guru harus

memandang siswanya dan merespons apa yang dilakukan siswanya.

Prinsip-prinsip ini merefleksikan aturan-aturan dalam memilih model dan

menyesuaikan respons instruksional dengan apa yang dilakukan siswanya.

4. Sistem dukungan mendeskripsikan kondisi-kondisi yang mendukung yang

seharusnya diciptakan atau dimiliki oleh guru dalam menerapkan model

tertentu. “dukungan” di sini merujuk pada prasyarat-prasyarat tambahan di

luar skill-skill, kapasitas-kapasitas manusia pada umumnya dan fasilitas-

fasilitas teknis pada khususnya. Dukungan tersebut berupa buku, film,

perangkat laboratorium, materi-materi rujukan dan sebagainya.

5. Pengaruh model merujuk pada efek-efek yang ditimbulkan oleh setiap

model. Pengaruh ini bisa terbagi menjadi dua: instruksional dan pengiring.

Pengaruh instruksional merupakan pengaruh langsung dari model tertentu

yang disebabkan oleh konten atau skill yang menjadi dasar

pelaksanaannya. Pengaruh pengiring merupakan pengaruh yang sifatnya

implisit dalam lingkungan belajar; pengaruh ini merupakan pengaruh tidak

langsung dari model pengajaran tertentu. Akan tetapi, dalam buku ini,

kedua pengaruh itu terkadang dilebur menjadi satu. Sehingga hanya guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

yang kreatif, fleksibel, dan cerdas yang dapat memperoleh keuntungan

maksimal dari model-model pengajaran.

Dalam konteks PAK, untuk menghadapi masalah di ruang kelas tersebut

guru juga harus menyiapkan model pengajaran yang berorientasi pada

peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran serta relevan untuk peserta didik. Menurut Heryatno Wono

Wulung (2012:13) ada empat model PAK yang dipandang memberikan

wawasan konseptual yakni model tranmisi (transfer), model yang berpusat pada

pengalaman hidup peserta, model praksis dan model pendidikan yang bersifat

Estetis

a. Model Transmisi (transfer)

Dalam model ini guru menyampaikan informasi tentang ajaran Gereja

kepada para peserta didik dengan cara mentranfer. Prosesnya bersifat satu arah

sehingga pendidik aktif tetapi peserta didik pasif. Peserta hanya menghafal dan

mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh guru atau yang ditulis di dalam buku

pegangan sehingga peserta tidak berkembang secara utuh. Yang terpenting

adalah bahwa model ini berpusat pada pendidik yang mentranfer seluruh

pengetahuannya pada peserta didik dengan menerapkan relasi guru dan murid.

b. Model yang berpusat pada pengalaman hidup peserta

Sifat yang ditekankan dalam model ini bukan kognitif melainkan kualitatif

dan subyektif karena menekankan pada proses. Yang ditekankan dalam model

ini adalah kualitas hidup peserta didik bukan kuantitas materi yang diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Model ini juga membantu peserta didik untuk menghayati dan

memperkembangkan imnnya.

c. Model Praksis

Model praksis atau model shared Christian Praxis (SCP) ini

dikembangkan oleh TH Groome (dalam Heryatno 2012:23). Model ini hendak

menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta. Partisipasi itu berdasarkan

pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis

sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Tujuan praksis

baru adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di

tengah-tengah hidup manusia.

d. Model pendidikan yang bersifat Estetis

Model ini dikembangkan oleh Maria Haris. Ia melukiskan gaya pendidikan

Tully Anderson, seniornya sebagai model yang bernilai estetis dengan

menyatukan segi kognitif dengan afektif dan sekaligus mengundang semua

peserta untuk berekspresi. Sebagai model yang estetis, PAK membutuhkan

persiapan, tetapi tidak semata-mata mengumpulkan materi melainkan juga

memperhatikan suasana, menentukan bahasa dan komtemplasikan hidup peserta.

Dalam model ini materi pendidikan iman disampaikan dengan cara yang

komunikatif yang mengundang peserta untuk berefleksi, yang menumbuhkan

rasa serta mendorong pada tingkat konkret. Maka Maria Haris meminta agar

pendidik memperhatikan tiga hal yakni: bahasa, suasana, dan ekspresi setiap

peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan segala sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim (Isjoni 2014:15). Slavin

dalam Isjoni (2014:15) mengemukakan, “in cooperative learning methods,

students work together in four member teams to master material initiallity

presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Menurut Wina Sanjaya (2010:240) “pembelajaran kooperatif merupakan

model yang menggunakan sistem pengelompokan tim kecil, yakni antara empat

sampai lima orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”. Sedangkan Sunal dan Hans

dalam (Isjoni, 2014:12) mengemukakan pembelajarn kooperatif merupakan

suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk

memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses

pembelajaran. Selanjutnya Stal dalam Isjoni (2014:12) menyatakan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan

meningkatkan sikap tolong menolong dalam prilaku sosial. Maka, Pembelajaran

kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok

mencapai tujuan dan tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Isjoni, 2014:6).

Anita Lie (2010:29) mengungkapkan bahwa cooperative learning tidak

sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Jhonson dalam (anita Lie, 2010:

31) mengemukakan ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning

yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan,

yaitu: saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Namun, Pembelajaran

kooperatif menurut Slavin (2015:4-8) merujuk pada berbagai macam model

pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin dan latar belakang etnik

yang berbeda untuk saling membantu, saling mendiskusikan, dan

berargumentasikan untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu

dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran

kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model

pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif

sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-

hubungan yang bersifat independensi efektif anggota kelompok.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang

anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang

dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar

belajar sama anggota maksimal. Bila dihubungkan dengan Pendidikan Agama

Katolik (PAK), maka pembelajaran kooperatif berarti suatu cara atau pendekatan

(strategi) khusus yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada siswa

untuk dapat saling bekerja sama dan membantu satu sama lain selama proses

pembelajaran berlangsung.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2014:21) mengemukakan tujuan dari pembelajaran kooperatif

adalah untuk meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap

tolong menolong dalam beberapa prilaku sosial. Selain itu juga tujuan utama

dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar

secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai

pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan

gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Slavin (2015) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model

pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,

konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa

menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.

Wisenbaken (Slavin,2015) mengemukakan bahwa tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro-akademik

diantara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang

amat penting bagi pencapaian siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Jika dilihat dari uraian tujuan pembelajaran kooperatif oleh para ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk

memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang

mereka butuhkan supaya menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan

memberikan kontribusi. Hal ini cocok bila diterapkan pada pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah sebab dengan tujuan yang

demikian maka akan menciptakan hasil dan memberikan dampak yang baik pada

siswa apabila diterapkan pada pembelajaran PAK.

c. Tipologi Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2015:26-28) metode pembelajaran alternatif memiliki

berbagai macam perbedaan, tetapi dapat dikategorikan menurut enam

karakteristik prinsipil, yang pertama; tujuan kelompok, kebanyakan metode

pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok.

Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi

lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi keriteria yang telah

ditentukan sebelumnya. kedua; tanggungjawab individual,dilaksanakan dalam

dua cara yakni pertama, dengan jumlah skor kelompok atau nilai rata-rata

individual atau penilaian selanjutnya. Kedua, spesialisasikan tugas, setiap siswa

diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok. Ketiga;

kesempatan sukses yang sama untuk berkontribusi dalam timnya. Keempat,

kompetisi tim. Studi tahap awal dari poin kemajuan dan kompetisi dengan yang

setara atau adaptasi tugas terhadap tingkat kinerja individual. Kelima,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

spesialisasi tugas. Unsur utama dari metode pembelajaran kooperatif adalah

tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota

kelompok. Keenam, adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Metode

pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah

kelompok.

Isjoni (2009:17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang

diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama

dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas

yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu cara untuk mengajak siswa yang kurang aktif terlibat

dalam kelompok dan mau menunjukkan kemampuan yang dimilikinya untuk

dapat bekerjasama dengan yang lain. Bila dikaitkan dengan PAK maka akan

membawa perkembangan bagi siswa untuk menampilkan kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki sehingga dapat memberikan kontribusi dalam

kelompok untuk mencapai ketuntasan.

d. Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan belajar kooperatif menganut lima prinsip utama, sebagai

berikut (Anita Lie, 2010:31-37), yaitu:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja keras seluruh anggotanya.

Setiap anggota berperan aktif dan mempunyai andil yang sama terhadap

keberhasilan kelompok.

2. Tanggungjawab perorangan

Tanggung jawab perseorangan muncul ketika seorang anggota kelompok

bertugas untuk menyajikan yang terbaik dihadapan guru dan teman

sekelasnya.

3. Interaksi tatap muka

Bertatap muka merupakan kesempatan baik bagi anggota kelompok untuk

berinteraksi memecahkan masalah bersama.

4. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan anggota kelompok bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling berkomunikasi secara efektif.

5. Evaluasi proses secara kelompok

Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Jika prinsip ini diterapkan dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) di

sekolah maka akan sangat baik karena pada diri siswa ditanamkan suatu

ketergantungan positif yang membawa mereka berpikir positif terhadap

lingkungan sekitar, siswa ditanamkan rasa tanggung jawab, toleransi, partisipasi,

komunikasi dan sikap interaksi sosial yang baik dengan sesamanya karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial maka akan sangat baik bila

bekerjasama dan saling menghargai satu sama lain dengan menciptakan

hubungan baik dengan lingkungan, sesama, dan terlebih relasi pada Tuhan.

e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Wina Sanjaya (2012:248) mengemukakan prosedur pembelajaran

kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Penjelasan materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama

kelompok dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi

pelajaran. Seorang guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran

yang harus dikuasai kemudian siswa memperdalam materi pelajaran dalm

kelompok/tim. Dalam tahap ini guru menggunakan metode ceramah, curah

pendapat, dan tanya jawab bahkan menggunakan demonstrasi. Guru juga dapat

menggunakan media pembelajaran agar proses penyampaian materi dapat lebih

menarik.

2. Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi

pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-

masing yang telah dibentuk sebelumnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

3. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis.

Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok.

Tujuannya adalah memberikan informasi kemampuan setiap siswa. Hasil

akhirnya setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua.

4. Pengakuan tim

Pengakuan tim (tim recognition) adalah penetapan tim yang dianggap

paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan

penghargaan atau hadiah.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif

terdiri dari enam fase sebagai berikut:

Tabel –1: Fase-fase dalam pembelajaran kooperatif

Fase Kegiatan Guru


Fase 1: present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa siap belajar
mempersiapkan siswa

Fase 2: present information Mempresentasikan informasi kepada


menyajikan informasi siswa secara verbal

Fase 3: organize students into Memberikan penjelasan kepada siswa


learning teams mengorganisir siswa tentang tata cara pembentukan tim
ke dalam tim-tim belajar belajar dan membantu kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and studeny Membantu tim-tim belajar selama
membantu kerja tim dan belajar siswa mengerjakan tugasnya

Fase 5: test on the materials Menguji pengetahuan siswa mengenai


mengevaluasi berbagai materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui


memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan kelompok

a) Fase pertama

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi

maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa

harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.

b) Fase kedua

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi

akademik.

c) Fase ketiga

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam

kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok.

Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung

tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada

individu lainnya.

d) Fase keempat

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-

tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan

yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa

siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.

e) Fase kelima

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

konsisten dengan tujuan pembelajaran.

f) Fase keenam

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa.

Variasistruktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan

orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha

individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward

kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.

g. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Wina Sanjaya (2012:249-250) mengemukakan keunggulan

pembelajaran kooperatif sebagai suatu sinergi pembelajaran diantaranya:

1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada

guru tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang

lain.

2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide dari orang lain.

3. Pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa

untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif

terhadap sekolah.

6. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena

keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata

(riil). Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan

motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna

untuk proses pendidikan jangka panjang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

h. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Di samping keunggulan Pembelajaran kooperatif, Wina Sanjaya

(2012:250-251) juga mengemukakan kelemahan-kelemahan diantaranya, yaitu:

a. Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang

butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis

siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran koopratif. Untuk

siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa

terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menggangu iklim kerja sama dalam

kelompok.

b. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, maka

dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara

belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak

pernah tercapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada

hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya

hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi dari individu siswa.

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan

kesadaran dalam berkelompok memerlukan priode waktu yang cukup

panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali

penerapan strategi ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat

penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang

hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu,

idealnya dalam pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama,

siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk

mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan

pekerjaan yang mudah.

i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kagan (1994) tersedia dalam http: // ktipk. Blogspirit. Com /

archive / 2009 / 01 / 26 / tgt. html (25 Oktober 2015), pembelajaran kooperatif

mempunyai manfaat, yaitu dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran

kognitif siswa, dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki

hubungan sosial, dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan, dapat

meningkatkan kepercayaan diri, dan dapat meningkatkan kemahiran teknologi.

Sadker dalam Miftahul (2011:66) menjabarkan beberapa manfaat

pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan

afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar

lain seperti berikut ini:

a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan

memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

b. Siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap

harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-

temannya dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang

positif (independensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.

d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap

teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang

berbeda-beda.

Selanjutnya, Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000:18) juga

mengemukakan beberapa manfaat-manfaat model pembelajaran kooperatif bagi

siswa dengan hasil yang rendah, diantaranya:

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4. Prilaku menggangu menjadi lebih kecil

5. Konflik antar pribadi berkurang

6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8. Hasil belajar lebih tinggi

4. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing

Dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Teknik kancing gemerincing merupakan teknik pembelajaran yang

menggunakan kancing-kancing sebagai media untuk mengatur pola interaksi

siswa dalam kelompok belajar. Kegiatan pembelajaran pada teknik kancing


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

gemrincing memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi

mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran siswa lain dalam satu

kelompok.Pelajaran teknik kancing gemerincing ini bertujuan untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sehingga terjadi peningkatan

keaktifan dan hasil belajar siswa dari pelajaran sebelumnya.

Namun yang perlu diketahui bahwa teknik belajar mengajar kancing

gemerincing ini, dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa

digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

didik. Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok

mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan

mendengarkan pandangan dan pemikiran angota lain.

Kancing gemerincing atau pembelajaran talking chips merupakan salah

satu model pembelajaran yang menggunakan pembalajaran kooperatif.

Sebagaimana dinyatakan Masitoh dan Laksmi Dewi dalam bukunya strategi

pembelajaran(2009:244). Model pembelajaran talking chips merupakan model

pembelajaran kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992).Kata „talking‟ diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara

sedangkan chips berarti kartu. Dalam pembelajaran kooperatif yaitu

pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang,

masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi

untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukan kartu

tersebut ke atas meja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Dalam pelaksanaan talking chips atau kancing gemerincing setiap anggota

diberi sejumlah kancing atau kartu “chips” (biasanya dua sampai tiga kancing

atau kartu). Setiap kali anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam

diskusi, ia harus meletakkan satu kartunya di tengah kelompok. Setiap anggota

kelompok diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang

dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi

kartu sampai semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartu

mereka. Jika semua kartu telah habis, sedangkan mereka belum selesai,

kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan

diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan 2000:47)

Model pembelajaran teknik kancing gemerincing dipilih karena model ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi mereka

dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Selain itu juga dapat

menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan serta mendorong siswa

untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka yang bermuara pada

meningkatnya hasil belajar siswa.

Adapun keunggulan teknik kancing gemerincing adalah masing-masing

anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi dan

mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lainnya, untuk mengatasi

hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok,

pemerataan tanggung jawab bisa tercapai karena siswa yang pasif akan mandiri

dan tidak bergantung pada siswa yang lebih dominan dan memastikan setiap

siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Penerapan teknik kancing


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

gemerincing dimulai dari setiap anggota mendapatkan kancing benda-benda

kecil yang berbeda yang harus digunakan setiap kali menyatakan keraguan,

menjawab, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi

ide, merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya (Lie,

2007:63).

Adapun prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing

menurut Sugiyanto (2010:57) yaitu:

1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga

benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan

sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).

2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing

kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing

bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus

menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah-tengah.

4. Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi

sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok

boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi

prosedur kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

C. Keaktifan Siswa

Dalam kegiatan belajar siswa dituntut untuk selalu aktif dalam kegiatan hal

apapun yang menyangkut kegiatan belajar, hal itu untuk menunjang keberhasilan

siswa dalam proses belajar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya

dalam tes tertulis yang harus mendapatkan nilai yang baik namun juga dalam

proses belajar juga siswa dituntut untuk selalu aktif mengikuti kegiatan belajar.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai keaktifan siswa yang meliputi: (1)

pengertian keaktifan siswa, (2) ciri-ciri keaktifan siswa, dan (3) aspek-aspek

keaktifan siswa.

1. Pengertian Keaktifan Siswa

Dalam belajar sangatlah diperlukan adanya aktivitas. Aktivitas di sini

dapat bersifat fisik maupun mental. Menurut Sardiman (2003:48) keaktifan

siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu

sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk didalamnya adalah membaca, percobaan,

memperhatikan gambar dan demonstrasi.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi.

c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

musik, dan pidato.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan

menyalin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik dan peta grafik

f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi dan

bermain

g. Mental activities seperti mengingat, menganalisis, melihat hubungan dan

mengambil keputusan.

h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Interaksi antara guru dan siswa sangat berguna bagi pembelajaran,

penjelasan dari teman biasanya juga lebih dipahami oleh siswa. Belajar

berkelompok juga akan menimbulkan rasa malu jika tidak bisa menjawab

pertanyaan sehingga akan memperkuat motivasi dan keinginan yang kuat

mempelajari materi itu. Belajar bersama-sama juga akan terasa menyenangkan,

suasana ini diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan

efisien.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan

siswa adalah aktivitas fisik dan mental siswa dalam proses pembelajaran yang

dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek-aspek dalam keaktifan siswa dapat

dilihat dengan melihat aktivitas siswa yang diklasifikasikan menjadi aktivitas

mata, telinga, mulut, tangan, gerak, mental, dan emosi. Keaktifan siswa tidak

bisa dilepaskan dari interaksi dengan guru maupun siswa lain sehingga guru dan

siswa lain turut mempengaruhi keaktifan. Dipertegas lagi oleh Ahmad


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

&Supriyono (2004:207) yang mengemukakan bahwa Siswa aktif adalah siswa

yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar.

2. Ciri-Ciri Keaktifan Siswa

Kadar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada

dimensi siswa yaitu pembelajaran yang berkadar siswa aktif akan terlihat pada

diri siswa akan adanya keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,

keinginan dan kemauannya. Dalam dimensi siswa ini nanti pada akhirnya akan

tumbuh dan berkembang kemampuan kreativitas siswa (Sugandi, 2007:75-76)

Untuk melihat terwujudnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Melalui indikator cara

belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam proses

belajar mengajar. Indikator tersebut adalah (1) keinginan, keberanian

menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya; (2) keinginan dan

keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan,

proses dan kelanjutan belajar; (3) penampilan berbagai usaha/kreatifan belajar

mengajar sampai mencapai keberhasilannya; dan (4) kebebasan melakukan hal

tersebut tanpa tekanan guru/pihak lainnya (Ahmadi & Supriyono, 2004:207-

208).

Keaktifan siswa tampak dalam kegiatan, antara lain: (1) berbuat sesuatu

untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari,

mengalami dan menemukan sendiri bagaimana perolehan situasi pengetahuan;

(3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

kepadanya; (4) belajar dalam kelompok; (5) mencoba sendiri konsep-konsep

tertentu; dan (6) mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan

nilai-nilai secara lisan atau penampilan (Suryosubroto, 2002:71-72).

Berdasarkan ciri-ciri keaktifan siswa yang telah disebutkan oleh 3 ahli maka

indikator keaktifan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) keberanian

untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan, dan kemauannya serta

menampilkan berbagai usaha dalam kegiatan belajar, (2) berpartisipasi dalam

kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar serta mengkomunikasikan hasil

belajar, (3) menampilkan berbagai usaha belajar untuk mencapai keberhasilan

(kreativitas belajar), dan (4) mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri

pengetahuan yang diperoleh.

3. Aspek-Aspek Keaktifan Siswa

Aspek-aspek keaktifan siswa adalah hal-hal yang mempengaruhi dan dapat

menciptakan keaktifan siswa. aspek keaktifan siswa merupakan pusat perhatian

dalam penelitian. Keaktifan siswa ini dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam

belajar. Dan dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya keaktifan siswa karena

dalam pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya

peserta didik terlibat secara aktif, baik secara fisik, mental maupun sosial dalam

proses pembelajaran. Aspek-aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut

meliputi: (1) keberanian, (2) berpartisipasi, (3) kreativitas belajar, (4)

kemandirian belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

1. Keberanian

Keberanian dalam penelitian ini berkaitan dengan keadaan mental siswa

dalam mengikuti aktivitas belajar. Keberanian ini mengarah kepada keberanian

siswa dalam menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya dalam proses

belajar. Menurut Irons (dalam munawar, 2010:56) keberanian adalah suatu

tindakan memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu

menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya

kebenarannya.

Keberanian adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu

merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk. Adapun ciri khusus seseorang

yang memiliki keberanian menurut Munawar (2010) meliputi: a) berpikir secara

matang dan terukur sebelum bertindak, b) mampu memotivasi orang lain, c)

selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta pikiran dengan pengetahuan

baru menuju ke arah yang benar, d) bertindak nyata, e) semangat, f) menciptakan

kemajuan, g) siap menanggung resiko, dan h) konsisten

2. Berpartisipasi

Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan

pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan

pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

Menurut Davis (dalam Asrofudin, 2010:79) partisipasi didefinisikan sebagai

keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut

bertanggung jawab didalamnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Adapun unsur-unsur dalam partisipasi, yaitu: 1) keterlibatan peserta didik

dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dan b)

kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang

dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Tidak ada proses belajar tanpa

partisipasi dan keaktifan anak didik dalam belajar. Setiap anak didik pasti aktif

dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah bobot/kadar keaktifan anak

didik dalam belajar.

3. Kreativitas Belajar

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakkan baru untuk

disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Siswa yang

aktif mempunyai motivasi untuk menciptakan cara belajar yang baru untuk

mengkreativitaskan belajar mereka agar mendapatkan pemahaman yang mereka

inginkan.Munandar (1999: 51) mengemukakan kreativitas belajar yang dimiliki

siswa aktif dapat dilihat melalui indikator sebagai berikut:

a. Rasa ingin tahu yang tinggi. Siswa yang aktif keingintahuannya akan hal-hal

baru sangat besar, sehingga dari situ dapat mencari jawabannya sendiri.

b. Pantang menyerah. Siswa yang aktif tidak mudah pantang menyerah apabila

ada hal baru yang membuatnya penasaran belum menemukan jawaban.

c. Berani mengambil resiko. Siswa yang aktif tidak mudah pantang menyerah

dengan berbagai resiko yang akan dihadapinya.

d. Ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Siswa yang aktif tentu saja

tidak puas terhadap apa yang telah mereka capai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

e. Optimis. Siswa aktif akan selalu optimis dengan apa yang telah mereka

kerjakan.

f. Proaktif. Siswa yang aktif selalu mempunyai kesadaran yang tinggi untuk

mengerjakan sesuatu.

4. Kemandirian Belajar.

Kemandirian dalam pembelajaran merupakan suatu aktivitas dalam

pembelajaran yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan mengatur

diri untuk mencapai hasil yang optimal. Siswa yang aktif dengan sikap mandiri

dengan tidak selalu bergantung pada orang lain.Toha (1996:204) menyatakan

indikator dari kemandirian belajar siswa aktif adalah sebagai berikut:

a. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif

b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain

c. Tidak menghindari masalah

d. Tidak merasa rendah diri

e. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisplinan

f. Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh

situasi pengetahuan

g. Merasakan sendiri tugas-tugas yang diberikan guru

h. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu

Dalam keaktifan siswa perlu adanya keberanian, karena dengan keberanian

siswa mampu menunjukan kemampuannya dalam berbagai metode belajar.

Selain keberanian dalam keaktifan siswa juga perlu adanya berpartisipasi, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

dengan adanya partisipasi dari siswa mampu menampakkan dirinya dalam

keikutsertaan dalam setiap kegiatan belajar. Dalam keaktifan siswa juga perlu

adanya aktivitas belajar, dengan adanya kreatifitas belajar dari siswa maka siswa

mampu menampilkan berbagai usaha belajar dengan segala kemampuan yang

dimilikinya. Dan kemandirian belajar sangat diperlukan dalam keaktifan siswa,

karena dengan siswa mandiri dalam belajar maka siswa sudah mampu

menyelesaikan permasalahan belajar, serta mampu menyelesaikan tugas

belajarnya sendiri tanpa adanya kesulitan. Keaktifan siswa juga tidak hanya

diperlukan dalam kegiatan belajar di kelas saja melainkan dalam kegiatan

kelompok siswa diharapkan dapat aktif, ikut berpartisispasi dalam kegiatan

kelompok. Hal itu dapat menunjang keberhasilan siswa dalam mengoptimalkan

kemampuan siswa dalam belajar serta dapat melatih siswa untuk berpikir secara

logis dalam menyampaikan argumentasi yang dikemukakan, dan meningkatkan

kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan ataupun membahas suatu

permasalahan.

D. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:250-251) hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannnya bahan

pelajaran. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah

bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti.

Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari

sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2005:22) yang

menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik

(bertindak).

Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga ranah kategori antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor

(Nana Sudjana, 2005:23-33). Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,

koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol. Namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Howard Kingsley dalam Daryanto (2007:102-124) membagi 3 macam hasil

belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap

dan cita-cita. Pendapat ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses

belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah

menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar PAK adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individual yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik

lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih

baik. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes. Dalam penilaian ini hasil

belajar peserta didik merupakan skor post test yang diperoleh dari hasil tes pada

akhir siklus.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Daryanto & Muljo Raharjo (2012: 28 ) ada

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yakni:

1. Faktor internal

Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor internal ialah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun

yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh

dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yang

meliputi: Pertama, faktor intelektual terdiri atas: faktor potensial

(intelegensi dan bakat) dan faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan

prestasi. Kedua, faktor non intelektual yaitu komponen-komponen

kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,

kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang termasuk di dalam faktor eksternal adalah faktor

kematangan baik secara fisik maupun psikis. Selain itu ada faktor yang lain

sebagai berikut:

a. Faktor sosial yang terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, dan kelompok.

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kesenian dan sebagainya.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim

dan sebagainya.

d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Sedangkan dalam Sumiati dan Asra (2009:200) faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dipengaruhi oleh guru dalam menyusun pembelajaran.

Dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari

dalam dan luar siswa yang melaksanakan evaluasi pembelajaran. Faktor tersebut

sebagai tolak ukur siswa sudah menguasai, materi pembelajaran atau belum.

3. Indikator Hasil Belajar

Menurut Sudjana dalam Jihad dan Haris (2008) mengemukakan bahwa

terdapat dua kriteria yang menjadi keberhasilan pengajar yang bersifat umum.

Dua kriteria tersebut yaitu:

a) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai

suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek

mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk mengukur

keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa

persoalan dibawah ini:

1. Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru

dengan melibatkan siswa secara sistematik?

2. Apakah guru memakai multimedia?

3. Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengobrol dan menilai sendiri

hasil belajar yang dicapainya?

4. Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

5. Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

b) Kriteria ditinjau dari hasilnya

Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat

dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat

dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi

hasil atau produk yang dicapai siswa:

1. Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak

dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

2. Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran dapat

diaplikasikan dalam kehidupan siswa?

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kriteria dilihat dari

proses dan hasilnya. Kriteria yang dilihat dari proses bagaimana siswa tersebut

melakukan proses belajar dengan metode yang diberikan oleh guru yang dapat

dilihat dari aspek afektif siswa. Sedangkan kriteria yang dilihat dari hasilnya

yaitu dilihat dari proses tersebut dan posttest siswa yang dapat dilihat dari aspek

kognitif siswa.

E. Penelitian Yang Relevan

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan

yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

beberapa pelajaran yang berbeda-beda. Penelitian tersebut sebagaimana

dipaparkan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Monoarfa, Universitas Negeri Gorontalo

(2015) tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Koopertatif Teknik Kancing

Gemerincing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing lebih tinggi

yaitu dengan skor rata-rata 28,1, sedangkan pembelajaran menggunakan

think pair share skor rata-ratanya hanya 24,5.

2. Penelitian oleh A. Eka Yunda Dewi, Ni Nym. Kusmariyatni, Nym. Jampel

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia tentang “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Terhadap

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Di Gugus III Kecamatan

Tejakula”.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil

belajar IPS Siswa Kelas SDN Di Gugus III Kecamatan Tejakula.

F. Kerangka Pikir

Dalam kegiatan belajar, seorang guru harus menciptakan suatu model

pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi semangat dan

tertarik mengikuti pelajaran di kelas khususnya dalam Pelajaran Pendidikan

Agama Katolik. Agar siswa terlibat, tidak bosan dan dapat dengan mudah

memahami materi pelajaran yang diterima maka dibutuhkan upaya untuk

meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam upaya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

peningkatan tersebut perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi dan

menarik sehingga siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh yaitu menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.

Model pembelajaran teknik kancing gemerincing merupakan model

pembelajaran dimana dalam pembelajaran siswa belajar secara kelompok.

Artinya siswa tidak lagi belajar sendiri-sendiri tetapi juga belajar secara

kelompok, dari diskusi kelompok juga akan memupuk kerja sama antar

kelompok belajar PAK. Model pembelajaran teknik kancing gemerincing akan

memberikan suasana positif karena bisa memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mencintai pembelajaran dan sekolah ataupun guru. Dalam kegiatan yang

menyenangkan ini, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.

Pembelajaran dengan Model teknik kancing gemerincing memberikan

kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berbicara dalam proses pembelajaran

baik menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat. Siswa yang aktif pada

proses pembelajaran tidak hanya mengetahui materi tetapi dapat memahami

secara mendalam materi yang dipelajari. Pemahaman yang mendalam tentang

materi timbul sebagai akibat dari keaktifan bicara siswa. hal tersebut akan

meningkatkan hasil belajar dari materi yang bersangkutan. Maka, kerangka pikir

uraian ini secara sistematis dapat digambarkan melalui skema sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Variabel terikat Y1: Keaktifan


siswa dan Hasil Belajar
Variabel Bebas X: Model
Pendidikan Agama Katolik
Pembelajaran Kooperatif
Teknik Kancing Gemerincing
Variabel terikat Y2: keaktifan
dan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Katolik

G. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:96) “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan peneliti telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dengan jawaban sementara ini membantu

peneliti agar proses penelitiannya lebih terarah.Berdasarkan uraian yang telah

ada dalam kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

1. Ho: Model Pembelajaran Kooperatif teknik kancing gemerincing tidak

berpengaruh terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan Agama

Katolik siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta tahun

2016/2017.

2. Ha: Model Pembelajaran Kooperatif teknik kancing gemerincing

berpengaruh terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan Agama

Katolik siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta tahun

2016/2017.

Hipotesis diuji pada tingkat signifikansi 5%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian.

Ketepatan metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Dalam metode

penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu

dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian tersebut akan dilakukan.

Hal ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian secara sistematis.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi: Jenis

Penelitian, Desain Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi dan

Sampel, Teknik dan Instrumen Penelitian, Teknik Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Bila dilihat dari segi pendekatan dan data yang diperoleh, maka

penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk uji beda.

Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantitatif

angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai

pada menampilkan data. Sugiyono (2013:8) menyatakan bahwa penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Penelitian ini dibuat untuk melihat pengaruh variabel X (Model

Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing) terhadap variabel Y1

(Keaktifan ) dan Y2 (Hasil Belajar) Pendidikan Agama Katolik siswa kelas V di

SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan bentuk Pre-experimental designs.

Dikatakan Pre-experimental design, karena dalam desain ini, belum merupakan

eksperimen sungguh-sungguh. Yang artinya masih terdapat variabel luar yang

ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (Sugiyono,

2010:109). Ada beberapa jenis Pre-experimental designs, namun penulis

menggunakan jenis one-shot case study pretest-posttest seperti gambar di bawah

ini:

Tabel –2: Desain Pretest-Posttest

Pretest Variabel Bebas Posttest


(Perlakuan)
Y1 X Y2

Dalam desain ini, peneliti akan memberikan tes pada awal kegiatan

yang akan diteliti kemudian akan dilakukan tes yang sama diakhir kegiatan

untuk melihat perbandingan skor keduanya. Adapun variabel yang diukur dalam

penelitian ini adalah variabel Y, sedangkan variabel X adalah sebagai

treatment/perlakuan yang diberikan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta

yang beralamat di Jalan Hos Cokroaminoto No. 8, Desa Gampingan, Kelurahan

Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. SD Kanisius Wirobrajan I

Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena pernah PPL di sekolah ini

dan pernah menggunakan model kerja kelompok saat mengajar Pendidikan

Agama Katolik di kelas.

2. Waktu Peneltian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 6 dan 11April 2017.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan kelas V di SD Kanisius Wirobrajan I,

Yogyakarta. Adapun jumlah keseluruhan siswa kelas V adalah 57 orang

Tabel –3: Data Populasi siswa kelas XI tahun 2016-2017

VA 30 siswa
VB 27 siswa
JUMLAH 57 Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur,terdiri dari

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

“Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing”, dan variabel

terikatnya adalah “Keaktifan Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik”.

2. Definisi Konseptual

Berdasarkan kajian pustaka pada BAB II, maka definisi konseptual

untuk variabel Pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing

dalamPendidikan Agama Katolik merupakan suatu model atau strategi yang

khusus untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar dapat bekerja

sama, saling membantu selama proses belajar PAK.

Definisi konseptual untuk keaktifan (Y1) adalah kesadaran siswa untuk

melakukan sesuatu dalam proses belajar mengajar.

Definisi konseptual untuk hasil belajar (Y2) merupakan perubahan

tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

diperoleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yang mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Definisi Operasional

a. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing

Model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing

merupakan suatu model atau serangkaian tindakan dari guru dalam proses

belajar mengajar yang dirancang untuk mempengaruhi pola perilaku dan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

belajar siswa. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran teknik kancing

gemerincing sebagai berikut:

1. Fase Pertama: present goals and set

Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Kemudian

guru mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting

untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan

aturan dalam pembelajaran

2. Fase Kedua: present information

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi

akademik

3. Fase Ketiga: organize students into learning teams

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di

dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan

kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk

mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting

jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan

tugas kelompok kepada individu lainnya

4. Fase Keempat: Assist team work and studeny

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-

tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini

bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau

meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

5. Fase Kelima: test on the materials

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

konsisten dengan tujuan pembelajaran

6. Fase Keenam: provide recognition

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada

siswa. Variasistruktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang

dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui

usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur

reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya

saling bersaing.

b. Keaktifan siswa

Keaktifan siswa adalah tindakan siswa berinteraksi, bertanya, membaca,

berpendapat selama proses belajar mengajar di sekolah. Indikator keaktifan

siswa dapat dilihat melalui:

1. Keberanian

Ciri khusus seseorang yang memiliki keberanian meliputi: berpikir

secara matang dan terukur sebelum bertindak, mampu memotivasi orang lain,

selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta pikiran dengan

pengetahuan baru menuju ke arah yang benar, bertindak nyata, menciptakan

kemajuan, siap menanggung resiko dan konsisten.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

2. Berpartisipasi

Unsur-unsur dalam berpartisipasi yaitu keterlibatan diri peserta didik

dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, dan

kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang

dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

c. Hasil Belajar PAK

Hasil belajar adalah nilai akhir yang diperoleh siswa dari proses belajar

PAK. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud mencakup:

1. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penelitian.

2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah Afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yang menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,

koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati)

4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Skala

Pengukuran.Skala pengukuran bersifat langsung karena sisi tepat saat dibagikan.

Setelah diisi langsung dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sama. Selain

itu, untuk memastikan kebenaran model pembelajaran kooperatif teknik kancing


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

gemerincing ini berhasil atau tidak diterima oleh siswa maka digunakan

observasi/pengamatan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang variabel yang terdapat dalam

Instrumen.Instrumen tersebut berupa pretest-postest. Adapun variabel yang

hendak diukur dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa kelas

V yang dibandingkan sebelum dan setelah diberikan model pembelajaran

kooperatif teknik kancing gemerincing.Instrumen ini bersifat tertutup, artinya

jawaban untuk pernyataan sudah disediakan pada kolom jawaban. Responden

tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai. Jawaban setiap item

instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif, sebagai berikut:

Tabel – 4: skor keaktifan siswa

Alternatif Jawaban Skor


Selalu-Tidak Pernah 4-1
Setuju-Tidak Setuju 4-1
Menyenangkan-Menyusahkan 4-1

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberikan

skor sesuai dengan kategori di atas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

6. Kisi-kisi Instrumen

a. Kisi-Kisi Observasi aktivitas Guru menerapkan Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.

Aspek yang diamati Sub Variabel Indikator Item


Soal
Proses Pembelajaran Fase pertama: Mengucapkan salam 1
PAK melalui model present goals
pembelajaran and set Memberikan apersepsi 2
kooperatif teknik Menyampaikan masalah 3
kancing gemerincing yang menjadi fokus
pembelajaran

Menyampaikan tujuan 4
pembelajaran
Fase kedua: Menjelaskan peranan siswa 5
Present
Information
Fase ketiga: Memberikan kesempatan 6
organize kepada siswa untuk
students into melakukan kegiatan
learning teams berkelompok menggunakan
teknik kancing gemerincing
Fase keempat: Membimbing siswa selama 7
assist team work proses belajar kooperatif
and studeny menggunakan teknik
kancing gemerincing
Memberikan motivasi pada 8
siswa

Memberikan pujian pada 9


siswa
Fase kelima: test Memberikan informasi 10
on the materials tambahan pada siswa yang
masih merasa kesulitan
Mendorong siswa untuk 11
mengkomunikasikan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

diskusinya

Membimbing siswa untuk 12


menyimpulkan materi
Fase keenam: Mengarahkan siswa untuk 13
provide menjumlahkan skor
recognition tertinggi

b. Kisi-Kisi (Pretest-Posttest) Keaktifan Siswa Dalam Belajar PAK

No Sub Variabel Indikator Item 


soal
1 Keberanian 1.1 Berpikir secara matang sebelum 2
bertindak
1.2 Mampu memotivasi orang lain 2
1.3 Bertindak nyata 6
1.4 Semangat 4
1.5 Siap menanggung resiko 1 16
1.6 Konsisten 1

2 Berpartisipasi 1.1 Merespons dan berkreasi dalam 2


kegiatan proses belajar

1.2 Ingin mencari pengalaman- 1


pengalaman baru
6
1.3 Optimis 1
1.4 Proaktif 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

c. Kisi-Kisi untuk Melihat Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik

Materi Indikator Indikator Soal Item


pokok
Rupa-rupa Menjelaskan rupa- 1. Mana saja karunia Roh
Karunia Roh rupa Karunia Roh Kudus yang disebut dalam
Kudus Kudus dalam kutipan KS (1Kor 12:4-11)
gereja dan untuk 2. Karunia mana yang menarik
diri sendiri perhatianmu?
3. Karunia mana yang
dibutuhkan gereja pada saat
ini? 4
4. Karunia mana yang kamu
butuhkan sendiri?

Tempat-  Menjelaskan 1. Mengapa Yesus mengusir


Tempat sikap dan para pedagang dari bait
Khusus tindakan suci?
Untuk Yesus dalam
Berdoa menghormati
rumah ibadat
(Luk 19:45-
48)
 Menyebutkan 2. Sebutkan nama tempat
nama tempat berdoa dan beribadat umat
berdoa dan Islam, Katolik, Kristen
Kitab Suci Protestan, Hindu, Budha,
yang dipakai Kong Hu Chu?
oleh masing- 3. Sebutkan nama Kitab Suci
masing agama. 4
agama Islam, Katolik,
Kristen Protestan, Hindu,
Budha, Kong Hu Chu?
 Menjelaskan 4. Jelaskan mengapa kita
mengapa kita harus menghormati tempat-
harus tempat ibadat itu?
menghormati
tempat ibadat
agama lain.
Jumlah 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

7. Pengembangan Instrumen

Uji coba yang dipakai dalam pengembangan instrumen ini adalah uji

coba terpakai artinya tanpa mengadakan uji coba sebelum penelitian diadakan,

instrumennya langsung dipakai untuk menganalisis instrumen penelitian. Uji

coba dilakukan dengan mencari validitas dan rebilitas, butir soal yang memiliki

nilai relibilitas dan validitasnya rendah akan dibuang dan tidak dipakai dalam

analisa data sedangkan yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan relibilitas

akan dipakai untuk menguji hipotesis.

8. Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel

(Sujarweni 2008:186). Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan

validitas kontruk yaitu sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung

pada seseorang. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat

diselidiki berbagai komponen sehingga tes dapat disusun berdasarkan

komponen-komponen itu. penelitian dilakukan dengan bantuan program

komputer SPSS versi 20. Untuk mencapai syarat validitas dengan taraf

signifikansi 0,05. Maka, jika signifikansi > 0,05 item tidak valid, jika

signifikansinya < 0,05 item valid.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

1) Validitas Variabel keaktifan Pertemuan 1

Tabel-5. Validitas Keaktifan pertemuan

Butir Hasil Butir Hasil


Item Item
1 0,000 12 0,006

2 0,001 13 0,002

3 0,000 14 0,203

4 0,000 15 0,005

5 0,041 16 0,549

6 0,008 17 0,150

7 0,001 18 0,007

8 0,013 19 0,004

9 0,003 20 0,005

10 0,000 21 0,002

11 0,003 22 0,004

Dari Variabel keaktifan pertemuan 1 terdapat 22 item yang valid


karena nilai signifikansinya < 0,05. Item yang valid tersebut dipakai dalam
analisis data.

2) Validitas Variabel Keaktifan Pertemuan 2


Tabel-6. Validitas Keaktifan Pertemuan
2

Butir Hasil Butir Hasil


Item Item
1 0,000 12 0,008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

2 0,019 13 0,000

3 1,015 14 0,007

4 0,003 15 0,111

5 0,013 16 0,000

6 0,001 17 0,001

7 0,004 18 0,013

8 0,001 19 0,004

9 0,006 20 0,002

10 0,002 21 0,009

11 0,000 22 0,001

Dari Variabel keaktifan pertemuan 2 terdapat 22 item yang valid karena

nilai signifikansinya < 0,05. Item yang valid tersebut dipakai dalam analisis

data.

b. Uji Reliabilitas

Relibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk

kuesioner (Sujarweni 2008:187). Uji relibilitas dapat dilakukan secara

bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Dalam penelitian ini, uji

relibilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha Cronbach menggunakan

program SPSS 20. Jika nilai alpha kurang 0,60 maka relibilitasnya adalah

kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

1) Uji Relibilitas Keaktifan Pertemuan 1

Tabel-7.Relibilitas Pertemuan 1
Case Processing Summary
N %
Valid 57 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 57 100,0

Diketahui bahwa data atau case yang valid jumlahnya 57 dengan

persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exlude).

Tabel-8. Reliabilitas Statistik Pertemuan 1


Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's Alpha Based on N of
Alpha Standardized Items Items
,774 ,770 22

Diketahui nilai Cronbach Alpha 0,774. Jika nikai Alpha kurang 0,60

maka reliabilitasnya adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan

diatas 0,8 adalah baik. Karena nilainya diatas 0,7 maka hasilnya dapat

diterima. Sedangkan jumlah item (N) adalah 22 item pernyataan yang valid.

Dari data tersebut dapat disimpulkan keaktifan pertemuan 1 mempunyai

reliabilitas yang dapat diterima.

2) Uji Reliabilitas Keaktifan Pertemuan 2

Tabel-9. Reliabilitas Pertemuan 2


Case Processing Summary
N %
Valid 57 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 57 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Diketahui bahwa data atau case yang valid jumlahnya 57 dengan

persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exlude).

Tabel-10. Reliabilitas Statistik Pertemuan 2

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's Alpha Based N of Items
Alpha on Standardized Items
,795 ,802 22

Diketahui nilai Cronbach Alpha 0,774. Jika nikai Alpha kurang 0,60 maka

reliabilitasnya adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8

adalah baik. Karena nilainya diatas 0,8 maka hasilnya baik. Sedangkan jumlah

item (N) adalah 22 item pernyataan yang valid. Dari data tersebut dapat

disimpulkan keaktifan pertemuan 1 mempunyai reliabilitas yang sangat baik.

F. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis uji t

(sampel berpasangan) untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel

berpasangan. Uji ini bisa dilakukan pada subjek sebelum dan sesudah suatu

proses. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah keaktifan sebelum

dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing. Maka kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi < 0,05

maka terjadi perbedaan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Untuk melakukan uji t diperlukan data yang berskala interval atau ratio

yang dalam SPSS disebut scale. Adapun skala yang digunakan dalam

pengukuran penelitian ini adalah skala likert seperti yang dijelaskan diatas.

1. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data digunakan

untuk seluruh data yang akan diolah. Dalam pembahasan ini peneliti

menggunakan uji normalitas dengan metode one sample kolmpgprov-smirnov

dengan taraf signifikansi 0,05 bertujuan untuk menentukan jenis statistik yang

akan digunakan. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang

ada normal atau tidak normal sebagai berikut:

1) Jika signifikansinya (2-tailed) lebih dari 5% atau 0,05 (>0,05), maka

distribusi data normal. jika data berdistribusi normal, maka teknik statistik

inferensial yang digunakan yaitu statistik parametrik uji t (independent-

samples t-test dan paired-samples t-test) dengan tingkat kepercayaan 95%

2) Jika signifikansi (2-tailed) kurang dari 5% atau 0,05 (< 0,05), maka

distribusi data tidak normal. Jika tidak berdistribusi normal, maka teknik

statistik yang digunakan yaitu statistik non parametrik (Two Related

Samples Tests (uji 2 sampel berpasangan) dengan uji Wilcoxon dan two

Independent Samples Test (uji 2 sampel bebas) dengan uji Mann Whitney)

dengan tingkat kepercayaan 95%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

b. Uji Hipotesis

1) Uji hipotesis untuk melihat perbedaan selisih hasil nilai pretest ke

postest pada sampel sebanyak 57 orang.

Uji perbedaan pretest ke postest pada sampel sebanyak 57 orang

digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai pretest kepostest

yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 5%. Syarat yang digunakan

untuk uji perbedaan pretest ke postest yaitu:

a) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan

antara pretest dengan postest.

b) Jika nilai > 0,05, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest

dengan postest.

Ho= tidak ada perbedaan yang signifikan antara Y1 dengan

Y2 Ha= Terdapat perbedaan yang signifikan antara Y1 dengan

Y2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang uji persyaratan analisis, penelitian pengujian

hipotesis, pembahasan dan refleksi.

Hasil penelitian akan dianalisis berdasarkan SPSS versi 20 untuk

instrumen pretest-postest yang telah dibuat dan diisi guna penelitian Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Untuk

Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius

Wirobrajan I, Yogyakarta. Pretest dan postest yang disebarkan sebanyak 57

siswa.

A. Hasil Penelitian

1. Uji Persyaratan Analisis

Asumsi normalitas merupakan prasyarat dari kebanyakan prosedur

statistika inferential.Ada beberapa cara untuk mengeksplorasi asumsi normalitas

antara lain dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan Kolmogorof-Smirnov. Untuk

menggunakan metode Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro Wilk dengan membaca

nilai Signifikansi. Jika signifikansinya kurang dari 0,05 berarti data tidak

berdistribusi normal. Tetapi jika signifikansi lebih dari 0,05, maka data

berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Pengujian akan dilakukan untuk menguji perbedaan hasil pretest ke

postest pada sampel sebanyak 57 siswa dengan menggunakan bantuan program

komputer SPSS versi 20.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah semua variabel

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus

kolmogorov- Smirnov dalam perhitungan menggunakan SPSS 20. Berdasarkan

analisis total pretest-postest (Y1-Y2) maka diperoleh data pada tabel berikut ini:

Tabel – 11: Hasil Uji Normalitas Pertemuan Pertama Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
PRETEST ,075 57 ,200* ,990 57 ,927
*
POSTEST ,084 57 ,200 ,983 57 ,597
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total

keseluruhan variabel Y1 (pretest) sebesar 0,200 dan variabel Y2 (postest)

sebesar 0, 200. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 dan Y2 berdistribusi normal,

karena di atas 0,05.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Tabel – 12: Hasil Uji Normalitas Pertemuan Kedua Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
*
PRETEST ,089 57 ,200 ,987 57 ,818
Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total
POSTEST ,107 57 ,157 ,986 57 ,727
keseluruhan variabel Y1 (pretest) sebesar 0,200 dan variabel Y2 (postest)

sebesar 0, 157. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 dan Y2 berdistribusi normal,

karena di atas 0,05.

b. Uji Homokedastisitas

Setelah diketahui tingkat kenormalan data, maka selanjutnya dilakukan uji

homokedastisitas. Uji homokedastisitas digunakan untuk mengetahui tingkat

kesamaan varians antara dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Hasil uji homokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel – 13: Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 132,86 146,14 139,37 2,708 57
Residual -13,347 14,257 ,000 6,203 57
Std. Predicted
-2,402 2,500 ,000 1,000 57
Value
Std. Residual -2,132 2,278 ,000 ,991 57

Dari Scatterplot antara standardized residual *ZRESID dan standardized

predicted value *ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar diantara titik

nol (0) pada sumbu x dan y dengan demikian bisa dianggap residual mempunyai

variance konstan (Homocedasticity).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

B. Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. Analisis yang

digunakan adalah analisis uji Paired Samples t-test atau uji t sampel

berpasangan.Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji

perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek

yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dan motivasi sesudah

(postest) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing.

Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi < 0,05, maka terjadi

perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai > 0,05 maka tidak ada

perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai

berikut:

Tabel–14.Perbedaan Mean Pretest – Postest Kelas V SD

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error Mean
Deviation
Pre_Test 127,07 57 8,773 1,162
Pair 1 Post_Test 139,37 57 6,768 ,896

Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai

sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (postest). Output tersebut terdiri dari

jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std Error Mean.

Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 57, mean pretest sebesar

127,07 dan postest sebesar 139,37, Std. Deviation 8,773 dan 6,768, dan Std.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Error Mean 1.162 dan 896. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

perbedaan nilai sebelum (pretest) perlakuan dan setelah (poatest) diberikan

perlakuan menurun.

Dalam menguji hipotesis di uji berdasarkan ketentuan bila signifikansi 

0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu pula sebaliknya, bila signifikansi

> 0,05 maka Ho diterima. Nilai pretest pada matrik korelasi menunjukkan angka

sebesar 0,400. Oleh karena itu Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikansi antara pretest

(sebelum ada perlakuan) dan postest (setelah mendapat perlakuan).

Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, maka uji hipotesis yang

digunakan adalah dengan uji paired sampel t-test. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh dari model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing terhadap keaktifan belajar siswa. Maka untuk melihat hasil uji

paired sampel t-test pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing terhadap keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel-15. Uji Paired Samples Test Uji T-Test

Paired Differences T Df Sig


Mean Std. Std. 95% .
(2-
Deviation Error Confidence
tailed)
Mea Interval of
n the
Difference
Lower Upper
Pai Pre_Test -
-12,298 8,675 1,149 -14,600 -9,997 -10,704 56 ,000
r1 Post_Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan

(paired sampe t-Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada

perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika

signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan

sesudah perlakuan.

Keterangan pengujian

(a) Jika signifikansi <0,05, maka Ho ditolak

(b) Jika signifikansi >0,05, maka Ho diterima

Dari output dapat dilihat signifikansisi (2-tailed) adalah 0,000. Karena

signifikansi <0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakukan.

2. Uji Normalitas dan uji Hipotesis Perkelas


1). Kelas 5a

a). Uji Normalitas kelas 5a

Dalam uji normalitas kelas 5a ini, data yang dianalisis adalah sampel

berjumlah 30 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memenuhi kriteria

valid. Setelah item total pretest-postest dianalisis menggunakan SPSS 20

diperoleh data pada tabel berikut ini:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Tabel -16. Hasil Uji Normalitas kelas 5a Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest kelas 5a .172 30 .024 .928 30 .044
a. Lilliefors Significance Correction
Postest kelas 5a .201 30 .003 .835 30 .000

Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas

5a variabel Y1 (pretest) sebesar 0,024 dan variabel Y2 (postest) sebesar 0,003.

Jadi, kesimpulannya adalah data variabel Y1 dan Y2 tidak berdistribusi normal

karena kurang dari 0,05.

b). Uji Hipotesis

Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. analisis yang

digunakan adalah analisis uji paired sampels t-test atau uji t sampel berpasangan.

Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua

rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan

adalah motivasi (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

kancing gemerincing dan motivasi sesudah (postest) menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.

Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi <0,05, maka terjadi

perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada perbedaan

yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:

(1) Analisis Deskriptif Statistik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Tabel - 17. Perbedaan Mean Pretest-Postest kelas 5a Paired Samples

Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest kelas 5a 61.67 30 4.581 .836
Postest kelas 5a 72.40 30 3.635 .664

Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai

sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (postest). Output tersebut terdiri dari

jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation Dan Std. Error

Mean. Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 30, Mean pretest

61,67 dan postest 72,40, Std. Deviation 4.581 dan 3.635, dan Std. Error Mean

836 dan 664. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai

sebelum perlakuan dan setelah perlakuan meningkat.

(2) Uji Hipotesis

Tabel - 18. Hasil uji T-Test kelas 5a

Paired Samples Test

Paired Differences
95%
Confidence
Std. Interval of the Sig
Std. Error Difference .
Mean Deviation Mea T df (2-
n Lower Upper tailed)
Pai Pretest 1kelas 5a
r 1 - Postest kelas 5a
- 6.32 1.15 - - - 2 .000
10.733 4 5 13.095 8.372 9.296 9

Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan

(paired samples t-test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

perbedaan nilai test antara sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan jika

signifikansi lebih dari 0,05 maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan

setelah perlakuan. Dari output dapat dilihat bahwa signifikansi (2-tailed) adalah

0.000. karena signifikansi <0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat di simpulkan

bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.

2). Kelas 5b

a). Uji Normalitas

Dalam uji normalitas kelas 5b, data yang dianalisis adalah sampel

berjumlah 27 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memenuhi kriteria

valid. Setelah item total pretest-postest (Y1-Y2) dianalisis menggunakan SPSS

20 diperoleh data pada tabel berikut ini:

Tabel - 19.Hasil Uji Normalitas kelas 5b

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
Pretest kelas 5b .095 27 .200 .976 27 .774
Postest kelas 5b .148 27 .137 .955 27 .279
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Output test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas

5b variabel Y1 (pretest) sebesar 0,200 dan variabel Y2 (postest) sebesar 0,137.

Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 dan Y2 berdistribusi normal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

b). Uji Hipotesis

Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. analisis yang

digunakan adalah analisis uji paired sampels t-test atau uji t sampel berpasangan.

Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua

rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan

adalah motivasi (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

kancing gemerincing dan motivasi sesudah (postest) menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing.

Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi <0,05, maka terjadi

perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai >0,05 maka tidak ada perbedaan

yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:

(1) Analisis Deskriptif Statistik

Tabel - 20. Perbedaan Mean Pretest-postest Kelas 5b


Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest kelas 5b 60.44 27 5.221 1.005
Postest kelas 5b 68.52 27 6.369 1.226

Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai

sebelum dan setelah perlakuan. Output tersebut terdiri dari jumlah data (N), rata-

rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std. Error Mean. Dari output dapat

diketahui bahwa jumlah data (N) ada 27, Mean pretest 60,44 dan postest 68,52,

Std, Deviation 5,221 dan 6,369, dan Std. Error Mean 1.005 dan 1.226. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai sebelum dan setelah diberikan

perlakuan meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

(2) Uji Hipotesis

Tabel- 21. Hasil Uji T-Test Kelas 5b


Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Confidence Sig
Std. .
Interval of the
Std. Error (2-
Difference
Mean Deviation Mea T Df tailed
n Lower Upper )
Pai Pretest kelas 5b
r 1 - Postest kelas - 7.06 1.35 - - - 2 .000
5b 8.074 0 9 10.867 5.281 5.943 6

Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan

(Paired samples t-Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada

perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika

signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan

setelah perlakuan. Dari output dapat dilihat bahwa signifikansi (2-tailed) adalah

0,000. Karena signifikansi <0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan baha

ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.

C. Hasil Belajar siswa

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui

model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Adapun hasil

belajar yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama dan kedua secara

keseluruhan dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel - 22. Rangkuman Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa

Statistics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Hasil Belajar
N Valid 57
Missing 0
Jumlah Instrumen 10
Mean 147,37
Std. Error of Mean 1,538
Median 145,00
Mode 145
Std. Daviation 11,615
Variance 134,915
Range 60
Minimum 125
Maximum 185
Sum 8400

Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 57 anak dengan jumlah instrumen

10 butir diketahui bahwa rata-rata skor hasil siswa harga mean147,37 dengan

standar deviasi 11,615. Untuk range adalah 60 dengan skor minimum 125 dan

skor maksimum 185. Sedangkan nilai tengah dari hasil siswa (median) adalah

145,00 serta nilai mode adalah 145.Sementara itu, berdasarkan data yang

diperoleh maka dapat dideskripsikan bahwa hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut:

Tabel- 23. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pertemuan 1 dan 2

Nilai Siswa
Keterangan Pertemuan 1 Pertemuan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Total Nilai 4170 4230

Rata-Rata 73,16 74,21

Nilai Tertinggi 90 95

Nilai Terendah 50 55

Jumlah Siswa Tuntas 36 38

Jumlah Siswa Tidak Tuntas 21 19

Capaian Siswa Tuntas 72% 75%

Capaian Siswa Tidak Tuntas 18% 15%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil tes pertemuan pertama

dan kedua yang diikuti oleh 57 siswa memiliki nilai rata-rata 73-74. Dengan 36-

38 siswa yang dapat dinyatakan sudah mencapai nilai ketuntasan dengan capaian

72-75% serta siswa yang belum tuntas ada 19 – 21 siswa dengan capaian sebesar

15-18%.

Tabel- 24. Hasil Belajar Siswa Pertemuan 1

Kriteria Interval Jumlah Anak Persentase


Pencapaian (57) %
Sangat Tinggi (ST) 84-100 4 7%

Tinggi (T) 68-83 41 72%

Sedang (S) 52-67 11 19%

Rendah (R) 36-51 1 2%


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Sangat Rendah (SR) 20-35 0 0%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang mencapai

kriteria sangat tinggi yaitu 7%, tinggi 72%, sedang 19%, rendah 2%, dan tidak

ada siswa yang mencapai kriteria sangat rendah.

Tabel - 25. Hasil Belajar Siswa Pertemuan 2

Dari hasil upaya yang telah dilakukan pada pertemuan 1, didapatkan hasil

sebagai berikut:

Kriteria Interval Jumlah Anak Persentase


Pencapaian (57) %
Sangat Tinggi (ST) 84-100 7 12%

Tinggi (T) 68-83 40 70%

Sedang (S) 52-67 10 18%

Rendah (R) 36-51 0 0%

Sangat Rendah (SR) 20-35 0 0%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada pertemuan 2

mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Hal ini terlihat dari persentase

kriteria pencapaian siswa pada pertemuan kedua sebanyak sangat tinggi 12%,

tinggi 70%, sedang 18%.

Tabel- 26. Uji T-test untuk hasil belajar siswa pertemuan 1 dan 2

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Mean Std. Std. 95% (2-


Deviation Error Confidence tailed)
Mean Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair Pre_Test -
-12,298 8,675 1,149 -14,600 -9,997 -10,704 56 ,000
1 Post_Test

D. Refleksi Kateketis

1. Aspek Kateketis dalam Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

Kancing Gemerincing

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing merupakan

salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran

kooperatif dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir

bersama, mendengar pandangan dan pemikiran anggota lain, di mana masing-

masing siswa telah diberikan kancing dalam kelompok untuk bekerjasama dalam

kegiatan diskusi. Jadi, dalam kegiatan kancing gemerincing masing-masing

anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan

kontribusi serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.

Model pembelajaran ini melatih siswa untuk dapat bekerjasama dan

menghargai pendapat orang lain dan membuat siswa terbiasa dengan adanya

perbedaan. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan konteks PAK, maka model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing merupakan sebuah model

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dalam berpikir bersama, dimana masing-masing siswa diberikan 2-3


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

kancing, kemudian setiap kali mengeluarkan pendapat harus menyerahkan salah

satu kancingnya, jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis makan siswa

tersebut tidak boleh berbicara sampai semua rekan menghabiskan kancingnya.

Namun apabila kancing habis sebelum tugas selesai maka kelompok boleh

mengambil kesepakatan untuk membagi kancing dalam masing-masing

kelompoknya untuk bekerjasama dalam kegiatan diskusi belajar PAK.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa ada aspek kateketis yang menjadi

bagian terpenting bagi Gereja untuk memberikan katekese. Model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan aspek kebersamaan

yang berarti ada interaksi mendalam antara yang satu dengan yang lainnya.

Dengan adanya interaksi tersebut bisa digunakan untuk strategi pewartaan kabar

gembira yaitu dengan model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing dengan tujuan untuk memperdalam iman dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada saat

pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK).

2. Aspek Kateketis dalam Keaktifan Siswa

Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa adalah

sebuah tindakan bertanya, berpendapat, maupun berinteraksi dengan guru dan

dengan sesama siswa dalam proses belajar mengajar. Aspek-aspek dalam

keaktifan siswa dapat dilihat dengan melihat aktivitas siswa yang

diklasifikasikan menjadi aktivitas mata, telinga, mulut, tangan, gerak, mental,

dan emosi. Keaktifan siswa tidak bisa dilepaskan dari interaksi dengan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

maupun siswa lain sehingga guru dan siswa lain turut mempengaruhi keaktifan.

Dipertegas lagi oleh Ahmad & Supriyono (2004:207) yang mengemukakan

bahwa siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional

dalam kegiatan belajar. Bila dikaitkan dengan PAK, maka keaktifan belajar PAK

adalah cara seseorang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan dan

kemauannya dalam mengikuti proses belajar PAK di kelas.

Dengan uraian di atas dapat diartikan bahwa dengan adanya keaktifan

siswa dalam proses belajar mampu mendukung pewartaan di dalam belajar PAK.

Dengan demikian, aspek kateketis dalam keaktifitas belajar PAK terlihat dari

hasil belajar yang dicapai siswa. Pada saat hasil belajar tercapai maka aspek

keaktifan siswa ini mempengaruhi katekese.

3. Aspek Kateketis dalam Hasil Belajar

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa menerima

pengalaman belajarnya. Bisa juga dikatakan bahwa, hasil belajar adalah nilai

akhir yang diperoleh masing-masing siswa dalam proses belajar mencakup tiga

hal yakni kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik

(bertindak).Hal ini dapat dipandang melalui dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi

guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan

mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran.

Jika dikaitkan dengan hasil belajar PAK artinya suatu penilaian akhir dari

proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan

tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-

lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individual

yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah

cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa keterbatasan,

kekurangan dan hambatan sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diasumsi bahwa responden

menjawab sesuai dengan keadaan dan pengalaman yang sebenarnya

sehingga kebenaran data dapat diukur dengan baik. Bila responden dalam

mengisi pretest-postest tidak sesuai dengan realita dan pengalaman yang

sebenarnya. Kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran data dapat diukur

dengan baik.

2. Peneliti mengalami keterbatasan dalam mencari buku-buku acuan yang

mendukung penelitian ini khususnya mengenai variabel model pembelajaran

kooperatatif teknik kancing gemerincing yang memiliki sumber refrensi

yang terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

3. Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam pengetahuan dan

kemampuan membuat pernyataan pretest-postest yang bisa menggambarkan

dan menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing, keaktifan siswa dan hasil belajar PAK dalam arti menjelaskan

semua indikator sesuai dengan kemampuan siswa.

4. Peneliti memiliki hambatan dalam materi, kesehatan dan keuangan sehingga

kesulitan untuk mengerjakan secara maksimal dalam proses penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing merupakan

salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran

kooperatif dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir

bersama, mendengar pandangan dan pemikiran anggota lain, di mana masing-

masing siswa telah diberikan kancing dalam kelompok untuk bekerjasama dalam

kegiatan diskusi. Keaktifan siswa adalah sebuah tindakan bertanya, berpendapat,

maupun berinteraksi dengan guru maupun dengan sesama siswa dalam proses

belajar mengajar.Berdasarkan hasil pretes-postest pertemuan pertama dan kedua

maka hasil mean yang diperoleh adalah 12,298. Sedangkan hasil belajar

merupakan kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa

menerima pengalaman belajarnya. Bisa juga dikatakan bahwa, hasil belajar

adalah nilai akhir yang diperoleh siswa dalam proses belajar mencakup tiga hal

yakni kognitif (intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik

(bertindak).Maka, hasil pretest dan postest Mean adalah 147,37.

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing

terhadap keaktifan siswa karena berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan

adanya hasil yang diperoleh berdasarkan nilai pretest sebesar 0, 200 dan postest

sebesar 0,200 diuji normaalitassedangkan untuk mean pretest dan postest

mengalami peningkatan dari 127,07 menjadi 139,37.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Maka, uji hipotesis penelitian ini adalah, Ha: diterima dan Ho: ditolak,

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (signifikansi <0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu

model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap variabel

terikat yaitu keaktifan dan hasil belajar PAK.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan beberapa

saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan keaktifan siswa dan

hasil belajar PAK melalui model pembelajaran kooperatif teknik kancing

gemerincing di kelas V SD Kanisius Wirobrajan I, Yogyakarta:

1. Guru

Guru perlu membiasakan menggunakan metode pembelajaran yang

bervariatif sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh dalam kegiatan

pembelajaran dikelasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan

keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Untuk itu, guru sebaiknya mampu

mengembangkan metode pembelajaran secara kreatif sehingga permasalahan

yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas bisa terpecahkan. Salah satu

model yang peneliti tawarkan bagi guru adalah menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam proses belajar

mengajar. Karena model ini mampu melatih kerjasama antar siswa dan

membangun interaksi yang baik diantara mereka seperti tidak membeda-bedakan

teman, saling mendengarkan dan menghargai pendapat satu sama lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya mengawasi tindakan guru saat melaksanakan

proses belajar mengajar. Agar guru mengajar tidak monoton karena akan

berakibat buruk bagi perkembangan nilai hasil belajar siswa. Kepala sekolah

harus tegas dan bersifat mengarahkan kepada para guru dengan maksud

menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

3. Bagi Siswa

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yakni sebagai

berikut:

 Saat guru menggunakan metode dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya

siswa memahami langkah pembelajarannya dan memahami tujuan

penggunaan metode tersebut. Siswa yang tidak memahami langkah-langkah

pembelajaran menjadikan mereka kebingungan dengan apa yang mesti

dikerjakan. Mereka tidak akan dapat menyerap materi pembelajaran yang

diberikan guru.

 Pembelajaran dengan teknik ini akan berlangsung dengan maksimal apabila

siswa terlebih dahulu menyiapkan diri dengan mempelajari materi yang

akan dibahas, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung siswa akan

lebih mudah menangkap dan mengerti penjelasan guru. Hal ini akan

memudahkan siswa dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan

permasalahan pada lembar kerja siswa yang diberikan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning (mempraktekkan cooperative learning di
ruang-ruang kelas). Jakarta: Grasindo
Dapiyanta, FX. 2008. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah.Diktat Kuliah Program Studi Pendidikan Agama
Katolik. Universitas Sanata Dharma.
. 2008. Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Dasar. Diktat
Kuliah Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Universitas
Sanata Dharma.
Daryanto & Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Penerbit: Gava
Media
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar & pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Goome, Thomas H. 2010. Christian Religious Education: Sharing Our Story
and
Vision. San Fransisco: Harper and Ron Publisher
Heryatno Wono Wulung, FX. 2003. Pengantar PAK Sekolah. Diktat Kuliah
Program Studi Pendidikan Agama Katolik.Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Elfabeta
Jihad, A & Haris, A. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo
Kemanterian Pendidikan dan kebudayaan RI. Pendidikan Agama Katolik dan
budi Pekerti (kurikulum 2013). Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif
Kunandar. 2014. Penelitian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik
berdasarkan kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers
Miftahul Huda. 2011. Coopertive Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
. 2013. Model-model Pengajaran & Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Muhibbin Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi aksara
Setyakarjana. 1997. Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Puskat
Slameto. 2010. Belajar & faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning (teori riset & praktik). Bandung:
Penerbit Nusa Media
Sugandi, Achmad. 2004. Teori pembelajaran. Semarang: UNNES Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,
kualitatif,
dan R & D).Bandung: ALFABETA
Trihendradi. C. 2009. Langkah mudah menguasai statistik menggunakan SPSS
15. Yogyakarta: Penerbit Andi
. 2013. Langkah mudah menguasai statistik menggunakan SPSS
21. Yogyakarta: Penerbit Andi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta:


Graha Ilmu
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta:
Kencana Pranada Media
Winkel, W.S. 2012. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian

(1)
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

(Pel. 18 Rupa-Rupa Karunia Roh Kudus)

Nama Sekolah : SD Kanisius Wirobrajan I

Kelas/Semester :............/.............

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik

Alokasi waktu : 2 X 40 menit

Pelaksanaan :..............................................

I. STANDAR KOMPETENSI
Siswa memahami tantangan dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan
Allah sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama serta Yesus
Kristus dan para pengikut-Nya. Sekaligus menumbuhkan keyakinan bahwa
Allah akan selalu menguatkan mereka melalui Roh Kudus sehingga mereka
mampu mewujudkannya dalam hidup bersama, baik sebagai laki-laki maupun
sebagai perempuan.
II. KOMPOTENSI DASAR
Siswa memahami dan menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang
terungkap melalui doa-doa dan diwujudkan melalui tindakan-tindakan jujur
dan adil dalam Gereja dan masyarakat.
III. INDIKATOR
a. Menyebutkan kemampuan-kemampuan khas yang dimiliki orang-orang di
sekitarnya dan apa manfaat kemampuan-kemampuan itu untuk hidup
bersama di lingkungan sekolah dan masyarakat.
b. Menjelaskan bahwa setiap orang diberi karunia Roh Kudus untuk
membangun hidup bersama
c. Menjelaskan maksud Tuhan memberikan karunia Roh Kudus kepada kita.
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Melalui model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing, siswa


dapatmenyebutkan manfaat kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
2. Menjelaskan Maksud Tuhan Memberikan Kemampuan Kepada Setiap
Orang,
3. Menceritakan Kembali Cerita Kitab Suci ”Rupa-Rupa Karunia, Tetapi
Satu Roh”,
4. Menyebutkan Kemampuan Khas Yang Dimiliki Setiap Orang Yang Dapat
Disumbangkan Untuk Kehidupan Bersama.
V. MATERI PEMBELAJARAN
Rupa-Rupa Karunia Roh Kudus
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
- Model pembelajaran : Kooperatif teknik kancing gemerincing
- Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No Kegiatan Waktu Karakter yang
dikembangkan

1 Pendahuluan 10 Perhatian,

a. Guru membuka pembelajaran menit semangat dan

b. Guru mengkondisikan siswa rasa ingin tahu

c. Guru memberikan motivasi sebelum

bersiap untuk menerima materi

pembelajaran

d. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

e. Guru melakukan tanya jawab yang

berhubungan dengan materi untuk


apresiasi

f. Guru membagi pre test sebelum

memulai pelajaran (terlampir)

2 Kegiatan Inti 45 Kerja keras,

a. Guru menjelaskan mengenai materi menit kreatif, mandiri,

yang akan dibahas kritis, dan

b. Guru mengajak siswa menulis gotong royong

talenta yang

dimilikinyakemudian

memplenokan di depan kelas

c. Guru mengajak siswa membaca atau

mendengarkan cerita “Rupa-rupa

Karunia, tetapi Satu Roh” (1Kor

12:4-11)

d. Siswa menjawab pertanyaan yang

berkaitan dengan cerita tersebut.

(pertanyaan terlampir)

e. Siswa mendengarkan penjelasan

guru tentang rupa-rupa karunia,

tetapi satu Roh

f. Siswa menulis tindakan-tindakan

yang menghambat dan membantu

seseorang mengembangkan talenta

g. Siswa membuat rangkuman bersama


tentang topik yang sedang

dibicarakan

h. Siswa menulis doa syukur atas

kemampuan yang Tuhan berikan

kepadanya.

3 Kegiatan Penutup 25 Tanggung

- Siswa mengerjakan soal latihan menit jawab, mandiri,

(terlampir) disiplin

- Setelah siswa selesai

mengerjakan soal latihan

- Guru memberikan post test

(terlampir)

- Guru menutup pelajaran

VIII. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian : Tertulis
2. Alat Penelitian : soal uraian

IX. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


a. Menjadi Murid Yesus, PAK SD Buku Guru dan Buku Murid 5 Pelajaran
18
b. Kitab Suci
c. Pengalaman Siswa
X. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 ayat kitab suci
2. Lampiran 2 lembar diskusi kelompok
3. Lampiran 4 pretest dan postest
RUPA-RUPA KARUNIA, TETAPI SATU ROH

(1KOR 12:4-11)

Ada rupa-rupa karunia, tetaoi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan
tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah
satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk


kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk
berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan
karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan
mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan
kepada yang lain lagi ia memberikan karunia untuk membeda bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa Roh
itu. tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendaki-Nya.

PERTANYAAN:

(Tugas Kelompok)

1. Mana saja karunia Roh Kudus yang disebut dalam kutipan Kitab Suci di
atas?
2. Karunia mana yang menarik perhatianmu? Mengapa?
3. Karunia mana yang dibutuhkan gereja pada saat ini?
4. Sebutkan hal-hal yang menghambat dan membantu seseorang untuk
mengembangkan karunia yang dimilikinya!
5. Buatlah salah satu doa atau puisi yang sesuai dengan tema “Rupa-Rupa
Karunia Roh Kudus”
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Pel. 19 Tempat-Tempat Khusus Untuk Berdoa)

Nama Sekolah : SD Kanisius Wirobrajan I

Kelas/Semester :............/.............

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik


Alokasi waktu :2 X 40 menit
Pelaksanaan :..............................................

I. STANDAR KOMPETENSI
Siswa memahami tantangan dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah
sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama serta Yesus Kristus
dan para pengikut-Nya. Sekaligus menumbuhkan keyakinan bahwa Allah
akan selalu menguatkan mereka melalui Roh Kudus sehingga mereka mampu
mewujudkannya dalam hidup bersama, baik sebagai laki-laki maupun sebagai
perempuan.
II. KOMPOTENSI DASAR
Siswa memahami dan menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang
terungkap melalui doa-doa dan diwujudkan melalui tindakan-tindakan jujur
dan adil dalam Gereja dan masyarakat.
III. INDIKATOR
a. Menyebutkan nama tempat-tempat ibadat umat beragama yang ada di
Indonesia.
b. Menyebutkan sikap dan tindakan ketika berada di rumah ibadat.
c. Menjelaskan bahwa Yesus menyediakan waktu khusus untuk berada di
rumah ibadat.
d. Menyebutkan alasanYesus mengusir orang yang berjualan di rumah
ibadat.
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing,
Siswa Dapat Menyebutkan Nama-Nama Tempat Ibadat Umat Beragama
Yang Ada Di Indonesia.
2. Memiliki Sikap Menghormati Tempat-Tempat Ibadat.
3. Menjelaskan Cara YesusMenyucikan Bait Allah.
4. Menyebutkan Bagian-Bagian Tertentu Yang Dianggap Suci Dalam
Tempat Ibadat
V. MATERI PEMBELAJARAN
Tempat-Tempat Khusus Untuk Berdoa
VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
- Model pembelajaran : Kooperatif teknik kancing gemerincing
- Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja mandiri
VII.LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No Kegiatan Waktu Karakter yang
dikembangkan

1 Pendahuluan 10 Perhatian,

a. Guru membuka pembelajaran menit semangat dan

b. Guru mengkondisikan siswa rasa ingin tahu

c. Guru memberikan motivasi sebelum

bersiap untuk menerima materi

pembelajaran

d. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

e. Guru melakukan tanya jawab yang

berhubungan dengan materi untuk

apresiasi
f. Guru membagi pre test sebelum

memulai pelajaran (terlampir)

2 Kegiatan Inti 45 Kerja keras,

a. Guru memperlihatkan gambar menit kreatif, mandiri,

tempat-tempat ibadat umat beragama kritis, dan

di indonesia gotong royong

b. Guru mengajak siswa menulis nama-

nama agama serta nama alkitabnya

c. Guru mengajak siswa memplenokan

hasil jawaban

d. Siswa mendengarkan penjelasan

guru tentang tempat-tempat ibadat

e. Siswa mendengarkan atau

membaca cerita alkitab “Yesus

Menyucikan Bait Allah”

f. Siswa menjawab pertanyaan yang

berkaitan dengan cerita

g. Guru mengajak siswa menulis sikap

yang pantas dan tidak pantas

dalam rumah ibadat

3 Kegiatan Penutup 25 Tanggung

- Siswa mengerjakan soal latihan menit jawab, mandiri,

(terlampir)
- Setelah siswa selesai disiplin

mengerjakan soal latihan

- Guru memberikan post test

(terlampir)

- Guru menutup pelajaran dengan doa

VIII. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian : Tertulis
2. Alat Penelitian : soal uraian

IX. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


a. Menjadi Murid Yesus, PAK SD Buku Guru dan Buku Murid 5 Pelajaran
18
b. Kitab Suci, gambar
c. Pengalaman Siswa, internet

X. LAMPIRAN
1. Lampiran 1 ayat kitab suci
2. Lampiran 2 lembar diskusi kelompok
3. Lampiran 4 pre test dan post test
YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH

(LUKAS 19:45-48)

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua


pedagang di situ, kataNya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumahku adalah rumah
doa. Tetapi kamu menjadikan sarang penyamun”.

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-iman kepala dan


ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk
membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu bagaimana harus melakukannya,
sebab seluruh rakyat terpikat kepadaNya dan ingin mendengarkan Dia.

PERTANYAAN:

(Tugas kelompok)

1. Mengapa Yesus mengusir para pedagang dari bait Allah?


2. Sebutkan nama tempat berdoa dan beribadat umat Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu?
3. Sebutkan nama Kitab Suci agama Islam, Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Budha, Kong Hu Chu?
4. Mengapa kita harus menghormati tempat-tempat ibadat itu?
Tempat Ibadat Masing-Masing Agama Di Indonesia
Lampiran 3:Kisi-kisi Observasi/Pengamatan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik kancing Gemerincing

LEMBAR PENGAMATAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK KANCING GEMERINCING
Sekolah : Nama Guru:
Kelas : Tanggal :
Pokok Bahasan: Pukul :

Petunjuk :

Berilah tanda check () pada kolom hasil pengamatan yang sesuai, pilih “YA”
apabila butir-butir pengamatan memang muncul dan pilih “TIDAK” apabila butir-
butir instrumen tersebut tidak muncul dalam proses pembelajaran Agama Katolik
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing.

No Aspek yang diamati Dilakukan


Ya Tidak
1 Guru mengucapkan salam sebelum memulai
pelajaran
2 Guru memberikan apersepsi untuk mengarahkan
siswa pada materi Agama Katolik yang diajarkan.
3 Guru menyampaikan masalah yang menjadi fokus
pembelajaran
4 Guru menjelaskan peranan siswa dalam proses
pembelajaran
5 Guru menerapkan Teknik Kancing Gemerincing
dengan menjelaskan terlebih dahulu pertaurannya
6 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
melalukan kegiatan kelompok
7 Guru membimbing kelompok saat diskusi
8 Guru memberikan motivasi pada siswa yang
masih kurang bersemangat dalam kegiatan
kelompok
9 Guru memberikan pujian kepada siswa yang giat
10 Guru memberikan informasi tambahan pada siswa
yang masih kesulitan
11 Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
berani maju ke depan untuk
mengkomunikasikan hasil diskusinya di depan
kelas
12 Guru menyimpulkan materi dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
13 Guru memberikan reward/penghargaan kepada
tim yang mendpatkan nilai tertinggi
Lampiran 4:Kisi-Kisi Keaktifan Siswa dalam Belajar PAK

A. Identitas
Nama :............................................................................
Kelas/No.Absen :................/.................
Jenis Kelamin : Perempuan/Laki-laki
B. Petunjuk
a. Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik
b. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan perasaan anda pada kolom yang
tersedia
c. Adapun cara menjawab dengan memberikan tanda ceck list () pada
setiap pernyataan anda pilih.
Contoh:
No Pernyataan Jawaban

SS S TP STP

1 Saya menjawab pertanyaan yang diajukan 


guru
Keterangan:
SS : Sangat Sering
S :Sering
TP :Tidak Pernah
STP : Sangat Tidak Pernah

C. Tes Objektif Keaktifan Siswa


No Pernyataan Jawaban
SS S TP STP
4 3 2 1
1 Saya mengerjakan tugas dengan sungguh-
sungguh dan teliti
2 Saya dapat memberikan contoh dengan
tepat dan benar
3 Saya membantu dan mendukung teman
yang kesulitan
4 Sewaktu saya mengeluarkan pendapat,
saya juga memberikan kesempatan kepada
teman yang lain untuk bertanya.
5 Saya dapat mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
6 Di dalam kelas dan dalam tugas kelompok,
saya dapat menjadi teladan bagi teman
7 Saya membaca buku pelajaran yang
berhubungan dengan materi
8 Saya menjaga ketertiban saat belajar
Agama di kelas
9 Saya aktif mencari berbagai informasi
yang terkait dengan materi Agama Katolik.
10 Saya bertanya kepada guru atau siswa lain
11 Saya berusaha mengumpulkan tugas tepat
waktu
12 Saya aktif mengikuti kegiatan belajar di
kelas
13 Setiap ada jam Pelajaran Agama Katolik,
saya mengikuti dengan serius.
14 Mengikuti Pelajaran Agama Katolik
membuat saya gembira
15 Saya mampu bertanggungjawab
16 Saya mampu berkata benar.
17 Saya menjawab dan mengajukan
pertanyaan ketika guru menerangkan
materi
18 Saya selalu aktif dalam tugas kelompok
19 Saya tidak cepat puas dengan apa yang
saya peroleh
20 Saya yakin dengan yang saya lakukan
21 Saya mempunyai kesadaran yang tinggi
untuk mengerjakan sesuatu
22 Saya mencatat setiap materi yang
diberikan guru dalam buku catatan dengan
rapi
Lampiran 5: Jawaban kisi-kisi pretest dan postest siswa
La
DATA HASIL PENGOLAHAN KUESIONER KEAKTIFAN SISWA (PRE-TEST KELAS VA-B)
m
Skor Setiap Pernyataan (Pertemuan 1 ) Skor Setiap Pernyataan (Pertemuan 2 ) pir
No Nama Siswa   Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 an PL
1 Felix 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 1 3 3 2 2 3 3 4 3 61 3 3 4 2 4 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 70 131 6: A
2 Marcel 2 3 2 3 4 2 1 3 2 4 1 4 4 4 3 3 2 1 3 4 1 3 59 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 63 122 Da GI
3 Agung 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 4 2 3 2 3 2 61 130
4 Andhika 3 3 3 2 3 2 3 4 2 4 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 68 127
ta A
5 Benedictus O.P 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 63 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 77 140 Ha T
6 Benedictus T.K 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 4 4 64 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 2 4 3 4 2 3 2 4 3 4 70 134 sil M
7 C. Adefan G.W 2 2 2 2 2 3 4 4 3 2 2 1 3 4 4 4 2 1 3 3 2 3 58 3 1 1 2 3 2 1 4 3 4 2 3 3 1 3 2 3 2 3 1 3 3 53 111
8 Clara M. Putri 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 64 4 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2 3 4 59 123
Pr E
9 Cresentia 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 59 4 4 3 4 2 1 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 1 3 2 4 61 120 ete R
10 Cristy 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 59 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 71 130 st U
11 Eka Putra 4 4 4 4 2 3 2 4 2 3 2 2 1 3 3 2 3 2 3 4 4 2 63 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 65 128 Si P
12 Fidelia 3 3 3 2 1 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 61 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 59 120
13 F. Acitya 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 2 4 58 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 74 132 sw A
(2 14 Elysa 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 57 4 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 2 1 3 4 4 2 3 2 65 122 K
1) 15 Erra 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 75 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 74 149 A
16 Gading 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 63 4 2 1 2 3 4 3 1 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 1 62 125
17 G. Galen 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 71 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 136
N
18 Ignatius 3 3 3 2 2 3 2 4 4 2 3 4 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 68 3 2 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 133 TI
19 Jonathan 3 3 3 3 3 3 2 2 1 4 4 4 2 3 4 2 1 3 4 3 2 3 62 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 70 132 N
20 Kresentia 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 65 129
21 Martha 4 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 2 4 3 64 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 4 2 3 3 4 4 1 2 4 4 2 61 125
D
22 Nathania 2 3 3 3 1 3 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 2 61 3 4 2 2 2 3 4 2 3 1 3 3 3 2 3 4 2 3 2 3 3 2 59 120 A
23 Nico 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 60 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 3 65 125 K
24 Okthario 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 2 63 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 130 A
25 Rafael Galih 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 60 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 4 67 127
26 Rafael Rega 4 3 3 3 3 2 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 4 54 4 4 4 1 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 1 2 3 4 4 3 4 3 72 126 N
27 Reno 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 66 124
28 S. Aurael 4 1 1 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 56 2 3 3 4 3 4 4 4 2 3 1 2 3 4 3 2 3 4 3 2 3 2 64 120
29 Valentino 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 4 4 1 61 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 65 126
30 Yoel 3 2 2 2 2 2 2 4 4 4 1 1 1 1 2 3 3 4 3 4 2 4 56 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 69 125
31 Rafael. J. A 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4 61 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4 3 3 65 126
32 Maria. A 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 66 132
33 Agustinus. F 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 2 3 59 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 59 118
34 Agustinus. S 3 2 2 2 2 2 3 4 2 4 2 1 2 3 3 3 2 2 2 3 4 4 57 1 1 3 4 3 2 3 1 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 2 2 58 115 PL
35 A. Putri 3 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 4 3 3 58 3 3 2 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 2 4 2 3 2 3 64 122 A
36 Bonaventura 2 2 3 2 3 1 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 2 53 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 2 3 2 2 2 3 4 3 2 3 61 114 GI
37 Elfrida 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 1 2 3 4 4 4 4 2 2 1 3 64 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 61 125 A
38 Elisabeth 2 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 3 59 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 79 138 T
39 Felisitas 4 4 4 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 2 2 4 62 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 76 138 M
40 Florencia 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 1 2 2 3 4 61 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 70 131 E
41 Gisela 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 72 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 70 142 R
42 Gustaviano 3 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 53 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 4 4 3 2 64 117 U
43 Immanuel. R 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 1 54 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 55 109 P
44 Jonathan. D 4 3 4 2 2 2 3 4 1 3 3 4 4 4 2 2 3 3 4 2 3 2 64 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 60 124
A
(2 45 Jowan 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 2 3 1 1 3 4 3 2 2 59 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 71 130
K
2) 46 Kevin 3 3 3 2 3 1 2 2 1 1 3 2 4 3 1 2 2 2 2 2 3 3 50 3 2 3 3 3 1 3 1 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 56 106
A
47 Leonardus 3 1 2 2 3 4 4 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 57 2 4 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 3 4 2 2 2 3 3 4 2 63 120
48 Maria. M 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 4 4 3 2 3 4 2 3 2 1 2 3 59 3 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 2 3 3 67 126
N
49 Nastiti 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 1 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 54 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 71 125
TI
50 Rafael. A. K 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 1 2 3 65 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 74 139 N
51 Samuel Melvin 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 62 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 3 1 1 3 1 1 50 112 D
52 Theodora 4 3 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 4 2 2 3 3 4 4 2 60 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 125 A
53 Yohana 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 2 2 3 4 1 3 4 63 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 75 138 K
54 Brigita 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 2 3 2 4 2 4 61 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 73 134 A
55 Rachel 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 4 3 3 62 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 77 139 N
56 Bunga 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 4 4 4 71 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 72 143
57 Deutelin 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 1 3 3 2 3 4 3 4 4 66 3 3 3 4 4 3 2 4 2 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 67 133
TOTAL 168 160 158 150 155 156 155 166 155 165 155 166 158 159 166 155 142 144 163 159 159 168 3482 177 170 166 179 183 157 178 165 152 171 178 179 170 18 16 16 161 172 168 172 172 175 3761 7243
4 9 3
La
DATA HASIL PENGOLAHAN KUESIONER KEAKTIFAN SISWA (POST-TEST KELAS VA-B)
m
Skor Setiap Pernyataan (Pertemuan 1 ) Skor Setiap Pernyataan (Pertemuan 2 ) pir
No Nama Siswa   Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
an PL
1 Felix 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 73 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 2 4 2 2 3 4 3 3 2 64 137 7: A
2 Marcel 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 74 3 3 2 3 2 4 1 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 4 61 135 Da GI
3 Agung 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 69 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 67 136
4 Andhika 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 71 4 4 2 4 1 3 1 3 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 3 4 55 126
ta A
5 Benedictus O.P 4 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 76 3 3 3 1 1 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2 4 62 138 Ha T
6 Benedictus T.K 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 73 2 2 2 4 3 4 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3 65 138 sil M
7 C. Adefan G.W 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 71 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 1 2 4 3 2 3 2 3 3 3 3 4 67 138 Po E
8 Clara M. Putri 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 73 4 4 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 72 145
9 Cresentia Cellina 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 70 4 2 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 71 141 ste R
10 Cristy 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 75 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 1 3 4 63 138 st U
11 Eka Putra 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 73 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 2 4 3 2 3 2 3 2 3 4 67 140 Si P
12 Fidelia 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 69 4 3 3 3 4 1 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 71 140
13 F. Acitya 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 70 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 69 139
sw A
(2 K
14 Elysa 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 72 3 4 4 2 4 2 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 73 145
3) 15 Erra 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 72 2 2 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 70 142 A
16 Gading 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 70 4 3 3 3 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 2 73 143
17 G. Galen 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69 2 2 3 3 4 2 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 64 133
N
18 Ignatius 4 3 4 4 4 1 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 72 1 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 3 72 144 TI
19 Jonathan 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 70 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 68 138 N
20 Kresentia 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 2 4 71 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 73 144 D
21 Martha 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 3 3 74 1 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 1 3 2 62 136
22 Nathania 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 83 4 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 66 149 A
23 Nico 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 71 2 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 2 65 136 K
24 Okthario 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 68 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 4 65 133 A
25 Rafael Galih 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 70 2 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 4 4 3 3 2 3 2 62 132
26 Rafael Rega 4 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 68 3 2 3 3 4 4 3 4 2 4 2 4 2 3 4 2 3 4 4 4 2 3 69 137
N
27 Reno 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 83 4 3 3 3 4 2 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 2 3 2 70 153
28 S. Aurael 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 77 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 2 3 1 4 66 143
29 Valentino 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 72 3 3 2 2 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4 3 3 3 3 2 66 138
30 Yoel 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 73 2 2 2 2 4 2 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 63 136
Rafael. J. A 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 71 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 76 147
Maria. A 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 73 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 4 3 3 73 146
Agustinus. F 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 70 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 3 71 141
Agustinus. S 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 70 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 73 143 PL
A. Putri 4 3 4 2 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 74 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 71 145 A
Bonaventura 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 69 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 71 140 GI
Elfrida 3 3 2 2 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 64 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 72 136 A
Elisabeth 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 77 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 69 146 T
Felisitas 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 73 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 71 144 M
Florencia 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 4 2 3 2 3 70 136 E
Gisela 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 74 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 70 144 R
Gustaviano 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 4 2 2 4 4 3 2 66 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 70 136 U
Immanuel. R 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 57 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 73 130 P
Jonathan. D 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 65 3 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 68 133 A
(2 Jowan 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 74 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 79 153
K
4) Kevin 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 58 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 68 126
A
Leonardus 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 73 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 67 140
N
Maria. M 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 1 60 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 74 134
TI
Nastiti 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 71 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 77 148
N
Rafael. A. K 3 3 3 4 3 3 4 4 1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 71 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 73 144
D
Samuel Melvin 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 1 1 3 1 2 53 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 72 125
Theodora 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 73 138
A
Yohana 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 80 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 77 157
K
Brigita 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 65 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 3 74 139 A
Rachel 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 75 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 76 151 N
Bunga 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 83 153
Deutelin 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 66 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 77 143
TOTAL 185 174 188 180 192 164 192 182 174 180 194 191 177 197 180 178 171 186 174 194 179 190 4022 173 180 177 179 218 174 171 181 174 180 178 175 183 170 186 177 180 181 189 179 182 182 3969 7991
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8: Data Hasil Belajar Siswa

Data Hasil Belajar Siswa pertemuan 1 dan 2

Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua


No Nama Siswa   TOT
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Felix 10 5 15 20 15 65 20 20 10 15 15 80 145
2 Marcel 15 15 20 10 15 75 15 10 10 15 20 70 145
3 Agung 10 15 15 10 15 65 10 20 15 20 10 75 140
4 Andhika 5 20 20 15 15 75 10 5 20 15 20 70 145
5 Benedictus O.P 10 20 15 15 20 80 20 15 15 10 15 75 155
6 Benedictus T.K 20 10 15 20 5 70 15 15 10 20 15 75 145
7 C. Adefan G.W 10 20 5 20 20 75 10 10 5 20 10 55 130
8 Clara M. Putri 20 20 15 10 20 85 20 10 15 15 20 80 165
9 Cresentia 15 20 10 15 10 70 15 20 20 10 15 80 150
10 Cristy 15 15 10 20 15 75 10 10 15 15 20 70 145
11 Eka Putra 10 20 15 20 10 75 20 20 15 20 5 80 155
12 Fidelia 20 10 15 15 20 80 20 10 15 20 5 70 150
13 F. Acitya 20 15 20 10 15 80 5 20 15 15 10 65 145
14 Elysa 10 10 20 15 20 75 15 20 20 10 10 75 150
15 Erra 15 15 20 10 15 75 20 20 15 10 10 75 150
16 Gading 5 20 15 15 10 65 10 5 20 10 20 65 130
17 G. Galen 10 10 15 15 20 70 20 15 10 10 15 70 140
18 Ignatius 20 20 15 20 5 80 15 15 10 20 15 75 155
19 Jonathan 20 10 20 20 5 75 15 15 10 20 15 75 150
20 Kresentia 10 20 5 20 20 75 10 20 10 20 10 70 145
21 Martha 20 10 15 15 20 80 10 20 5 20 20 75 155
22 Nathania 10 20 5 20 20 75 20 20 15 10 20 85 160
23 Nico 20 15 15 10 15 75 15 15 20 20 15 85 160
24 Okthario 15 15 10 15 10 65 15 15 10 5 20 65 130
25 Rafael Galih 20 20 15 15 10 80 10 15 20 20 10 75 155
26 Rafael Rega 10 15 15 10 10 60 20 20 15 15 10 80 140
27 Reno 10 20 15 15 10 70 15 15 15 20 10 75 145
28 S. Aurael 15 15 10 10 20 70 20 15 15 10 15 75 145
29 Valentino 5 10 15 15 15 60 15 15 10 10 15 65 125
30 Yoel 20 15 10 10 15 70 10 10 15 20 5 60 130
31 Rafael. J. A 20 10 20 15 10 75 15 10 15 20 15 75 150
32 Maria. A 10 20 15 15 15 75 20 20 15 15 10 80 155
33 Agustinus. F 10 20 15 15 10 70 15 15 15 20 10 75 145
34 Agustinus. S 15 15 10 10 20 70 20 15 15 10 15 75 145
35 A. Putri 15 15 20 20 15 85 20 20 15 10 20 85 170
36 Bonaventura 15 15 10 5 20 65 20 15 15 10 15 75 140
37 Elfrida 10 15 20 20 10 75 20 20 10 15 10 75 150
38 Elisabeth 20 20 15 15 10 80 20 15 15 20 10 80 160
39 Felisitas 15 15 15 20 10 75 20 15 15 10 15 75 150
40 Florencia 20 15 15 10 15 75 15 15 10 15 10 65 140
41 Gisela 15 15 10 10 15 65 10 20 15 15 10 70 135
42 Gustaviano 20 15 15 20 5 75 10 15 15 10 10 60 135
43 Immanuel. R 10 20 15 15 15 75 15 20 15 15 10 75 150
44 Jonathan. D 10 15 10 10 5 50 15 20 10 10 20 75 125
45 Jowan 15 15 10 10 15 65 10 20 15 15 15 75 140
46 Kevin 10 15 20 10 15 70 20 15 10 10 15 70 140
47 Leonardus 15 10 10 10 15 60 10 20 20 15 10 75 135
48 Maria. M 20 20 15 15 20 90 15 15 20 20 15 85 175
49 Nastiti 15 15 10 10 10 60 15 15 15 20 15 80 140
50 Rafael. A. K 20 10 15 15 20 80 15 10 15 15 15 70 150
51 Samuel Melvin 15 20 10 10 20 75 10 10 15 10 20 65 140
52 Theodora 20 15 20 5 15 75 10 15 15 20 15 75 150
53 Yohana 15 15 15 10 20 75 10 15 10 10 20 65 140
54 Brigita 10 20 15 10 20 75 20 20 10 20 15 85 160
55 Rachel 15 15 15 20 15 80 20 20 15 10 10 75 155
56 Bunga 20 15 20 20 15 90 15 20 20 20 20 95 185
57 Deutelin 20 10 15 20 10 75 15 15 20 15 20 85 160
4170 4230 8400
Rata-Rata Kelas 73.16 74.21
Nilai Terendah 50 55
Nilai Tertinggi 90 95

(25)

Anda mungkin juga menyukai