Anda di halaman 1dari 6

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS MEMBAWA PENGHARAPAN di

TENGAH PANDEMIC COVID-19

Menyadari bahwa pilihan Allah atas dirinya begitu menakjubkan dan menyadari

betapa mulianya pengudusan Roh Kudus melalui percikan darah Kristus, membuat

petrus menaikkan pujian kepada Allah (1 Petrus 1:3), karena telah menyatakan

kemurahan-Nya dengan membuat orang percaya dilahirkan kembali melalui karya

kematian dan kebangkitan Kristus. Kematian Yesus di kayu salib itu bukanlah suatu

tanda kekalahan, tetapi justru kemenangan. Penderitaan dan wafat-Nya itu mungkin

bagi manusia merupakan suatu ‘kebodohan’ menurut hikmat manusia, tetapi

merupakan ‘kemenangan’ menurut hikmat Allah (1 Kor 1: 18-31). Sebab dengan

pengorbanan Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya, maka Kristus mengalahkan

kuasa dosa dan maut. Karya keselamatan Kristus tidak berhenti pada kematian-Nya di

bukit Golgota, tetapi juga diikuti dengan kebangkitan-Nya pada hari yang ketiga.

Kebangkitan itu membawa hasil yang sempurna. Karena melalui itu, orang-orang

beriman memiliki hidup dengan pengharapan akan menerima warisan dan kemuliaan

yang bersifat kekal di sorga kelak. Orang percaya dapat memiliki pengharapan

demikian karena iman kepada Yesus Kristus dan karena Allah mampu memelihara

setiap orang percaya sampai pada hari yang terakhir. Inilah jaminan yang membuat

orang beriman hidup dalam sukacita.

Kebangkitan Yesus Kristus mengubah segala sesuatu. Karena ketika Yesus

Kristus tidak dibangkitkan maka; 1) Kita masih hidup dalam dosa (1 Kor. 15;17), 2) Iman

kita menjadi sia-sia (1 Kor. 15:14), 3) Orang-orang percaya binasa (1 Kor. 15:18), 4)

Para rasul adalah Pendusta (1 Kor. 15:15). Namun, tidaklah demikian. Karena kuasa
kebangkitan Kristus membawa suatu kepastian bahwa, orang percaya dibenarkan dan

diberi hidup yang baru, hidup yang penuh harapan. Berbicara tentang harapan berarti

terkandung sebuah kerinduan akan sesuatu yang baik untuk masa depan. Contohnya:

Melalui virus Corona, orang di seluruh dunia memiliki harapan atau kerinduan yang

sama.  Misalnya, bahwa mereka atau keluarga mereka tidak terjangkit virus. Bahwa

semua orang Kristen segera kembali ke gereja dan bertemu satu sama lain secara fisik.

Orang bisa kembali bekerja secepat mungkin. Siswa dan anak-anak berharap untuk

segera kembali ke kampus atau sekolah. Semua toko, restoran, salon, akan segera

dibuka lagi. Tetapi di atas semua harapan dan keinginan itu bahwa Covid-19 agar cepat

berlalu. Inilah contoh sebuah harapan. Di dalam surat-surat Paulus kehidupan Kristen

itu diterangkan sebagai hidup dari iman, kasih, dan pengharapan (1 Kor.13). 1

a. Kebangkitan Kristus

Kebangkitan memperlihatkan kuasa Allah yang luar biasa dahsyatnya.

Mempercayai adanya kebangkitan itu berarti mempercayai Allah. Allah pun mempunyai

kuasa untuk membangkitkan orang mati. Hanya Dia, sang Pencipta, yang dapat

membangkitkan seseorang kembali dari kematian. Hanya Dia yang dapat memulihkan

seseorang dari kuasa kematian, dan hanya Dia yang dapat menyingkirkan sengat

kematian itu, dan kemenangan dari kubur. Melalui 1 Korintus 15, Paulus menjelaskan

secara detail makna pentingnya kebangkitan Kristus. Beberapa orang di Korintus tidak

percaya pada kebangkitan orang mati, dan dalam pasal ini Paulus memberikan enam

konsekuensi yang terjadi andai tidak ada kebangkitan: 1) pemberitaan akan Kristus

tidak ada artinya (ayat 14); 2) iman dalam Kristus tidak ada gunanya (ayat 14); 3)

1
J. Verkuyl, Etika Kristen bagian umum, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2015), h. 254
semua saksi dan pemberita kebangkitan adalah pendusta (ayat 15); 4) tidak ada yang

akan ditebus dari dosa (ayat 17); 5) orang-percaya pada zaman dulu semuanya akan

binasa (ayat 18); dan 6) orang-orang Kristen adalah orang yang paling dikasihani di

seluruh dunia (ayat 19). Hal ini berkaitan dengan penjelasan saya pada paragraf

sebelumnya.

Salah satu peristiwa sejarah yang sangat besar pengaruhnya sampai saat ini

adalah tentang peristiwa kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus, memiliki pengaruh

begitu luas baik itu di kalangan umat Kristiani maupun di kalangan orang-orang yang

menolak kebangkitan. Umat Kristiani mengimani bahwa Kristus telah dibangkitkan.

Kebangkitan Kristus membuktikan kemenangan-Nya terhadap kuasa maut, dosa, dan

iblis. Sehingga menjadi suatu keyakinan yang pasti bahwa, Kristus adalah Allah yang

hidup dan berkuasa atas segalanya. Di kalangan orang-orang percaya, kebangkitan

Kristus merupakan fondasi iman Kristen. Sangat jelas bahwa melalui kebangkitan

Kristus, orang Kristen memiliki iman dan pengharapan. Itu berarti bahwa kebangkitan

Kristus memiliki makna bagi orang-orang percaya. Seperti yang dikatakan oleh Donald

Guthrie, “Makna utama kebangkitan ialah kontribusi diberikannya bagi pengertian kita
2
mengenai pribadi dan pekerjaan Kristus”. Sejak kebangkitan Kristus, Ia sudah

memperoleh kemenangan seperti yang dikatakan oleh J. Knox Chamblin “Inti tujuan

pemerintahan Kristus yang telah dimulai adalah kemenangan atas semua musuh-Nya

dan musuh umat-Nya” (1 Kor. 15:20-28). 3

2
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), h. 445
3
J.Knox Chamblin, Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1998), h. 81
b. Pengharapan

Dalam Kitab Perjanjian Lama, terutama dalam pemberitaan nabi-nabi, umat

Tuhan dibangkitkan, digerakkan supaya berpengharapan, supaya menanti-nantikan

dengan kerinduan pertolongan Tuhan. “Berbahagialah orang yang menaruh

kepercayaannya kepada Tuhan, yang tidak berpaling kepada orang-orang angkuh”

(Mzm. 40:5), kepada para bangsawan (Mzm. 118:9), kepada harta (Mzm. 62:11),

kepada milik yang berupa bait suci (Yer. 17:5), kepada berhala-berhala (Hab. 2:18).

Sebab segala pengharapan semacam itu tidak ada dasarnya. Akan tetapi taruhlah

pengharapanmu kepada Allah! (Mzm. 62:11). Dialah yang akan menolong! Di dalam

kesengsaraan yang nyata. Tetapi pada suatu waktu Ia akan memberikan pembebasan

yang sempurna, yaitu di dalam Mesias. Kitab perjanjian Lama adalah kitab

pengharapan, penanti-nantian, kerinduan: adalah kitab Adven, Ia datang, Yahwe

datang di dalam Mesias-Nya, pasti dan tentu. Janji-janji-Nya tidak akan meleset.

Jangan sangsi, haraplah!4

Kitab Perjanjian Baru adalah kitab pengharapan. Namun telah berubah

keadaannya. Dalam Perjanjian Baru segala pengharapan itu dipusatkan di dalam diri

Yesus Kristus, yang sudah datang dan yang akan datang. “Aku adalah Alfa dan

Omega, Firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,

Yang Mahakuasa” (Why. 1:8). Segala pengharapan dipusatkan kepada-Nya. Dengan

tegas Paulus mengatakan, “Kristus itulah Pengharapan Kita” (Kol. 1:27). Sepanjang

jalan hidup-Nya, dari palung sampai palang, segala unsur yang membuat tidak adanya

pengharapan itu telah diserang-Nya, yaitu: kegelapan, kebencian, kecemaran,

4
J. Verkuyl, Etika Kristen bagian umum, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2015), h. 256
ketiadaan kasih, kejahatan, setan, maut. Semua kekuasaan ini telah dikalahkan-Nya.

Oleh Salib dan Kebangkitan-Nya. Dialah Terang Dunia, Dialah Kebenaran, Dialah

Perdamaian kita, Dialah Kasih yang unggul, Dialah Pemenang. Pendeknya, Dialah

Segala-galanya, yang atas-Nya kita menaruh pengharapan. Di dalam Dia, Kerajaan

yang Baru itu telah dimulai, Dia sendirilah yang menjamin, bahwa akan datang suatu

dunia, yang di dalamnya akan terdapat kebenaran, kasih, keadilan, damai, kesehatan

untuk selama-lamanya. Ia telah datang untuk datang kembali kelak. Kebangkitan-Nya

adalah tanggungan, bahwa segala-galanya akan berubah, akan menjadi lain.

Kebangkitan-Nya adalah jaminan, bahwa kebohongan, kecemaran, kejahatan, sakit-

penyakit, maut dan setan-setan sudah kalah. Ini bukan utopia,tapi semuanya ini adalah

pasti di dalam Dia, yang hidup di antara kita, yang disalibkan dan bangkit pada hari

yang ketiga. Dialah satu-satu-Nya pengharapan yang teguh bagi orang miskin, bagi

orang yang dirampas hak-hak-Nya, bagi orang yang ditindas, bagi orang yang lapar dan

haus akan kebenaran.

Pengharapan dan hidup adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Sebagaimana zat asam perlu sekali untuk paru-paru, demikian pulalah “pengharapan

itu perlu sekali untuk kehidupan”. Karena barangsiapa yang tidak lagi menaruh

pengharapan, ia telah mati lemas secara rohani dan moral. Barangsiapa tidak lagi

menaruh pengharapan, ia telah tertimpa oleh kepanikan rohani, seperti orang yang

ketinggalan dalam rumah terbakar, yang pintunya terkunci. Pengharapan Kristen

menghidupkan kehidupan Kristen.

Kesimpulan
Kuasa kebangkitan Kristus yang membawa pengharapan ini, kiranya

menjadikan kita sebagai umat yang berpengharapan. Identitas ini harus terwujud nyata

di dalam keberanian iman kita melawan pandemic Covid-19. Sikap iman dan harap itu

diwujudkan ke dalam cinta kasih. Salah satunya adalah melalui kepatuhan kita kepada

anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah, demi memutus mata rantai penyebaran

virus ini. Kita tidak boleh kalah dengan virus corona. Nyawa boleh melayang, tetapi

harapan tidak boleh hilang. Harapan baru ini sangat penting untuk semua orang.

Penting, karena harapan itu menjadi nafas, roh, spirit untuk bangkit kembali di tengah

kegelisahan, kecemasan, bahkan juga keputusasaan. Pengharapan mulia ini dapat

tetap dimiliki orang percaya walaupun sedang mengalami penderitaan hidup, bahkan

virus corona sekalipun. Mengapa ? Karena penderitaan yang dialami orang beriman

berguna untuk menguji iman sehingga iman itu semakin dimurnikan dari waktu ke

waktu. Bila terbukti teruji, orang beriman layak menerima puji-pujian, kemuliaan, dan

kehormatan pada waktunya (1 Petrus 1:7). Dengan Kebangkitan Kristus, membawa

sebuah harapan, di dalamnya terkandung sebuah kerinduan akan sesuatu hal yang

baik, yang nantinya akan terjadi di masa mendatang. Taruhlah Pengharapanmu kepada

Allah! Karena “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita” (Ibrani

6:19a).

Anda mungkin juga menyukai