Anda di halaman 1dari 3

Khotbah Yesaya 58:1-12

Shalom.. Damai di hati.

Teman-teman yang dikasihi dalam kasih Tuhan, hari ini Tuhan boleh
memberikan kita waktu, memberikan kita kemampuan utk ada di
tempat ini dan tentu torang harus mensyukuri hal itu. Apalagi dalam
torang menghayati sengsara Yesus di minggu-minggu yang akan kita
lewati kedepan, kita percaya bahwa inilah kemurahan Tuhan yang
Tuhan berikan kepada kita semua, torang sehat, torang boleh
bernafas, torang boleh menikmati hari demi hari karna pengorbanan
Tuhan Yesus yang saat ini kita hayati dalam minggu-minggu sengsara.

Teman-teman, sesungguhnya ada hal yang harus kita pahami yaitu


bahwa kesalahan fatal torang sebagai manusia di hadapan Allah
adalah merasa diri paling benar, sehingga kemudian torang mengukur
benar tidaknya orang lain dengan standarnya kita sendiri. Ataupun,
sebagai manusia kita mengira bahwa dengan melakukan sesuatu yang
bersifat ritual, sebuah kebiasaan atau sebuah rutinitas yang hanya
ingin diketahui oleh banyak orang tanpa dilandasi dengan hati yang
sungguh-sungguh, maka torang akan merasa pasti kita akan diakui.
Namun sesungguhnya, hal ini sangat bertolak belakang dari apa yang
Tuhan kehendaki dalam torang pe kehidupan, dan itu pun yang terjadi
dalam pembacaan firman yang telah kita baca bersama. Ketika
bangsa Israel terjebak dalam kondisi manusiawi ini, mereka mengira
bahwa ritual yang mereka lakukan adalah sesuatu yang berkenan di
hadapan Allah. Sehingga dikatakan dalam ayatnya yang ke 2, “mereka
suka mengenal segala jalan-Ku, mereka suka mendekat menghadap
Allah dan mereka melakukan hukum-hukum Allah” dan memang Allah
mengakui apa yang telah bangsa Israel lakukan, namun dengan tegas
Allah mengatakan bahwa sesungguhnya mereka bersalah dan berdosa,
karena sekali lagi mereka melakukan hal itu tidak berlandaskan
dengan ketulusan hati, artinya ingin di anggap suci, ingin pandang
paling benar, yang paling setia menjalankan ritual yang Tuhan
kehendaki, namun tidak dengan motivasi yang benar, melakukan
hanya utk diri sendiri dan bukan untuk orang lain. Sehingga, dari apa
yang mereka lakukan, dorang protes pa Tuhan, dan itu tertulis dengan
jelas pada ayat 3, dorang mulai memperhitungkan apa yang dorang
lakukan, dan tentu so nyanda perlu dijelaskan karna pasti teman-
teman so tau, bahwa pasti tidak ada ketulusan kalo so mulai ada
perhitungan atau torang kenal deng bakureken. “Tuhan, torang dang
so beking ini kiapa torang pe hidup cuma babagini” , “Tuhan torang so
merendahkan diri kiapa Tuhan nyanda lia pa torang” dan Yesaya mau
menyinggung kepada mereka tentang pola berpuasa yang salah, karna
bukan hanya soal tahan lapar tahan haus. Karena yang terjadi,
mengapa mereka memperhitungkan apa yang telah dorang lakukan
dalam hal ini berpuasa dan masih melakukan penindasan, dorang tidak
hidup dalam kasih, mereka memeras kaum yang lemah dan tentu
mereka memuakkan hati Tuhan.

Sehingga, teman-teman yang di kasihi Tuhan, banyak orang


beranggapan bahwa seseorang itu dikatakan “suci” bila dia mampu
menjalankan setiap ketentuan dan tuntutan sebagai orang percaya. Oh
karna dia rajin ibadah-ibadah pemuda berarti dia suci, atau so pasti dia
suci karna rajin skali dalam pelayanan gereja. Jangan menyangka kalo
torang rajin memberi diri dalam pelayanan torang itu so paling benar.
Namun sesungguhnya dari firman ini, kita diingatkan tetapi juga perlu
berintrospeksi diri, sekalipun ketulusan di zaman sekarang so susah ja
cari, so susah di temukan, so susah dilakukan mengapa tidak torang
saja menjadi orang yang tulus kepada Tuhan dari pada mencari-cari
kepada orang lain? Artinya, mari mulai dari diri sendiri dan dari
ketulusan itu kita akan menyentuh orang lain. Torang semakin
mengasihi orang lain, membantu orang lain, dan tidak mementingkan
atau memuaskan diri kita sendiri. Sehingga jangan sampe ada dalam
pikiran, “yang penting kita dulu, yang penting tpe kepentingan dulu,
orang laeng kablakang, urusan orang laeng pe perasaan nanti
kablakang”. Dalam torang pe kehidupan pelayanan di pemuda pun,
ketulusan juga sangat dituntut. Bukan hanya ketulusan yang Cuma
kaluar dari mulut, bukan hanya mengasihi yang Cuma kaluar dari mulut
namun mari mengimbangi dengan kepedulian satu dengan yang lain
dan semakin mengasihi Tuhan dan itulah pemberian kita yang sejati,
torang pe ibadah yang sejati dan pasti dari apa yang kita pahami dari
firman ini, kita akan menyenangkan hati Tuhan. Tuhan memberkati
firmanNya dan menolong kita semua. Amin.

Anda mungkin juga menyukai