Anda di halaman 1dari 5

Kejujuran tampaknya telah menjadi sesuatu yang langka dalam

kehidupan kita dewasa ini.

“Ketidakjujuran tampaknya sudah menjadi suatu kebiasaan yang sangat


umum dalam masyarakat kita. Terkadang ketidakjujuran itu dilakukan
karena dianggap sebagai alasan yang terbaik. Namun, ketidakjujuran
juga tidak jarang dilakukan hanya demi keuntungan pribadi, secara
khusus untuk memudahkan usaha-usaha yang berkaitan dengan
hubungan-hubungan sosial maupun bisnis.”

Kejujuran, seperti yang diuraikan dalam Alkitab, sesungguhnya memiliki


makna yang luas. Buka Titus 2:7-8.

Kejujuran itu harus meliputi cara hidup kita seluruhnya, yaitu seluruh
pembicaraan, pikiran, motivasi, serta tindakan kita; baik ketika kita
sedang sendiri maupun ketika berhadapan dengan orang lain.

Melalui pengertian tersebut kita harus menyadari bahwa standar


kejujuran yang Allah berikan jelas tidak sama dengan standar kejujuran
yang dunia tawarkan. Bagi dunia, kejujuran itu hanya bersifat relatif
dan tergantung pada situasi.

Orang yang rohani adalah orang yang bertingkah laku rohani setiap
saat. Orang yang rohani harus punya kejujuran.

Mungkinkah orang yang rohani justru jatuh kepada kerohaniannya?

Dalam Lukas 18:11-13 menceritakan perbedaan antara dua orang farisi


dengan pemungut cukai berdoa.

Tuhan ingin kita jujur melihat diri di hadapan Tuhan. Pemungut cukai ini
jujur melihat diri dan berkata tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan
tetapi orang Farisi itu jujur terhadap kebesaran dirinya. Ternyata
pemungut cukai itu justru yang pulang sebagai orang yang dibenarkan.

Dalam Kisah Para Rasul 5:1-15, dosa dari Ananias dan Safira adalah
ketidak-jujuran.

Ananias dan Safira tidak jujur dalam memberikan janji iman mereka.
Mereka janji akan memberikan hasil penjualan sebidang tanah yang
cukup berharga kepada Tuhan. Ini adalah hal luar biasa. Tetapi sesudah
berhasil dijual, ternyata mereka tidak memberikan semuanya kepada
Tuhan. Ananias dan Safira dihukum mati karena dosa ketidakjujuran ini.
Kelihatannya rohani tetapi tidak memiliki iman yang menyelamatkan.

Orang yang rohani adalah orang yang memiliki hidup benar secara utuh
dihadapan Tuhan dengan 3 nilai kejujuran sbb:

1. Jujur pada Tuhan baca 1 Yohanes 1:5-6.

Allah itu adalah terang dan di dalam dia sama sekali tidak ada
kegelapan. Ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah adalah Allah
yang Maha Tahu. Seluruh hidup kita terbaca oleh Dia. Kita tidak bisa
bermain-main dengan the hidden sin (dosa yang tersembunyi).
Jikalau kita mengatakan bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia
namun hidup dalam kegelapan maka kita berdusta dan tidak
melakukan kebenaran.

Roma 1:18 & 21


Akhirnya standar keinginan mereka menjadi rusak karena dihukum
oleh Tuhan. Tidak semua orang yang tahu kebenaran Firman Tuhan
memiliki hidup yang benar. Tidak semua orang yang mengaku
mengenal Allah hidupnya rohani. Jikalau kita menyatakan bahwa kita
memiliki fellowship atau persekutuan dengan Tuhan tetapi tidak
hidup dalam kebenaran maka kita berbohong. Berarti mungkin sekali
kerohanian kita hanya terikat dengan penerangan kita bahwa kita
adalah orang yang sudah ditebus. Kita mengerti orang yang memiliki
kerohanian yang punya aspek integritas kerohanian yang
menyeluruh, bukan parsial (sebagian). Orang yang rohani, memiliki
aspek revival, menuntut diri dengan jujur. Artinya orang itu semakin
hari semakin terbuka hidupnya di mata Tuhan.

Kita belajar bagaimana kebenaran itu menjadi satu nilai yang harus kita
hidupi sehingga kita mempunyai kejujuran terhadap Tuhan.

2. Jujur pada diri sendiri. Mari kita melihat 1 Yohanes 1:8.

Tidak mungkin setiap kita bisa mengaku diri kita sempurna. Setiap
kita tidak boleh mengklaim kita sebagai orang yang tidak ada dosa.

Salah satu dosa yang paling kecil adalah dosa karena tidak bisa
bersyukur. Yang mudah untuk dilakukan tetapi paling sering untuk
dilalaikan yaitu membaca Alkitab. Di sinilah kita diingatkan oleh
Yohanes bahwa kita harus tahu diri, kita itu orang berdosa dan
semakin menuntut diri untuk tidak berdosa. Di sini kesadaran iman
sangat penting. Kita diingatkan untuk melihat diri sebagai orang
berdosa sehingga kita tidak mau menyakiti hati Tuhan dan Ia adalah
setia dan adil sehingga akan mengampuni dan menyucikan kita.

Roma 3:10-12
Ketika kita ditebus oleh Kristus, maka kita memiliki kebebasan.
Kebebasan itu bisa menjebak kita untuk jatuh dalam dosa. Kita harus
sadar bahwa kita pasti masih potensi untuk jatuh dalam dosa.

Kejadian 39:1-10

Di sinilah kita harus mengerti bahwa di balik kesusahan dan


penderitaan ada mengandung kedaulatan Allah. Sehingga hidup kita
yang sudah terlatih saat menghadapi hal demikian memiliki mutiara
iman. Yusuf yang hidup selalu takut akan Tuhan melihat anugerah
lepas anugerah akan diberikan kepada setiap anak-anak Tuhan yang
sungguh-sungguh takut akan Tuhan.

3. Jujur pada orang lain. baca Yohanes 8:7.

Apa akibatnya jikalau hidup tidak memiliki kejujuran?


(1) Sombong Rohani seperti orang Farisi berdoa (Lukas 18:10-14).
(2) Direndahkan oleh Tuhan dimana tidak lagi memiliki kebenaran
dari Tuhan.
(3) Hidup bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain seperti
beberapa jemaat di Korintus.
(4) Dihukum oleh Tuhan seperti Kisah Para Rasul 5:1-11. Ananias dan
Safira mati dihukum Tuhan karena tidak jujur dalam menepati janji
iman.

Saat ini dunia sangat membutuhkan orang-orang yang jujur. Dan kalau
bukan kita, siapa lagi yang akan melakukannya? Setiap kita dipanggil
bukan untuk menjadi serupa dengan dunia ini, namun untuk membawa
terang, sehingga orang-orang dapat melihat perbedaan di dalam diri
kita. Mungkin tindakan kita memang tidak akan bisa menghentikan
praktik-praktik ketidakjujuran yang ada di dalam dunia ini, namun
setidaknya kita telah belajar untuk menetapkan standar kejujuran
tersebut pada diri kita sendiri. Setelah itu, kita akan bisa
melanjutkannya pula dalam keluarga kita, tempat kerja, bahkan
lingkungan sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai