Anda di halaman 1dari 3

Khotbah Ibadah Pagi STT Wesley Jakarta

Nas: Yohanes 9: 1-13

Meludah + Mengoles + Membasuh = Melihat

Latar belakang Kitab Yohanes :

- Injil ini mencatat tentang pelayanan-pelayanan Yesus di daerah Yerusalem dan Yudea
yang tidak ditulis Injil Sinoptik dan menyatakan dengan sempurna tentang kepribadian
Yesus.
- Tujuan Injil ini adalah supaya orang – orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak
Allah dan supaya oleh iman, kita memperoleh keselamatan dalam nama-Nya.
- Yohanes menggunakan istilah “Firman, Terang, Gembala yang Baik” untuk menyatakan
kepribadian Yesus Kristus.

Umat Allah yang terkasih, nas ini dibuka dengan kisah seorang yang sudah buta sejak
lahir. Dan para murid menanyakan Yesus mengapa dia buta sejak lahir? Apakah karena dosanya?
Atau dosa orangtuanya? Nah, hal ini perlu diperhatikan bahwa konsep paradigma berpikir orang
yahudi adalah “Berkat dan Kutuk” jika seseorang itu kaya maka orang itu diberkati, jika dia
miskin dan menderita sakit penyakit, maka itu merupakan sebuah kutuk dari dosa mereka atau
dosa orangtuanya. Ini yang selalu ada dalam perspektif mereka memandang situasi dan kondisi
yang ada. (Ul 24:16, bdk Kel. 20:5). Tapi bagi kita saat ini, kemiskinan dan penyakit tidak selalu
disebabkan karena dosa seseorang, tapi… “Yohanes 9:3”. Saudara yang terkasih, sudahkah anda
menyadari bahwa kita ini juga buta sejak lahir? Memang benar kita tidak buta secara fisik, tapi
kita buta secara rohani. Kita dilahirkan dengan moral dan akal yang dikotori oleh dosa asal (Rom
5:12). Manusia sejak dari lahirnya punya kecenderungan untuk melakukan dosa. Oleh sebab itu
ini juga merupakan kisah kita, bukan hanya kisah tentang orang yang ada dalam nas ini.

Ilustrasi : minta untuk beberapa orang kulit hitam maju kedepan.


Pada tahun 1748 sebuah kapal dagang  mengalami bencana dahsyat dalam pelayarannya
ke Inggris. Ketika itu badai mengamuk kencang mengguncang seluruh awak kapal serta barang-
barang bawaan mereka, semua orang yang berada di atas kapal tersebut panik dan banyak
diantaranya pasrah menerima kematian sebab bencana topan diatas air laut itu tampaknya tidak
memberi harapan pada kapal mereka untuk selamat dan segera akan menenggelamkan mereka ke
dasar laut. Ditengah keadaan yang sulit, John Newton seorang pemuda asal Inggris yang juga
berada diatas kapal tersebut menjadi sangat ketakutan. Ia menganggap dirinya seperti Yunus
yang sedang berlayar membawa 'dosa' . Tak heran karena perdagangan budak kulit hitam dari

Afrika adalah menjadi lahan bisnisnya selama ini. Ia kerap kali berlayar ke Afrika mencari
pemuda-pemuda cakap dan menjual mereka ke Inggris untuk dijadikan budak. Di tengah malam
dalam kapal yang berguncang keras tersebut akhirnya ia keluar lalu berdoa memohon kepada
Allah agar menyelamatkannya.

Seperti mujizat, tak lama kemudian laut menjadi tenang seketika itu juga, dan kapal yang
berada dalam bahaya itupun akhirnya selamat dari tengah badai topan yang mengamuk serta
kembali berlayar dengan tenang. Peristiwa ini lalu menjadi awal titik balik pertobatan John
Newton dari dunia perdagangan budak, perjudian dan dari seorang pemabuk berat. 6 tahun
kemudian John Newton benar-benar memilih jalannya untuk menyerahkan diri menjadi pelayan
Tuhan dengan meninggalkan dunianya yang lama dan belajar ilmu teologi Kristen untuk menjadi
seorang Pendeta.

Perjumpaannya dengan kuasa Tuhan dalam badai kapal tersebut akhirnya melahirkan
sebuah lagu sederhana namun sangat terkenal dari masa ke masa. Lagu indah sebagai luapan
syukur hatinya atas anugerah Allah. Lagu indah yang telah menjadi penghiburan bagi banyak
orang disaat sukar dan gentar. Lagu “Amazing Grace” adalah salah satu lagu pujian yang
diciptakan oleh John Newton pada tahun 1779, atas dasar kesaksiannya sebagai seorang yang
pernah mengalami ajaibnya anugerah Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya diatas kapal
yang hampir tenggelam.

Saudara terkasih, perbuatan Tuhan Yesus “meludah ke tanah dan mengaduknya dengan
tanah” merupakan sebuah analogi untuk menjelaskan dan menegaskan kepada kita bahwa Dia
merupakan Firman yang telah menjadi Manusia seperti yang terdapat dalam Yohanes1:1. Yesus
menegaskan identitasnya dan integritasnya dalam sebuah analogi ini. Dalam kisah ini, sekali lagi
Yesus menegaskan bahwa Dialah “terang”. Orang yang buta hanya akan melihat kegelapan,
namun Yesus dengan kuasa Allah-Nya memberikan terang pada orang buta tersebut. Ini
menegaskan identitas Yesus sekaligus integritasnya sebagai Terang.

Saudara, Allah tidak ingin kita hanya cukup dalam “Mengenal-Nya”. Dia menginginkan
tahta dalam kehidupan kita. Karna Allah yang telah mengutus kita semua ada di tempat ini,
untuk sebuah rencana-Nya, untuk sebuah misi-Nya, kita yang cacat dan bercela ini dipakai Allah
yang sempurna untuk sebuah karya agung yang telah direncanakanNya dalam hidup kita.

“Siloam”, adalah suatu tempat penampungan air untuk orang – orang yang tinggal di
Yerusalem yang dibangun oleh Raja Hizkia (2 Taw 32:20) pada abad 7SM. Dalam Yes 8:6, air
dari kolam Siloam tersebut merupakan tannda dari berkat Allah. Saudara, sadarkah anda ketika
kita diberikan terang oleh Allah, sebenarnya Tuhan juga mengutus kita untuk menjadi Terang
bagi bangsa yang sedang dalam kegelapan? Itu sebagai identitas dan integritas kita orang yang
telah diselamatkan dan ditebusnya dari kegelapan dan kebinasaan. Siapa kita? Kita adalah Anak
Allah, kita adalah Anak Terang.

Tuhan Yesus datang kedunia bukan hanya memberi terang tetapi juga penglihatan kepada
kita yang tidak bisa melihat terang. Kita yang telah di berikan terang dan penglihatan diutus-Nya
menjadi terang dunia yang sejati. Saat ini kita menyambut Natal, yaitu suatu peringatan akan
kelahiran Yesus Sang Terang Dunia yang telah menjadi Manusia, membawa sukacita bagi kita
yang menerima terang itu, dan membawa dukacita bagi mereka yang menolak terang itu juga.

Anda mungkin juga menyukai