Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK


A.Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan satu penyakit sistemik. Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan
sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gajala pertama. Kadangterdapat keluhan demam
yang tidak diketahui sebabnya dan seri ng disertai tanda-tanda infeksi saluran pernapasan
bagian atas. Penyakit inin bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat timbul
komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis


dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil tubercolosis dapat
hidup dan teteap virulen beberapa minggu dalam keadan kering, tetapi mati di dalam cairan
yang bersuhu 60º selama 15-20 menit.fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab
untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak
membentuk toksin.elain melalui udara penularan dapat peroral jika meminum susu yang
mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium lain yakni mycobacterium atipic
yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis,
kuman batang aerobik dan tahan asam inidapat merupakan organisme patogen maupun
saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai orang tubuh
lainnya ( Depkes RI, 2022)

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini


pada umumnya menyerang paru-paru dan sebagian lagi dapat menyerang di luar paru-paru,
seperti kelejar getah bening, kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan sebagianya
(Laban,2008).
2. Etiologi

Tuberculosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu organgke orang lain melalui percikan dahak
(droplet nuclei) yang dibatukan. Jadi kalau Cuma bersin atau tukar menukar piring atau gelas
minum tidak akan terjadi penularan (Aditama, 2000)

1. Merokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
resiko tertular, panjanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnyya dengan
menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan
penyerapan sel dan pembuluh darah ( Reuters Health, 2007).
2. Faktor Resiko TBC Anak admin,2007)
a. Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, pengunanan obat-obat intervena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak
sehat. Panjanan terhadap orang dewasa yang infeksius, Resiko timbulnya transmisi
kuman dari orang dewasa ke anak lebuh tinggi jika pasien dewasa tersebut
mempunyai BTA sputum yang positif, terhadap infiltrat luas pada lobus atas atau
kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat
faktor lingkungan yang kureang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik.
Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa
disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena
kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat
batuk, walaupunterdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum, bahkan jika ada
sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam kosentrasi yang rendah
pada sekret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi
sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkrmbang sempurna
(imatur). Namun resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring
bertambahnya usia, pada bayi <1 tahun yang terinfeksi TBC 43% nya akan menjadi
sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun yang menjadi sakit hanya 24%,
pada anak usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak <5 tahun memiliki
resiko lebuh tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitandan
kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1-2 tahun terakhir melnutrisi
keadaan imunokompromis diabetes melitus, gagal ginjal kronik,dan silikosis.
3. Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menukar. Karena kuman
berkembang baik di kelenjar paru-paru jadi kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka.
Sementara pada TBC dewasa kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar
melalui jalan napas,Nah pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman ini yang
biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo,2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung. Seperti saat batuk.
Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis
paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak, proses
in dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu suatu proses terinfeksinya
paertikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup serta
diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler
pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrof ke dalam alveolar spase.
Tuberculosis post primer dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang sebelimnya terinfeksi
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Hidayat,2008)

Sebagian beasar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya nukleus
droplet yang berisiskan mikroofganisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh
sel dengan sel electro berupa makropag dan limposit (biasanya sel T) sebagai sel
imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pegaktifanmakrofag pada bagian yang terinfeksi
oleh limfosit dan limfokin mereka, responnya berupareaksi hipersensifitas seluler (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu
ketika leukosit digantikan oleh makropag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan
timbal pneumobia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisah, atau
prosesnya dapat berjalan terus denganbakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson,2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan infiltrasi
makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel
menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jaringan grabulasi disekitarnya pada sel-sel
epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jaringan parut kolagenosa,
menghasilkan kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer pada paru dinamakan fokus
ghon dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang terlibat dengan lesi primer disebut
kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami kalsifikasi dapat terlihat dalam
pemerikasaan foto thorax rutin pada seseorang yang sehat ( Price dan Wilson,2006)

Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberculosis pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilier bronkus, dan dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi di mulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatakan peradangan di dalam paru. Sluran limfe
akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru,dan ini disebut sebagai
kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak subpelura. Fokus primer
dapat mengalami penyembuhan sempuran,kalsifikasi atau penyebaranlebih lanjut. Waktu
antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6
minggu.Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberculosisi dari negatif menjadi positif.
2. TBC Paca Primer (Post primery TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Wirjodiaurdjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta merta muncul. Pada saat-saat
awal , 4-8 minggu setelah terinfeksi, biasanya anak hanya demam sedikit. Beberapa bulan
kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batik sedikit. Tahap berikutnya
(3-9 bulan setelah terinfeksi), anak kurang nafsu makan, kurang bergairah dan berat badab
turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar dileher.Sementara di paru-paru muncul
gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Inbi tergantung kekebalan anak,
kalau anaka kebal (daya tahan tubuhnya bagus) TBC-nya tidak muncul, teteapi bukan berarti
sembuh. Setelah bertahun-tahun bisa saja muncul bukan di peru-paru lagi melainkan ditulang,
ginjal, otak dan sebagainya.
Gejala-gejala untuk mendiagnosa antara lain (Wirjodiardjo,2008)
1. Apakah anak sudah mendapatkan imunisasi BCG semasa kecil, reaksi BCG sangat
cepat misalnya bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga bisa
dicurugai TBC meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan
berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab, Ini juga jarang terjadi kalaupun ada setelah
diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah
4. Batuk lama lebihdari 3 minggu ini terkadang tersamar dengan alergi kalau tidak ada
alergi atau penyebab lain baru dokter boleh curigai kemungkinanan anak terkena TBC
5. Pembesaran kelenjar kulit, terutama dibagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC, yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar diseluruh tubuh, misalnya diselangkangan, ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi disudut mata ada kemerahan yang khas
7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Tes,
MT) dan foto. Pada anak normal Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm.
tetapi pada anakyang gizinya kurang meskipun ada TBC hasilnya biasanya negatif,
karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
Hemoptisi berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovelemik atau tersumbatnya jalan napfas. Kolaps dari lobus
akibat retraksi bronkial. Brokiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak(adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti
otak,tulang,persendian,ginjal dan sebagainya. Insufisiensi kardio pulmonar (Cardio
Pulmonary Insufficiency).

6. Penatalaksanaan Medis

Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam pengobtan tuberculosis
yang berdasarkan pada:

1. Regimen harus termasuk obat-obatan multipe yang sensitif terhadap mikroorganisme.


2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman padawaktu yang paling
singkat.

Obat antituberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah:
(FKUL,2001)

1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan lama dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
7. Penatalaksanaan Perawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan anakan dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan
melakukan :

1. Pemantaun tanda-tnda infeksi sekunder


2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis (seperti: streptomisin, etambutuol,
rifamfisin, pirazinamid, dan lain-lain)
7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak
yang terderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktifitas sesuai
dengan usia dan tugas perkembangan yaitu : (Suriadi dan Yuliani 2001)
a. Memberikan aktifitas ringan yang sesuai dengan usia anak ( permainan,
keterampilan tangan, vidio, game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi
bagi anak.
c. Melibatkan anak dala mengatur jadwal harian dan memilih baktivitas yang
diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan.
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Data Umun (selain identitas klien, juga identitas orang tua, asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibwah ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1. Prenatal : (kurang asupan nutrisi, tersrang penyakit infeksi selama hamil)
2. Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi menderi caput
sesaodonium, bayi menderita cepal hematom
3. Post Natal :kurang basupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia
icterus
d. Riwayat masa lampau
1. Penyakit yang pernah diderita (tanyakan apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar lainnya dan sudah diberikan
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi
tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
2. Pernah dirawat di rumah sakit
3. Obat-obatan yang digunakan/riwayat pengobatan
4. Riwayat kontak dengan penderita TBC
5. Alergi
6. Daya tahan menurun
7. Imunisasi/vaksin : BCG
e. Riwayat penyakit sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti leher, ingunal, axila, dan sub mandibula).
f. Riwayat keluarga ( adakah yang menderita bTB atau penyakit infeksi lainnya,
biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
g. Riwayat kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi
1. Lingkungan tempat tinggal (lingkungan kurang sehat (polusi,limbah), pemukiman
yang padat,ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola
sosialisasi anak.
2. Kondisi rumah
3. Merasa dikucilkan
4. Aspek psikososisal (tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi,untuk sembuh perlu waktu yang
lam dan biaya yang banyak
7. Tidak bersemngat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (yang mengasuh, hubungan dengan anggota keluarga,
hubungan dengan teman sebayanya, pembawaan secara umum, pelaksanan spiritual)
i. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
2. Keadaan umum : alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi metabolik. Anoreksia,
mual tidak enak diperut, BB menurun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan
lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3. Pola eliminasi, perubahan karakteristik feses dan urin, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekanb pada kuadran kiri atas dan spelenomegali.
4. Pola latihan sesak napas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul sesak nafas
(nafas pendek).
5. Pola tidur dan istirahat iritable, sulit tidur berkeringat pada malam hari
6. Pola kongnitif perseptual, kadang terdapat nyeri tekan padanodul limfa, nyeri
tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7. Pola persepsi diri, anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8. Pola peran hubungan anak menjadi ketergantungan terhadp orang lain (ibu/ayah)
tidak mandiri, pola seksualitas/reproduktif, anak biasanya dekat dengan ibu dari pada
ayah, pola kopingtoleransi stres, menarik diri, pasif.
j. Pemeriksaan fisik
1. Demam : sub fibril, fibril (40-41ºc) hilang timbul
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus: batuk ini
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulain dari batuk nkering sampai batuk
purulen (menghasilkan sputum).
3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.
5. Malaise : ditemikan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui, Ronchi basah,
kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara limforik.
k. Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan
1. Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensifitas tipe lambat ®imunitas seluler
infeksi TB
2. Foto rontgent rutin : foto pada rongga paru atas indikasi : tulang, sendi, abdomen,
Rogtgent paru tidak selalu khas.
3. Pemeriksaan mikrobiologis ( Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal tidak
menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara :cara lama
radio metrik (Bactec); PCK.
4. Pemeriksaan darah tepi ( Tidak khas. LED dapat meninggi)
5. Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura, atas indikasi. Sumber
infeksi adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
6. Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, serologim dll)

Pengkajian TUMBANG mengunakan KMS,KKA, dan DDST

1) Pertumbuhan
a. Kaji BBL, BB saat kunjungan
b. BB normal
c. BB normal, mis: (6-12 tahun) umur
d. Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB= 64x77R= usia
dalam tahun
e. LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a. Lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan
mata, mengoceh.
b. Usia 3-6 bulan mengankat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa dan
menangis meringis.
c. Usia 6-9 bulan = duduk tanpa di bantu, tengkurap, berbalik sendiri, merangkak,
meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain dan
mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d. Usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu, mengeluarkan
kata-kata, mengerti ajakan sederhana,dan larangan berpartisipasi dalam
permaianan.
e. Usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-1- kata, rasa cemburu, bersaing.
f. Usia 18-24 bulan = naik turun tangga, menyusun 6 kata mennjukan kata dan
hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada
anak lain dan bermain dengan mereka.
g. Usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak,
menyusun kalimat dan lain-lain.
h. Usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan
baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i. Usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan berhitung.
2. Peyimpangan KDM ( Pathway)

Mikobacteriu Alveolu Respon inflamasi ( Fagoist Jaringan granulomas


m s oleh Neutropil, Makrofag.
Limfosit melisiskan
Klasifikasi Skar kolagenosa

Masa fibrosa ( bag


sentral= Tuberkel ghon Sistim imun Domant
menurun

TBC Aktif

Penumpukan Pembentukan Efek GI trak


sekret sputum

Anoreksia
Sekret sulit Batuk
dikeluarkan Cadangan energi
menurun Asupan nutrisi tak
Resiko penularan Defisit adekuat
Obstruksi pengetahuan
Kelemahan
Penurunan berat
Sesak nafas Gangguan pola nafas badan
tidak efektif
Resiko defisit nutrisi
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Intoleran Aktifitas
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
efektif b.d penumpukan keperawatan selama 3x24 Observasi :
secret berlebih jam masalah bersihan jalan  Monitor p[ola napas
napas tidak efektif teratasi (frekuensi,
dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha
1. Batuk efektif meningkat napas)
2. Produksi sputum  Monitor bunyi napas
menurun napas tambahan
3. Mengi menurun (mis. Gurgling,
4. Whezing menurun mengi, wheezing,
5. Dispnea menurun ronkhi kering)
6. Ortopnea menurun  Monitorsputum
7. Sianosis menurun (jumlah,
8. Frekuensi napas warna,aroma)
membaik
Terapeutik
9. Pola napas membaik

 Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Berikan minum
hangat
 Lakukan pengisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi
 Ajarkan tehnik batuk
efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2. Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
penumpukan sputum keperawatan selama 3x24 Observasi :
jam masalah pola napas tidak  Monitor frekuensi,
efektif teratasi dengan kriteria irama, kedalaman,
hasil : dan upaya napas
1. Dispnea menurun  Monitor pola napas
2. Pengunaan otot bantu (mis. Bradipnea,
napas menurun takipnea,
3. pemanjangan fase hiperventilasi)
ekspirasi menurun  Monitor adanya
4. Fekuensi napas membaik produksi sputum
5. Kdalam napas membaik  Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi
napas
 Monitor saturasi
oksigen

Terapeutik :

 Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi :

 Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

3. Resiko defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


anoreksia keperawatan selama 2x24 Observasi :
jam masalah resiko defisit  Identifikasi status
nutrisi teratasi dengan kriteria nutrisi
hasil :  Identifikasi alergi
1. Porsi makan yang dan intolernsi
dihabiskan meningkat makanan
2. Berat badan membaik  Monitor asupan
3. IMT membaik makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik :

 Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein

Edukasi :

 Anjurkan posisi
duduk
 Anjurkan diet yang
di programkan

Kolaborasi :

 Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyri,
antiemetic), jika
perlu
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan, jika
perlu

4. Intoleran aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


kelemahan umum keperawatan selama 3x24 Observasi :
jam masalah intoleran  Identifikasi
aktivitas teratasi dengan gangguan fungsi
kriteria hasil : tubuh yang
1. Frekuensi nadi mengakibatkan
meningkat kelelahan
2. Keluhan lelah menurun
Terapeutik :

 Lakukan latihan
rentang gerak
pasif//atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menegangkan

Edukasi :

 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan nutrisi

5. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


kurang informasi tentang keperawatan selama 3x24 Observasi :
proses penyakit jam masalah defisit  Identifikasi kesiapan
pengetahuan teratasi dengan dan kemampuan
kriteria hasil : menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran  Identifikasi faktor-
meningkat faktor yanf dapat
2. Pertayaan tentang meningkatkan
masalah yang dihadapi motivasi perilaku
menurun nhidup sehat dan
3. Persepsi yang keliru bersih
terhadap masalah
Terapeutik :
menurun

 Sediakan materi dan


media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi :

 Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhikeseh
atan
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai