Oleh :
Dewi Safitri
2018.D.02.032
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Presentase TBC paru semua tipe pada orang berjenis kelamin laki-laki
lebih besar daripada orang berjenis kelamin perempuan dikarenakan laki-laki
kurang memperhatikan pemeliharaan kesehatan diri sendiri serta laki-laki sering
kontak dengan faktor risiko dibandingkan dengan perempuan Laki-laki lebih
banyak memiliki kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, kebiasaan tersebut
dapat menurunkan imunitas tubuh dan akan mudah TBC (Tuberkulosis) yang
juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang
berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang
mengeluarkan darah.
1.4.3.Bagi Instansi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epidemiologi
6
7
Pada tahun 2015 jumlah penderita TB baru di seluruh dunia sekitar 10,4 juta
yaitu laki – laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak – anak 1,0 juta.
Diperkirakan 1.8 juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta
akibat TB dengan HIV (WHO, 2016).
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yangtimbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik (Werdhani, 2009).
b. Gejala khusus:
imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TBC dan
biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman
TBC dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam
makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di
tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TBC di jaringan paru disebut
Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TBC hingga
terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi
TBC. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi
lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya
gejala penyakit. Masa inkubasi TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8
minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi
tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler (Werdhani, 2009).
TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah
kemasukan basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC,
walaupun segera difagositosis oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati.
Dengan semikian basil TBC ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa
dalam 2 minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan 1 basil menjadi
2 basil setiap 20 jam, sehingga pada infeksi oleh satu basil saja, setelah 2
minggu akan menjadi 100.000 basil. TBC sekunder adalah penyakit TBC yang
baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak terjadinya infeksi primer.
Kemungkinan suatu TBC primes yang telah sembuh akan berkelanjutan
menjadi TBC sekunder tidaklah besar, diperkirakan hanya sekitar 10%.
Dalam penelitian Girsang (2011) dijelaskan bahwa ada dua faktor resiko
yang mengakibatkan terjadinya penyakit TB paru. Pertama faktor lingkungan
yaitu kondisi rumah penderita yang tidak memenuhi syarat antara lain dinding
tidak permanen, kepadatan hunian tinggi, tidak ada pembuangan sampah,
rumah berlantai tanah dan mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat.
Kedua faktor perilaku yaitu masyarakat masih memiliki pola hidup yang
belum sehat dan masih banyak masyarakat yang merokok. Kurniasari (2012)
mengatakan bahwa faktor resiko penyakit TB paru yaitu kondisi sosial
ekonomi, pencahayaan ruangan dan luas ventilasi. Kondisi sosial ekonomi
yang kurang baik menyebabkan penderita tidak memiliki kemampuan untuk
membuat rumah yang sehat atau memenuhi syarat, kurangnya pengetahuan
untuk mendapatkan informasi kesehatan, kurangnya mendapat jangkauan
layanan memiliki kemampuan untuk membuat rumah yang sehat atau
memenuhi syarat, kurangnya pengetahuan untuk mendapatkan informasi
kesehatan, kurangnya mendapat jangkauan layanan kesehatan dan kurangnya
pemenuhan gizi yang berakibat pada daya tahan tubuh yang randah sehingga
mudah untuk terinfeksi. Pencahayaaan yang kurang menyebabkan kuman
tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, dan gelap
tanpa sinar matahari sampai bertahun tahun lamanya, dan mati bila terkena
sinar matahari. Luas ventilasi yang kurang menyebabkan peningkatan
kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik
untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk
kuman tuberkulosis.
2.1.5 Patogenesis dan Penularan
1) Bakteri Penyebab TB
a. Berbentuk batang (basil) dengan panjang 1-10 mikron, dan lebar 0,2-0,8
mikron.
b. Tahan terhadap suhu rendah antara 40C sampai (-7) 0C sehingga bisa bertahan
hidup dalam waktu lama.
c. Dalam sputum manusia pada suhu 30-370C akan mati dalam waktu lebih
kurang satu minggu.
d. Bersifat tahan asam jika diperiksa secara mikroskopis dalam pewarnaan
metode Ziehl-Neelsen.
e. Bakteri tampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
mikroskop.
f. Memerlukan media biakan khusus yaitu Loweinsten-Jensen dan Ogawa.
g. Sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan ultraviolet, sehingga apabila
terpapar langsung sebagian besar bakteri akan mati dalam beberapa menit.h.
Bakteri dapat bersifat tidur atau tidak berkembang (dormant)(Kemenkes RI,
2014, 2017).
a. Sumber penularan dari penyakit ini adalah pasien TB BTA positif melalui
percik renik (droplet nuclei) yang dikeluarkannya. Akan tetapi, bukan berarti
bahwa pasien TB dengan hasil BTA negatif tidak mengandung bakteri dalam
sputumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah bakteri yang terkandung
dalam contoh uji ≤ dari 5.000 bakteri/cc sputum sehingga sulit dideteksi melalui
mikroskopis langsung.
a. Paparan
b. Infeksi
Reaksi imunitas oleh tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah
infeksi. Pertama, reaksi imunologi (lokal) berupa bakteri TB masuk ke alveoli
dan ditangkap makrofag. Kemudian, berlangsung reaksi antigen-antibodi.
Kedua, reaksi imunologi (umum) yaitu terjadinya hipersensitivitas tipe empat
(delayed hypersensitivity) dengan bukti hasil tes tuberkulin menjadi positif.
Ketika lesi umumnya sembuh total, namun bisa saja bakteri tetap hidup di dalam
lesi tersebut (dormant) dan suatu saat bisa aktif kembali. Hal itu disebabkan
karena penyebaran melalui aliran darah atau getah bening yang bisa terjadi
sebelum penyembuhan lesi (Kemenkes RI, 2014, 2017).
c. Menderita Sakit
Faktor risiko untuk menjadi sakit TB tergantung dari konsentrasi atau
jumlah bakteri yang terhirup, lamanya waktu sejak terinfeksi, usia seseorang
yang terinfeksi dan tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya
tahan tubuh yang rendah di antaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi
buruk) justru akan memudahkan berkembangnya TB aktif (menderita sakit TB).
Apabila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB
akan meningkat pula.
14
d. Meninggal Dunia
2.1.5 Pasien TB
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim (jaringan)
paru dan ini terjadi secara umum (PDPI, 2011; Kemenkes RI, 2014). Adapun
istilah TB milier yang merupakan komplikasi dari suatu fokus infeksi
tuberkulosis yang disebarkan lewat aliran darah (hematogen) atau getah bening
(limfogen) (Wincen, Zulkarnain, dan Fauzar, 2018). Gambaran dari TB milier
yaitu bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan
paru dengan ukuran lesi (1-5 mm) (Wincen et al, 2018; Robbins & Kumar, 2015).
TB milier menyebabkan semua organ tubuh terkena infeksi TB (Kemenkes RI,
2014, 2017).
a. Pasien Baru TB
Pasien baru TB ialah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
namun kurang dari satu bulan (kurang dari 28 dosis) (Kemenkes RI, 2014).\
Hal ini terjadi karena angka kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan
angka keberhasilan pengobatan,sehingga kontribusi pasien yang sembuh terhadap
angka keberhasilan pengobatan mengalami penurunan dari tahun-tahun
sebelumnya. Pada tahun 2017, 42% dari hasil pengobatan pasien TBC mengalami
kesembuhan. Meskipun terjadi penurunan pada angka success rate pengobatan
pasien TBC, angka di Indonesia ini masih berada di atas standar keberhasilan
pengobatan yang ditetapkan oleh WHO, yaitu sebesar 85%.(Kemenkes RI, 2018).
20
METODE PENELITIAN
Strategi yang digunakan untuk mencari literatur dalam penelitian ini adalah
menggunakan PICOS dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria
inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut (Farida, 2020).
22
23
DAFTAR PUSATAKA