Anda di halaman 1dari 20

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Dr. Raden Soedjati Soemodihardjo
Kabupaten Grobogan Tahun 2012
UNSPECIFIED (2012) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati
Soemodihardjo Kabupaten Grobogan Tahun 2012. Masters thesis, UNIVERSITAS
DIPONEGORO.

Abstract
Universitas Diponegoro Program Pascasarjana Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit 2012 ABSTRAK Samuel Setiawan Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodihardjo Kabupaten Grobogan Tahun 2012 98
halaman + 23 tabel + 4 gambar + 9 lampiran Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat
penting dilakukan ditinjau dari aspek medikolegal, ekonomi (pembiayaan) maupun klinis
perjalanan penyakit pasien. Namun penulisan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Dr.
Raden Soedjati Kab Grobogan sering dijumpai tidak lengkap. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodihardjo Kab Grobogan. Jenis
penelitian adalah observasional dengan desain cross sectional menggunakan alat bantu
kuesioner. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Dr.
Raden Soedjati Soemodihardjo Kab Grobogan tahun 2011 sejumlah 110 orang. Responden
adalah total populasi. Data yang terkumpul dilakukan analisis univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 57,3% responden mempunyai proses penulisan yang baik, 68,2%
responden berpendapat bahwa standar dokumentasi baik, 66,4% berpendapat bahwa punishment
baik dan 68,2% berpendapat bahwa reward baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada
hubungan antara faktor proses penulisan, standar, punishment dan reward dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya
pengaruh bersama sama antara umur (p = 0,038, Exp B = 6,72), faktor proses penulisan (p =
0,0001, Exp B = 11,68), standar (p = 0,014, Exp B = 5,65), punishment (p = 0,010, Exp B =
5,01) dan reward (p = 0,0001, Exp B = 17,12) terhadap kelengkapan pendokumentasian askep.
Faktor yang paling berpengaruh adalah reward. Saran yang dapat direkomendasikan dalam
penelitian ini adalah Melakukan obeservasi dan revisi terhadap standar dokumentasi askep sesuai
dengan kondisi yang terbaru (up to date), tentang prosedur kenaikan pangkat sehingga perawat
dapat memahami syarat yang harus dipenuhi, memberikan penghargaan yang berupa pujian baik
oleh kepala ruang dan rekan sejawat dapat. Kata Kunci : faktor, kelengkapan, dokumentasi
asuhan keperawatan, rawat inap Kepustakaan : 40, 1962 2008 Diponegoro University
Postgraduate Program Masters Program in Public Health Majoring in Hospital Administration
2012 ABSTRACT Samuel Setiawan Analysis on Factors Related to the Completeness of
Nursing Documentation in Inpatient Unit of RSUD. Dr. Raden Soedjati Soemodihardjo,
Grobogan District 98 pages + 23 tables + 4 figures + 9 enclosures Based on the medico legal,
economy (funding), or clinical aspects of patients disease natural history, documentation of
nursing care was very important to be performed. However, documentation writing of nursing
care in the district general hospital (RSUD) of Dr. Raden Soedjati Grobogan district was
incomplete. The study objective was to analyze factors affecting the completeness of nursing
care documentation in the inpatient room of RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodihardjo Grobogan
district. This was an observational study with cross sectional design and using questionnaire as a
supporting tool. Study population was all 110 nurses in the inpatient room of RSUD Dr. Raden
Soedjati Soemodihardjo Grobogan district in 2011. Study respondents were all 110 nurses
included in the study population (total population). Univariate and bivariate analysis were
applied in the data analysis. Results of the study showed that 57.3% of respondents had good
writing process; 68.2% of respondents had good opinion on the documentation standard; 66.4%
of had an opinion that punishment was good; and 68.2% of respondents had opinion that reward
was good. Results of bivariate analysis showed that there was an association between the
documentation completeness of nursing care and writing process, standard, punishment, reward
factors. Result of a multivariate analysis showed the joint effect among age (p= 0.038, Exp B=
6.72), writing process factor (p= 0.0001, Exp B= 11.68), standard (p= 0.014, Exp B= 5.65),
punishment (p= 0.010, Exp B= 5.01), and reward (p= 0.0001, Exp B= 17.12) to the
documentation completeness of nursing care. The most affecting factor was reward.
Recommended suggestions were to do observation and revision to the nursing care
documentation standard according to the up to date condition, to the rank promotion procedure
therefore nurses are able to understand the requirements that should be fulfilled; to provide
reward in the form of appreciation by the room chief and colleagues. Key words : factor,
completeness, nursing care documentation, inpatient Bibliography : 40, 1962-2008
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang IGD RSUD Kabupaten Kebumen

Undergraduate Theses from JTSTIKESMUHGO / 2012-06-15 11:05:11


Oleh : Kurniawan Setyo Hadi (A21000322), S1 Keperawatan
Dibuat : 2012-02-14, dengan 0 file

Keyword : pendidikan, pengetahuan, motivasi, format, pengalaman kerja, asuhan keperawatan


Subjek : dokumentasi keperawatan, asuhan keperawatan
Nomor Panggil (DDC) : RS 080/HAD/f/2011

Latar Belakang: Dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyarat dalam melaksanakan
perawatan yang baik dan untuk efesiensi dari kerjasama dan komunikasi antar profesi kesehatan
dalam pelayanan kesehatan professional. Pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat pendidikan, pengetahuan, motivasi, format asuhan
keperawatan dan pengalaman kerja dari perawat itu sendiri.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan di Ruang IGD RSUD Kabupaten Kebumen.
Metode: Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada
penelitian ini adalah semua perawat yang melaksanakan tugas di ruang IGD RSUD Kabupaten
Kebumen yang berjumlah 24 orang. Sampel berjumlah 24 orang dan alat yang digunakan berupa
kuesioner. Data diolah dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik dengan derajat
kemaknaan 0.05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang tidak melaksanakan
pendokumensian asuhan keperawatan lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang
melaksanakan pendokumensian asuhan keperawatan yakni 17 responden (70,8%) dibanding 7
responden (29,2%). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan, adalah tingkat pendidikan dengan nilai p : 0,046 dan format dengan nilai p: 0,021.
Sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan, adalah
pengetahuan dengan nilai p : 0,343, motivasi dengan nilai p : 0,512 dan pengalaman kerja
dengan nilai p : 0,476. Kedua faktor yang mempengaruhi pendokumentasian askep yaitu tingkat
pendidikan dan format, keduanya tidak ada yang dominan mempengaruhi pendokumentasian
asuhan keperawatan.

. Faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi

Menurut Hidayat (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi keperawatan

adalah:

a. Faktor sosial

1) Pengakuan/penghargaan, baik berupa material maupun non material yang adil dan layak kepada

perawat sebagai balasan atas kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan pendokumentasian.
2) Reward gaji yang kurang menyebabkan mempengaruhi motivasi perawat dalam memberikan

asuhan.

3) Perilaku merupakan salah satu faktor dalam terlaksananya tugas sebaik mungkin yang diberikan

oleh pimpinan.

b. Praktek profesional

1) Keterampilan kemampuan dokumentasi yang lengkap dan benar sesuai standar, menggambarkan

profesionalisasi perawat

2) Pengalaman kerja dapat mencerminkan kemampuan perawat dalam memecahkan masalah dan

keterampilan melakukan tindakan kurangnya tenaga perawat, tidak adanya standar dukumentasi

menyebabkan waktu untuk memberikan asuhan lebih lama

3) Pengetahuan dokumentasi keperawatan mengambarkan asuhan individu dalam memecahkan

masalah keperawatan.

Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi pendokumetasian adalah (Widayatun, 1999):

a. Faktor fisik & proses mental

b. Faktor hereditas, lingkungan

c. Faktor intrinsik seseorang

d. Fasilitas (sarana & prasarana)

e. Sikon

f. Program dan aktifitas

g. Media
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

faktor-faktor yang mempengaruhi


pendokumentasian :
Faktor sosial
Penghargaan
Perilaku
Motivasi*
Faktor profesional
Keterampilan
Pengalaman kerja
Pengetahuan*

ebih lanjut Fishback (1991) menjelaskan dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan,


penyimpanan dan desiminasi informasi guna mempertahankan sejumlah kejadian.
Menurut Brunt (1999) pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah
sebagai alat komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan secara profesional.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk menggunakan
informasi di dalamnya. Pendokumentasian diperlukan untuk memudahkan alur dan koordinasi
dalam perawatan pasien
Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Oleh karena itu perilaku manusia itu mempunyai
bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, bicara, bereaksi dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (Internal activity) seperti berpikir, persepsi, emosi juga merupakan perilaku
manusia. Selain itu, perilaku perawat dalam pendokumentasian mencakup pencatatan,
penyimpanan, pemeliharaan dan pelaporan.
Lebih lanjut Fishback (1991) menjelaskan dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan,
penyimpanan dan desiminasi informasi guna mempertahankan sejumlah kejadian.
Menurut Brunt (1999) pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah
sebagai alat komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan secara profesional.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk menggunakan
informasi di dalamnya. Pendokumentasian diperlukan untuk memudahkan alur dan koordinasi
dalam perawatan pasien.
Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah
tahap perkembangan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif
seseorang dibentuk dari cara berpikir seseorang dan selalu berhubungan dengan tahap
perkembangan individu. Latar belakang pendidikan seseorang akan menentukan caranya
mengerti masalah yang dihadapi.
Menurut Peter F. Drucker (1999) dalam The New Realities, pengetahuan adalah informasi yang
dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak,
atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam
melakukan tindakan yang benar.
Robert (2002) pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang
mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu peran perawat dalam
pelayanan ini sebagai peran pelaksana dalam pelayanan keperawatan, sedangkan pelayanan
keperawatan itu sendiri merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang di dasari pada ilmu dari kiat keperawatan berbentuk bio,
psiko, sosial, spiritual, yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.
Lebih lanjut Nursalam (2001) pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan yang tercatat dalam rekam medis yang dilakukan oleh
perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dokumentasi asuhan keperawatan
mempunyai kegunaan sebagai aspek hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan,
penelitian dan akreditasi.
Selain itu Brunt (1999) pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan efisien adalah
sebagai alat komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan secara profesional.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk menggunakan
informasi di dalamnya. Pendokumentasian diperlukan untuk memudahkan alur dan koordinasi
dalam perawatan pasien.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang di lakukan Martini (2007), Nelfiyanti
(2009) dan Pribadi A. (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan responden dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang perilaku pendokumentasian
asuhan keperawatan masih rendah. Hal ini dikarenakan responden tidak memahami pentingnya
pendokumentasian. Selain itu adanya responden yang kurang memahami tentang pengertian
pendokumentasian, tujuan pendokumentasian, fungsi pendokumentasian, cakupan
pendokumentasian dan prinsip-prinsip pendokumentasian asuhan keperawatan. Ini terbukti
dimana dari 36 responden (55,4%) sebanyak 26 responden (72,2%) memiliki pengetahuan yang
rendah dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan.
Menurut peneliti sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu arti manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya. Untuk itu peningkatan pengetahuan responden tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan pada responden sangat diperlukan sehingga pendokumentasian asuhan
keperawatan lebih cermat, teliti, efisien dan efektif.
Untuk meningkatkan pengetahuan responden perlu adanya peningkatan pelatihan tentang cara
pendokumentasian asuhan keperawatan dan melakukan evaluasi terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan yang telah dilakukan serta adanya pemberian reward pada perawat.
Widayatun (2000) yang mempengaruhi motivasi perawat dalam melaksanakan dokumentasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor instrinsik dan ekstrinsik, beban kerja , reward terhadap hasil kerja.
Faktor intrinsik terdiri dari prestasi, pengakuan, sifat pekerjaan, tanggung jawab, pengembangan
potensi.
Lebih lanjut Stanford (1970), ada tiga poin penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan
antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang
dirasakan oleh seseorang, baik fisik maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu kondisi-kondisi tugas tersebut
dinamakan faktor motivasi (motivation factor), karena keberadaanya sangat menentukan apakah
individu tersebut termotivasi untuk berperforma tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang di lakukan Lukman (2002, Diyanto. Y
(2007), Martini (2007), Nelfiyanti (2009) dan Pribadi A. (2009) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara motivasi responden dengan perilaku pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika dapat diselaraskan tujuan yang dimiliki oleh
organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun sekelompok masyarakat
yang tergabung dalam organisasi tersebut (Azwar, 1996). Dengan demikian langkah pertama
yang perlu dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun
sekelompok masyarakat untuk kemudian di upayakan memadukannya dengan tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini diketahui sebagian perawat memiliki motivasi untuk bekerja dengan sebaik-
baiknya dan kreatif, sementara yang lainnya hanya merasa cukup dengan asal selesai
mengerjakan tugasnya tanpa memikirkan hasilnya. Sehingga untuk memberikan pelayanan yang
baik kepada pasien, pimpinan harus benar-benar memperhatikan motivasi perawat.
Hasil penelitian juga diketahui bahwa motivasi responden tentang perilaku pendokumentasian
asuhan keperawatan masih rendah. Hal ini dikarenakan responden kurang memahami pentingnya
pendokumentasian asuhan keperawatan. Selain itu adanya responden yang kurang memahami
tentang pengertian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan, tujuan pendokumentasian
asuhan keperawatan, fungsi pendokumentasian asuhan keperawatan, cakupan pendokumentasian
asuhan keperawatan dan prinsip-prinsip pendokumentasian asuhan keperawatan. Ini terbukti
dimana dari 36 responden (55,4%) sebanyak 26 responden (72,2%) memiliki pengetahuan yang
rendah dengan perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan.
Untuk meningkatkan motivasi perawat, perlu dilakukan pengawasan terhadap perilaku perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, saling bersosialisasi dalam berkerja dimana
diharapkan dapat memecahkan suatu masalah pada klien dan adanya program untuk
pengembangan potensi perawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kepuasan kerja
Harold E. Burt (2003) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi Motivasi

kerja yaitu :

1) Faktor hubungan antar karyawan, antara lain :

a) Hubungan antara manager dengan karyawan

b) Faktor fisis dan kondisi kerja

c) Hubungan sosial diantara karyawan

d) Sugesti dari teman sekerja

e) Emosi dan situasi kerja

2) Faktor Individu, yaitu yang berhubungan dengan :

a) Sikap orang terhadap pekerjaannya

b) Umur orang sewaktu bekerja

c) Jenis kelamin

3) Faktor-faktor luar (external), yang berhubungan dengan :

a) Keadaan keluarga karyawan

b) Rekreasi

c) Pendidikan (training, up grading dan sebagainya)

(Moh. Asad, 1995:112).

Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera

dipenuhi untuk segera beraktifitas segera mencapai tujuan.

Faktor yang berpengaruh terhadap motivasi pendokumetasian adalah (Widayatun, 1999):

a. Faktor fisik & proses mental

b. Faktor hereditas, lingkungan

c. Faktor intrinsik seseorang


d. Fasilitas (sarana & prasarana)

e. Sikon

f. Program dan aktifitas

g. Media

A Sonny Keraf dan Mikhael Dua (2001). Ilmu Pengetahuan, sebuah Filosofis, Kanisius

Achterbergh & Vriens. (2002). Prilaku Caring Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawat. Buletin
Fatmawati

Agung Pribadi, (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan motivasi
pelaksanaan analisis dokumentasi keperawatan di rumah sakit umum Kelet Jepara, diakses (17
Juni 2010 Jam 19.30 WIB)

American Dictionary of the Language Websters New. (2002). Hospital Choice : A Summary of Key
Empirical and Hipithetical of the 1980. Journal of Helth Marketing, Fall 1985.

Ari Mulyo Wustu. (2006). Praktik Keperawatan Profesional, Konsep Dasar dan Hukum. EGC. Jakarta

Arikunto, S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

Asad. M. (1995). Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Aksara, Jakarta.

Aziz, A, (2003). Hubungan Antara Faktor Karakteristik dan Motivasi dengan Kinerja Penyuluh Keluarga
Berencana Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kota Jambi Tahun 2003. FKM-UI.
Jakarta

Azwar, S, (1996). Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya, (2th ed). Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Brunt, (1999). Besar sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta

Carpenito I.J. (1995). Nursing Care Plan and Documentation, 2 nd Ed. J.B.

Cole. (1996). Quality assurance, in Henry B.C


Darmanto, (2000). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSD Raden Mattaher Jambi Tahun 2005. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan.
Stikes Bina Husada Palembang

Dina Maryana (2009) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Kecamatan Sarolangun Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan.
Yayasan Haji Soeheily Qori Bangko.

Departemen Kesehatan RI, Dirjen Pelayanan Medis. ( 1993 ). Standar Pelayanan Rumah sakit, Cetakan II.
EGC, Jakarta

DepKes ( 1995 ). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Dep Kes
Jakarta

Effendi N. ( 1995 ). Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta

Fishback FT. ( 1991 ). Documenting Care : Communication, The Nursing Process and Documentation
Standart, F.A. davis Company, Philadelphia.

Freeman dan Stoner. (1995). Nursing Process. A Critical Thinking Approach. AddisonWesley Nursing.
California. 1996.

Gartinah, Tien, at al ( 1986 ). Keperawatan dan Praktek keperawata,. Jakarta PPNI.

Gaffar, La Ode, (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta : EGC.

Hadi Sutrisno.( 1986 ). Metodologi Research. Universitas Gajah Mada.

Hasibuan, S.P, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.

Hidayat. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Selemba Medika, Jakarta

Ilyas, Y.(1994).Kinerja : Teori perilaku dan penelitian. Jakarta : Badan Penerbit FKM-UI depok

Lawinto. (2001). Manajemen Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

La Ode Jumadi Gaffar. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : B

Marilynn E. Doengoes, Mary Frances moorhouse, alice C. Geisler. ( 2000).


Rencana Asuhan Keperawatan

Marifin Husin.(1993). Upaya Meningkatkan Mutu Keperawatan Melalui Kerjasama Antar Rumah sakit.
Konsorsium Ilmu Kesehatan Direktorat Jendral Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Muhamad Sayuti. (2006). Analisa Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kayu Agung Tahun 2004. Proposal

Nursalam dan Siti Pariani. ( 2000 ). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

Nursalam . (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Penerbit Salemba Medika.

Notoatmojo S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset,
Yogyakarta.

__________ ( 1999). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Yogyakarta.

Patricia W. I. And Perry G.A.(1985 ). Nursing Documentation, ST.Louis, Toronto.

Purwanto, N. (2000) Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Potter A.P. and Perry G.A. (1985). Fundamental Nursing .St. Louis .CV. Mosby Company.

Robert Bacal. ( 2002 ). Performance Manajemen. Ahli Bahasa : Surya Darma, PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.

Robins, S.P.(2001). Perilaku organisasi. Jilid 1. P. T > Prenhallindo, Jakarta

Stanford. (1970). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta


PT. RINEKA CIPTA

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Soemadi. S.B. ( 1996 ). Psikologi pendidikan, Rajawali Pers Jakarta.

Sri. Y. (2004). Motivasi dan Disiplin Kerja Karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan Produksi.
LSIUP, Jakarta

Sastroasmoro dan Ismail. ( 1995 ). Dasar-dasar Metodologi penelitian Klinik.Jakarta.

Sastroasmoro, dan Ismail. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik, Bina Rupa Aksara Jakarta.

Waruna. (2003). Indikator Motivasi Kerja Perawat, http//www.google.co.id diakses (21 Juni 2010 jam
21.00WIB)

Widayatun. (2000). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manejemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Winardi. (2002 ). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Penerbit Pt. Raja Grafindo Persada
Jakarta.

Wahyusumijo. (1987 ). Kepimpinan dan Motivasi. Graha Indo.


Winkle, W. SJ. ( 1986 ). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia , Jakarta.
Standar Dokumentasi

Komponen dan kriteria standar dokumentasi keperawatan yang dirumuskan Departemen

Kesehatan tahun 1995 sebagai berikut :

a. Standar pengkajian data keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi ;

1) Pengumpulan data dengan kriteria : Kelengkapan data sistematis, menggunakan format, akurat,

dan valid

2) Pengelompokkan data dengan kriteria : data biologis, data psikilogis, data sosial dan data spritual

3) Perumusan masalah dengan tingkat kriteria kesenjangan antara status kesehatan dengan norma

dan pola fungsi kehidupan.

b. Standar diagnosa keperawatan

Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan.

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan

klien.

2) Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

3) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab dan gejala tanda atau terdiri

dari masalah dan penyebab.

4) Diagnosa keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan klien yang sudah nyata terjadi.

5) Diagnosa keperawatan potensial untuk perumusan status kesehatan klien yang kemungkinan

besar akan terjadi apabila tidak dilakukan upaya pencegahan.

c. Standar perencanaan keperawatan

Komponen keperawatan meliputi :


1) Prioritas masalah dengan kriteria : masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas

yang pertama, masalah kesehatan prioritas yang kedua. Yang mempengaruhi perilaku prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria :

Tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas, di susun berdasarkan diagnosa keperawatan,

spesifik pada diagnosa keperawatan, dapat diukur, realistik menggunakan komponen yang terdiri

dari subyek perilaku klien, kondisi klien, dan kriteria tujuan.

3) Rencana tindakan

Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan merupakan alternatif tindakan secara tepat,

melibatkan dan melakukan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknik yang telah

ditentukan.

d. Standar evaluasi

Kriteria :

1) Pengkajian ulang diarahkan pada tercapainya tujuan atau tidak.

2) Prioritas dan tujuan baru di tetapkan serta pendekatan keperawatan lebih lanjut dilakukan dengan

tepat dan akurat.

3) Tindakan keperawatan yang baru di tetapkan dengan cepat dan tepat.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi

Menurut Hidayat (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi keperawatan

adalah:

a. Faktor sosial
1) Pengakuan/penghargaan, baik berupa material maupun non material yang adil dan layak kepada

perawat sebagai balasan atas kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan pendokumentasian.

2) Reward gaji yang kurang menyebabkan mempengaruhi motivasi perawat dalam memberikan

asuhan.

3) Perilaku merupakan salah satu faktor dalam terlaksananya tugas sebaik mungkin yang diberikan

oleh pimpinan.

b. Praktek profesional

1) Keterampilan kemampuan dokumentasi yang lengkap dan benar sesuai standar, menggambarkan

profesionalisasi perawat

2) Pengalaman kerja dapat mencerminkan kemampuan perawat dalam memecahkan masalah dan

keterampilan melakukan tindakan kurangnya tenaga perawat, tidak adanya standar dukumentasi

menyebabkan waktu untuk memberikan asuhan lebih lama

3) Pengetahuan dokumentasi keperawatan mengambarkan asuhan individu dalam memecahkan

masalah keperawatan.

2Fartor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan.

Penerapan standar asuhan keperawatan akan merubah system dalam pemberian asuhan
keperawatan menjadi lebih terencana, berdasarkan pada pedoman yang jelas dan lebih bisa
dipertanggung jawabkan.

Faktor pendukung dari proses perubahan dalam penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat dari
aspek kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan dasar interpretasi (Nursalam, 2002).

Faktor penghambat bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu mengancam kepentingan pribadi,
persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologi dan toleransi untuk berubah yang rendah
(Nursalam, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit TNI Malang, tentang Standar
Asuhan Keperawatan dan Sikap Terhadap Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Dokter
dan Perawat (Anggreini, 2005) diketahui :.

1. Factor-Faktor Yang Mendukung Penerapan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Meliputi :

a. Sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat.

b. Sebagai metode dalam melayani pasien.

1. Sebagai alat untuk dokumentasi, untuk mengetahui perkembangan pasien.


2. Sebagai alat pertanggung jawaban perawat dalam menjalankan tugas.

2. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Meliputi :

a. Teori tentang Asuhan Keperawatan terlalu sulit, rumit dan agak susah.

b. Sumber Daya Manusia masih kurang jumlahnya diruang keperawatan.

c. Tidak adanya penilaian dari supra system.

d. Dalam pelaksanaannya masih mencontoh askep yang dulu-dulu.

e. Masih adanya pekerjaan non perawatan yang dikerjakan perawat.


Motif adalah rangsangan, dorongan, dan aataupun pembangkit tenaga yang dimiliki

seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud

dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan ataupun

pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut nau berbuat dan

bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Motivasi hanya akan berhasil sempurna jika antara lain dapat diselaraskan tujuan yang

dimiliki oleh organisasi dengan tujuan yang dimiliki oleh orang perorang dan ataupun

sekelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut (Azwar, 1996). Dengan

demikian langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenal tujuan yang dimiliki oleh orang

perorang dan ataupun sekelompok masyarakat untuk kemudian di upayakan memadukannya

dengan tujuan organisasi.

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri sesorang secara sadar ataupun tidak sadar

untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2005). Sedangkan motivasi

adalah kondisi yang menggerakan diri karyawan untuk lebih terarah dalam mencapai tujuan

organisasi/ujuan kerja (Mangkunegara, 2000 dalam Nursalam, 2002).

Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan

mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal

(Hasibuan, 2005). Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada

bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkannya.
UGAS KEPALA RUANG, PERAWAT PRIMER, PERAWAT ASOSIAET
URAIAN TUGAS KEPALA RUANG, PERAWAT PRIMER, PERAWAT ASOSIAET

I. KEPALA RUANGAN
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan
pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai
kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a.. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan dan
ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain yang akan bekerja
diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang
terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada diwilayah
tanggug jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara lain melalui pertemuan
ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebuthan
pasien agar tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang diperlukan diruang
rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
k. Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan.
m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan, serta menyampikan kepada staf untuk melaksanakannya.
n. Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat
kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaanya dan
menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
p. Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan
berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan
kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar. Untuk tindakan perawatan selanjutnya.
t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh kepala bidang, kepala
bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya,
sehingga memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan macam dan jenis
makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya.
x. Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan, serta
kegiatan lain di ruang rawat.

3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :


a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara
efektif dan efisien,
d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta
mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
II. PERAWAT PRIMER
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun
perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
6. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat
7. Membuat jadwal perjanjian klinik.
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
9. Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
10. Mengikuti timbang terima
11. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
12. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
13. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
14. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat blain.
15. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
16. Menerima dan menyesuaikan rencana.
17. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
18. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.
19. Membuat jadual perjanjian klinik.
20. Mengadakan kunjungan rumah.
21. Melaksanakan sentralisasi obat.
22. Mendampingi visite.
23. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat associate.
24. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.

III. PERAWAT ASOSIATE


Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan
langsung kepada klien.
Tugas Pokok
A. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih
sayang.
1. Melaksanakan tindakan perawtan yang telah disususun.
2. Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien pada catatan perawatan.
B. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
1. Pemberian obat.
2. Pemeriksaan laboratorium.
3. Persiapan klien yang akan dioperasi.
C. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari klien, :
1. Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan.
2. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan.
3. Pendekatan dengan komunkasi terapiutik.
D. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan
serta diagnostik..
E. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
F. Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.
G. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara administratif.
1. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
2. Sensus harian dan formulir.
3. Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
H. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
I. Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan.
J. Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
K. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya.
L. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
M. Membuat laporan harian.
N. Mengikuti timbang terima.
O. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
P. Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
Q. Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
R. Melakukan evaluasi formatif.
S. Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
T. Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat primer.

Anda mungkin juga menyukai