A. Pengertian
B. Etiologi
C. Manifestasi klinis
D. Patofisiologi
E. Klasifikasi
Cidera kepala diklasifikasikan menjadi dua :
Fractura bagian tengah basis cranii antara lain memberi gejala khas
menetesnya cairan otak bercampur darah dari telinga: otoliquor, melalui
tuba eustachii. Gambaran rontgen sebagai tanda khas pada fractura basis
cranii selalu hanya memperlihatkan sebagian. Karena itu, dokter-dokter
ahli forensik selalu menerima kalau hanya ada satu tanda-tanda klinik.
Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat pada fractura basis cranii
antara lain anosmia (I); gangguan penglihatan (II); gangguan gerakan-
gerakan biji mata (III,IV, V); gangguan rasa di wajah (VI); kelumpuhan
facialis (VII); serta ketulian bukan karena trauma octavus tetapi karena
trauma pada haemotympanon. Pada umumnya, N. VIII - XII jaringan
saraf otak tidak akan rusak pada fractura basis cranii. Kalau fractura
disebut fractura impressio maka terjadi dislocatio pada tulang-tulang
sinus tengkorak kepala. Hal ini harus selalu diperhatikan karena
kemungkinan ini akibat contusio cerebri.
a. Epiduralis haematoma
Pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior, sin. transversus.
Foto rontgen kepala sangat berguna, tetapi yang lebih penting adalah
pengawasan terhadap pasien. Saat ini, diagnosis yang cepat dan tepat ialah
CT scan atau Angiografi. Kadangkala kita sangat terpaksa melakukan "Burr
hole Trepanasi", karena dicurigai akan terjadi epiduralis haematoina.
Dengan ini sekaligus bisa didiagnosis dan dekompresi, sebab terapi untuk
epiduralis haematoma adalah suatu kejadian yang gawat dan harus segera
ditangani.
c. Subrachnoidalis Haematoma
d. Contusio Cerebri
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Spinal X ray
3. Myelogram
5. Thorax X ray
F. Pengobatan
H. Diagnosa keperawatan
Intervensi
o Kolaborasi pemberian
cairan sesuai indikasi
melalui IV dengan alat
kontrol
Gangguan rasa Rasa nyeri berkurang setelah dilakukan o Teliti keluhan nyeri,
nyaman nyeri tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam catat intensitasnya,
b/ d dengan KH : lokasinya dan
peningkatan lamanya.
tekanan intra o pasien mengatakan nyeri
kranial. berkurang.
o Pasien menunjukan skala
nyeri pada angka 3.
o Ekspresi wajah klien
rileks.
o Catat kemungkinan
patofisiologi yang
khas, misalnya adanya
infeksi, trauma
servikal.
o Berikan kompres
dingin pada kepala
o Berikan lingkungan
tersetruktur rapi,
nyaman dan buat
jadwal untuk klien jika
mungkin dan tinjau
kembali.
o Gunakan penerangan
siang atau malam.
o Mampu
mendemonstrasikan
aktivitas yang
memungkinkan o Pertahankan
dilakukannya kesejajaran tubuh
secara fungsional,
seperti bokong, kaki,
tangan. Pantau selama
penempatan alat atau
tanda penekanan dari
alat tersebut.
o Berikan/ bantu untuk
latihan rentang gerak
o Batasi pengunjung
yang dapat
menularkan infeksi
atau cegah pengunjung
yang mengalami
infeksi saluran nafas
atas.
o Kolaborasi pemberian
atibiotik sesuai
indikasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Gangguan selama 3 x 24 jam ganguan o Kaji tanda klinis
keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit dehidrasi atau
cairan dan dapat teratasi dengan KH : kelebihan cairan.
elektrolit b/ d
haluaran urine o Menunjukan membran
dan elektrolit mukosa lembab, tanda
meningkat. vital normal haluaran
urine adekuat dan bebas
oedema.
o Kolaborasi
pemeriksaan lab.
kalium/fosfor serum,
Ht dan albumin
serum.
Gangguan Pasien tidak mengalami gangguan o Kaji kemampuan
kebutuhan nutrisi setelah dilakukan perawatan pasien untuk
nutrisi b/ d selama 3 x 24 jam dengan KH : mengunyah dan
kelemahan otot menelan, batuk dan
untuk o Tidak mengalami tanda- mengatasi sekresi.
menguyah dan tanda mal nutrisi dengan
menelan nilai lab. Dalam rentang
normal.
o Auskultasi bising usus,
o Peningkatan berat badan catat adanya
sesuai tujuan. penurunan/ hilangnya
atau suara hiperaktif.
o Kolaborasi untuk
pemeriksaan AGD,
tekanan oksimetri.
o Berikan oksiegen
sesuai indikasi.