OLEH :
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun dampak apabila peran kepala ruangan tidak dilaksanakan dengan baik
maka akan terjadi penurunan pelayanan kesehatan, penurunan motivasi
karyawan, penurunan skill atau kemampuan karyawan, kurang kedisiplinan
karyawan, kuarang informasi actual dan terupdate dari luar atau dalam
organisasi, tidak terorganisirnya sumber daya yang ada, dan terjadi kesulitan
dalam pemecahan masalah (Robbins, 2015). Dampak apabila peran supervisor
tidak dilaksanakan dengan baik adalah hubungan dalam melakukan proses
keperawatan akan lemah, menurunnya motivasi kerja karyawan dan menurunnya
komitmen karyawan terhadap mutu pelayanan kesehatan (Sitorus & Panjaitan,
2011).
Banyak teori kinerja yang digunakan dalam bidang keperawatan, salah satunya
adalah teori kinerja yang dikemukakan Gibson tahun 1987. Menurut konsep
kinerja Gibson ada tiga variabel utama yang mempengaruhi kinerja seseorang
yaitu : (1) variabel individu, (2) variabel oragnisasi dan (3) variabel psikologis.
Variabel individu meliputi kemampuan, keterampilan, latar belakang pendidikan,
dan pengalaman kerja perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Sedangkan variabel organisasi meliputi sumber daya yang mendukung
pelaksanaan pendokumentasian, kepemimpinan kepala ruangan dalam mentoring
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, imbalan atau reward,
struktur kerja yang berkaitan dengan proses pendokumentasian dan desain
pekerjaan. Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan (Gibson,
Ivancevich, Donnelly, & Konopaske, 2012).
Mentoring menjadi program yang tidak hanya dipakai sebagai jalan penyelesaian
masalah namun juga sebagai langkah pembinaan dan peningkatan kualitas
kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan profesional, bahkan
sebagai alur peningkatan jenjang karir (Pelan, 2012). Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa program mentoring mampu mendongkrak kualitas kerja
perawat sehingga perawat mampu bekerja secara profesional (Norwood, 2010;
McSwain, 2011; Jaya, 2015). Akantetapi tidak semua orang dapat menjadi
mentor.
Perlunya keahlian khusus menjadi batasan bagi seseorang untuk menjadi mentor.
Seorang mentor harus memiliki enam peran dan fungsi yaitu : (1) memanajemen
waktu dari perencanaan hingga evaluasi, (2) pemberi konsep yang mudah
dipahami, (3) pembimbing, pengajar, membantu dan konselor, (4) pemberi
dukungan, motivasi serta inspirasi, (5) penjaga hubungan profesional, dan (6)
pemberi pengalaman dibidangnya (Hodgson & Scanlan, 2013; Houghty &
Siswadi, 2015; Sulung, 2016). Guna memperlancar proses pelaksanaan
mentoring, seorang mentor sebaiknya memahami peran dan fungsinya ini
terhadap mentee. Pelaksanaan kegiatan mentoring sering kali tidak terlaksana
karena beberapa faktor.
Pasien safety merupakan prioritas isu penting dan global dalam pelayanan
kesehatan karena penerapan Pasien safety merupakan komponen penting dan
vital dalam asuhan keperawatan yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena
Pasien safety merupakan suatu langkah untuk memperbaiki mutu pelayanan
dalam memberikan asuhan keperawatan. (1) Menurut Joint Commission
Internasional (JCI) dan world Health Organitation (WHO) melaporkan beberapa
negara terdapat 70% kejadian kesalahan pengobatan meskipun, JCI dan WHO
mengeluarkan “Nine Life-Saving Pasien Safety Solutions” atau 9 solusi
keselamatan pasien. Kenyataannya, permasalahan keselamatan pasien masih
banyak terjadi termasuk di Indonesia. (2,3) Program keselamatan pasien (patient
safety) merupakan variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas kinerja
pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Indonesia
(JCI, 2017, dalam Sulahyuningsih, dkk, 2017).
Salah satu faktor yang dapat menimbulkan penurun keselamatan pasien (pasien
safety) adalah keluhan tingginya beban kerja personel. Hal ini bisa tampak bila
terjadi kenaikan jumlah kunjungan pasien dan meningkatnya Bed Occupancey
Rate (BOR) sedangkan jumlah personil tetapdalam periode waktu yang lama.
Tingginya beban kerja personil kesehatan suatu rumah sakit dapat berefek
penurunan terhadap prestasi kerja. Hal ini dapat terjadi terutama bila naiknya
beban kerja tanpa diikuti dengan peningkatan imbalan. Beban kerja perawat
merupakan volume kerja perawat di sebuah unit rumah sakit. Sedangkan volume
kerja perawat merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien per
hari. Beban kerja penting diketahui sebagai dasar untuk mengetahui kapasitas
kerja perawat agar terdapat keseimbangan antara tenaga perawat dengan beban
kerja (Purba, Y. S 2015).
Beban kerja perawat dirumah sakit meliputi beban kerja fisik maupun mental.
Beban kerja fisik seperti mengangkat pasien, memasang infus, melakukan
observasi tanda – tanda vital, memasang oksigen, danlain – lain. Sedangkan
beban kerja yang bersifat mental berupa kompleksitas pekerjaan, mempersiapkan
mental dan rohani pasien dan keluarga terutama yang akan menjalankan operasi
atau dalam keadaan kritis, bekerja dalam keterampilan khusus dalam merawat
pasien, serta harus menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga
(Yudi, D., Tangka, J. W., & Wowiling, F. 2019).
Berdasarkan survey awal di RSUPH Adam Malik data yang di dapatkan
berdasarkan Laporan Kasus KTD, KPC, KNC dan KTC 2021, yaitu KTD 1,6%,
KPC 84,5%, KNC 9,1% dan KTC 4,6% Dan berdasarkan Bukti pengukuran
sasaran keselamatan pasien yaitu terdapat kejadian keselahan identifikasi pasien
dimana petugas melakukan kesalahan dalam menulis nama pasien yang akan
berobat, namun kesalahan yang terjadi masih bisa ditanggulangi karena
dilakukan pengecekan sebelum pemeriksaan.
Sesuai dengan penjelasan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang hubungan mentoring kepala ruangan terhadap penerapan pasien safety.
TINJAUAN TEORITIS
2. Pengorganisasian
3. Ketenagaan
4. Pengarahan
5. Pengawasan
Skema 2.1
Ha: Ada pengaruh hubungan mentoring kepala ruangan terhadap pelaksanaan pasien
safety di Rsup H. Adam malik
Ho: Tidak ada pengaruh hubungan mentoring kepala ruangan terhadap penerapan
pasien safety di Rsup H. Adam malik