Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

BIMBINGAN DAN KONSELING


KLASIKAL/KELAS BESAR
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Satuan Pendidikan SMK N 2 Sampit


Kelas/Semester X / Genap
Jumlah Pertemuan 1 x pertemuan
Tugas Perkembangan Menghindari segala jenis kenakalan remaja
Rumusan Kompetensi Mengetahui segala jenis kenakalan remaja dan dapat
menghindarinya

1. Materi/Topik Bahasan Cara menghindari kenakalan remaja


2. Bidang Bimbingan Sosial
3. Jenis Layanan BIMBINGAN KLASIKAL
4. Fungsi Layanan Pemahaman
5. Tujuan Layanan Peserta didik dapat mengetahui bentuk atau jenis kenakalan
remaja, dampak terhadap pribadi dan lingkungannya serta
berusaha menghindarinya
a. Sikap 1) Sikap spiritual

Konseli dapat mempraktikkan sikap spiritual


(berdoa, bersyukur)
2) Sikap sosial
Konseli dapat mempraktikkan sikap
bersahabat/ komunikatf, toleransi, peduli
sosial
b. Pengetahuan 1) Konseli dapat menjelaskan tentang pengertian kenakalan
remaja
2) Konseli dapat mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja
3) Konseli dapat mengetahui dampak kenakalan remaja
bagi dirinya dan lingkungan
4) Konseli dapat mengetahui cara menghindari kenakalan
remaja
c. Keterampilan Konseli dapat menjelaskan jenis-jenis kenakalan remaja,
dampak kenakalan remaja, dan cara menghindari kenakalan
remaja, selain itu konseli juga dapat menerapkan cara
menghindari kenakalan remaja dalam kehidupan sehari-hari
6. Sasaran Layanan Siswa kelas X
7. Waktu Penyelenggaraan Senin,6 Februari 2023
8. Penyelenggara Layanan Guru BK
9. Pihak-pihak yang dilibatkan Kelas X
10. Metode/Teknik Sosiodrama
11. Tahap tahap Kegiatan
a. Pembentukan 1) Mengucapkan Salam
2) Menerima secara terbuka dan mengucapkan
terima kasih atas kesediaan konseli mengikuti
kegiatan
3) Berdoa dan bersyukur

4) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai melalui


layanan bimbingan

5) ice breaking
b. Peralihan 1) Menjelaskan kembali pengertian dan tujuan bimbingan

2) Menanyakan kesiapan untuk melanjutkan kegiatan


bimbingan
3) Mengkondisikan konseli agar siap melanjutkan ke
tahap berikutnya
4) Menjelaskan batasan topik yang akan dibahas
c. Kegiatan 1) Guru BK menjelaskan tata cara mengenai bagaimana
Teknik tersebut dilaksanakan
2) Konselor mengajak siswa untuk memerankan peran
dalam sebuah drama mengenai masalah yang akan
dibahas
3) Konselor memberikan arahan kepada siswa mengenai
drama yang akan dibahas
4) Konselor membagi peran kepada para siswa
5) Para siswa memerankan peran yang sudah dibagikan
kepada mereka dan memulai dramanya
6) Konselor menghentikan drama pada saat klimaks atau
memuncak
7) Setiap pemberhentian saat klimaks konselor
menanyakan kepada siswa mengenai masalah yang ada
pada drama
8) Konselor menjelaskan ciri-ciri induvidu yang memiliki
percaya diri rendah dan tinggi
9) Konselor mengakhiri sosiodrama dengan diskusi
bersama siswa tentang jalan cerita, masalah yang ada
pada drama, dan cara menghindarinya
d. Pengakhiran 1) Menjelaskan bahwa kegiatan akan diakhiri
2) Para siswa menjelaskan apa yang didapatkan setelah
konseling

3) Menyimpulkan hasil dari selama bimbingan

4) Ucapkan terima kasih

5) Berdoa

6) Perpisahan
12. Sumber/bahan/dan alat
a. Sumber/bahan Jurnal dan Makalah
b. Alat PPT ,Diskusi Kelompok, dan Video
13. Rencana Penilaian
a. Penilaian proses 1) Kesesuaian program
2) Keterlaksanaan program

3) Antusiasme peserta didik/konseli


b. Penilaian Hasil 1) Pemahaman baru apa yang diperoleh konseli
(Understanding)

2) Bagaimana perasaan positif konseli? (Comfort)

3) Apa rencana tindakan yang akan dilakukan konseli?


(Action)
14. Tindak Lanjut 1) Satu minggu setelah layanan, dipantau dengan
memberikan penilaian jangka pendek (Laijapen)
2) Satu bulan setelah layanan, dipantau dengan
memberikan penilaian jangka Panjang (Laijapang).
Konseli yang mengalami Kes-T dan membutuhkan bantuan,
maka koselor atau guru BK akan memberikan layanan sesuai
dengan jenis layanan Bimbingan dan Konseling.

Sampit, 6 Februari 2023

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru BK
Lampiran 1.
A. Pengertian Kenakalan Remaja
1. Menurut Kartini Kartono (2011 : 6) kenakalan remaja (Juvenile delinquency) ialah perilaku
jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial.
2. Menurut Sudarsono (2012) bahwa juvenile delinquence sebagai kejahatan anak dapat
diinterpretasikan berdampak negatif secara psikologis terhadap anak yang menjadi
pelakunya, apalagi jika sebutan tersebut secara langsung menjadi semacam trade-mark.
3. Sedangkan menurut Ary (2010) bahwa juvenile delinquency ialah perbuatan anak-anak yang
melanggar norma sosial, norma hukum, norma kelompok, dan mengganggu ketentraman
masyarakat, sehingga yang berwajib terpaksa mengambil tindakan
pengamanan/penangkalan. Berdasarkan pendapat Freud, pribadi manusia itu terbentuk dari
dorongan-dorongan nafsu-nafsu. Juga dikemukakan olehnya bahwa ada 3 sistem dalam
pembentukan pribadi manusia yang disebut Id, Ego, dan Superego, inilah yang menjadi
prinsip kesenangan yang memiliki fungsi untuk menyalurkan enersi untuk segera
meniadakan ketegangan (menuntut kepuasan).
B. JENIS-JENIS KENAKALAN REMAJA
Menurut Jensen (dalam Sarlito, 2012) membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis yaitu;
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan,
perampokkan, pembunuhan, dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan,
dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkaan korban di pihak orang lain: pelacuran,
penyalahgunaan obat.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan
cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah
perintah mereka, dan sebagainya.
 
C. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA
1. Lingkungan Keluarga
Menurut Kartini Kartono (2011) keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan
fondasi primer bagi perkembangan anak. Selanjutnya menurut Sudarsono (2012) keluarga
merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan di dalamnya
anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Koestoer (1983) berpendapat bahwa keluarga
merupakan suatu kelompok yang terkecil dalam tiap masyarakat dimana anak untuk pertama
kalinya mendapat latihan-latihan yang diperlukan untuk hidupnya kelak dalam masyarakat.
Pentingnya peran keluarga dalam proses perkembangan sosial anak, karena itu baik-buruknya
struktur dalam keluarga memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Keluarga yang
baik akan memberikan pengaaruh yang positif terhadap perkembangan anak dan sebaliknya
keluarga yang jelek akan memberikan pengeruh negatif.
Menurut Kartini Kartono (2011 : 59) sebab terjadinya kenakalan remaja dilingkungan keluarga
antara lain:
a. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntutan pendidikan orang tua,
terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk mengurusi
permasalahan serta konflik batin sendiri.
b. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi. Keinginan dan
harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan
kompensasinya.
c. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk
hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol-diri yang baik.
Sebagai akibat dari tiga sebab diatas adalah anak menjadi sedih, malu, merasa tidak berguna dan
muncul perasaan benci baik terhadap oraang lain maupun terhadap diri sendiri, kemudian mereka
mencari tempat yang mereka rasa nyaman di luar lingkungan keluarga.
2. Lingkungan Sekolah
Menurut Sudarsono (2012) bahwa sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua setelah
lingkungan keluarga bagi anak remaja. Sedangkan menurut Ary (2010) bahwa Setiap pendidikan
menyiratkan bahwa pendidikan sebagai proses sosialisasi anak dalam lingkungan sosialnya.
Kultur/budaya akademis, kritis dan kreatif, serta sportif harus terbina dengan baik demi
terbentuknya kestabilan emosi sehingga tidak mudah goncangan dan menimbulkan akses-akses
yang mengarah kepada perbuatan-perbuatan berbahaya serta kenakalan.
3. Lingkungan Masyarakat
Menurut Sudarsono (2011) anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh
dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik langsung maupun tidak langsung. Dikalangan
masyarakat banyak sekali terjadi kejahatan seperti: pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual,
gelandangan, penganiayaan. Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja menurut Kartini Kartono
(2011 : 25) di golongkan dalam 4 (empat) teori, yaitu :
a. Teori Biologis
Tingkah laku sosiopatik atau kenakalan pada anak-anak dan remaja dapat muncul karena faktor-
faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang, juga dapat cacat jasmaniah yang dibawa sejak
lahir. Kejadian ini berlangsung :1) Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau
melalui kombinasi gen, dapat juga di sebakan oleh tidak adanya gen tertentu, yang semuanya
bisa memunculkan penyimpangan tingkah laku, dan anak-anak menjadi kenakalan secara
potensial.2) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal), sehingga
membuahkan tingkah laku kenakalan.3) Melalui pewarisan kelemahan konstitutional jasmaniah
tertentu yang menimbulkan tigkah laku yang sosiopatik. Misalnya cacat jasmaniah bawaan
brachydac-tylisme (berjari-jari pendek) dan diabetes inspidus (sejenis penyakit gula) itu erat
berkorelasi dengan sifat-sifat kriminal serta penyakit mental.
b. Teori Psikogenis
Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen anak-anak dari aspek psikologis atau
isi kejiwaan. Antara lain faktor inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah,
fantasi, rasionalisasi internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial,
kecenderungan psikopatologis.
c. Teori Sosiogenis
Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah laku kenakalan pada anak-anak remaja ini adalah
murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya. Misalnya di sebabkan oleh pengaruh
subkultursosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh
internalisasi simbolis yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan sosial itu sangat
mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga-lembaga sosial dan peranan sosial setiap
individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partisipasi sosial, dan
pendefinisian-diri atu konsep-dirinya. Jadi sebab-sebab kenakalan anak remaja itu tidak hanya
terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi terutama sekali disebabkan oleh
konteks kulturnya.
d. Teori Subkultur Subkultur delinkuen remaja mengaitkan sistem nilai,
kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materil, hidup bersantai, pola
kriminal, relasi heteroseksual bebas, dll) yang memotivasi timbulnya kelompok-kelopok remaja
brandalan dan kriminal. Sedang perangsangnya bisa berupa: hadiah mendapatkan status
“terhormat” di tengah kelompoknya, prestise sosial, relasi sosial yang intim, dan hadiah-hadiah
materiil lainnya. Menurut teori subkultur ini, sumber juvenile delinquency ialah: sifat-sifat suatu
struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan
masyarakat yang didiamioleh para remaja delinkuen tersebut.

Sedangkan menurut Zahratu (2012) faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, yaitu:


1. Faktor internal:
a. Krisis identitas:
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang lemah:
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan
yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang
salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama,
atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.b.
Teman sebaya yang kurang baikc. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

D. DAMPAK KENAKALAN REMAJA


Kenakalan remaja dampak berdampak bagi siapapun (Haryanto, 2011), yaitu:
1. Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal
yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-
putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja,
larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka.
Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara
kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan
remaja dalam keluarga.
2. Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam
hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan
yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas.Menyeret
remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah
dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan
bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.
3. Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum
terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok
yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal
yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau
mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.
Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera
ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk. Remaja yang
melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh
banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang
tidak berguna. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa
mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi
ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan
membenci orang-orang sekitarnya.
E. Cara Menghindari kenakalan remaja
 1. Biarkan anak remaja mengenali konsekuensi
Dalam menanggapi kenakalan anak remaja, ada baiknya Mama memiliki tidak marah atau
memberikan hukuman yang berat. Kamu boleh marah tapi jangan biarkan emosimu meluap-
luap. 
Beritahukan konsekuensi yang akan anak terima ketika melakukan tindakan tersebut, Sebab
perbuatan mereka dapat berakibat buruk melukai atau merugikan seseorang sebagai
konsekuensinya. Mengetahui konsekuensi yang akan datang membantu remaja semakin sadar
lalu bertanggung jawab atas sikap dan tindakannya. 
2. Berikan anak remaja ruang
Ada beberapa alasan mengapa anak melakukan perbuatan yang negatif, salah satunya mungkin
mereka membutuhkan ruang atau kebebasan dari orang tua. 
Memang anak-anak belumlah dewasa, mereka masih dalam tahap perkembangan menuju
kedewasaan. Namun ini tidak berarti kamu dapat memperlakukan mereka seperti anak kecil.
Berikan mereka ruang untuk membuat dan menentukan pilihan. 
Biarkan mereka bermain keluar bersama teman-temannya, memilih apa yang ingin mereka
makan atau kenakan di luar. 
3. Kembangkan komunikasi yang baik
Seperti yang kita ketahui, komunikasi merupakan kunci utama dari setiap masalah. Mencara
solusi dari masalah dengan kepala dingin sangatlah membantu, khususnya dalam kasus
kenakalan remaja ini. Anak-anak remaja seringkali menghindari pembicaraan dengan orang
tua sebab mereka merasa tidak nyaman dan takut orang tua akan memberikan reaksi yang
negatif. Itulah mengapa anak remaja sering memilih bercerita pada teman sebayanya. 
Untuk itu, sebagai orang tua kamu perlu menghargai dan mencoba memahami pandangan anak.
Sebaiknya hindari komunikasi yang terkesan menggurui atau menghakimi anak. Luangkan
waktu dan berdiskusilah bersama mereka. 

4. Mengganti sikap keras dengan sikap tegas


Ingat, sikap tegas dan keras itu berbeda. Tegas tidak perlu dilakukan dengan emosi atau suara
yang tinggi. Mama cukup bersikap tegas dengan apa yang telah anak perbuat. 
Melarang anak remaha melakukan sesuatu dengan emosi hanya akan mendorong mereka
menjadi pribadi yang lebih buruk. Daripada menggunakan amarah, tegurlah remaja dengan tegas
dan jelas. 
Berikan alasan mengapa kamu tidak menyukai perbuatan mereka. Berikan juga mereka hukuman
yang mendidik dan positif sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Misalnya memotong uang
jajan, atau memotong waktu bermain mereka. 
Cara mengatasi kenakalan remaja bisa dengan cara yang tegas, tak perlu ada kekerasan pada
anak. Dengan begitu anak akan lebih bisa menerima dan mengerti.
5. Mengawasi pergaulan anak namun tidak mengendalikannya
Pergauan anak remaja ibarat pisau bermata dua. Ini dapat menjadi hal yang positif sekaligus hal
yang berbahaya bagi mereka. 
Mama tidak perlu bersikap berlebihan sampai membatasi dan mengendalikan pergaulan mereka.
Ini hanya akan membuat anak menjadi pribadi yang pilih-pilih teman dan kurang siap dalam
menghadapi kehidupan sosial nantinya. 
Biarkan anak bermain dengan bergaul, namun awasi pergaulan mereka. Kamu dapat
melakukannya dengan bertanya sesekali mengenai teman-temannya. 
6. Memahami perasaan mereka
Seringkali orang tua terlalu menekankan anak remaja untuk memahami perasaan orang tua yang
terluka akibat tindakan mereka. Pernahkah kamu melakukan hal sebaliknya?
Dalam mengatasi kenakalan remaja, Mama dan Papa juga perlu memahami apa yang anak
rasakan, dan mengetahui alasan mereka melakukannya. Ketika kamu dapat memahaminya, kamu
juga akan menemukan solusi dan cara mengatasi yang tepat. 
Bisa saja lho, anak-anak melakukan perbuatan yang merugikan hanya agar mendapat perhatian
dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

7. Membuat aturan dan menetapkan batasan yang jelas


Menanggapi kenakalan anak dapat dilakukan dengan membuat aturan dan batasan yang jelas.
Namun perlu diperhatikan, aturan yang kamu buat sebaiknya tidak membelenggu atau dibuat
asal-asalan. Tetapkan aturan dan batasan dengan alasan yang jelas dan masuk akal. Semisal
menetapkan jam pulang malam dengan alasan karena berada di luar malam-malam dapat
berbahaya bagi anak remaja. 
Duduk dan diskusikan hal ini bersama anak agar mereka memahami apa yang kalian inginkan
dan apa manfaatnya bagi mereka. 
8. Menaruh rasa percaya pada anak
Apakah kamu merasa anakmu selalu bersikap nakal dan melunjak jika tidak dibatasi? Coba
perlahan-lahan berikan anak kepercayaan untuk menjalankan aktivitasnya tanpa melakukan
kesalahan yang sama. Berikan anak juga kesempatan untuk berubah dan memperbaiki dirinya.
Ketika mendapat kepercayaan diri, anak akan merasa menanggung tanggung jawab dan berusaha
memperbaiki sikapnya. 
9. Memperkuat karakter positif anak
Apakah Mama mengetahui istilah positive parenting? Kalau belum, pola parenting satu ini
menekankan pada sifat dan karakter positif anak daripada karakter negatif mereka. 
Cara ini dapat kamu terapkan dalam mengatasi kenakalan remaja. Bentuklah karakter positif
dalam diri mereka berdasarkan nilai-nilai moral dan agama. Karakter dan sifat baik inilah yang
akan menjadi tameng pelindung anak dalam bergaul. Sehingga anak remaja tidak mudah
terpengaruh dalam pergaulan
10. Mengendalikan diri
Hal terakhir ini tidak kalah penting lho. Dalam menaggapi dan mengatasi kenakalan remaja,
Mama dan Papa perlu mengendalikan diri sendiri sebelum mengendalikan diri anak-anak. 
Cobalah bersikap tenang dalam menghadapi masalah, batasi juga bersikap keras atau bahkan
melakukan kekerasan fisik dan mental pada anak. Mama perlu tahu juga kapan waktu terbaik
bagi mama dan anak untuk berbicara bersama.
Mengendalikan diri juga menjadi hal penting yang kamu butuhkan sebab anak remaja
senang memprovokasi orang tua sehingga orang tua bereaksi negatif. 

Video

Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=3JwY1LRCVTc&ab_channel=X-TJA5SKOMDA

Anda mungkin juga menyukai