PEMBAHASAN
kedamaian dan cinta kasih. Setiap remaja setelah memiliki kesiapan lahir
ibadah yang tak ternilai pahalanya. 1 Jika seorang laki-laki dan perempuan
haruslah bersikap seperti air, yaitu jika dua tetes air tersebut disatukan,
maka akan menjadi setetes air yang lebih besar, warna, aroma dan rasanya
dan perlambangan.2
tetap dan akan selalu berkaca pada adat dan budaya sendiri untuk
sekali seumur hidup. Hanya sekali dan tidak main-main. Karena itulah
segala pernik, hiasan, dan kreasi yang melambangkan keagungan nilai dan
makna.
sebgaian masyarakat yang merupakan pelestari adat dan budaya yang telah
masyarakat Lampung Pepadun ada yang taat dengan adat istiadat yang
sudah ada dan berjalan pada masyraakat tersebut. Tidak menjalankan adat
dahulu. Akan tetapi, diantara masyarakat yang sangat taat dengan adat dan
tradisi, terdapat juga masyarakat yang kurang peduli dengan adat dan
tradisi yang ada pada masyarakat tersebut. Alasan yang mereka berikan
dan adat tersebut bertentangan dengan agama dan ada juga yang
pada saat ini bukanlah tanpa alasan, hal ini sangat penting dilakukan oleh
pola fikir dan kehidupan social masyarakat. Maka tidak bisa dipungkiri
menjaga apa yang dilakukan oleh para pendahulu, yaitu menjaga warisan
manusia yang luput dan tak tersentuh oleh hukum Islam, termasuk adat-
3 Abdurrahman Misno BP, Adat dan Urf dalm Hukum Islam, (Bogor: Pustaka Amma,
2016), hal. 2.
Islam sangat memperhatikan tradisi masyarakat untuk dijadikan
sekedar untuk memenuhi kebutuhan duniawi saja antara pria dan wanita,
lahir dan batin antara pria dan wanita yang bersifat suci yang bertujuan
Budaya atau adat istiadat jika tidak bertolak belakang dengan aturan
1. Tradisi yang telah berjalan sejak lama yang dikenal oleh masyarakat
umum.
SAW.
Menurut para ulama, adat atau tradisi dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menetapkan hukum syara’ apabila tradisi tersebut telah berlaku secara
Artinya, sebuah tradisi bisa dijadikan sebagai pedoman hukum apabila tidak
tradisi yang tidak memenuhi syarat ini harus ditolak dan tidak bisa dijadikan
pijakan hukum bagi masyarakat. Nash yang dimasksud disini adalah Nash
yang berisfat qath’i (pasti), yakni Nash yang sudah jelas dan tegas
penafsiran lain.
Melihat pada hal diatas maka dapat dikatakan bahwa adat istiadat
sebagai pedoman hukum dan dapat diakui oleh syara’. Hal ini dapat berlaku
sampai sekarang.
dan perlu dilestarikan. Hal ini seperti yang dungkapkan oleh para tokoh
tentram dan bahagia serta harapan yang baik bagi kehidupan calon
العاد المحكمة
“Adat itu dapat menjadi dasar hukum”
agama. Dalam berbagai ayat Al-qur’an dan Hadis disebutkan bahwa tujuan
َو ِم ْن ٰا ٰيتِه ا َ ْن َخل َ َق لَكُ ْم ِ ِّم ْن اَنْف ُ ِسكُ ْم ا َ ْز َوا ًجا ِلِّت َ ْسكُن ُ ْْٓوا اِلَيْ َها َو َجع َ َل
ت ِلِّق َ ْو ٍم يَّتَف َ َّك ُر ْو َن َ بَيْن َ ُك ْم َّم َودَّة ً َّو َر ْح َمة ً ۗاِ َّن ِف ْي ٰذ ِل
ٍ ك َ َٰل ٰي
kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
Pepadun disebabkan oleh faktor status sosial dan harga diri masyarakat
ekonomi keluarga.
dan istinbat hukum dalam Islam. Itulah sebabnya tidak mengherankan jika
dimasukkan sebagai salah satu syarat mutlak atau dengan kata lain, untuk
menjaga agar proses ijtihad dan istinbat tetap berada pada koridor yang
ushul fiqih tidaklah serta merta menjamin kesatuan hasil ijtihad dan istinbat
kerangka metodologi hukum adalah al-‘urf dalam ushul fiqih sebagai acuan
Para ulama ushul fiqih membedakan antara adat dengan ‘urf dalam
hukum syara’. Kata adat dari bahasa Arab yaitu ‘ada akar katanya ‘ada-
yaudu yang mengandung arti perulangan. Karena itu, sesuatu yang baru
dilakukan satu kali belum dinamakan adat. Tentang berapa kali suatu
5 Nasrun Haroen, Ushul Fiqih (Cet. II; Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 137.
6 H. A. Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh (Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2000), hal. 187.
perbuatan harus dilakukan untuk sampai disebut adat tidak ada ukurannya
dan banyak bergantung pada bentuk perbuatan yang dilakukan tersebut. Hal
Perbedaan antara kedua kata tersebut juga dapat dilihat dari segi
kandungan artinya, yaitu adat hanya memandang dari segi berulang kalinya
suatu perbuatan dilakukan dan tidak meliputi penilaian mengenai segi baik
dan buruknya perbuatan tersebut. Jadi kata adat berkonotasi netral sehingga
ada adat yang baik dan adat yang buruk sedangkan kata al-‘urf digunakan
diketahui dan diterima oleh orang banyak. Dengan demikian kata al-‘urf
mengandung konotasi baik. Hal ini tampak dalam penggunaan kata al-‘urf
baik. Pembagian al-‘urf dalam Kajin Ulama Ushul Fikih ada beberapa yaitu
sebagai berikut:
mencuri.10
yang bisa dijadikan landasan hukum, yaitu Al-‘Urf itu harus termasuk al-
‘urf yang sahih dalam arti tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan
sunah Rasulullah SAW. Al-‘Urf itu harus bersifat umum dalam arti minimal
al-‘urf itu lebih dahulu ada sebelum kasus yang akan ditetapkan
secara jelas dalam suatu transaksi. Al-‘Urf tidak berlaku dalam masalah
13 Sidi Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih, (Cet. IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
yang berlainan dengan kehendak al-‘urf tersebut, sebab jika kedua belah
pihak yang berakad telah sepakat untuk tidak terikat dengan kebiasaan yang
berlaku umun, maka yang dipegang adalah ketegasan itu, bukan al-‘urf.
Misalnya, adat yang berlaku di masyarakat, istri belum boleh dibawa oleh
namun ketika berakad kedua belah pihak telah sepakat bahwa sang istri
sudah boleh dibawa oleh suaminya tanpa ada persyaratan lebih dahulu
jika dilihat dari syarat dan rukun yang terdapat pada syariat, maka tradisi ini
dianggap tidak sebagai suatu kewajiban yang menjadi sebab sahnya sebuah
pernikahan yang harus dipenuhi. Tetapi dalam hukum Islam juga tidak ada
tradisi suatu kaum. Islam datang tidak untuk memberantas tradisi yang
agama yang didahulukan. Artinya jika tidak ada nilai ibadahnya dalam
tradisi yang berlaku maka akan menjadi tolak ukur dalam mengambil
maka adat tidak boleh menghalalkan, dengan begitu sebaliknya jika ajaran
keunikan karena dengan adanya ini maka bisa dilihat hukum Islam, hukum
bahasa dalam menguraikan makna dari simbol yang mereka bawa secara
keseluruhan dan tata cara pelaksanaannya, dalam hal ini tradisi sebagai
nikmat yang telah diberikan Allah, dan selanjutnya tradisi ini bisa menjadi
media komunikasi antar generasi yang itu berarti dengannya kita bisa
masyarakat Lampung Pepadun. Baik yang tersirat dari setiap tahap yang
Qur’an dan Hadis. Nilai religius yang tampak dalam tradisi upacara adat
salam, basmallah, shalawat nabi, dan diakhiri dengan do’a keselamatan bagi
Pepadun dapat terlihat dari upaya transformasi nilai dari generasi tua kepada
generasi muda khususnya bagi kedua pengantin untuk selalu ingat pada
dengan apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka, dengan
Maka dari itu dalam menjalakan tradisi upacara adat pernikahan dengan
Lampung Pepadun yang terjadi pada saat ini adalah kebiasan yang telah
dikenal secara baik dalam masyarakat dan kebiasaan itu tidak bertentangan
atau sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam serta
dilihat dari sudut pandang ‘urf, sudah memenuhi syarat ‘urf. Diantaranya
2. ‘urf itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang berada
lainnya.
ini telah ada sebelum penetapan hukum, artinya tradisi upacara adat
4. ‘urf tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara’ yang ada atau
yang berkembang pada saat ini tidak ada yang menyimpang dari norma-
dilaksanakan.