Anda di halaman 1dari 6

Abstrak

Menghadapi persaingan global yang semakin ketat, pembangunan kualitas sumber daya
manusia terus diupayakan melalui berbagai jalur, terutama melalui dunia pendidikan. Pendidikan
dijaman ini semakin dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata bagi bangsa dan negara.
Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan jaman yang dari waktu ke waktu semakin
berkembang dan maju. Perwujudan itu salah satunya diupayakan melalui teori humanistik dalam
pembelajaran. Tujuannnya adalah penegakkan hakikat siswa sebagai seorang insan yang diharapkan
mampu memanusiakan manusia lainnya.

Latar Belakang

Menghadapi persaingan global yang semakin ketat, pembangunan kualitas sumber daya
manusia terus diupayakan melalui berbagai jalur, terutama melalui dunia pendidikan. Pendidikan
dijaman ini semakin dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata bagi bangsa dan negara.
Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan jaman yang dari waktu ke waktu semakin
berkembang dan maju. Pendidikan juga merupakan suatu wadah untuk menghasilkan manusia-
manusia yang berpengetahuan. Pendidikan bisa ditempuh melalui banyak tempat, bukan hanya
disekolah formal saja, pendidikan dapat terjadi di rumah, maupun di masyarakat.

Pendidikan merupakan rangkaian humanisasi berasal dari pemikiran faham humanistik. Hal
tersebut relevan dengan arti fundamental faham humanistik sebagai pengedukasian manusia. Sistem
edukasi Islam yang disusun di atas fondasi nilai-nilai kemanusiaan sedari awal kelahirannya sejalan
dengan esensi Islam sebagai agama yang humanistik. Setiap agama pasti memposisikan aspek
kemanusiaan sebagai arah pendidikannya. Edukasi dan proses pembelajaran di bangku sekolah
dipandang kurang demokratis. Minimnya wadah bagi siswa atau siswi untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreasi dengan sudut pandang mereka. Padahal, daya kreasi dan kompetensi kritis dalam
berpikir adalah modal berharga bagi anak supaya dapat mengatasi tantangan dan lebih kompetitif.

Sehingga perlu adanya pendekatan humanistik dalam pembelajaran kepada siswa, agar
realisasi siswa yang beridentitas sebagai seorang insan dapat memenuhi hakikatnya. Aliran
humanistik muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa
dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih
muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yang relevan
dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri,
dan ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia


pendidikan yang beragam pula. Teori humanistik menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses
pembelajaran adalah unsur manusianya. Humanistik lebih melihat sisi perkembangan kepribadian
manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormalan”atau “sakit” yang dialami oleh manusia
tersebut. Sehingga manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari
“sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangkan oleh teori humanistik.

Teori belajar humanistik bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanistik lebih
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta
tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.

Kajian Pustaka

Konsep Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Dalam Encyclopedia of Philoshopy Paul Edward menjelaskan humanisme adalah sebuah


gerakan filsafat dan literatur yang bermuladari Italia pada pertengahan abad ke 14 kemudian menjalar
ke negara-negara Eropa lainnya. Gerakan ini menjadi satu faktor munculnya peradaban baru.
Menurutnya humanisme adalah paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan kedudukan manusia
serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu. Konsep utama dari pemikiran pendidikan
humanistik menurut Mangunwijaya (2011) adalah “Menghormati harkat dan martabat manusia. Hal
mendasar dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang
menjadikan peserta didik terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan takut
gagal.

Berdasarkan penelitian Xiao (2016), pendidikan Humanistik telah digunakan secara umum
hal itu dimulai dari masa Renaissance, yang mana sumber kembenaran berpusat pada manusia
(pendidikan berpusat pada manusia) Kedua, pendidikan humanistik mengacu pada pendidikan
humaniora, yaitu sastra, sejarah, seni, filsafat, bahasa memiliki konten humanism. Ketiga pendidikan
humanistik adalah pendidikan orang dewasa, dalam arti bahwa pendidikan manusia seutuhnya sebagai
ide, dan berusaha melalui aspek moral, intelektual, fisik dan pendidikan lain dan pelatihan dari orang
lengkap.

Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini

melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif
ini.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan
lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian
psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar
itu sendiri. Teori belajar humanistik lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, manusia yang humanis, serta tentang proses belajar dalam

bentuknya yang paling ideal. Dengan ungkapan lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar
dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa
adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.

Pembelajaran yang dikembangkan berpijak pada teori belajar humanistik memiliki ciri-ciri
humanis yaitu untuk mencapai kemanusiaan transprimordial berupa kemampuan untuk menghormati
martabat, keutuhan dan hak-hak asasi sesama manusia tidak pandang apakah ia termasuk golongan
primordial suku, daerah, agama, bangsa sendiri atau lainnya. Diantara nilai-nilai yang perlu
dikembangkan dalam pembelajaran adalah kemampuan untuk menerima pluralisme, yaitu
kemampuan untuk hidup berdampingan dan tak tertekan dalam persaudaraan dari budaya, adat-
istiadat, agama, dan gaya hidup yang berbeda. Sikap toleran dan fairness yaitu kesediaan untuk
mengukur orang lain dengan ukuran yang dipakai bagi dirinya sendiri, serta untuk mengukur diri
sendiri dengan ukuran yang digunakan untuk mengukur orang lain. Menghindari pemecahan

konflik dengan cara kekerasan dan berupaya untuk bersikap lebih santun.

Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar
yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful
Learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi
nilai-nilai kehidupan yang bermakna. Nilai-nilai kehidupan yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi
dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan
keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi sikap dan nilai-nilai baru ke dalam
struktur kognitif serta kepribadian yang telah dimilikinya.

Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar sebagai manusia yang transprimordial secara optimal.

Salah satu ahli teori humanistik, Carl Rogers beranggapan dari teori belajar humanisme dapat
dikemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu: (1) manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam
untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2) belajar akan cepat dan lebih bermakna bila
bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan
mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara
pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa
sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan
lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan
evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993:64).

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235)

Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik

Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai
suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang
menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran
yang menekankan aspek humanistik pembelajaran. (Alwasilah, 1996: 23). Dalam metodologi
semacam itu, pengalaman peserta didik adalah yang terpenting dan perkembangan mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Setelah diketahui prinsip dasar humanistik tersebut, tibalah saatnya kita mulai proses
pembelajaran dengan pendekatan humanistik di kelas. Langkah-langkah umum yang biasa dilakukan
dalam pengaplikasian kepribadian mereka serta penumbuhan perasaan positif dianggap penting dalam
pembelajaran mereka. Pendekatan humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi
pada kebutuhan. Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu totalitas
yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata.
Seperti halnya guru, peserta didik adalah manusia yang mempunyai kebutuhan emosional, spritual,
maupun intelektual. Peserta didik hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar.
Peserta didik bukan sekedar penerima ilmu yang pasif.(Purwo, 1989: 212).

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Setelah diketahui
prinsip dasar humanistik tersebut, tibalah saatnya kita mulai proses pembelajaran dengan
pendekatan humanistik di kelas. Langkah-langkah umum yang biasa dilakukan dalam pengaplikasian
teori pembelajaran humanistik di kelas adalah (1) guru merumuskan tujuan belajar yang jelas; (2)
guru mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur, dan
positif; (3) guru mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupannya untuk belajar atas inisiatif
sendiri; (4) guru mendorong siswa untuk bebas mengemukaan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan; (5) guru
merumuskan tujuan belajar yang jelas; (6) guru mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak
belajar yang bersifat: jelas, jujur, dan positif; (7) guru mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupannya ; (8) guru mendorong siswa untuk bebas mengemukaan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku
yang ditunjukkan.

Ada beberapa ciri aplikasi pembelajaran humanistik di kelas. Ciri- ciri tersebut adalah (1)
memberi kesempatan seluasnya agar siswa mengembangkan diri secara potensi, pribadi, sikap,
berkembang menuju taraf yang lebih baik/sempurna, (2) ada proses pemanusiaan manusia, (3) siswa
memiliki peran, dan (4)proses yang berlangsung adalah pembelajaran bukan pengajaran.

Pembelajaran humanistik dianggap berhasil apabila: (1) siswa merasa senang; (2) siswa
bergairah dalam belajar; (3) siswa berinisiatif dalam belajar; (4) siswa mengalami perubahan pola
pikir; (5) siswa merasa bebas atau tidak tertekan dalam mengikuti keseluruhan proses pembelajarn;
(6) siswa berani menyampaikan gagasan dan mengekspresikan diri; (7) siswa tidak terikat oleh
pendapat orang lain; (8) siswa mengatur pribadi secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan dan norma; (9) siswa berdisiplin; dan (10) siswa mengikuti etika
yang berlaku.

Implementasi Pembelajaran Humanistik

Perhatian teori humanistik adalah ada pada masalah setiap individu, bagaimana individu
menghubungkan pengalaman-pengalaman dan maksud-maksud pribadi mereka. Menurut aliran ini,
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Hal ini
mempunyai kesesuaian dengan ilmu pendidikan Islam yang bermaksud membentuk insan manusia
yang memiliki komitmen humaniter sejati, yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan,
dan tanggung jawab sebagai insan manusia individual dan memiliki tanggung jawab moral kepada
lingkungannya, berupa keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan
lingkungannya (Baharuddin, 2007: 23).

Menurut Nurkhayati (2018), penerapan teori pembelajaran humanistik ini mengacu pada
beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran humanistik. Metode tidak
hanya diartikan sebagai cara mengajar dalam proses pembelajaran, Tetapi dipandang sebagai upaya
perbaikan komprehensif dari semua elemen pendidikan sehingga menjadi pendukung tercapainya
tujuan pendidikan. Secara teknis guru harus menggunakan metode sebagai berikut :

a. Role Model

Guru sebagai suri tauladan bagi kehidupan sosial akademis murid, baik didalam kelas maupun diluar
kelas.
b. Kasih sayang

Guru harus memiliki rasa kasih sayang, antusiasisme, dan ikhlas mendengar atau menjawab
pertanyaan. Serta menjauhkan sikap emosional dan foedal, seperti mudah marah dan mudah
tersinggung.

c. Adult Education

Menekankan belajar mandiri, kemampuan membaca, dan berfikir kritis. Menerapkan proses
pembelajaran yang dialog dan interaktif.

d. Promotor Of Learning

Membimbing, menumbuhkan kreatifitas, interaktif, dan komunikatif dengan siswa. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan feedback dari siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai