Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah perubahan tingkah laku dan penampilan sebagai hasil


dari pengalaman dan hasilnya dari proses mengobservasi, membaca, meniru
dan mencoba sesuatu. Belajar adalah proses yang terjadi didalam diringan
sendiri atau di dalam diri seseorang.

Dalam suatu pembelajaran didukung dengan adanya teori


pembelajaran.teori pembelajaran adalah suatu teori yang mengandung cara-
cara atau metode yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi
pada peserta didik. Salah satu contoh dari teori belajar adalah teori
humanistik.

Teori humanistik memandang bahwa siswa dapat dikatakan telah


berhasil dalam belajar apabila ia telah mampu mengerti dan memahami
lingkungan serta dirinya sendiri. Teori belajar humanistik melihat proses
dan perilaku belajar dari sudut pandang perilaku si pelajar, bukan dari sudut
pandang pengamatannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan lebih
lanjut membahas teori humanistik.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat diambil rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana teori belajar humanistik yang dikemukakan oleh Kolb dan
Habermas ?
2. Bagaimana menerapkan teori pembelajaran humanistik dalam
pembelajaran ?
1
3. Bagaimana teori pembelajaran humanistik oleh Bloom dan
Krathwohl ?

C. Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan teori belajar humanistik yang dikemukakan oleh
Kolb dan Habermas.
2. Mampu menerapkan teori pembelajaran humanistik dalam
pembelajaran.
3. Mampu menjelaskan teori pembelajaran humanistik oleh Bloom dan
Krathwohl.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Belajar Dalam Pandangan Humanistik


Teori belajar humanistik memandang bahwa siswa dapat dikatakan
telah berhasil dalam belajar apabila ia telah mampu mengerti dan
memahami lingkungan serta dirinya sendiri. Teori belajar humanistik
melihat proses dan perilaku belajar dari sudut pandang perilaku si pelajar,
bukan dari sudut pandang pengamatannya. Oleh sebab itu, tujuan utama
proses pembelajaran dalam pandangan teori belajar humanistik adalah
bertujuan agar siswa dapat mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu membantu mewujudkan dan
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka masing-masing.
Dengan demikian pembelajaran pada dasarnya untuk kepentingan
memanusiakan siswa sebagai manusia itu sendiri.
Penganut aliran humanistik ini meyakini adanya perasaan,
persepsi, keyakinan, dan maksud-maksud tertentu sebagai perilaku-perilaku
bathiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh
sebab itu, aliran teori belajar humanistik lebih cenderung disebut sebagai
teori belajar yang paling ideal. Hal ini disebabkan setiap individu memiliki
perbedaan dan kondisi individual yang sangat kompleks sehingga teori
belajar humanistik ini pada dasarnya menghendaki pemanfaatan bahkan
memadukan berbagai teori belajar dari aliran apapun asal tujuan utamanya
adalah memanusiakan manusia dalam bentuk pengembangan potensi-
potensi siwa tersebut (Budi ningsih, 2005:69). Atas dasar pandangan-
pandangfan tersebut, teori belajar humanistik lebih mendekati sebagai teori
belajara yang bersifat sangat eklektik.1

1
Mohammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajran (Jogjakarta:Ar-ruzz Media, 2017 ), 191
3
Psikologi Humanistik lahir untuk menjawab berbagai pertanyaan
tentang kesadaran pikiran, kebebasan kemauan, martabat manusia,
kemampuan untuk berkembang, dan kapasitas refleksi diri. Humanistik
akhirnya menjadi alternatif antara behavioristik dan kognitivistik sehingga
lebh dikenal sebagai “kekuatan ketiga”. Menurut Haryu (2006) para ahli
psikologi humanistik memandang bahwa aliran behavioristik merupakan
sebuah aliran yang menekankan pada aspek belajar dan tingkah laku, telah
memberikan sebuah hal yang menakjubkan, tetapi gagal dalam memandang
manusia sebagai manusia. Behavioristik memandang manusia ibarat
makhluk mekanistik yang dikendalikan kekuatan dari luar dirinya.
Hal yang terpenting dari behavioristik adalah memandang manusia
sebagai mesin reaksi. Manusia dipandang sebagai rentetan gerakan reflek
yang sifatnya mekanistik dan tidak dapat mengenal manusia yang
sebenarnya. Ketidaksepahaman pada psikoanalisa karena aliran ini
mempunyai pemikiran pesimistik, negatif, klinis, dan mengutamankan
pengalaman masa lampau dari ketidaksadaran manusia (Masrun,2002).
Behavioristik hanya menyelidiki perbuatan-perbuatan lahir saja dan
mengabaikan kehidupan kejiwaan yang sebenarnya, padahal justru
kehidupan kejiwaan merupakan inti (core). Psikologi humanistik
menekankan pada kehidupan kejiwaan manusia, didalamnya terdapat
potensi-potensi manusia yang khas dan istimewa yang perlu diselami atau
diberdayakan (Haryu,2006).2
Humanistik dipelopori oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow.
Menurut Rogers, semua manusia lahir membawa dorongan untuk meraih
sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara konsisten
menurut diri mereka sendiri.
1. Pandangan Hebermas Terhadap Belajar
Hebermas berpendapat bahwa belajar baru akan terjadi jika ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar
yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan
2
Husamah,dkk.2016.Belajar dan Pembelajaran. Hal 155
4
sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Hebermas
kemudian membagi tipe belajar menjadi 3, yaitu beajar teknis
(technical learning), belajar praktis (practical learning), dan belajar
emansipatoris (emancypatory learning) dengan ciri-ciri seperti
berikut.
a. Belajar Teknis (Technical Learning)
Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan
dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar
mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam
sekitarnya dengan baik. Oleh sebab itu, sains amat dipentingkan
dalam belajar teknis.
b. Belajar Praktis
Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu denga orang-orang
disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih
mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama
manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan
sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi, dan semacamnya,
amat diperlukan. Mereka percaya bahwa pemahaman dan
keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak
dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya.
Oleh sebab itu, interaksi yang benar antara individu dengan
lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau
relevansinya dengan kepentingan manusia.
c. Belajar Emansipatoris
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar sesorang
mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan
sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk
5
mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Ilmu-ilmu
yang berhubungan dengan budaya dan bahasa amat diperlukan.
Pemahaman dan kesadaran terhadap transformsi kultura inilah
yang oleh Hebermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling
tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan paling
tinggi3.
Hebermas juga menyatakan bahwa menjadi bermakna apabila
dalam proses kegiatan belajar (interaksi antara pendidik dan siswa)
terjadi secara multi arah, terpadu dan berorientasi pada kepentingan
siswa atau student centered learning bukannya teacher centered.

B. Teori Belajar Humanisme


Teori belajar humanisme merupakan salah satu teori belajar yang
paling abstrak diantara teori belajar yang ada, karena teori ini lebih banyak
membicaraka gagasan tentang belajar yang paling ideal daripada
memperhatikan apa yang bisa dilakukan dalam keseharian. Teori belajar
humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Belajar dalam
teori humanisme dikatakan berhasil bila peserta didik bisa memahami
lingkungan dan dirinya sendiri (mencapai aktualisasi diri). Guru dalam teori
belajar humanisme membantu peserta didik untuk memahami secara
mendalam dirinya sehingga peserta didik bisa mengembangkan kemampuan
yang ada dalam diri mereka. Guru juga mencoba menciptakan pembelajaran
yang bisa meningkatkan kemampuan dalam menciptakan, membayangkan,
berpengalaman, berintuisi, merasakan, dan fantasi.

C. Tokoh dan Kajian Belajar Menurut Humanisme


1. Kolb
Pandangan kolb tentang belajar dikenal dengan “Belajar empat
tahap” yaitu:

3
Husamah,dkk.2016.Belajar dan Pembelajaran. Hal 144-145
6
a. Tahap pandangan konkret : Pada tahap ini seseorang mampu atau
dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana
adanya namun belum memiliki kesadaran tentang hakikatt dari
peristiwa trersebut
b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif : Tahap ini seseorang
semakin lama akan semakinmampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih berkembang.
c. Tahap konseptualisasi : Pada tahap ini seseorang mulai berupaya
untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep,
atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya dan cara berpikir nya menggunakan induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif : Pada tahap ini seseorang sudah
mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-
aturan kedalam situasi nyata dan cara berpikirnya menggunakan
deduktif4.
2. Benjamin Bloom dan David Krathwohl
Teori belajar humanistik ini dapat menggunakan berbagai
macam cara untuk media memahamkan seorang seperta didik, atau
dengan kata lain menuju pemahaman yang mendalam au aktualisasi
diri5. Benjamin Bloom dan David Krathwohl memetakan atau
mengkasifikasikan teori pendidikan humanistik menjadi beberapa
bagian berdasarkan tujuan belajar (yang harus dikuasai oleh peserta
didik) seperti kognitif, afektif, dan psikomotor6. Berikut
penjelasannya:
1. Ranah kognitif

4
Darmadi, pengembangan model dan metode pembelajaran dalam dinamika belajar
siswa(Yogyakarta:Deepublish,2017), l23
5
Irawan, Prasetya, dkk. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar.
Jakarta: Dirjen Dikti, 2001. Hlm 12-15.
6
Sri Hayati, Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Leaning,.Magelang: Graha Cendekia.
2017. Hlm 65
7
Ranah ini merupakan tempat bagi perkembangan berbagai
aspek seperti nalar, pemikiran dan pengertian sederhana individu 7.
Bloom membagi beberapa bagian ranah kognitif sebagai berikut.
a. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan bagian dari ranah
kognitig yang didalamnya terdapat aktivitas memanggil
ingatan yang pernah dipelajari ataupun pemanggilang kembali
ingatan terdahulu8. Pada bagian/domain ini pengetahuan dapat
diwujudkan dalam mengingat kembali pengertian atau istilah,
fakta-fakta prinsip, urutan dan sebagainya.
b. Pemahaman
Pada bagian ini individu dapat menjelaskan kembali
suatu materi yang telah ia pelajari, seperti menginterpretasikan,
translasi, dan ekstrapolasi
c. Penerapan atau aplikasi
Ketika seorang individu telah menerima suatau teori,
alangkah baiknya dapat menerapkan teori tersebut ketika
dihadapkan pada suatu masalah. Kegiatan penerapan tersebut
dapat berupa gagasan, metode, rumus dan sebagainya.
d. Analisis
Analisis sendiri adalah proses dekomposisi suatau
gagasan atau konsep menjadi penyusun-penyusun sederhana
gagasan atau konsep tersebut. Maka akan jelas dan eksplisit
susunan hierarki pemahaman gagasan atau konsep.
e. Sintesis
Pada jenjang ini, individu mampu mengkombinasikan
suatau gagasan baru dengan pengetahuan yang ia pahami.

7
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), hlm. 298
8
Ibid. hlm. 27
8
Dengan kata lain ia mampu menciptakan komunikasi yang
unik9.
f. Evaluasi
Tahap ini adalah dimana individu dapat menilai suatu
materi pelajaran atau suatu karya dengan mempetimbangkan
pada pengetahuannya seperti membandingkan, menilai dan
mengkritik10.
2. Ranah Afektif
Ranah afektf adalah ranah dimana tempat emosi dan
perasaan memiliki peran banyakdan penting. Pada ranah ini banyak
hal yang berada pada ranah penalaran karena melibatkan emosi dan
perasaan. Ranah afektif sendiri dibagi menjadi 5 domain atau
bagian, yaitu:
a. Penerimaan
Pada tahap ini merupakan tahap terendah bagi individu,
merupakan kemampuan individu menerima perlakuan atau
ransangan dari luar seperti kejadian-kejadian disekitarnya baik
secara emosional maupun bukan emosional11. Misalnya ketika
seorang siswa dengan seksama mendengarkan penjelasan guru
atau pun memahami perbedaan dilingkungannya.
b. Partisipasi
Seorang individu mempunyai inisiatif atau kerelaan
untuk ikut serta dalam suatu kegiatan dalam di linkungan
sekitarnya. Selain itu ia juga mampu memberikan kontribusi
pada kegiatan tersebut. Misalnya seorang anak mengikuti
lomba balap karung pada hari kemerdekaan disekitar
rumahnya.
c. Penilaian atau penentuan sikap

9
Husamah, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press. 2018. Hlm 147
10
Muhammad Yaumi, Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran, hlm. 92.
11
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 298
9
Pada tahap ini seorang individu mampu menempatkan
sikap yang tepat pada lingkungannya, seperti sikap menerima
pendapat orang lain dan sikap saat dikritik12.
d. Pengelolaan
Pada tahap ini seorang individu mampu menyusun
suatau konsep menjadi sistem konsep yang nantinya ia jadikan
sebagai pegangan dalam kehidupan seperti prinsip.
e. Karakteristik
Kemampuan individu dalam menghayati suatau sistem
konsep atau prinsip kehidupan yang telah ia susun sebelumnya
dan nantinya akan memunculkan suatu karakter atau sifat dari
pelaksanaan sistem prinsip menjadi suatu pola kehidupan.
f. Ranah Psikomotor
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan
dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang
berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif
dan interperatif.
3. Ranah Psikomotorik dikelompokkan menjadi 5 tingkat yaitu:

a. Meniru (Immitation)

Tingkat meni bertujuan supaya siswa dapat meniru


suatu perilaku yang dilihatnya. Pada tingkat ini masih
dimungkinkan untuk terjadi kesalahan pada saat siswa
mencobanya karena belum bersifat otomatis meskipun siswa
mampu melakukannya. Contoh siswa dapat menggambarkan
sel hewan dan sel tumbuhan berdasarkan teori yang ada.

b. Manipulasi (Manipulation)

12
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 152.
10
Tingkat ini bertujuan supaya siswa mampu melakukan
sesuatu perilaku tanpa bantuan visual. Siswa diberikan
petunjuk berupa tulisan dan melakukan tindakan yang
diperintahkan. Contoh siswa mampu menggunakan mikroskop
dengan bantuan buku panduan yang dibacanya.

c. Ketepatan Gerakan (Precision)

Tingkat ini bertujuan supaya siswa mampu melakukan


sesuatu tanpa visual maupun petunjuk tulisan dan
melakukannya dengan lancer, tepat, seimbang dan akurat.
Contohnya siswa dapat dengan tepat menempatkan specimen
pada nampan mikroskop dan menggunakan focus lensa untuk
mengidentifikasi komponen specimen tersebut.

d. Artikulasi (Articulation)

Tingkat ini bertujuan supaya siswa mampu untuk


menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang
benar, dan kecepatan yang tepat. Contohnya siswa dapat
menggunakan mesin penggiling padi dengan lancer.

e. Naturalisasi (Naturalization)

Tingkat ini bertujuan supaya siswa mampu melakukan


gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Siswa
melakukan gerakan tersebut tanpa berfikir lagi bagaimana cara
melakukannya dan urutannya. Contoh kemampuan kognitif
menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan13.

Taksonomi Bloom ini berhasil memberi inspirasi kepada banyak


pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan
pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksonomi ini telah
banyak membantu praktisi pendidikan di Indonesia untuk
13
Husamah, dkk.Belajar Dan Pembelajaran.Malang:UMM Press.2018,hlm 150-151
11
mengformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah
difahami, operasional, serta dapat diukur. Teori ini juga banyak
dijadikan pedoman untuk membuat butir-butir soal ujian. Teori ini
juga dapat disebut sebagai hasil belajar14.

D. Aplikasi Teori Humanistik Dalam Pembelajaran


Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan siswa dalam
memahami materi yang diperoleh dari pembelajaran untuk mendapatkan
informasi atau pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama prosess
pembelajaran tersebut. Dalam teori humanistik, peserta didik berperan
sebagai subjek didik, dan guru berperan sebagai fasilitator dalam
pembelajaran humanisme.
Peserta didik dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai
pusat (central) atau Student Central dalam aktifitas belajar. Peserta didk
menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Maka dari
itu, peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan
mengembangkannya secara maksimal. Peserta didik bebas mengekspresikan
cara belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar
menerima informasi yang disampaikan oleh guru.
Peran guru dalam pembelajarn humanisme adalah menjadi fasilitator
bagi para siswanya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi
pengalaman belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
membuat peserta didik tersebut menjadi aktif, serta menyampaikan materi
pembelajaran secara sistematis.(Sadullah;2008)
Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran humanisme adalah :
1. Memberi perhatian pada penciptaan suasana awal pembelajaran;
2. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga
meningkatkan keaktifan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi;

14
Sri Hayati, Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Leaning,.Magelang: Graha Cendekia.
2017. Hlm 65
12
3. Mengatur peserta didik agar dapat berkomunikasi secara langsung,
secara aktif dengan teman selama proses pembelajaran;
4. Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
ang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk
membantu mencapai tujuan mereka;
5. Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dimanfaatkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok
(guru dijadikan tempat untuk bertanya oleh peserta didik tanpa peserta
didik tersebut merasa takut).
6. Menanggapi dengan baik ungkapan-ungkapan didalam kelompok
kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual (tidak penuh
dengan kritikan sehingga memotivasi peserta didik untuk
mengekspresikan diri);
7. Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik
(berempati) dan meluruskan perkara yang dianggap kurang relevan
dengan cara yang santun;
8. Dalam pembembelajarn secara kelompok, dia mengambil prakarsa
untuk ikut serta dalam kelompok dan mencoba mengungkapkan
perasaan serta pikirannya dengan tidak menuntut juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh peserta didik;
9. Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna, guru tersebut
mau mengenali, mengakui dan menerima keterbatasan-keterbatasan
diri dengan cara mau dan menerima dengan senang hati pandangan
peserta didik.
Aktifitas selama proses pembelajaran siswa berperan sebagai pelaku
utama (Student Center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri (Salahudin;2011). Di harapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkannya secara positif dan meminimalkan potensi yang bersifat
negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil
belajar.
13
Menurut Sadullah adapun proses yang umumnya dilalui dalam teori
Humanisme adalah sebagai berikut :
a) Merumuskan tujuan belajar yang jelas;
b) Mengusahakan pertisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur dan positif;
c) Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri;
d) Mendorong siswa untuk peka dalam berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran dengan mandiri;
e) Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
f) Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya;
g) Mebmberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai
kecepatannya
h) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa.
Bentuk aplikasi teori Humanisme dalam pembelajarn berisi
bagaimana cara berupaya menggabungkan keterampilan dan informasi
kognitif, dengan segi-segi efektif, nilai-nilai dan perilaku antar pribadi.
Sehubungan dengan itu, dibawah ini akan diterangkan beberapa program
aplikasi dalam teori Humanisme dalam pembelajaran.
1. Confluent Education Cooperative Learning
CECL adalah pendidikan yang memadukan atau
mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar
kognitif dalam kelas. Hal ini merupakan cara yang bagus sekali untuk
melibatkan para siswa secara pribadi didalam bahan pelajaran.
Sebagai contoh misalnya , guru Bahasa Indonesia memberikan tugas
14
kepada para siswa untuk membaca sebuah novel, katakanlah misalnya
tentang “ keberanian”, sebuah novel perang. Melalui tugas tersebut,
para siswa tidak hanya diharapkan untuk memahami isi bacaan
tersebut dengan baik tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi
yang lebih baik dengan jalan membahas pengertian-pengertian mereka
sendiri mengenai keberanian dan rasa takut.
Untuk keperluan itu, tugas tersebut dilengkapi dengan tugas-
tugas yang terkait, antara lain : 1) mewancarai orang-orang yang tahu
tentang perang. 2) mendengar musik perang, menulis pikiran-pikiran
dan perasaan-perasaan yang timbul secara bebas, dan kemudian
menghayatinya dalam kelompok-kelompok yang kecil. 3)
memperdebatkan apakah perang itu dapat dihindari atau tidak. 4)
membandingkan perang saudara dengan sajak-sajak perang. Melalui
partisipasi dalam kegiatan seperti itu dan membicarakan bagaimana
tokoh atau pahlawan tertentu dalam novel tersebut memiliki makna
pribadi manakala siswa mulai berpikir tentang bagaimana mereka
bereaksi dalam situasi yang serupa
2. Open Education
Open education atau proses pendidikan terbuka adalah proses
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk
bergerak secara bebas disekitar kelas dan memilih aktifitas belajar
mereka sendiri. Menurut Walberg dan Tomas (1972), open education
itu memiliki delapan kriteria, yaitu:
a. Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan yang
diperlukan untuk belajar tersedia, para siswa tidak bergerak bebas
disekitar ruangan , tidak dilarang berbicara, tidak ada
pengelompokan atas dasar kecerdasan;
b. Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat, artinya
menggunakan bahan buatan siswa, guru menangani masalah-
masalah tingkah laku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi
dengan siswa yang bersangkutan tanpa melibatkan kelompok;
15
c. Mendiagnosa peristiwa-peristiwa belajar, artinya siswa-siswa
memeriksa pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan;
d. Pengajaran, aitu pengajaran individual, tidak ada tes ataupun buku
kerja;
e. Penilaian, wujudnya : guru membuat catatan, penilaian secara
individual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal;
f. Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional, artinya guru
menggunakan bantuan orang lain, guru bekerja dengan teman
sekerjanya;
g. Persepsi guru sendiri, artinya guru mengamati semua siswa untuk
memantau kegiatan mereka;
h. Asumsi tentang para siswa dan proses belajar, artinya suasana kelas
hangat dan ramah, para siswa asyik melakukan sesuatu.
Meskipun pendidikan terbuka memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk bergerak secara bebas disekitar ruangan kelas dan
memilih aktifitas belajar mereka sendiri, namun bimbingan gru tetap
diperlukan karena guru disni berperan sebagai fasilitator.
3. Cooperative Learning
Cooperative learning atau belajar kooperatif merupakan
fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan siswa berprestasi.
Menurut Slavin dalam Sumanto (1998) cooperative learning
mempunyai 3 karakteristik :
a. Siswa bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang
anggota), komposisi ini tetap selama berminggu-minggu.
b. Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik atau dalam mengerjakan tugas kelompok.
c. Siswa diberi imbalan atau hadiah ats dasar prestasi kelompok.
4. Independent Learning
Independent learning atau pembelajaran mandiri adalah proses
belajar yang menuntut siswa menjadi subjek yang dapat merancang,
16
mengatur, mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggung
jawab. Proses ini tidak bergantung pada subjek maupun metode
instruksional, melainkan kepada siapa yang belajar yaitu murid,
mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari
dan siapa yang hars mempelajari suatu hal tersebut.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hebermas berpendapat bahwa belajar baru akan terjadi jika ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hebermas kemudian
membagi tipe belajar menjadi 3, yaitu beajar teknis (technical learning),
belajar praktis (practical learning), dan belajar emansipatoris
(emancypatory learning).
Pandangan kolb tentang belajar dikenal dengan “Belajar empat tahap”
yaitu: Tahap pandangan konkret, Tahap pengamatan aktif dan reflektif,
Tahap konseptualisasi, Tahap eksperimentasi aktif.
Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan siswa dalam
memahami materi yang diperoleh dari pembelajaran untuk mendapatkan
informasi atau pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama prosess
pembelajaran tersebut. Dalam teori humanistik, peserta didik berperan
sebagai subjek didik, dan guru berperan sebagai fasilitator dalam
pembelajaran humanisme.
Benjamin Bloom dan David Krathwohl memetakan atau
mengkasifikasikan teori pendidikan humanistik menjadi beberapa bagian
berdasarkan tujuan belajar (yang harus dikuasai oleh peserta didik) seperti
kognitif, afektif, dan psikomotor.

18
Daftar Pustaka

Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hayati, Sri. 2017. Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative
Leaning,.Magelang: Graha Cendekia.

Irawan, Prasetya dkk. 2001. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar.
Jakarta: Dirjen Dikti
Winkel W. S. 1983, Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana
Indonesia.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Media Grup.
Husamah, dkk.2016. Belajar Dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Irham,Mohammad dan Novan Ardi Wiyani.2017. Psikologi Pendidikan Teori
dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta:Ar-ruzz Media.
Sadullah, Uyoh, Drs. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Salahudin, Drs, M.Pd. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
Soemanto, wasty. 1998. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan), Jakarta: Rineka Cipta
https://www.kompasiana.com/amirazhar/5528f7cbf17e6188258b4581/aplikasi-
teori-humanisme-dalam-kegiatan-pembelajaran

19

Anda mungkin juga menyukai