Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Dinamika dan Orientasi Manusia:


Demokratisasi Pendidikan menuju Humanistik
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Kapita Selekta Pendidikan

Dosen pengampu:

Siti Nur Afifah, M.Pd. I

Disusun oleh:

1. Nur Azizah Agustina (932130517)


2. Afina Ulin Nuha (932120017)
3. Abdurrahman Rouf B. (932124317)

Kelas: I

FAKULTAS: TARBIYAH & ILMU KEGURUAN


JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) KEDIRI
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Kapita Selekta Pendidikan diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kuliah yang
diberikan oleh dosen dan untuk mengetahui pengertian tersebut.

Dalam penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan semua pihak.
Dengan kerendahan, saya menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.


2. Siti Nur Afifah, M. Pd.I selaku dosen mata kuliah Supervisi Pendidikan
3. Ayah, ibu, keluarga, sahabat dan para guru penulis yang telah banyak mendukung
dan memberikan sumbangan material maupun moral
4. Serta teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Semoga dengan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat dalam mengetahui
materi tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah yang selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, 7 September 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu kunci terpenting dalam kehidupan manusia. Secara
umum, pendidikan bertujuan untuk membantu manusia mendapatkan eksitensi
kemanusian secara keseluruhan. Pendidikan juga bertujuan untuk membuat orang lebih
baik dalam hidup. Saat ini pendidikan belum mampu mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan itu sendiri yang memanusiakan manusia dengan mengoptimalkan semua
potensi yang ada pada manusia. Sebaliknya, pendidikan yang terjadi saat ini hanya
menciptakan manusia robot atau mesin yang bisa dikendalikan. Pendidikan sebagai
proses humanisasi manusia berasal dari ide humanisme. Hal ini sejalan dengan makna
dasar humanisme sebagai pendidikan manusia. Islam menjadikan dimensi manusia
sebagai orientasi pendidikan. Wawasan humanisme dalam pendidikan mengusung
prinsip memberdayakan setiap manusia sebagai individu yang bebas untuk
mengembangkan potensinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori humanistik?
2. Bagaimana pendapat para ahli?
3. Bagaimana belajar menurut teori humanistik?
4. Bagaimana Orientasi teori humanistik dalam pendidikan?
5. Bagaimana Relevasi teori humanistik?
6. Bagaimana Aplikasi dan Implikasi teori Humanistik belajar dalam proses belajar
mengajar?
7. Bagaiamana Prinsip-prinsip teori pembelajaran humanistic?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian teori humanistik?
2. Untuk mengetahui pendapat para ahli?
3. Untuk mengetahui belajar menurut teori humanistik?
4. Untuk mengetahui Orientasi teori humanistik dalam pendidikan?
5. Untuk mengetahui Relevasi teori humanistik?
6. Untuk mengetahui Aplikasi dan Implikasi teori belajar Humanistik dalam proses
belajar mengajar?
7. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip teori pembelajaran humanistic.
Peta Konsep

Pengetian
teori
Humanistik

pendapat
para ahli
belajar
menurut teori
humanistik

Orientasi
teori
humanistik
dalam
pendidikan

Relevasi
teori
humanistik

Implikasi teori
Humanistik belajar
dalam proses
belajar mengajar

Prinsip-
prinsip teori
pembelajaran
humanistic
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanistik

Artinya:

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Sesungguhnya Allah maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan Q.S. Al-Mujadallah:111

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2 istilah humanis yang berasal dari akar
kata human dengan segala bentuk derivasinya, yang kesemuanya memiliki arti yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Kata human memiliki arti: bersifat
manusiawi, berperikemanusiaan (baik budi, luhur budi, dan sebagainya). Kata
humanis memiliki arti: (1) orang yang mendambakan dan memperjuankan
terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan azas-azas kemanusiaan:
mengabdi kepentingan sesama umat manusia, dan (2) penganut faham yang
menganggap manusia sebagai objek yang terpenting. Seorang humanis adalah
seseorang yang selalu mendamba serta memperjuangkan sebuah kehidupan yang
ideal dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam pandangan humanis, manusia dipandang sebagai makhluk tuhan yang
memiliki fitrah-fitrah tertentu yang harus dikembangkan secara optimal. Dan fitrah

1
Q.S. Al-Mujadallah:11
2
Software KBBI Ofline
manusia ini hanya bisa dikembangkan melalui pendidikan yang benar-benar
memanusiakan manusia (human people), menekankan nilai-nilai manusiawi dan
nilai-nilai kultural dalam pendidikan. Tujuan utama ini adalah kemanusiaan, yang
bersifat normatif dan berkepribadian. Kepribadian yang dikembangkan adalah
kepribadian yang utuh, terintregrasi dan terpadu dengan nilai sosial-kultural.
Sementara dari sisi aliran filsafat, humanisme diartikan sebagai paham yang
menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia
menempati posisi yang sangat tinggi, sentral dan penting baik dalam perenungan
teoritis-filsafat maupun dalam praktis hidup sehari-hari. 3
Secara etimologi humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai
akar kata homo yang berarti manusia. Adapun secara terminologi, humanisme
berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk
meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik-non fisik) secara penuh.
Dengan kata lain, humanisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang ingin
mengangkat dan meningkatkan harkat martabat manusia ke tempat yang lebih
tinggi, yang sudah selayaknya eksitensi manusia harus diakui dan selanjutnya di
tempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari makhluk lainnya. 4
B. Pendapat Para Ahli Tentang Teori Humanistik
1. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki.5 Manusia termotivasi hidup untuk
memenuhi kebutuhannya. Aliran ini menolak paham yang menyatakan bahwa
manusia hanya semata sebagai hasil bawaan atau lingkungan sepenuhnya.
Sebaliknya, aliran ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan
untuk memilih, menentukan tindakannya dan menentukan nasibnya sebagai
konsekuensi atas eksistensinya. Bagaimanapun kebebasan memilih itu tak bisa
diartikan dan tak bisa menjamin bahwa setiap individu itu dapat menentukan
pilihan dan berbuat yang terbaik. Manusia tidak akan mengalami keputusasaan,
kesengsaraan serta penderitaan-penderitaan lain dalam hidupnya.
2. Arthur Combs

3
Suyatno, “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Pendidikan Humanis Religius”, Pendidikan Agama Islam, 9
(Juni, 2012), 30-31.
4
Ahmad Multazam, “Pendidikan Islam Berbasis Humanisme Religius” (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Walisongo, Semarang, 2015), 14.
5
Husamah, “ Belajar Dan Pembelajaran” (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2018), 120
Guru dapat memahami perilaku siswa sehingga apabila ingin merubah perilakunya
guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. 6 Untuk
mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini
dilihat dari sudut pandangnya. pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan
humanistic mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku (di
dalam ) yang membuat orang berbeda dari orang lain.
3. Carl Riger
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-
gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua
bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. 7 Lebih khusus dalam bidang
pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar
yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti,
belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk
perubahan.
Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Hasrat untuk belajar
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar.
Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk
belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas
yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk
memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk
menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang Berarti
Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar
dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar Tanpa Ancaman
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik
apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar

6
Sri Esti Wuryani Djiwandono, “Psikologi Pendidikan” (Jakarta: Grasindo 2006), 182-183
7
Ratna Syifa’a Rachmahana, Psikologi Humanistik Dan Aplikasinya Dalam Pendidikan, Jurnal Pendidikan
Islam, No. 1, Vol.
akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat
mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan
tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas Inisiatif Sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif
sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah
belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan
kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to
learn how to learn ).
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas,
tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas
inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan
membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia
menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada
penilaian pihak lain.
e. Belajar dan Perubahan
Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar
yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers,
di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan
gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa
yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan
zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di
masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di
masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan
saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
berubah dan akan terus berubah.
C. Belajar Menurut Teori Humanistik

Belajar menurut teori humanistik adalah belajar yang memanusiakan manusia,


memberi kebebasan dalam belajar, tidak perlu mengontrol siswa berlebihan baik dalam
pemikiran maupun tindakan, siswa memilih pilihannya sendiri. Tidak ada yang lebih
mengenal siswa itu melebihi diri siswa itu sendiri, dalam hal ini teori belajar humanistik
menekankan agar individu (siswa) bisa mengenal dan mengembangkan potensi yang
ada di dalam dirinya. Tugas guru dalam teori humanistik adalah menjaga dan
membimbing pelajar untuk meningkatkan potensinya (fasilitator).

Didalam pembelajaran selalu terjadi perubahan-perubahan yang menjadikan siswa dan


siswi menjadi lebih baik. Perubahan tersebut terjadi di sebabkan oleh pengalaman,
interaksi dengan hal baru yang terjadi pada siswa dan siswi yang melakukan aktivitas
pembelajaran.
Sedangkan menurut teori humanistik pembelajaran yang berhasil adalah ketika para
siswa dan siswi mampu memahami dan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain atau
lingkungannya. Teori humanistik tidak menekankan siswa dengan berpacu pada
perintah pendidik semata, melainkan juga memberikan kebebasan dalam menentukan
arah belajar dan membuat dia menjadi manusia yang terbaik menurut versinya sendiri.
D. Orientasi teori Humanistik dalam Pendidikan

Wawasan humanisme dalam pendidikan mengusung prinsip pemberdayaan tiap


manusia sebagai individu yang bebas untuk mengembangkan potensinya. Itu artinya
pendidikan diadakan untuk mengelola dan mengembangkan diri manusia agar menjadi
manusia yang utuh sesuai kodrat fitrah yang dimilikinya, setidaknya ada dua karakter
utama orientasi pendidikan yang berkembang sejak abad pertengahan hingga kini.
Pertama, orientasi mencari kebenaran. Pendidikan dialkukan untuk mencari kebenaran
sejati. Kedua, orientasi pengabdian masyarakat, pendidikan diposisikan sebagai upaya
penyejahteraan masyarakat. Pengabdian masyarakat juga bisa berarti pendidikan
dilakukan hanya untuk kepentingan manusia, inilah akar visi humanisme yang tersiarat
dalam paradigma pendidikan ini. 8

Pendidikan yang memang dibutuhkan agar manusia menjadi cakap dan mandiri
untuk mengatasi masalah-masalah baik masalah pribadi maupun sosial. Pendidikan
humanis ini berupaya membentuk keselrasan jiwa dan badan untuk mencapai
keutamaan. Kesempurnaan jiwa dan badan akan terbentuk dengan memperlihatkan dua
aspek penting, intelektualitas dan spiritualitas. Dengan kata lain seluruh upaya
pendidikan diarahkan pada pengembangkan kepribadian yang mencakup oleh pikir,
oleh karsa dan olah cipta, demikian adalah pola pengembangan individual manusia.

8
Quthfi Mua’rif, “Menggali Akar Visi Humanis Liberal Art membentuk Manusia Berparadigma Holistik”,
Jurnal Edukasi, 8 (2011), 42.
Namun demikian tidak melupakan peran manusia sebagai bagian integral
masyarakat, seorang individu akan selalu terikat dengan hubungan interpersonal
dengan individu lainnya, untuk pendidikan humanistik tidak bisa
mengesampingkan dimensi sosial manusia. Bagaimanapun manusia sebagai
makhluk sosial akan selalu berhadapan, berurusan dan saling membutuhkan dengan
manusia lainnya, secara langsung maupun tidak langsung pertemuan itu akan
senantiasa menjumpai masalah karena manusia sebagai makhluk sosial mestilah
membutuhkan bantuan dari manusia lainnya.
Sebagai makhluk rasional yang memiliki kebebasan dalam berpikir manusia
senantiasa berkeinginan untuk menghasilkan sesuatu yang baik dalam
pandangannya, baik untuk dirinya maupun untuk banyak orang, akan tetapi
kebaikan dalam pandangan tiap manusia bersifat relatif dan sering kali tidak sama,
inilah yang kemudian mesti disikapi dengan positif, karena dengan berpikir dan
bersikap positif akan memunculkan ide-ide baru yang lebih baik. Dalam
menghadapi ragam ide dalam kehidupan manusia tentu sering menghadapi masalah,
sebab sebagai makhluk rasional manusia memiliki kehendak dan arah berpikir dan
kreasinya sendiri. Untuk itu manusia senantiasa menuntut perkembangan yang lebih
baik dan memudahkan untuk kehidupannya. Itulah mengapa manusia juga disebut
dengan makhluk hadap masalah, dalam rangka itulah pendidikan humanitik
mengorientasikan proyek kerjanya. Yaitu agar manusia senantiasa cakap dan sigap
serta dewasa dalam menghadapi permasalahan hidup terkait dirinya sendiri maupun
dengan lingkungannya. 9
E. Relevansi teori belajar humanistik

Sebuah pendidikan atau proses pembelajaran belajar mengajar adalah suatu


proses untuk menjadikan manusia itu berharkat dan bermartabat, membuat manusia
menjadi lebih dewasa membuat manusia menghadapi kenyataan dengan kuat sehingga
tidak memberatkan atau lebih bergantung kepada orang lain serta mampu menahan
ataupun melawan arus zaman.

Teori humanistik sangat relevan dengan pembelajaran, karena teori humanistik


mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui potensi-potensi yang dimiliki
oleh para siswa dan siswi. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses

9
Saifullah Idris & Tabrani. Za, “Realitas Konsep Pendidikan Humanisme Dalam Konteks Pendidikan Islam”,
Jurnal Bimbingan Konseling Vol.. 3, N.o. 1 2017
pendidikan pun senantiasa berubah. Adanya perubahan pada pendidikan juga
mempengaruhi strategi pembelajaran. Teori belajar humanistik mampu memberikan
Dengan adanya perubahan dalam strategi pendidikan dari waktu ke waktu humanistik
memberikan arahan yang signifikan dalam pencapaian, tujuan ini.10
F. Aplikasi Dan Imlpikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik yaitu menciptakan pembelajaran yang ideal sehingga


setiap pribadi bisa memahami dan mengembangkan diri dengan baik. 11 Untuk
menciptakan pembelajaran ideal maka para guru dalam pebelajaran humanistic
berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi para peserta didik. Peserta didik
berperan sebagai pelaku utama yang memahami proses pengalaman belajarnya sendiri
sehingga peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative. Tujuan pembelajaran
lebih kepada proses belajaranya dari pada hasil bealajar. Pembelajaran berdasarkan
teori humanistic ini cocok untuk diterapakan pada materi- materi pembelajar yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena social. Implikasi dari teori humanistik yaitu menciptakan belajar yang ideal
sehingga peserta didik merasakan senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjadi perbahan pola piker, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa menguragi hak-hak
orang lain atau melanggar atauran, norma, displin atau etika yang berlaku.

G. Prinsip-prinsip teori pembelajaran humanistic


Beberapa prinsip teori pembelajaran sebagai berikut:12
1. Manusia mempunyai belajar alami.
2. Belajara signifikan terjadi apabila materi pembelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
3. Belajar yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar mengancam diri ialah lebih mudah didasarkan bila ancaman itu kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pegalaman siswa dalam memperoleh cara.

10
Qodir Abd, “Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa” jurnal pedagogik vol. 04
No 02 2017
11
M. Andi Setiawan, Belajar Dan Pembelajaran (Yogyakarta: Budi Utama, 2017), 89-90
12
Moh, Suardi. Belajar & Pembelajaran (Yogyakarta:Budi Utama, 2018), 176
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya .
7. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberikan hasil yang mendalam.
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuh dengan membiasakan untuk mawas
diri.
10. Belajar social adalah belajar mengenai proses belajar.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah salah satu kunci terpenting dalam kehidupan
manusia. Secara umum, pendidikan bertujuan untuk membantu manusia
mendapatkan eksitensi kemanusian secara keseluruhan. Pendidikan juga
bertujuan untuk membuat orang lebih baik dalam hidup. Saat ini pendidikan
belum mampu mencapai tujuan dan sasaran pendidikan itu sendiri yang
memanusiakan manusia dengan mengoptimalkan semua potensi yang ada pada
manusia. Sebaliknya, pendidikan yang terjadi saat ini hanya menciptakan
manusia robot atau mesin yang bisa dikendalikan. Pendidikan sebagai proses
humanisasi manusia berasal dari ide humanisme. Hal ini sejalan dengan makna
dasar humanisme sebagai pendidikan manusia. Islam menjadikan dimensi
manusia sebagai orientasi pendidikan. Wawasan humanisme dalam pendidikan
mengusung prinsip memberdayakan setiap manusia sebagai individu yang
bebas untuk mengembangkan potensinya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari masih terdapat banyak
kekurangan baik dari materi yang disampaikan maupun materi yang kami
sajikan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang sifatnya membangun. Atas kritik dan saran nantinya kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abd, Qodir. “Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa” jurnal
pedagogik vol. 04 No 02 2017
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Grasindo 2006.
Husamah, “ Belajar Dan Pembelajaran” Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2018.
M. Andi Setiawan, Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Budi Utama, 2017.
Moh, Suardi. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta:Budi Utama, 2018

Mua’rif, Quthfi. “Menggali Akar Visi Humanis Liberal Art membentuk Manusia
Berparadigma Holistik”, Jurnal Edukasi, 8 (2011).
Multazam, Ahmad. “Pendidikan Islam Berbasis Humanisme Religius”. Skripsi, Universitas
Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Q.S. Al-Mujadallah:11
Ratna Syifa’a Rachmahana, Psikologi Humanistik Dan Aplikasinya Dalam Pendidikan, Jurnal
Pendidikan Islam, No. 1,
Saifullah Idris & Tabrani. Za, “Realitas Konsep Pendidikan Humanisme Dalam Konteks
Pendidikan Islam”, Jurnal Bimbingan Konseling Vol.. 3, N.o. 1 2017
Software KBBI Ofline
Suyatno, “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Pendidikan Humanis Religius”, Pendidikan
Agama Islam, 9 (Juni, 2012)

Anda mungkin juga menyukai