Anda di halaman 1dari 2

Ada delapan filsafat atau teori pendidikan: Idealisme, Realisme, Pragmatisme,

Perenialisme, Esensialisme, progresivisme, Rekonstruksionism, dan Eksistensialisme.


Idealisme. Kaum idealis percaya bahwa kata materi terus berubah, bahwa ide-ide tidak
hanya realitas sejati, dan bahwa ide-ide tak lekang oleh waktu. Guru idealis melihat mata
pelajaran tertentu sangat berpengaruh dalam merangsang pemikiran dan mengembangkan
identifikasi dengan warisan budaya. Tubuh intelektual yang ideasional dan konseptual pada
mata pelajaran adalah untuk realisasi perkembangan mental dan moral. Mata pelajaran tidak
boleh dibuat konstan untuk semua. Matematika, sejarah, dan sastra menduduki posisi penting
karena semua itu tidak hanya kognitif tetapi sarat nilai.
Realisme. Kaum realis mengacu pada unsur-unsur universal manusia yang tidak berubah
terlepas dari waktu, tempat dan keadaan. Pendidikan mengandaikan pengajaran, pengajaran
mengandaikan pengetahuan, pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah (berlaku)
sama di mana-mana.
Kaum realis percaya bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk mencari tahu
tentang realitas adalah mempelajarinya melalui materi pelajaran yang terorganisir, terpisah, dan
tersusun secara sistematis.
Pragmatisme. Kaum pragmatis meyakini pentingnya penerapan pengetahuan praktis.
Siswa di kelas pragmatis menunjukkan keberhasilan melalui keterampilan seperti pemecahan
masalah dan penerapan metode ilmiah. Konstruktivisme didasarkan pada pragmatisme.
Perenialisme. Perenialisme mewakili pandangan teoritis konservatif yang berpusat pada otoritas
tradisi dan klasik. Di antara prinsip-prinsip utama pendidikan adalah:
(1) kebenaran itu universal dan tidak tergantung pada keadaan tempat, waktu, atau
orang;
(2) pendidikan yang baik melibatkan pencarian dan pemahaman tentang kebenaran;
(3) kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung peradaban; dan
(4) pendidikan adalah latihan liberal yang mengembangkan intelek.
Esensialisme berfokus pada pengajaran pengetahuan akademik dan moral apapun yang
diperlukan untuk anak-anak untuk menjadi warga negara yang produktif. Esensialisme adalah
teori pendidikan konservatif dan muncul bertentangan dengan pendidikan progresif. Kaum
essentialis mendesak agar sekolah kembali ke dasar-dasar. Mereka percaya pada kurikulum inti
yang kuat dan standar akademik yang tinggi. Tujuan esensialisme adalah untuk mentransmisikan
warisan budaya dan mengembangkan warga negara yang baik. Sekolah adalah tempat di mana
anak-anak bisa mempelajari apa yang mereka perlu tahu, dan guru adalah orang yang dapat
mengajarkan kepada siswa dalam hal-hal penting.
Progresivisme sebagian besar didasarkan pada keyakinan bahwa pelajaran harus tampak
relevan dengan minat dan kebutuhan siswa. Sehingga kurikulum sekolah progresif tersusun
berdasarkan pengalaman personal, minat, dan kebutuhan para siswa. Guru adalah “guide on the
side”, bukan “sage on the stage.” Kaum progresif mendukung strategi pembelajaran seperti
pembelajaran kooperatif dan rangsangan di mana siswa menjadi aktor utama.
Rekonstruksionisme adalah teori pendidikan yang menyerukan sekolah untuk mengajarkan
orang untuk mengontrol lembaga dan harus diatur sesuai dengan cita-cita demokrasi. Kaum
rekonstruksionist kontemporer memandang sekolah sebagai kendaraan untuk perubahan sosial.
Siswa harus diajarkan menganalisis peristiwa dunia, mengeksplorasi isu-isu kontroversial, dan
mengembangkan visi untuk dunia baru dan yang lebih baik.
Eksistensialisme. Kaum eksistensialis percaya bahwa manusia adalah pencipta esensinya
sendiri; ia menciptakan nilai-nilainya sendiri melalui kebebasan memilih atau preferensi
individual. Jenis pengetahuan yang paling penting adalah tentang realitas kehidupan manusia
dan pilihan yang setiap orang harus ambil. Pendidikan adalah proses mengembangkan
kesadaran tentang kebebasan memilih dan makna serta tanggung jawab untuk pilihan
seseorang. Subyek hanyalah alat bagi realisasi subjektivitas. Belajar tidak ditemukan dalam
struktur pengetahuan maupun dalam disiplin yang terorganisir, tetapi dalam kesediaan siswa
untuk memilih dan memberi makna terhadap subjek materi.

Anda mungkin juga menyukai