Anda di halaman 1dari 4

Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai

dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas


yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat
aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada
dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran materialisme yang
memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata.
Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di
luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.

Aliran realisme mempunyai berbagai macam bentuk yaitu realisme rasional,


realisme naturalis dan realisme kritis. Realisme rasional juga masih terbagi
dua yaitu realisme klasik dan realisme religius. Realisme klasik pertama kali
dikembangkan oleh Aristoteles. Berikut ini kita bahas pendidikan menurut
aliran realisme

1. Konsep Pendidikan

Berikut ini kita akan membahasa konsep pendidikan mengenai pengertian


pendidikan dan gambaran pendidikan menurut masing-masing bentuk aliran
realisme.

1. Realisme Rasional

Realisme klasik berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri


rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum.
Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam
semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai
tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut
realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut
Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan
mengikat manusia sebagai mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya
adalah manusia sempurna yang mengambil jalan tengah. Konsep pendidikan
pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang absolut dan
universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia.
Kebiasaan baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan
sendirinya

Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang


berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan
pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses
untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan
dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan
kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan
merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.

2. Realisme Natural

Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan


yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau
pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti teori
pengetahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor
fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan
manusia.

Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh
hukum alam. Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah
dan yang menjadi objeknya adalah kenyataan dalam alam.

3. Realisme kritis.

Menurut pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan


prinsip-prinsip demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan
sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut Imanuel
Kant , pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semiuanua dari
pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi
adalah buta.

Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui


bahwa

1. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan


wanita menjadi hebat
2. Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan
umum

3. Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah


pendidikan.

Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah


gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut
aliran realisme adalah:

(1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan


fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan
kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme);
(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai
kemampuan berpikir;

(3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak


tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat
diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan.
Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya
dengan fakta;

(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum


alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur
oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam
kehidupan.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal,


seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan
suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan
menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama
pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan
harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana
ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang
paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus
beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada
pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik
adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan
pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah
bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat
dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang
bermanfaat.

Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai


berikut:

1. Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;


2. Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna
berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;
3. Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak
langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning
(Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan;

4. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat


dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial
dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk
memperoleh hasil yang baik;

5. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam


teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai