pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan yaitu pribadi yang ideal. Menurut
Power ( Uyoh Sadullah, 2007 : 102-103 ) implikasi filsafat pendidikan Idealisme
sebagai berikut :
1. Tujuan Pendidikan; Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter
dan mengembangkan bakat atau kemampuan serta kebaikan sosial.
2. Kedudukan Siswa; Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
dasarnya/bakatnya.
3. Peran Guru; Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia
terutama bertanggung jawab dalam lingkungan pendidikan siswa.
4. Kurikuler; Pendidikan liberal untuk kemampuan rasial dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
5. Metode; Diutamakan metode dialektikal, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
2. Realisme
Filsafat ini memandang realitas secara dualistik. Realisme berpendapat bahwa
hakekat relitas adalah dunia fisik dan dunia rokhani. Pandangannya tentang
pengetahuan bahwa dunia yang kita amati bukan hasil akal atau jiwa (mind) manusia,
melainkan dunia sebagaimana adanya subtansialistis, sebab akibat, dan aturan-aturan
alam bukan suatu proyeksi akal atau jiwa manusia melainkan merupakan suatu
penampilan atau alam itu sendiri. Selanjutnya menurut realisme natural ilmiah bahwa
pengetahuan yang sahih adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman
empiris, dengan jalan observasi atau penginderaan yang dikenal dengan teori
pengetahuan emphirisme. Menurut emphirisme pengalaman merupakan faktor
fundamental dalam pengetahuan, sehingga merupakan sumber dari pengetahuan
manusia. Mengenai konsep pendidikan Relisme Natural Brubacher (1950)
mengemukakan bahwa pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang.
Dunia bukan sesuatu yang eksternal, tidak abadi , melainkan hukum alam. Jiwa
(mind) merupakan produk alam dan bersifat biologis, berkembang dengan cara
menyesuaikan diri dengan alam. Pendidikan menurut realisme natural haruslah ilmiah
dan yang menjadi obyek penelitiannya adalah obyek dalam alam. Menurut Power
( Uyoh Sadulloh, 2006 : 112 ) mengemukakan implikasi pendidikan Realisme sebagai
berkut :
1. Tujuan Pendidikan; Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
2. Kedudukan Siswa; Dalam hal pelajaran, penguasan pengetahuan yang handal dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin peraturan yang baik adalah essensi untuk belajar.
Disiplin mental dan moral diperlukan untuk memperoleh pembelajaran.
3. Peranan Guru; Menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mengajar dan dengan
keras menuntut prestasi dari siswa.
4. Kurikulum; Kurikulum Komprehensif mengcakup semua pengetahuan yang
berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5. Metode; Belajar bergantung pada pengetahuan baik langsung maupun tidak
langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning
(SR) merupakan metode utama bagi Realisme sebagai pengikut Behaviorisme.
3. Materialisme
Filsafat ini memandang bahwa hakekat Realisme adalah materi, buku rohani bukan
spiritual atau supranatural. Landasan dalam berpikir adalah Positivisme. Menurut
Positivisme kalau sesuatu itu memang ada, maka adanya itu adalah jumlahnya.
Jumlah itu dapat diukur, oleh karena itu segala yang ada dapat diamati dan diukur.
Sebaliknya segala yang tidak dapat diamati dan diukur secara ilmiah berarti tidak
dapat dipelajari secara positif. Menurut Tohmas Hobbes yang dikutip oleh ( Hasan
hadiwijono, 1980) sebagai pengikut Emphirisme Materialistik. Ia berpendapat bahwa
pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang
asas-asas yang diperoleh dan dilakukan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang
memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis
semata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses belajar. Merupakan
proses kondisionisasi lingkungan. Menurutnya perilaku manusia adalah hasil
pembentukan melalui lingkungan. Implikasi bahwa proses pendidikan (proses belajar)
menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang emphiris
sebagai hasil kajian sains, serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.
Menurut Power (Uyoh Sadulloh, 2006 : 117) beberapa implikasi pendidikan
Positivisme Behaviorisme yang bersumber pada filsafat Materialisme sbb :
1. Tujuan Pendidikan; Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai dengan
kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
2. Kedudukan Siswa; Tidak ada kebebasan perilaku oleh kekuatan dari luar. Pelajaran
sudah dirancang siswa dipersiapkan untuk hidup mereka dan dituntut untuk belajar.
3. Peranan Guru; Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses
pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
4. Kurikulum; Isi pendidikan mengcakup pengetahuan yang dapat dipercaya dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
5. Metode; Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi ( Conditioning ) ,
operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
4. Pragmatisme
Filsafat Pragmatisme dikenal juga dengan nama Progresivisme. Menurut Made
Pidarta (2000 : 91) Pragmatisme / Progresivisme mempunyai jiwa perubahan,
relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah dan perubahan nyata. Menurut filsafat ini
tidak ada tujuan yang pasti dan tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran
itu bersifat reaktif. Apa yang sekarang dipandang benar belum tentu karena ditinjau
dalam kehidupan, tahun depan belum tentu dianggap benar. Ukuran kebenaran adalah
yang berguna bagi manusia. Pandangan tentang pengetahuan filsafat ini yakni bahwa
akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja
menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan secara emphiris. Pengetahuan
sebagai transaksi antara manusia dengan lingkungan dan kebenaran merupakan
bagian dari pengetahuan. Pengalaman senantiasa berubah, maka akal tidak
memerlukan
pengetahuan
yang
tetap
dan
abadi.
Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan semua berpikir pada kemajuan hidup.
Filsafat ini juga berpandangan bahwa metoda intelegensi merupakan cara ideal untuk
memperoleh pengetahuan. Kita mengerti segala sesuatu dengan penempatan dan
pemecahan masalah. Intelegensi mengajukan hipotesis untuk memecahkannya.
Hipotesis yang mampu memecahkan masalah secara gemilang adalah hipotesis yang
menjelaskan fakta-fakta dari masalah tersebut.Pandangan filsafat Pragmatisme
tentang pendidikan yang dikemukakan oleh John Dewey didasarkan pada 3 (tiga)
pokok pemikiran:
1. Pendidikan merupakan kekuatan untuk hidup
2. Pendidikan sebagai pertumbuhan
3. Pendidikan sebagai fungsi sosial ( Uyoh Sadulloh, 2006 : 125 )
Power (1982) Uyoh Sadulloh (2006 : 133) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan Pragmatisme terhadap pelaksanaan pendidikan sebagai berikut :
5. Eksistensialisme
Menurut Callahan , Made Pidarta (2000 : 92) bahwa kenyataan atau kebenaran adalah
ekstensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Manusia adalah bebas akan
menjadi apa orang itu ditentukan oleh komitmennya sendiri. Seseorang akan menjadi
tahu tentang sesuatu melalui pengalaman. Hal ini tergantung pada tingkat kesadaran
masing-masing untuk mencari pengalaman. Sedangkan menurut S. Nasution ( 1988 )
filsafat ini menekankan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan
benar. Norma-norma hidup ditentukan oleh individu masing-masing secara bebas.
Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri atau merealisasikan diri.
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembankan kedewasaan individu,
memberikan kesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong perkembangan
pengetahuan diri sendiri. Materi pelajaran harus memberi kesempatan aktif sendiri.
Merencanakan dan melaksanakan sendiri baik secara mandiri maupun kelompok.
Materi yang dipelajari ditentukan kepada kebutuhan langsung dalam kehidupan
manusia.
Menurut Power, Uyoh Sadulloh (2006 : 135) mengemukakan implikasi pendidikan
pada filsafat Ektensialisme terhadap pelaksanaan pendidikan yaitu :
1. Tujuan Pendidikan; Mendorong individu mengembangkan potensi untuk
pemenuhan diri
2. Kedudukan Siswa; Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan
perbedaan individu mereka.
3. Peran Guru; Memberikan semangat dan membimbing siswa. Guru harus bersifat
demokratis dengan teknik mengajar tidak langsung.
4. Kurikulum; Memberi kebebasan siswa dan meningkatkan kepekaan personal.
Materi yang dipelajari ditentukan kepada kebutuhan langsung dalam kehidupan
manusia.
5. Metode; Proses belajar mengajar dialok antara siswa, serta teknik belajar
experiment di problem solving ( pemecahan masalah ).
6. Progresivisme
Filsafat ini sebenarnya bukan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat melainkan
suatu gerakan atau perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pandangannya
tentang pengetahuan adalah bahwa pengetahuan yang benar untuk masa kini yang
benar belum tentu benar pada masa mendatang. Makanya cara yang terbaik untuk
mempersiapkan siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah
membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan
mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan dan untuk memenuhi
yang relevan pada saat ini. Cara memperoleh pengetahuan yang benar sepakat dengan
pandangan Dewey yaitu menekankan pengamatan indera, belajar sambil bekerja dan
mengembangkan intelegensia, sehingga anak dapat menemukan ( memecahkan
masalah ) yang dihadapi. Menurut Kheller (1971) ada beberapa prinsip pendidikan
menurut pandangan
Progresivisme diantaranya :
1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup, kehidupan yang
baik adalah kehidupan intelegensia, yaitu kehidupan yang mengcakup interpretasi dan
rekonstruksi pengalaman.
2. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anda, individu yang
dijadikan sebagai dasar motivasi belajar.
3. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi pertimbangan terhadap
pemberian pokok masalah ( subject Matter ) . Belajar harus dapat memecahkan
masalah yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak.
7. Perenialisme
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, kebenaran dan keindahan daripada
warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan
kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Oliva F Peter (1995 : 195) mengatakan bahwa kurikulum sebuah akademik dengan
tata bahasa, retorika, logika, bahasa lama dan baru, matematika dan peradaban dunia.
Implikasi filsafat Perenialisme akan dunia pendidikan di antaranya :