TRANSTHEORETICAL MODEL
Dosen Pembimbing :
Dr. Ns. Ernawati, SKep, MKes
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Promosi
Kesehatan Transtheoretical Model (Model Transteoritik) ini tepat pada waktunya. Makalah ini di
buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Model
Transteoritik, sehingga mahasiswa memiliki bekal teori yang nantinya akan sangat bermanfaat
dalam melaksanakan praktik di lapangan.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Model Transtheoretical (TTM) adalah kerangka teori yang sering digunakan
dalam konteks keperawatan dan bidang kesehatan lainnya. Model ini awalnya
dikembangkan oleh psikolog James Prochaska dan Carlo DiClemente untuk membantu
menjelaskan proses perubahan perilaku pada individu.
TTM terdiri dari 6 tahap perubahan: precontemplation, contemplation,
preparation, action, maintenance and termination. Dalam setiap tahap, individu dapat
menunjukkan tingkat kesiapan dan kemauan yang berbeda untuk mengubah perilaku
mereka.
Model ini juga mencakup serangkaian "proses perubahan", atau strategi yang
dapat digunakan untuk mendukung individu saat mereka melewati tahapan ini. Strategi
ini mencakup hal-hal seperti pendidikan, dukungan teman sebaya, dan evaluasi diri.
Dalam keperawatan, TTM telah digunakan untuk membantu memandu intervensi
yang ditujukan untuk mempromosikan perubahan perilaku pada pasien. Dengan
memahami di mana pasien berada dalam proses perubahan dan menggunakan strategi
yang tepat untuk mendukung mereka, perawat dapat membantu pasien melakukan
perbaikan berkelanjutan terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Transtheoretical model?
2. Apa saja konsep inti Transtheoretical model?
3. Apa tujuan Transtheoretical model?
4. Apa manfaat Transtheoretical model?
5. Apa keunggulan dan kelemahan Transtheoreticalmode?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1
Menjelaskan pengertian “The Transtheoretical Model” serta proses dari The
Transtheoretical Model
2
BAB II
KONSEP TEORI
Konsep Inti
1. Stage of Change (Tahapan Perubahan)
Enam tahapan-tahapan Transtheoretical Model masing masing mempunyai strategi
intervensi berbeda-beda serta efektif untuk mendorong seseorang menuju pada
perubahan selanjutnya sehingga seseorang mencapai pada tahap maintenance, yaitu
tahap ideal pada perubahan perilaku. 6 tahapan-tahap Transtheorial model antara lain
yaitu :
a. Preconteplation (prakonteplasi)
Preconteplation (prakonteplation) merupakan tahap dimana individu tidak
mempunyai niat untuk mengambil tindakan di masa mendatang, biasanya diukur
dalam 6 bulan ke depan. Individu berada pada tahap ini mungkin karena tidak
3
mendapatkan informasi atau mungkin kurangnya informasi yang mereka dapat
tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Atau mungkin mereka sudah mencoba
untuk berubah beberapa kali namun mereka kehilangan semangat tentang
kemampuan mereka untuk berubah.
Mereka cenderung menghindari membaca, berbicara, atau memikirkan
tentang perilaku berisiko tinggi. Mereka sering dicirikan dalam teori lain sebagai
klien yang resisten (tidak termotivasi) atau tidak siap untuk terapi dan tidak siap
untuk program promosi kesehatan.
b. Contemplation (kontemplasi)
Contemplation merupakan tahap dimana seseorang ingin berubah dalam 6
bulan kedepan. Mereka lebih sadar tentang keuntungan dari perubahan namun juga
sangat sadar tentang kerugiannya.
Keseimbangan antara biaya serta manfaat dari perubahan ini bisa
menghasilkan ambivalensi mendalam yang bisa membeuat seseorang terjebak pada
tahap ini dengan jangka waktu yang lama. Fenomena ini sering dicirikan sebagai
konteplasi kronis atau penundaan perilaku dan orang-orang pada tahap ini belum
siap untuk berorientasi pada tindakan program.
c. Preparation (Persiapan)
Preparation merupakan tahap dimana individu berniat untuk mengambil tindakan
dalan waktu dekat, biasanya diukur sebagai bulan depan. Biasanya mereka
mengambil tindakan signifikan dalam setahun terakhir. Mereka mempunyai rencana
tindakan, contohnya seperti mengikuti kelas pendidikan kesehatan, berkonsultasi
dengan konselor, berbicara dengan dokter mereka, membeli buku self-help, atau
mengandalkan pendekatan perubahan diri.
d. Action (tindakan)
Action (tindakan) merupakan tahap dimana individu telah membuat modifikasi
terbuka tertentu pada gaya hidup mereka dalam 6 bulan terakhir. Karena tindakan
dapat diamati, perubahan perilaku seringkali disamakan dengan tidakan, tetapi
dalam model ini, tindakan hanya salah satu dari 6 tahap. Tidak semua modifikasi
perilaku dianggap sebagai tindakan pada model ini. Individu harus mencapai
kriteria yang telah disetujui oleh para ilmuwan dan profesional untuk mengurangi
4
risiko penyakit. Misal, pada bidang diet, ada konsesus bahwa kurang dari 30%
kalori harus dikonsumsi dari lemak, tetapi ada juga yang berpendapat vahwa perlu
diturunkan 25% atau bahlan 20%.
e. Maintenance (pemeliharaan)
Maintenance merupakan tahap dimana individu mempertahankan perilaku
kesehatan yang diinginkan, contohnya yaitu berhenti merokok, sedangkan
penghentian hanya berlaku untuk perilaku kesehatan yang tidak perlu dilakukan
berkelanjutan yaitu seperti vaksin dan pemeriksaan kesehatan.
f. Terminiation
Termination merupakan tahap dimana individu tidak memiliki godaan dan 100%
efficacy, tidak peduli apakah mereka sedang depresi, cemas, bosan, kesepian,
marah, maupun stres, mereka yakin tidak akan kembali lagi ke dalam kebiasaan
lama yang tidak sehat sebagai cara untuk mengatasinya seolah-olah mereka tidak
pernah mempunyai kebiasaan seperti itu sejak awal. Namun pada tahap ini dicapai
oleh individu sehingga biasanya tahap ini tidak termasuk sebagai tujuan dalam
terapi atau program yang berkaitan dengan kesehatan.
5
b. Dramatic Relief (pertolongan dramatis)
Dramatic Relief (pertolongan dramatis) awalnya menghasilkan pengalaman
emosional yang akan meningkat dengan diikuti pengaruh yang berkurang apabila
tindakan yang tepat diambil. Psikodrama, bermain peran, berduka, kesaksian pribadi,
dan kampanye merupakan contoh teknik yang bisa menggerakkan orang secara
emosional.
c. Self-Reevaluation (evaluasi ulang diri)
Self-Reevaluation (evaluasi ulang diri) dilakukan untuk memami bahwa perilaku
sehat merupakan bagian dari apa yang diinginkan seseorang. Klarifikasi nilai dan
panutan yang sehat merupakan beberapa cara untuk dapat menggerakkan seseorang.
d. Environmental Reevalution (evaluasi ulang lingkungan)
Environmental Reevalution (evaluasi ulang lingkungan) yaituI Menggabungkan nilai
efektif dan kognitif tentang bagaimana ada atau tidaknya kebiasaan pribadi
mempengaruhi lingkungan sosial seseorang contohnya pengaruh rokok pada orang
lain. Ini juga mencakup kesadaran bahwa seseorang bisa menjadi teladan yang postif
atau negatif bagi orang lain.
e. Self-liberation (pembebasan diri)
Self-liberation (pembebasan diri) merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat
berubah dan berkomiten ulang untuk bertindak berdasar keyakinan bahwa perilaku
sahat mungkin dilakukan. Misal, individu yang berkomitmen untuk menghilangkan
nikotin.
f. Social Liberation (pembebasan sosial)
Pembebasan sosial membutuhkan lebih banyak kesempatan atau pilihan sosial,
terutama bagi orang-orang yang relatif terpinggirkan atau tertindas. Dukungan, praktik
pemberdayaan, dan kebijakan yang tepat dapat meningkatkan peluang untuk promosi
kesehatan minoritas, promosi kesehatan gay, dan promosi kesehatan yang buruk.
Tindakan yang sama ini dapat digunakan untuk membantu semua orang bergerak,
seperti area bebas asap rokok, bar salad di makan siang sekolah dan akses mudah
kondom dan alat kontrasepsi lainnya.
g. Counter Conditioning (pengkondisian kontra)
6
Counter Conditioning (pengkondisian kontra) bermaksud untuk sebuah pembelajaran
bahwa perilaku yang lebih sehat bisa menggantikan perilaku yang bermasalah atau
perilaku tidak sehat.
h. Stimulus Control (kontrol stimulus)
Stimulus Control (kontrol stimulus) mebghilangkan kebiasaan tidak sehat dan
menambahkan petunjuk untuk alternatif yang lebih sehat. Contohnya yaitu, memasang
pajangan seni di tangga kantor merupakan rekayasa ulang yang dapat mendorong
seseorang berolahraga dengan menaiki tangga tersebut.
i. Contigency Management (manajemen kontigensi)
Contigency Management (manajemen kontigensi) memberikan konsekuensi untuk
mengambil langkah ke arah tertentu. Manajemen kontigensi dapat mencakup hukuman,
akan tetapi menguubah diri lebih mengandalkan penghargaan daripada hukuman.
j. Helping Relation (hungan tolong menolong)
Helping Relation (hungan tolong menolong) menggabungkan antara kepedulian,
kepercayaan, keterbukaan, dan penerimaan serta dukungan untuk perubahan perilaku
sehat. Membangun hubungan, aliansi terapeutik, panggilan konselor dan sistem
pertemanan bisa menjadi sumber dukungan sosial.
4. Self-Efficacy
Self-Efficacy merupakan keyakinan khusus situasi yang orang miliki bahwa mereka mampu
mengatasi situasi berisiko tinggi tanpa kembali pada kebiasaan yang tidak sehat atau
berisiko tinggi.
5. Temptation (godaan)
7
Temptation (Godaan) mencerminkan intensitas dorongan untuk melakukan kebiasaan
tertentu saat berada disituasi sulit. Tiga faktor yang mencerminkan jenis situasi godaan yang
paling umum yaitu, pengaruh negatif atau tekanan emosional, situasi sosial yang positif, dan
keresahan.
8
2. Pendekatan Individual: TTM mendorong pendekatan yang berpusat pada pasien yang
mengakui bahwa kesiapan setiap orang untuk berubah dan proses pengambilan
keputusan adalah unik.
3. Fleksibilitas: TTM dapat diterapkan pada berbagai perilaku, dan dapat disesuaikan
dengan populasi dan konteks budaya tertentu.
4. Berbasis Penelitian: TTM telah menjadi subjek penelitian ekstensif, yang telah
mendukung keefektifannya dalam memfasilitasi perubahan perilaku di berbagai
lingkungan.
E. Prosedur Tindakan:
TTM terdiri dari enam tahap perubahan: precontemplation, contemplation, preparation,
action, maintenance and termination.
1. Pada tahap pracontemplation (prakontemplasi), individu belum mempertimbangkan
untuk mengubah perilakunya. Intervensi dalam tahap ini biasanya melibatkan
peningkatan kesadaran akan masalah dan konsekuensinya.
9
2. Pada tahap Contemplation (kontemplasi), individu sedang mempertimbangkan untuk
mengubah perilakunya tetapi belum siap untuk mengambil tindakan. Intervensi dalam
tahap ini berfokus pada mempromosikan pro mengubah perilaku dan mengatasi
kontra apapun.
3. Pada tahap preparation (persiapan), individu siap untuk mengambil tindakan dan
membuat rencana untuk melakukannya. Intervensi dalam tahap ini melibatkan
penetapan tujuan dan pengembangan rencana konkrit untuk mengubah perilaku.
4. Pada tahap action (tindakan), individu secara aktif mengubah perilakunya. Intervensi
pada tahap ini berfokus pada pemberian dukungan dan umpan balik untuk menjaga
motivasi.
5. Pada tahap maintenance (pemeliharaan), individu telah berhasil mengubah
perilakunya dan berupaya mencegah kekambuhan. Intervensi pada tahap ini berfokus
pada membantu individu mengembangkan strategi koping dan melawan godaan.
6. Pada tahap terminasi, tahap dimana individu tidak memiliki godaan dan 100%
efficacy, tidak peduli apakah mereka sedang depresi, cemas, bosan, kesepian, marah,
maupun stres, mereka yakin tidak akan kembali lagi ke dalam kebiasaan lama yang
tidak sehat sebagai cara untuk mengatasinya seolah-olah mereka tidak pernah
mempunyai kebiasaan seperti itu sejak awal. Namun pada tahap ini dicapai oleh
individu sehingga biasanya tahap ini tidak termasuk sebagai tujuan dalam terapi atau
program yang berkaitan dengan kesehatan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
TransTheoretical Model Transtheoretical Model (TTM) merupakan teori
perubahan dinamis berdasarkan asumsi bahwa ada serangkaian proses perubahan yang
dapat diterapkan pada berbagai bidang perilaku kesehatan. TTM mengonseptualisasikan
perubahan perilaku sebagai suatu proses yang melibatkan 6 tahap berbeda. Dalam setiap
proses atau tahapan, individu dapat menunjukkan tingkat kesiapan dan kemauan yang
berbeda untuk mengubah perilaku mereka (Prochaska, n.d.).
B. Saran
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui model seperti the
transtheorical untuk memberikan promosi kesehatan bagi klien, keluarga, dan
masyarakat yang kita layani. Oleh karena itu dengan model ini kita dapat memberikan
promosi yang tepat terhadap masyarakat. Agar masyarakat dapat lebih sadar akan
lingkungan sekitar.
11
DAFTAR PUSTAKA
12