Anda di halaman 1dari 10

7 Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi dalam Islam

Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya untuk senantiasa berbuat


baik. Amalan dalam islam tidak hanya berupa ibadah seperti shalat baik
shalat wajib maupun shalat sunnah. puasa, zakat dan sebagainya
melainkan juga tersenyum, dan menjalin tali silaturahmi. Menjalin silaturahmi
adalah salah cara mewujudkan ukhuwah islamiyah ( baca ukhuwah
islamiyah insaniyah dan wathaniyah) dan dapat dilakukan dengan cara
mengunjungi sanak keluarga dan saudara. Hikmah Silaturahmi, Selain
membuat orang lain yang kita kunjungi merasa senang, silaturahmi memiliki
banyak keutamaan . Berikut adalah keutamaan menyambung tali silaturahmi
dalam islam :

1 Merupakan konsekuensi iman kepada Allah SWT


Silaturahmi adalah tanda-tanda seseorang beriman kepada Allah SWT (
baca manfaat beriman kepada Allah SWT dan fungsi Iman ) sebagaimana
dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah
saw bersabda:

ِ ‫آلخ ِر فَ ْل َي‬
” ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ َ ‫آلخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
ِ ْ‫ َو َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِاللِ َواْليَ ْو ِم ا‬,ُ‫ض ْيفَه‬ ِ ْ‫“ َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِاللِ َواْليَ ْو ِم ا‬

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”

2. Dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizqinya


Orang yang suka mengunjungi sanak saudaranya serta menjalin silaturhami
akan dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya. Sebagaimana hadist
Rasullullah SAW yang berbunyi

ِ َ‫سأ َ لَهُ فِى أَث َ ِر ِه فَ ْلي‬


” ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ َ ‫ط لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه َويُ ْن‬ َ ‫“ َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س‬

“Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya,


maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”

3. Terhubung dengan Allah SWT


Menyambung tali silaturahmi sama dengan menyambung hubungan dengan
Allah SWT sebagaimana disebutkan hadist yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra ia berkata sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
” ‫ أ َ َما‬,‫ َنعَ ْم‬:َ‫ قَال‬.‫ َه َذا َمقَا ُم ْالعَائِذُ بِكَ ِمنَ ْالقَ ِط ْيعَ ِة‬:‫ت‬ْ َ‫الر ِح ُم فَقَال‬
َّ ‫ت‬ َ ‫إ َ َّن هللاَ َخلَقَ ْالخ َْلقَ َحتَّى ِإ َذا فَ َر‬
ِ ‫غ ِم ْن ُه ْم قَا َم‬
َ‫ فَ َذلِكَ لَك‬:َ‫ قَال‬.‫ بَلَى‬:‫ت‬ ْ َ‫طعَكَ ؟ قَال‬َ ‫ط َع َم ْن َق‬َ ‫صلَكَ َوأ َ ْق‬
َ ‫ص َل َم ْن َو‬ ِ َ ‫ضيْنَ أ َ ْن أ‬َ ‫” ت َْر‬

“Sesungguhnya Allah swt menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai


dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah
kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia
berfirman: “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang
menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?”
Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu”

4. Penyebab Masuk surga dan dijauhkan dari neraka


Balasan orang yang menyambung tali silaturahmi adalah didekatkan dengan
surga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana yang tertera dalam
hadist berikut ini :

َّ ‫َص ُل‬
” ‫الر ِح َم‬ َّ ‫ي‬
ِ ‫الز َكاة َ َوت‬ َ ِ‫صالَة َ َوتُؤْ ت‬
َّ ‫ش ْيئًا َوت ُ ِق ْي ُم ال‬
َ ‫“ ت َ ْعبُ ُد هللاَ َوالَ ت ُ ْش ِركُ بِ ِه‬

“Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-


Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali
silaturahmi” (HR Bukhari dan Muslim)

Dan dalam satu riwayat:

” َ ‫“ ِإ ْن ت َ َمسَّكَ ِب َما أ َ َم ْرتُهُ ِب ِه د َخ َل َْالجَّنَ ََ َة‬

“Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia


masuk surga.”

5. Merupakan bentuk Ketaatan kepada Allah SWT


Menyambung tali silaturahmi adalah salah satu hal yang diperintahkan oleh
Allah SWT maka dengan menjalankan perintahnya maka kita taat kepada
Allah SWT. Menjalin silaturahmi juga merupakan salah satu cara
meningkatkan akhlak terpuji.

Allah swt berfirman:

‫ب‬ َ ‫سو َء ْال ِح‬


ِ ‫سا‬ َ ‫صلُونَ َمآأ َ َم َر هللاُ بِ ِه أَن يُو‬
ُ َ‫ص َل َويَخش َْونَ َربَّ ُه ْم َويَخَافُون‬ ِ َ‫َوالَّذِينَ ي‬

“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan


supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada
hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’d :21)
6. Pahalanya seperti memerdekakan budak
Sebuah hadist meriwatkan bahwa dari Ummul mukminin Maimunah binti al-
Harits radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang
dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka
tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau
merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan
budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: “Apakah sudah engkau
lakukan?” Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda:

َ ‫طيتِ َها أ َ ْخ َوالَ ِك َكانَ أ َ ْع‬


” ‫ظ َم ِألَجْ ِر ِك‬ َ ‫“ أَما إِنَّ ِك لَ ْو أ َ ْع‬

“Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya


lebih besar pahalanya untukmu.”

7. Bersedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah


terhadap orang lain
Mengunjungi sanak saudara dan bersedekah adalah salah satu perbuatan
mulia dan memiliki faedah yang besar. ( baca keutamaan
bersedekah )Bersedekah kepada keluarga lebih diutamakan daripada
bersedekah kepada orang lain dan bisa menghindari dari perbuatan riya.
Bersedekah kepada keluarga dan orang lain kemudian menceritakannya
atau riya adalah salah satu dari hal-hal yang menghapus amal
ibadah sedekah tersebut,

Hal ini dianjurkan kepada setiap umat muslim sebagaimana yang dijelaskan
dalam hadist dari Salman bin ‘Amir ra, dari Nabi saw beliau bersabda:

” ٌ‫صلَة‬
ِ ‫ص َدقَةٌ َو‬ ِ ‫الر ِح ِم اثْنَت‬
َ :‫َان‬ َ ‫علَى ْال ِم ْس ِكي ِْن‬
َ ‫ص َدقَةٌ َو‬
َّ ‫علَى ذِي‬ َ ُ‫ص َدقَة‬
َّ ‫“ ال‬

“Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga


sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahmi.” (HR Tirmidzi)

Demikian pula dengan hadits Zainab ats-Tsaqafiyah radhiyallahu ‘anha, istri


Abdullah bin Mas’ud ra, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi saw:
Apakah boleh dia bersedekah kepada suaminya dan anak-anak yatim yang
ada dalam asuhannya? Maka Nabi saw bersabda:

َّ ‫ أَجْ ُر ْالقَ َرابَ ِة َوأَجْ ُر ال‬:‫ان‬


” ‫ص َدقَ ِة‬ ِ ‫“ لَ َها أَجْ َر‬
“Untuknya dua pahala, pahala kekeluargaan dan pahala sedekah.” (HR
Bukhari dan Muslim)

Meskipun silaturahmi memiliki banyak keutaam tidak sedikit orang yang


meninggalkannya. Menyepelekan bersilaturahmi bukanlah hal yang baik.
Meskipun orang yang kita kunjungi berbuat zhalim, melakukan fitnah (
baca larangan fitnah dalam islam )atau memiliki sifat sombong kepada
kita namun tetap saja kita harus menjalin tali silaturahmi yang baik
sebagaimana yang disebutkan dalam hadist berikut :

Dan dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra aku berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah


kepadaku tentang amalan yang utama, maka beliau bersabda:

” َ‫ظلَ َمك‬
َ ‫ع َّم ْن‬ ْ ‫ْط َم ْن َح َر َمكَ َوأَع ِْر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫طعَكَ َوأَع‬
َ َ‫ص ْل َم ْن ق‬
ِ “

“Sambunglah orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, berilah


kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah dari orang
yang berbuat zalim kepadamu” (HR Ahmad)

Orang yang memutuskan silaturahmi tidak hanya berdosa besar melainkan


juga akan diberikan ganjaran sebagaimana yang hadist berikut :

َ َ‫طعَنِي ق‬
” ُ‫ط َعهُ هللا‬ َ َ‫صلَهُ هللاُ َو َم ْن ق‬ َ ‫ َم ْن َو‬:ُ‫لر ِح ُم ُم َعلَّقَةٌ بِ ْال َع ْر ِش تَقُ ْول‬
َ ‫صلَنِي َو‬ َّ َ ‫“ ا‬

“Rahim bergantung di Arys seraya berkata: Barangsiapa yang menyambung


hubunganku niscaya Allah swtmenyambungnya, dan barangsiapa yang
memutuskan aku niscaya Allah swt memutuskan hubungan dengannya” (HR
Bukhari dan Muslim)

” ‫آلخ َر ِة ِمنَ ْالبَ ْغي ِ َوقَ ِط ْي َع ِة‬


ِ ْ‫احبِ ِه ْالعُقُ ْوبَةَ فِي ال ُّد ْنيَا َم َع َما يُ َّدخ َُر لَهُ فِي ا‬
ِ ‫ص‬َ ‫ب أَحْ َرى أ َ ْن يُعَ ِج َل هللاُ ِل‬
ٍ ‫َما ِم ْن َذ ْن‬
‫الر ِح ِم‬
َّ “

“Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di
dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan
memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi)

Dan diriwayatkan bahwa orang yang memutuskan tali silaturahmi,


amalannya tidak akan diterima, dari Abu Hurairah ra ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda:
َ ‫ض ُك َّل خ َِمي ٍْس لَ ْيلَةَ ْال ُج ُمعَ ِة فَالَ يُ ْقبَ ُل‬
ِ َ‫ع َم ُل ق‬
” ‫اطعِ َر ِح ٍم‬ ُ ‫“ إِ َّن أ َ ْع َما َل بَنِي آ َد َم ت ُ ْع َر‬

“Sesungguhnya amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam


Jum’at, maka tidak diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan
silaturahmi” (HR Ahmad)

Abdullah bin Abi Aufa ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda:

” ‫اط ُع َر ِح ٍم‬ َ ُ‫الرحْ َمة‬


ِ َ‫علَى قَ ْو ٍم ِف ْي ِه ْم ق‬ َّ ‫“ الَ ت َ ْن ِز ُل‬

“Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang
memutuskan tali silaturahmi” (HR Muslim

Dan orang yang memutuskan tali silaturahmi terancam tidak bisa masuk
surga, dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im ra, dari Nabi saw beliau
bersabda:

ِ َ‫“ الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ ق‬


” ‫اط ٌع‬

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)” (HR


Bukhari dan Muslim)

Demikianlah keutamaan menyambung tali silaturahmi dan ganjaran yang


kita peroleh jika melakukannya ataupun meninggalkannya. Islam
mengajarkan kita untuk selalu meiliki akhlak terpuji dan beramal shaleh.
mengunjungi sanak saudara dan menjaga lisan sangatlah diutamakan
karena bahaya lidah sangatlah besar. Semoga kita senantiasa
mendapat hidayah Allah SWT dan terhindar dari siksa di hari kiamat ( baca
juga ciri-ciri akhir zaman dan tanda-tanda kiamat)

Hukum Silaturahmi Menurut Islam dan Dalilnya

Silaturahmi Menurut Pandangan Islam

Silaturahmi diperuntukkan terlebih dahulu terhadap keluarga yang masih


ada hubungan darah seperti ayah, ibu, adek, kakak, dan saudara yanga ada
hubungannya.

Berikut ini dijelaskan dalam hadits Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim,
dari Abu Ayyûb al-Anshârî, simak penjelasannya di bawah ini :
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang
bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,”
maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi
taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?”
Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar
zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang
aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.

Terdapat beberapa keuntungan yang di dapat jika mau dan selalu menjaga
silaturahmi agar tetap tersambung, hal itu meliputi :

1. Silaturahmi Bisa Memperpanjang Umur


Berdasarkan hadits Muttafaqun ‘alaihi, dijelaskan bahwa :

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya,


maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Silaturahmi Bisa Memperlancar Rejeki


Berdasarkan hadits Muttafaqun ‘alaihi, dijelaskan bahwa :

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang


menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang
memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun
‘alaihi].

Baca juga :

3. Silaturahmi Mempunyai Pahala Yang Lebih Besar Daripada


Memerdekakan Budak
Berdasarkan Shahih al-Bukhari, dari Maimunah Ummul-Mukminin, dia
berkata :

“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?”


Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab,
“Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-
pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya”.
4. Silaturahmi Bisa Membuat Kehidupan Menjadi Lebih Baik
Kita sebagai makhuk sosial dan hamba Allah yang bertaqwa hendaknya
selalu menyambung tali silaturahmi walaupun sanak saudara kita ada yang
berusaha memutuskannya. Sebaiknya kita tetap mengusahakan untuk
memperbaikinya. Karena orang yang berjuang untuk menghubungkan tali
silaturahmi akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah Swt atas
mereka yang memutuskannya.

Berdasarkan hadits Muttafaqun ‘alaihi, dijelaskan bahwa :

“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung


hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung
silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang
sudah terputus”.[Muttafaqun ‘alaihi]

“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan


dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik
kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku
berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,”
maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar
demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah
akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat
demikan.” [Muttafaq ‘alaihi]

Berdasarkan firman Allah juga sudah dijelaskan dalam Al Quran surat Ar-
Rad ayat 25, penjelasannya sebagai berikut :

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan
memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan
mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh
kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [Ar-
Ra’d : 25]

5. Orang Yang Memutus Silaturahmi Tidak Akan Masuk Surga


Kategori memutus silaturahmi yang tergolong dosa besar ialah memutuskan
hubungan terutama dengan kedua orang tua, sanak saudara terdekat atau
pun kerabat yang masih mempunyai hubungan darah.

Berdasarkan sabda Rasulullah dijelaskan di bawah ini :


”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa
besar?” Beliau mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para
sahabat menjawab: ”Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua”.

Lebih parah lagi jika kita sudah memutuskan silaturahmi dengan orang tua,
namun masih bertindak durhaka kepada mereka. Tindakan tersebut
merupakan dosa yang sangat besar. Oleh karena itu banyak – banyaknya
mendekatkan diri kepada Allah agar kita tidak termasuk orang – orang yang
berbuat demikian.

”Termasuk perbuatan dosa besar, yaitu seseorang yang menghina orang


tuanya,” maka para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah orang
yang menghina kedua orang tuanya sendiri?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: ”Ya, seseorang menghina bapak orang lain, lalu orang lain
ini membalas menghina bapaknya. Dan seseorang menghina ibu orang lain,
lalu orang lain ini membalas dengan menghina ibunya”.

Wahai kalian – kalian yang mengaku dirinya mempunyai keimanan kepada


Allah Swt serta Rasulullah Saw. Hanya bertakwalah kalian kepada Allah
Swt. Selanjutnya segeralah melihat kepada diri kita masing-masing, yang
dimaksud kepada sanak keluarga kita! Apakah kita sudah melaksanakan
kewajiban terhadap mereka perihal kondisi mengenai menyambung tali
silaturahmi?

Apakah kita sudah berperilaku lemah lembut kepada mereka? Apakah kita
sudah tersenyum ketika berpapasan atau pun bertatap muka dengan
mereka? Apakah kita sudah berkunjung ke tempa tinggal mereka? Apakah
kita sudah memuliakan, mencintai, saling menunjungi saat sehat, saling
menghormati, saling menjenguk pada saat jatuh sakit? Apakah kita sudah
ikut meringankan beban atau pun memberikan bantuan kepada mereka
sesuai dengan yang dibutuhkan?

Di lingkungan kita seringkali ditemukan orang yang tidak suka ketika melihat
kehadiran kedua orang tuanya, padahal semasa kecil dulu mereka pernah
merawatnya. Justru ia lebih mendamba – dambakan dan memuliakan
istrinya, namun disisi lain ia melecehkan ibunya sendiri. Ia selalu berusaha
keras untuk mendekati dan mengerti keinginan teman-temannya, akan tetapi
ia malah semakin menjauhi bapaknya.

Pada saat duduk bersama kedua orang tuanya, maka ia akan merasa
seperti sedang duduk di dekat bara api karena memang tidak betah. Hati
terasa berat pada saat ia harus menghabiskan waktu bersama dengan
kedua orang tuanya.

Walaupun hanya sebentar saja ia bersama dengan orang tua, namun waktu
akan terasa sangat lama. Ia akan merasa malas dan berat hati pada saat
berbicara dengan keduanya. Perbuatan seperti itu mencerminkan bahwa ia
telah menanamkan keharaman bagi dirinya sendiri mengenai kenikmatan
yang bisa ia raih dengan berbakti kepada kedua orang tua dan tentunya
balasan baik yang akan ia peroleh.

Selain itu ada juga manusia yang tidak ingin, bahkan ada yang tidak mau
untuk memandang, menganggap, serta mengakui sanak saudara sebagai
keluarga mereka. Ia tidak ingin berbaur dengan kerabatnya dengan sikap
yang seharusnya wajib diberikan kepadanya sebagai keluarga. Ia tidak mau
melakukan tegur sapa ketika berpapasan bahkan pura – pura tidak tau dan
tidak mau melakukan suatu tindakan yang bisa membuat hubungan
silaturahmi menjadi terjaga dengan baik. Begitu pula dengan harta yang ia
miliki, ia tidak akan memakai hartanya untuk membantu kerabatnya.

Sudah bisa kita lihat bahwa ia berada dalam kondisi serba kecukupan,
sedangkan mereka sanak keluarganya berada dalam kondisi serba
kekurangan. Ia tidak ingin berhubungan dengan keluarganya tersebut.
Padahal, seharusnya keluarga tersebut bisa dikatakan termasuk salah satu
kewajiban untuk ia nafkahi dengan alasan karena kondisi
ketidakmampuannya dalam melakukan berusaha, sedangkan ia sudah
masuk dalam kategori mampu untuk memberikan nafkah kepadanya.
walaupun demikian, ia tetap kukuh untuk menolak menafkahinya.

Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untu selalu menjaga tali silaturahmi agar
tidak terputus. Semua hamba-Nya termasuk kita akan mendapat jatah untuk
menghadap Allah Swt dengan hanya membawa bekal pahala bagi mereka
yang mau menjaga dan selalu berusaha untuk menyambung tali silaturahmi.
Atau kita akan menghadap-Nya hanya dengan membawa dosa – dosa saja
bagi kita yang berusaha untuk memutus tali silaturahmi. Yuk kita
menengadahkan tangan seraya memohon ampun kepada Allah Swt, karena
sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dapat diambil kesimpulan bahwa artikel mengenai hukum silaturahmi


menurut islam di atas yang diulas secara detail dan dikemas dengan
menarik, diharapkan bisa membantu memudahkan dalam mempelajari serta
memahaminya lebih dalam lagi.

Sehingga nantinya mungkin bias dijadikan sebagai bahan referensi yang


bisa diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan menambah wawasan
bagi anda. Sampai disini dulu ya artikel kali yang membahas mengenai
hukum silaturahmi menurut islam. Semoga bisa bermanfaat bagi anda dan
terima kasih sudah meluangkan sedikit waktu untuk membaca artikel saya
ini.

Anda mungkin juga menyukai