Anda di halaman 1dari 8

Khutbah I

ِ ‫َش‬
  َ‫ر ْيك‬ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل‬،‫ريم‬ ِ ‫ َوَأ ْفهَ َمنَا بِ َش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك‬،‫ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّ ِذي هَدَانَا ُسب َُل ال ّسالَ ِم‬
‫بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫م َو‬:ْ ِّ‫ص ِّل َو َسل‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫وال َجال ِل َواإل ْكرام‬ ْ ‫ ُذ‬،ُ‫لَه‬
ِ‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللا‬ ُ ْ‫ أو‬،‫ فَيَايُّهَا اِإل ْخ َوان‬:ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬،‫سان إلَى يَوْ ِم الدِّين‬ ِ ْ‫َو َعلَى الِه َوَأصْ َحابِ ِه َوالتَّابِعينَ بِإح‬
ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم‬،‫ان ال َّر ِجيْم‬
‫ان‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ الَّش ْي‬:‫الى فِي ْالقُرْ ا ِن ْال َك ِري ْم‬ َ ‫ قَا َل هللاُ تَ َع‬،‫طا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ْن‬َ ‫َو‬
َ‫م َو َم ْن يُ ِط ِع هللا‬:ْ ‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك‬،‫ قَوْ اًل َس ِديدًا‬:‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا‬:‫َّح ْي ْم‬ ِ ‫الر‬
. َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
َّ ‫َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا َع ِظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬
‫ق هللاُ ال َع ِظي ْم‬
َ ‫ص َد‬
َ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan diri dari

kecurangan, kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Dan memulai hari-hari dengan amalan-

amalan saleh yang nyata sebagai pembuktian kebenaran Iman. Sebab, segala perbuatan dan amal

manusia, baik maupun buruk merupakan pencerminan imannya kepada Allah SWT.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Ketika ada orang yang bertanya kepada kita, bagaimana jalan untuk menggapai surga, tentu kita

akan menjawabnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi

wasallam. Beliau telah memberikan beberapa penjelasan, yang akan menghantarkan kita menuju
surga Allah subhanahu wata‘ala. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih yang diriwayatkan

oleh Imam Ahmad sebagaimana berikut:

 ‫ٍم‬ ‫صلُّوا َوالنَّاسُ نِيَا ٌم تَ ْد ُخلُوا ْال َجنَّةَ بِ َساَل‬


َ ‫ َو‬،‫ اَأْلرْ َحا َم‬:‫صلُوا‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫ ال َّساَل َم‬:‫َأ ْف ُشوا‬ 
ِ ‫ َو‬،‫ط ِع ُموا الطَّ َعا َم‬

Artinya: Sebarkan kedamaian, berikan makanan, bersilaturrahimlah, shalatlah ketika orang-orang

tidur, engkau akan masuk surga dengan damai. 

Pertama,  orang yang menghendaki untuk masuk surga adalah orang yang menebarkan salam,

perdamaian dan kasih sayang. Menebarkan perdamaian bisa diawali dengan member ucapan salam

kepada saudara kita, yaitu Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Yang artinya

keselamatan, rahmat, dan berkah Allah subhanahu wata‘ala semoga tercurahkan untukmu.

Lazimnya ucapan salam ini akan dijawab oleh saudara kita dengan jawaban wa’alaikumussalam

warahmatullahi wa barakatuh yang artinya bagimu keselamatan, rahmat dan berkah Allah

subhanahu wata‘ala. Ucapan tersebut tampak sepele, namun memiliki makna yang mendalam.

Imam an-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa ucapan salam tidak sekadar kata-

kata, namun mengandung arti menebarkan perdamaian, kasih sayang dan kerukunan terhadap

sesama, baik kepada keluarga, tetangga, maupun terhadap sesama Muslim. Kata salam juga

menjadi kunci yang ampuh untuk menghilangkan permusuhan, kebencian, dan kerenggangan di

antara sesama. Karena itu, Islam sangat menganjurkan kita untuk saling mengucapkan salam,

tujuannya adalah mewujudkan kerukunan dan kedamaian, dan menghilangkan kerenggangan dan

permusuhan di antara sesama. 


Hadits di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa tidak diperkenankan bagi seorang Muslim

untuk membenci dan menghujat sesama Muslim, menyebarkan permusuhan, menebarkan ujaran

kebencian dan memutuskan tali persaudaraan. Karena menebarkan permusuhan adalah ciri-ciri dari

ajaran syaitan, sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 91, syaitan memiliki tujuan

menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara sesama Muslim.

Kedua, jalan untuk menggapai surga adalah memberikan makanan, Selain kita diwajibkan untuk

mengeluarkan nafkah untuk keluarga, atau mengeluarkan zakat atas harta, Nabi menganjurkan

kepada kita untuk bersedekah, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan. Mengapa

memberikan makanan dapat menghantarkan kita menuju surga? Karena orang yang senang

memberikan makanan adalah orang yang dekat dengan surga. Sebagaimana riwayat Imam

Turmudzi dalam sunan Turmudzi Juz 3 halaman 407 disebutkan:

ِ َّ‫اس بَ ِعي ٌد ِمنَ الن‬


 ‫ار‬ َ َ‫ال َّس ِخ ُّي قَ ِريبٌ ِمنَ هَّللا ِ قَ ِريبٌ ِمن‬
ِ َّ‫الجنَّ ِة قَ ِريبٌ ِمنَ الن‬

Artinya: “Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan

jauh dari neraka.”

Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh kitab Faidlul Qadir karya Muhammad al-Munawi, juz 4

halaman 138 menjelaskan, bahwa sikap dermawan merupakan buah dari cinta akhirat, dan tidak

berlebihan dalam mencintai dunia fana. Sikap dermawan tumbuh dari penghayatan seseorang

tentang iman dan tauhid kepada Allah subhanahu wata‘ala. Sehingga muncul sikap tawakkal dan
berserah diri kepada Allah, secara otomatis muncul sikap percaya bahwa Allah adalah pemberi

rezeki. Seorang dermawan yakin bahwa orang berbuat baik dengan mensedekahkan sebagian

hartanya, Allah pasti akan menggantinya sepuluh kali lipat kebaikan. Berbeda dengan orang yang

bakhil, ia adalah orang yang terlalu cinta dunia dan ragu terhadap janji Allah . Karena itu, tempat

yang layak bagi seorang dermawan adalah surga, sebaliknya tempat yang layak bagi orang bakhil

adalah neraka.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Ketiga, menjalin silaturrahim dan persaudaraan, walaupun hanya dengan ucapan salam. Dalam

sebuah riwayat Imam Hakim dalam Kitab Mustadrok Ala Shohihain Juz 2 halaman 563, dengan

sanad yang shahih Nabi bersabda:

 ‫ تُ ْع ِطي َم ْن‬:‫ال‬ َ ‫ لِ َم ْن يَا َرس‬:‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َحا َسبَهُ هَّللا ُ ِح َسابًا يَ ِسيرًا َوَأ ْد َخلَهُ ْال َجنَّةَ بِ َرحْ َمتِ ِه قَالُوا‬
َ َ‫ُول هَّللا ِ؟ ق‬ ٌ ‫ثَاَل‬
َ ‫ َأ ْن تُ َحا َس‬:‫ال‬
‫ب‬ َ ‫ فَ َما لِي يَا َرس‬، َ‫ت َذلِك‬
َ َ‫ُول هللاِ؟ ق‬ ُ ‫ فَِإ َذا فَ َع ْل‬:‫ال‬َ َ ‫ك» ق‬ َ ‫ص ُل َم ْن قَطَ َع‬ ِ َ‫ َوت‬،‫ك‬ َ ‫ َوتَ ْعفُو َع َّم ْن ظَلَ َم‬،‫ك‬ َ ‫َح َر َم‬
‫ك هَّللا ُ ْال َجنَّةَ بِ َرحْ َمتِ ِه‬
َ َ‫ِح َسابًا يَ ِسيرًا َويُ ْد ِخل‬

Artinya: “Tiga hal yang menjadikan seseorang akan dihisab Allah dengan mudah dan akan

dimasukkan ke surga dengan Rahmat-Nya. Sahabat bertanya, bagi siapa itu wahai Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam? Nabi bersabda: Engkau memberi orang yang menghalangimu, engkau

memaafkan orang yang mendzalimimu, dan engkau menjalin persaudaraan dengan orang yang

memutuskan silaturrahim denganmu. Sahabat bertanya, jika saya melakukannya, apa yang saya
dapat wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Nabi bersabda: engkau akan dihisab dengan

hisab yang ringan dan Allah akan memasukkanmu ke surga dengan rahmat-Nya.”

Mengenai pentingnya silaturrahim, terdapat sebuah cerita dari Imam Ashbihani yang termaktub

dalam kitab Irsyadul Ibad halaman 94, suatu ketika sahabat duduk di sisi Nabi Muhammad

shallallahu ‘alaihi wasallam, Kemudian Nabi bersabda: tidak boleh duduk dengan kami orang yang

memutuskan silaturrahim, kemudian seorang pemuda keluar dari halaqoh, pemuda tersebut

mendatangi bibinya untuk menyelesaikan sesuatu masalah di antara keduanya, kemudian bibinya

meminta maaf terhadap pemuda tersebut. Setelah urusan selesai, pemuda kembali ke halaqoh,

kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: sesungguhnya rahmat Allah tidak

akan turun pada suatu kaum, yang di dalamnya terdapat orang yang memutuskan persaudaraan. 

Keempat, menjalankan shalat malam ketika banyak orang telah tidur terlelap. Shalat malam menjadi

shalat yang spesial karena dilakukan di waktu banyak orang beristirahat dan lalai dari berdzikir

kepada Allah subhanahu wata‘ala. Shalat malam juga menjadi indikasi seseorang jauh dari riya’ dan

pamer dalam beribadah, karena di waktu ini banyak orang beristirahat. Sehingga bagi orang yang

menjalankan ibadah di waktu malam mendapatkan ganjaran yang lebih, terutama oleh Nabi

disabdakan sebagai orang yang akan masuk surga dengan tanpa kesulitan. Nabi juga bersabda:

“Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama

shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim No. 1163)

Menebarkan salam dan kedamaian, memberikan makanan, menjalin persaudaraan, dan shalat

malam adalah anjuran dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kita dapat menggapai

surga dengan tanpa kesulitan dan tanpa banyak rintangan. Jika kita konsisten dan istiqamah dengan

anjuran Nabi tersebut, Allah akan memberikan kita pertolongan untuk mengerjakan kebaikan dan

menjauhi perbuatan yang kurang menyenangkan, sehingga di akhir hayat kita mendapatkan

kematian yang husnul khotimah. Allâhumma Âmîn. 

Perlu diingat, Nabi yang telah dijamin masuk surga oleh Allah subhanahu wata‘ala selalu giat dalam

beribadah kepada Allah subhanahu wata‘ala. Dalam kehidupan di tengah masyarakat, Nabi  selalu

baik hati, riang dan sopan terhadap semua orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu yang lebih

duluan memberikan salam, sekalipun kepada anak-anak dan para sahaya. Nabi selalu memberikan

apa yang dimiliki kepada para sahabatnya, walaupun beliau sendiri dalam keadaan kekurangan. Nabi

selalu bersilaturrahim dan memaafkan terhadap setiap orang, walaupun terhadap orang yang pernah

memusuhinya, dan Nabi selalu menjalankan shalat malam, hingga kedua telapak kaki beliau

membengkak. Semoga kita semua dapat mencontoh prilaku dan ajaran Nabi

Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam,

bagi kita semua amin.

ِ ‫ أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي‬: َ‫ وِإيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمْؤ ِمنِ ْين‬:‫ َوأدْخَ لَنَا‬،‫ ِمنَ الفَاِئ ِزين اآل ِمنِين‬:‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم‬
‫ْطان‬
ِ ْ‫ با َ َركَ هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُر‬ ‫ قَوْ اًل َس ِديدًا‬:‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا‬:‫َّحي ْم‬
‫آن‬ ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬،‫َّجي ْم‬
ِ ‫مان الر‬ ِ ‫الر‬
ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬
:ٌ ْ‫ك بَرٌّ َرُؤ و‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيّا ُك ْم بِاآليا‬،‫ال َع ِظي ِْم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وَأ ْشهَ ُ‪:‬د َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم‬ ‫إلى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫اعى َ‬ ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّد ِ‬ ‫َّ‬
‫تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا َأ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى‬

‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى‬ ‫َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآلِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫آل َسيِّ ِدنا َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا‪ :‬تَ ْسلِ ْي ًما اللهُ َّم َ‬‫يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬
‫َّاش ِد ْينَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان‬
‫ض اللّهُ َّم ع َِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫ك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئكَ َو ُر ُسلِ َ‪:‬‬
‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‪:‬‬
‫ك يَا‬ ‫َّحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬
‫ان اِلَىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة الص َ‬
‫اَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ‬

‫ت اللهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ‬


‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‪:‬‬
‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ‬ ‫َص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن ن َ‬ ‫َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك ِإلَى يَوْ َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َ‪:‬ل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ‬ ‫َأ ْعدَا َءال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا‬ ‫َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا‪ :‬خآ َّ‬
‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫اَ ْنفُ َسنَا َواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا‪ :‬لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى‪ :‬ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْ‪:‬م‬ ‫ار‪ِ .‬عبَا َد هللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬ ‫النَّ ِ‬
‫َلى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْ‪:‬م َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَر‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ ع َ‬
Khutbah Jumat pertama

ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِ ْله‬


ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
ِ ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬
‫ص ّل َو َسل ْم عَلى سيدنا ُم َح ّم ٍد َوعَلى‬ّ َ ‫ اللهُ ّم‬.ُ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ له‬
َ ُ َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫فَالَ هَا ِد‬
‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬ ‫َأ‬
ٍ ‫آلِ ِه ِو صْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬

‫ق ِم ْنهَا‬ ٍ ‫ يَاَأيّهَا النَاسُ اتّقُوْ ا َربّ ُك ُم الّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬:‫َّاي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُوْ نَ قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬
َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬ ِ ْ‫ِعبَا َد هللاِ ُأو‬
َ ‫ص ْي ُك ْم وَِإي‬
‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِ ْيرًا َونِ َسا ًء َواتّقُوا هللاَ الَ ِذي تَ َسا َءلُوْ نَ بِ ِه َواَْألرْ َحام َ ِإ ّن هللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬ ّ َ‫زَ وْ َجهَا َوب‬

Kaum Muslimin, jamaah shalat Jumat yang berbahagia

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yang kita kenal sebagai salah satu wali Allah lengkap dengan
kedalaman ilmu dan keindahan akhlaknya, pernah mengalami sebuah peristiwa. Sebuah kejadian
perampokan pernah menimpanya beserta rombongannya.

Saat itu Abdul Qadir hendak pergi ke Baghdad, negeri seribu satu malam, guna menuntut ilmu-
ilmu agama. Ia berangkat dari kota Makkah. Di tengah perjalanan, gerombolan perampok
menghadang dan menguras harta perbekalan milik rombongan.

Abdul Qadir tidak luput dari aksi begal ini. Dia ditanya apa yang ia miliki. Dengan jujur, ia
menjawab bahwa dirinya membawa uang sebanyak 40 Dinar yang ditaruh di bawah ketiaknya.

Karena belum percaya, si perampok membawanya kepada pimpinan mereka. Di saat itu, ia
ditanya sekali lagi, “Apa yang kamu miliki?” Jawaban Abdul Qadir sama. Mendengar jawaban
yang apa adanya, si pemimpin perampok bertanya, “Apa yang membuatmu berkata jujur?”

Abdul Qadir menjelaskan, “Sebelum berangkat ibuku berpesan kepadaku untuk bersikap jujur.
Pesan ibuku ini selalu terngiang dan terasa dekat denganku. Dan aku tidak berani
mengkhianatinya.”

Mendengar jawaban Abdul Qadir, pemimpin perampok tiba-tiba menyobek bajunya dan
berteriak keras, “Kamu takut mengkhianati ibumu. Sementara selama ini aku tidak takut
mengkhianati Allah. Sekarang aku bertobat kepada Allah lewat dirimu dan kamu adalah
pimpinan kami dalam bertobat.”

Setelah itu, pimpinan perampok memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan hasil
rampokan kepada rombongan Abdul Qadir.

Kisah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ini memberi pesan yang sangat jelas bahwa kejujuran,
meski sepintas membahayakan, namun sesungguhnya membawa kepada keselamatan dan
kebahagiaan. Sebaliknya, kebohongan meski sepintas tampak bermanfaat, namun justru
mendatangkan kecelakaan dan kesengsaraan.

Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat Jumat

Kisah beliau membuktikan bahwa kejujuran tidak hanya menjadi jalan keselamatan bagi diri
beliau dan rombongannya, tapi bahkan menjadi jalan tobat serta insafnya para perampok. Oleh
karena itu, pantas jika di balik sikap jujur ada penghargaan.

Mari kita simak keutamaan akhlak shidiq (jujur) yang merupakan salah satu sifat yang sangat
terpuji, guna merangsang diri kita untuk selalu memilikinya dalam berbagai situasi.

Pertama, memperoleh ketenangan jiwa. Kejujuran itu menentramkan. Ketentraman jiwa akan
menjadikan hidup kita penuh kebahagiaan. Inilah dambaan setiap insan.

Adapun dusta merusak ketenangan jiwa sehingga membuat diri merasa gelisah dan resah. Rasul
‫ ﷺ‬bersabda :
ُ‫ص ْد ِركَ َو َك ِرهْتَ َأ ْن يَطَّلِ َع َعلَ ْي ِه النَّاس‬ َ ‫اِإْل ْث ُم َما َحا‬
َ ‫ك فِي‬

“Dosa adalah sesuatu yang mengganjal dalam hatimu dan kamu tidak suka jika orang lain
mengetahuinya.” (HR. Muslim)

Kedua, memperoleh keberkahan hidup. Kiat memperoleh keberkahan adalah berlaku benar dan
jujur.

Dengan keberkahan, sesuatu yang nilainya kecil akan memiliki manfaat yang besar bagi banyak
orang. Umur yang pendek atau waktu yang singkat dalam kehidupan, jika ada berkah di
dalamnya, maka akan memberi manfaat kebaikan yang banyak. Rasul ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ق بَ َر َكةُ بَي ِْع ِه َما‬


َ ‫ َوِإ ْن َك َذبَا َو َكتَ َما ُم ِح‬،‫ك لَهُ َما فِي بَ ْي ِع ِه َما‬ ِ َ‫اَ ْلبَيِّ َعا ِن بِ ْال ِخي‬
َ ‫ فَِإ ْن‬،‫ار َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا‬
ِ ‫ص َدقَا َوبَيَّنَا ب‬
َ ‫ُور‬

“Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum
berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh
keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila keduanya berlaku dusta dan saling
menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan pada transaksi mereka berdua.” (HR.
Bukhari-Muslim)

Ketiga, memperoleh keselamatan. Hakikat keselamatan adalah segala sesuatu yang mampu
mengantarkan kita meraih surga Allah.

Salah satu usaha yang wajib kita tunaikan adalah bersikap jujur meski terkadang sikap ini tidak
disukai oleh sekelompok pendusta bahkan berusaha mencelakakan diri kita. Namun, kejujuran
tetap akan menjadi jalan keselamatan di dunia sampai akhirat. Rasul ‫ ﷺ‬bersabda :

ِ َّ ‫ فَاِنــَّهُ َم َع ْالفُجُوْ ِر َو هُ َما فِى النـ‬،‫ب‬


‫ ابن حبان فى صحيحه‬.‫ار‬ َ ‫ َو اِيـَّا ُك ْم َو ْال َك ِذ‬.‫ فَاِنــَّهُ َم َع ْالبِ ِّر َو هُ َما فِى ْال َجنَّ ِة‬،‫ق‬ ِّ ‫َعلَـ ْي ُك ْم بِـال‬
ِ ‫ص ْد‬

“Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan
jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka.”
(HR. Ibnu Hibban)

Keempat, tercatat sebagai ahli kebenaran. Kita akan bersama orang-orang yang benar jika kita
menjalankan prinsip kebenaran dalam kehidupan. Rasul ‫ ﷺ‬bersabda :

َ ‫ق َحتَّى يُ ْكـت‬
‫َب‬ َ ‫ص ْد‬ ُ ‫ َو َما يَ َزا ُل الـ َّر ُج ُل يَصْ ُد‬،‫لى ْالبِ ِّر َو ْالبِرُّ يَـ ْه ِدي ِال َى ْال َجنَّ ِة‬
ِّ ‫ق َو يَـتَ َحرَّى ال‬ ِّ ‫ق فَا ِ َّن ال‬
َ ‫ص ْد‬
َ ِ‫ق يَـ ْه ِدى ا‬ ِّ ‫َعلَـ ْي ُك ْم بِـال‬
ِ ‫ص ْد‬
ً‫صدِّيـْقا‬ ْ
ِ ِ‫ِعن َد هللا‬

“Wajib atasmu berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu
membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan memilih kejujuran akan dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur.” (HR. Bukhari)

Jemaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Kelima, terhindar dari kemunafikan. Salah satu ciri munafik adalah berdusta. Tentu tidak ada
dari kita yang ingin digolongkan dalam kelompok semacam ini.

Jika kita bersikap jujur, Insya Allah, kita akan terhindar dari kemunafikan atau dikelompokkan
bersama mereka. Rasul ‫ ﷺ‬bersabda :

َ‫ب َوِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَفَ َوِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ خَ ان‬


َ ‫ث َك َذ‬ ِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ ‫ق ثَاَل‬
َ ‫ث ِإ َذا َح َّد‬

“Tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji ia mengingkari,
dan bila dipercaya ia khianat.” (HR. Bukhari)

Demikianlah khutbah Jumat pada kesempatan yang indah ini. Mari kita hiasi diri kita dengan
sifat mulia salah satunya jujur.
‫‪Dengan kejujuran kita akan jauh dari kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan dusta akan‬‬
‫‪menyebabkan kita kehilangan berkah, keselamatan, dan ketentraman.‬‬

‫ني َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع‬ ‫ني َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليا َ ِ‬
‫ت َوال ِّذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِم ِّ‬ ‫في القُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َع ِ‬
‫بَا َركَ هللاُ لِي َولَ ُك ْم ِ‬
‫ْ‬
‫لي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬ ‫َأ‬
‫لي ه َذا َو ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ِ‬ ‫َأ‬
‫‪.‬ال َعلِ ْي ُم‪ .‬قُوْ ُل قَوْ ِ‬

‫‪Khutbah Jumat kedua‬‬

‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ‬


‫ي لَوْ اَل َأ ْن هَدَانَا هَّللا ُ‪َ ،‬أ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي هَدَانَا لِهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد َ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم عَلى سيدنا ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‪ .‬اَ َّما بَ ْع ُد‬ ‫‪َ :‬و َرسُوْ لُهُ‪ .‬اَللَّهُ ّم َ‬

‫ش َماظَهَ َر َو َما بَطَ ْن‪َ ،‬و َحافِظُوْ اعَل َى الطَّا َع ِة َو ُحضُوْ ِر ْال ُج ْم َع ِة َو ْال َج َما َع ِة‬
‫‪.‬فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللاَ تَ َعال َى َو َذرُوا ْالفَ َوا ِح َ‬

‫ُص ُّلوْ نَ ع َ‬
‫َلى‬ ‫الى َولَ ْم يَ َزلْ قَاِئالً َعلِ ْي ًما‪ :‬اِ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫َوا ْعلَ ُموْ ا اَ َّن هللاَ اَ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَنَّى بِ َمالَِئ َك ِة قُ ْد ِس ِه‪ ،‬فَقَ َ‬
‫ال تَ َع َ‬
‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬
‫صلوْ ا َعل ْي ِه َو َسل ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫النبِ ْى يَا يُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمنوْ ا َ‬

‫صلَّيْتَ َعلَى سيدنا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬


‫آل سيدنا ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌ‪:‬د َم ِج ْي ٌد‪.‬‬ ‫آل سيدنا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى سيدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫آل سيدنا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫ار ْك َعلَى سيدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل سيدنا ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى سيدنا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫َوبَ ِ‬

‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬


‫ت ِإنَّ َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َو ِة‬ ‫‪،‬اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫ت َوالمْؤ ِمنِ ْينَ َوالمْؤ ِمنَا ِ‬

‫ون وال ُج َذ ِام َو َسيِّي ِء األ ْسقَ ِام‬ ‫اللَّهُ َّم ِإنَّا نَعُو ُذ بِكَ ِمنَ البَ َر ِ‬
‫ص َوال ُجنُ ِ‬

‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‪ ,‬اللَّهُ َّم إنَّا نَ ْسَألُكَ الهُدَى والتُّقَى وال َعفَافَ وال ِغنَى‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا فِي‬
‫ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬

‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن َوآ ِخ ُر َد ْع َوانَا َأ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬ ‫َو َ‬

‫إن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬


‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذ ُكرُوا‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬
‫هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai