Anda di halaman 1dari 11

HADIS TENTANG SILATURAHMI

Silaturahmi merupakan perbuatan terpuji. Orang yang senang bersilaturahmi,


rezekinya akan dilapangkan, umurnaya pun akan ditambah. Silaturahmi perbuatan
yang mulia, silaturahni dapat mengeratkan hubungan kita dengan saudara kita.

A. Membaca hadis tentang silaturahmi


Pernahkah kamu bersilaturahmi ketempat saudaramu? Jika pernah
terlebih lagi sering bersilaturahmi, maka sesungguhnya kamu adalah orang-
orang yang beruntung, karena senantiasa ingat bahwa kita adalah bersaudra
sesama muslim dan wajib bagi kita untuk bersilaturahmi,agar meningkatakan
tali persaudaraan diantara umat islam.
Hadis juga menyuruh kita untuk bersilaturahmi yang bunyinya sebagai
berikut:

‫سلَّ َم قَا َل َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َس ب ُْن َمالِكٍ أ َ َّن َر‬ ُ ‫عن أَن‬
‫ص ْل َر ِح َمهُ – ر البخاري‬ ِ َ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِر ِه فَ ْلي‬
َ ‫ط لَهُ فِي ِر ْزقِ ِه َويُ ْن‬
َ ‫س‬
َ ‫يُ ْب‬
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang ingin
diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya ( kebaikannya ) maka
bersilaturahmilah. ( HR. Al-Bukhari )

B. Arti kata ( mufradat ) hadis tentang silaturahmi

Rezekinya ‫ِر ْزقِ ِه‬

Dan dipanjangkan ُ‫سأ َ لَه‬


َ ‫َويُ ْن‬

Umurnya

Maka hubungkanlah
Saudaranya ُ‫َر ِح َمه‬

Barang siapa ‫َم ْن‬

Merasa senanag َّ‫أ َ َحب‬

Dilapangkan

Baginya

Pada/di

C. Kandungan hadis tentang silaturahmi


Silaturahmi atau dalam bahsa arab disebut sillatur rahmi, berasal dari dua
kata sillah yang berarati menyambung dan ar rahmu yag berarti
persaudraan/keluarga. Persaudaraan dinamakan dengan rahim karena beraal
darai rahima yang sama. Saudara dibagi menjadi dua saudara dekat dan
saudara jauh. Saudara dekata adalah yang Ada hubungan darah dan hram
menikahinya. Contohnya nenek,ibu,kakak adik,anaknya adi, bibi dari ayah.
Saudara jauh apabila hubungan darah jauh dan dibolehkan untuk menikah.
Contohnya saudara sepupu( anak bibi), anak cucunya saudara nenek.
Silaturahmi dalam arti luas yaitu selalau menagadakan hubungan dengan
orang lain baik dalam bentuk kunjugan secara lagsung, member hadiah
surat menyurat,mauapun santunan bagi oaring yang memerlukannya,
seperti kepada anaka yatim dan fakir miskin. Silaturahmi memiliki manfaat
sebagai berikut:
1) Dilapangkan rezekinya
Jika ada sesorang mengeluh karena kemiskinan,maka cobalah
merenung sejenak, sejauh mana ia bersilaturahmi? Salah satu sebab
dialapangkannya rezeki adalah dikarenakan orang tersebut
bersilaturahmi dan sering mengunjungi kerabatnya.
2) Dipanjankan Umurnya
Dipanjangkan umuranya disini memilki dua maksud. Pertama
dipanjanhgkan umurnya sesuai dengan makna aslinya. Allah akan
memanjangkan umurnya dari jatah umur sebenarnya. Kedua umurnya
mendapaat berakah dari Allah.
Selain dua manfaat diatas, ada juga manfaat yang lain seperti
berikut:
a. Terhindar dari musibah dan bencana yang mengerikan
b. Dicintai oleh keluarganya
c. Dicintai oleh Allah dan Rasulnya
d. Mendapat ketentraman hati dan ketenanagan jiwa

D. Perilaku Yang Menunjukan Silaturahmi


1. Berkunjung lagsung sehngga bias bersalam dan bertatap Muka
2. Mengadakan kumpulan keluarga setiap bulan dan waktunya sesuai
dengan kesepakatan
3. Mengadakan reuni untuk membina silaturahmi sesama teman
4. Menelpon walaupun hanya menanyakan kabar diri dan keluarga
5. Mengirim surat atau SMS
6. Memberi Hadiah

Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan


cara saling berziarah (berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan
pemberian yang lain. Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah
lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala
hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahmi. Dengan
silaturahmi, pahala yang besar akan diproleh dari Allah Azza wa Jalla.
Silaturahim menyebabkan seseorang bisa masuk ke dalam surga.
Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak akan putus hubungan
dengan Allah di dunia dan akhirat.

Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu


Ayyûb al-Anshârî:

‫ار فَقَا َل النَّبِي‬ ِ َّ‫َّللاِ أ َ ْخبِ ْرنِي ِب َما يُد ِْخلُنِي ْال َجنَّةَ َويُبَا ِعدُنِي ِمنَ الن‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ يا َر‬: ‫أ َ َّن َر ُج اًل قَا َل‬
: ‫ش ْيئاا‬ َ ‫َّللا ََل ت ُ ْش ِركُ ِب ِه‬ َّ َ‫ْف قُ ْلتَ ؟ فَأ َ َعاد‬
َ َّ ُ ‫ ت َ ْعبُد‬: ‫الر ُج ُل فَقَا َل النَّ ِبي‬ َ ‫ِي َكي‬َ ‫لَقَدْ ُوفِِّقَ أ َ ْو قَا َل لَقَدْ ُهد‬
ُ‫ ِإ ْن تَ َمسَّكَ ِب َما أ َ َم ْرت‬: ‫َص ُل ذَا َر ِح ِمكَ فَلَ َّما أَدْبَ َر قَا َل النَّ ِبي‬ َّ ‫ص ًَلة َ َوتُؤْ تِي‬
ِ ‫الزكَاة َ َوت‬ َّ ‫َوت ُ ِقي ُم ال‬
َ‫بِ ِه دَ َخ َل ْال َجنَّة‬

“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi


wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu
yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari
neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh
dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi
yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya.
Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau
beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu
pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung
silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan
tadi, pastilah dia masuk surga”.

Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab


umur panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

ِ َ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِر ِه فَ ْلي‬


ُ ‫ص ْل َر ِح َمه‬ َ ‫ط لَهُ فِي ِر ْزقِ ِه أَ ْو يُ ْن‬ َ ‫س َّرهُ أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س‬ َ ‫َم ْن‬

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan


umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”.
[Muttafaqun ‘alaihi].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ َ‫ط َعنِي ق‬
َّ ُ‫ط َعه‬
ُ‫َّللا‬ َ َ‫َّللاُ َو َم ْن ق‬
َّ ُ‫صلَه‬ َ ‫الر ِح ُم ُم َعلَّقَةٌ ِب ْال َع ْر ِش تَقُو ُل َم ْن َو‬
َ ‫صلَنِي َو‬ َّ

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang


menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa
yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”.
[Muttafaqun ‘alaihi].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa


menyambung silaturahmi lebih besar pahalanya daripada
memerdekakan seorang budak. Dalam Shahîh al-Bukhâri, dari
Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:
َ ‫ت نَعَ ْم قَا َل أَ َما إِنَّ ِك لَ ْو أَ ْع‬
‫ط ْيتِ َها‬ ِ ‫شعَ ْرتَ أَنِِّي أ َ ْعت َ ْقتُ َو ِليدَتِي قَا َل أَ َوفَعَ ْل‬
ْ َ‫ت قَال‬ َ َ ‫َّللاِ أ‬
َّ ‫سو َل‬
ُ ‫يَا َر‬
‫ظ َم ِِلَجْ ِر ِك‬َ ‫أ َ ْخ َوالَ ِك َكانَ أَ ْع‬

“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan


budakku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?”
Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan
budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar
pahalanya”.

Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau
menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat
itu mau menyambungnya. Jika demikian, maka sebenarnya yang
dilakukan orang ini bukanlah silaturahmi, tetapi hanya sebagai
balasan. Karena setiap orang yang berakal tentu berkeinginan untuk
membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepadanya, meskipun
dari orang jauh.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫صلَ َها‬
َ ‫ت َر ِح ُمهُ َو‬ ِ ‫اص ُل ِب ْال ُمكَافِ ِئ َولَ ِك ْن ْال َو‬
ْ ‫اص ُل الَّذِي ِإذَا قُ ِط َع‬ ِ ‫ْس ْال َو‬
َ ‫لَي‬

“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang


menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang
menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali
hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi].

Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-


kerabat kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan
mendapatkan balasan yang baik atas mereka.

Diriwayatkan, telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:

َّ َ‫طعُونِي َوأُحْ ِسنُ إِلَ ْي ِه ْم َويُسِيئُونَ إِل‬


‫ي َوأَحْ لُ ُم َع ْن ُه ْم‬ ِ َ ‫َّللاِ إِ َّن ِلي قَ َرابَةا أ‬
َ ‫صلُ ُه ْم َويَ ْق‬ َّ ‫سو َل‬ُ ‫يَا َر‬
‫ير‬ ٌ ‫ظ ِه‬ ِ َّ َ‫ي فَقَا َل لَئِ ْن ُك ْنتَ َك َما قُ ْلتَ فَ َكأَنَّ َما تُسِف ُه ْم ْال َم َّل َو ََل يَزَ ا ُل َمعَكَ ِمن‬
َ ‫َّللا‬ َّ َ‫َويَجْ َهلُونَ َعل‬
َ‫َعلَ ْي ِه ْم َما د ُْمتَ َع َلى ذَلِك‬
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung
hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku
berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk
terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka
kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi
mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi
penolongmu selama engkau berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].

Begitu pula firman Allah Ta’ala:

‫ص َل َويُ ْف ِسد ُونَ فِي‬ َ ‫َّللاُ ِب ِه أ َ ْن يُو‬ َّ ‫طعُونَ َما أَ َم َر‬ َّ َ‫َوالَّذِينَ يَ ْنقُضُونَ َع ْهد‬
َ ‫َّللاِ ِم ْن َب ْع ِد ِميثَاقِ ِه َويَ ْق‬
ُ ‫ض ۙ أُو َٰلَئِكَ لَ ُه ُم اللَّ ْعنَةُ َولَ ُه ْم‬
‫سو ُء الد َِّار‬ ِ ‫ْاِل َ ْر‬

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan


teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah
yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (Jahannam)”. [ar-Ra’d/13:25].

Dari Jubair bin Mut’im bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam telah bersabda:

ِ َ‫ََل َيدْ ُخ ُل ْال َجنَّةَ ق‬


‫اط ٌع‬

“Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus, ( memutus tali


silaturahmi)”. [Mutafaqun ‘alaihi].

Memutus tali silaturahmi yang paling besar, yaitu memutus hubungan


dengan orang tua, kemudian dengan kerabat terdekat, dan kerabat
terdekat selanjutnya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda

‫وق ْال َوا ِلدَي ِْن‬


ُ ُ‫عق‬ ِ ْ ‫َّللاِ قَا َل‬
َّ ِ‫اْل ْش َراكُ ب‬
ُ ‫اَّللِ َو‬ ُ ‫ت قُ ْلنَا بَلَى يَا َر‬
َّ ‫سو َل‬ َ َ‫أ َ ََل أُنَبِِّئ ُ ُك ْم بِأ َ ْكبَ ِر ْال َكبَائِ ِر ثًَل‬
ٍ ‫ث َم َّرا‬
”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa
besar?” Beliau mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka
para sahabat menjawab: ”Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka
kepada kedua orang tua”.

Demikianlah, betapa besar dosa seseorang yang durhaka kepada orang


tua. Dosa itu disebutkan setelah dosa syirik kepada Allah Ta’ala.
Termasuk perbuatan durhaka kepada kedua orang tua, yaitu tidak mau
berbuat baik kepada keduanya. Lebih parah lagi jika disertai dengan
menyakiti dan memusuhi keduanya, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Dalam shahîhain, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, sesungguhnya Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

‫سب أَبَا‬ ُ َ‫الر ُج ُل َوا ِلدَ ْي ِه َقا َل نَعَ ْم ي‬


َّ ‫َّللاِ َوه َْل يَ ْشتِ ُم‬ ُ ‫الر ُج ِل َوا ِلدَ ْي ِه قَالُوا يَا َر‬
َّ ‫سو َل‬ َ ‫ِمنَ ْال َكبَائِ ِر‬
َّ ‫شتْ ُم‬
ُ‫سب أ ُ َّمه‬ُ َ‫سب أ ُ َّمهُ فَي‬
ُ َ‫سب أَبَاهُ َوي‬ ُ َ‫الر ُج ِل فَي‬
َّ

”Termasuk perbuatan dosa besar, yaitu seseorang yang menghina


orang tuanya,” maka para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah,
adakah orang yang menghina kedua orang tuanya sendiri?” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Ya, seseorang menghina
bapak orang lain, lalu orang lain ini membalas menghina bapaknya.
Dan seseorang menghina ibu orang lain, lalu orang lain ini membalas
dengan menghina ibunya”.

Wahai orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-


Nya. Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla. Dan marilah kita
melihat diri kita masing-masing, sanak keluarga kita! Sudahkah kita
menunaikan kewajiban atas mereka dengan menyambung tali
silaturahmi? Sudahkah kita berlemah lembut terhadap mereka?
Sudahkah kita tersenyum tatkala bertemu dengan mereka? Sudahkah
kita mengunjungi mereka? Sudahkah kita mencintai, memuliakan,
menghormati, saling menunjungi saat sehat, saling menjenguk ketika
sakit? Sudahkah kita membantu memenuhi atau sekedar meringankan
yang mereka butuhkan?

Ada sebagian orang tidak suka melihat kedua orang tuanya yang dulu
pernah merawatnya kecuali dengan pandangan yang menghinakan.
Dia memuliakan istrinya, tetapi melecehkan ibunya. Dia berusaha
mendekati teman-temannya, akan tetapi menjahui bapaknya. Apabila
duduk dengan kedua orang tuanya, maka seolah-olah ia sedang duduk
di atas bara api. Dia berat apabila harus bersama kedua orang tuanya.
Meski hanya sesaat bersama orang tua, tetapi ia merasa begitu lama.
Dia bertutur kata dengan keduanya, kecuali dengan rasa berat dan
malas. Sungguh jika perbuatannya demikian, berarti ia telah
mengharamkan bagi dirinya kenikmatan berbakti kepada kedua orang
tua dan balasannya yang terpuji.

Ada pula manusia yang tidak mau memandang dan menganggap sanak
kerabatanya sebagai keluarga. Dia tidak mau bergaul dengan karib
kerabat dengan sikap yang sepantasnya diberikan sebagai keluarga.
Dia tidak mau bertegus sapa dan melakukan perbuatan yang bisa
menjalin hubungan silaturahmi. Begitu pula, ia tidak mau
menggunakan hartanya untuk hal itu. Sehingga ia dalam keadaan serba
kecukupan, sedangkan sanak keluarganya dalam keadaan kekurangan.
Dia tidak mau menyambung hubungan dengan mereka. Padahal,
terkadang sanak keluarga itu termasuk orang-orang yang wajib ia
nafkahi karena ketidakmampuannya dalam berusaha, sedangkan ia
mampu untuk menafkahinya. Akan tetapi, tetap saja ia tidak mau
menafkahinya.

Para ahlul-‘ilmi telah berkata, setiap orang yang mempunyai hubungan


waris dengan orang lain, maka ia wajib untuk memberi nafkah kepada
mereka apabila orang lain itu membutuhkan atau lemah dalam mencari
penghasilan, sedangkan ia dalam keadaan mampu. Yaitu sebagaimana
yang dilakukan seorang ayah untuk memberikan nafkah. Maka barang
siapa yang bakhil maka ia berdosa dan akan dihisab pada hari Kiamat.

Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali silaturahmi. Berhati-hatilah


dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang menghadap
Allah dengan membawa pahala bagi orang yang menyambung tali
silaturahmi. Atau ia menghadap dengan membawa dosa bagi orang
yang memutus tali silaturahmi. Marilah kita memohon ampun kepada
Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Kisah Berhikmah

ELANG DAN NABI SULAIMAN a.s.

Pada suatu Hari burung elang menghadap Nabi Sulaiman a.s.


Burung elang tersebut melporkan peristiwa yang menimpanya, Burung
elang berkata’’ Wahai Nabi sulaiaman’’, seorang fulan memilki
hutang sebatang pohon. Dibatang pohon itu akau beranak, Namun,
betapa sakitnya hatiku karena pemilik pohon itu tega mengambil buah
hatiku.
Mendengar pengaduan burung elang, Nabi Sulaiman a.s.
segera menemui pemilik pohon dan melarangnya mengambil anak
burung elang tadi. Beliau juga menemukan dua jin seraya
berkata,’’Hai jin kalian berdua saya perintahkan mengawasin pemilik
pohon tersebut. Jika orang itu mengambil anak burung elamg itu lagi,
tangkaplah ia lalu potonglah tubuhnya menjadi dua bagian. Tubuh
yang satu kau lemparkan keujung timur dan satunya lagin keuung
barat.
Seiring berajalannya waktu, pemilik pohon lupa akan larangan
Nabi Sulaiman a.s. Ketika ia memnjat pohon dan menemukan anak-
anak burung elang ia, mengambilnya. Kebetulkan sebelum memanjat,
ia baru mendermakan sepotong roti kepada seseorang yang sangat
membutuhkan.
Melihat kejadian ini burung elang kembali melaporkan hal
tersebut pada Nabi Sulaiman a.s dan kemudian Nabi memanggil dua
jin yang telah ditugaskan menjaga anak-anak burung elang. Nabi
Sulaiman a.s Bertanya pada mereka, ‘’Mengapa kalian tidak
melaksanakan perintahku?’’
Kedua jin menjawab,’’Wahai kekasih ALLAH, ketika ia
hendak memanjat pohon, kami berdua telah siap untuk menangkapnya,
akan tetapai sebelum memanjat pohon ia mendermakan sepotong roti
kepada seorang muslim yang sangat memubutuhkan. Ketika kami
akan menangkapnya, ALLAH menolongnya dengan mengutus dua
malaikat untuk menangkap kami, kedua malaikat itu kemudian
melempar kami keujung barat dan timur, usha kami pun gaggal.

 Penanaman Budi pekerti

1. Kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya, walaupun


hanya dari seorang burung elang.
2. Anjuran mengasihi binatang
3. Keutamaan sedekah

 Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !


1. Apa arti silaturahmi?
2. Siapakah yang berhak untuk dijalin hubungan silaturahmi?
3. Sebutkan beberapa cara untuk menyambung tali silaturahmi!
4. Tulislah hadis tentang silaturahmi!
5. Apa kandungan isi hadis tentang silaturahmi?

 Refleksi
Setelah mempelajari bab ini, mana pelajaran yang belum kamu
menegerti? Berikan tanda’’centang’’ pada kolom yang tersedia!

Pelajaran Mampu Tidak Mampu

A. Menterjemahkan
hadis tentang
silaturahmi
B. Menjelaskan
kandungan hadis
tentang silaturahmi

REFRENSI/DAFTAR PUSTAKA

Masrur, M. Fatih , Miftahul Asror, Adab Silaturrahmi, Jakarta: CV


Artha Rivera, 2008

H, Muchsan, S.Ag.dkk, 2010. Alqur’an Hadis Kelas IV,Bogor: Yudhi


Tira

Anda mungkin juga menyukai