Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN HADIST RIYADHUS SHALIHIN

(disampaikan dalam forum liqa usar PR4102, edisi pekan II Oktober 2022)

BAB 46 . KEUTAMAAN MENCINTAI KARENA ALLAH, MENGANJURKAN SIKAP


DEMIKIAN DAN MENGUNGKAPKAN PADA ORANG YANG DICINTAI
Dalam bab 46 kitab Riyadhus Salihin terdapat 10 hadits tentang keutamaan mencintai
karena Allah. Dari 10 hadits tersebut, 6 diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan
melalui Abu Hurairah. Salah satu dari 6 hadits tersebut salah satunya adalah hadits no
375 ini, yang memberikan informasi kepada kita tentang 7 golongan orang yang
mendapat naungan / lindungan dari Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali
perlindungan- Nya.
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari baginda Nabi
Muhammad SAW. Beliau mempunyai nama asli Abdurrahman Ad Dausyi , berasal dari
suku Daus di daerah Yaman. Selama tinggal di Madinah tidak memiliki rumah dan tidak
ingin memiliki rumah , sehingga banyak orang orang anshar yang menawarkan pada
Rasulullah kepada abu hurairah untuk tinggal di rumah rumah mereka, tetapi abu
hurairah tidak menginginkannya. Kenapa? Karena beliau ingin selalu berada didekat
Rasulullah SAW. Oleh karena kedekatan beliau dengan Rasulullah, maka Allah
karuniakan kemampuan menghafal hadits tak kurang dari 5.374 hadits.
Hadits 375.

« :‫ع َل ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬


َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫ي‬ ّ ‫ع ِن ال َّن ِب‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرةَ َر‬ َ ‫َو‬
‫شأ َ فِي‬ َ َ‫ َوشَابٌّ ن‬،‫عا ِد ٌل‬ َ ‫ ِإ َما ٌم‬:ُ‫َّللاُ ِفي ِظ ِّل ِه َي ْو َم ََل ِظ َّل ِإَلَّ ِظلُّه‬ َّ ‫س ْب َعةٌ يُ ِظلُّ ُه ُم‬َ
ِ َّ ‫اج ِد َو َر ُجالَ ِن ت َ َحابَّا فِي‬
‫َّللا‬ ِ ‫س‬َ ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ َم َعلَّ ٌق ِب ْال َم‬،‫ع َّز َوج َّل‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ِ‫ِع َبا َدة‬
‫ ِإنِّي‬:‫ فَقَا َل‬،‫عتْهُ ْام َرأَة ٌ ذَاتُ ُحس ٍْن َو َج َما ٍل‬ َ ‫ َو َر ُج ٌل َد‬،‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ َوتَفَ َّرقَا‬،‫علَ ْي ِه‬ َ ‫اجْ ت َ َم َعا‬
،ُ‫ َفأ َ ْخفَاهَا َحتَّى ََل ت َ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما ت ُ ْن ِف ُق َي ِمينُه‬،ٍ‫ص َدقَة‬ َ ‫ص َّدقَ ِب‬ َ َ ‫ َو َر ُج ٌل ت‬،‫َّللا‬ َ َّ ‫َاف‬ُ ‫أَخ‬
.‫علَيْه‬َ ‫فق‬ ٌ َّ ‫ع ْينَاهُ » ُمت‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ض‬ َ َّ ‫َو َر ُج ٌل ذَ َك َر‬
َ ‫َّللا خَا ِليًا فَفَا‬

Daripada Abu Hurairah ‫عنه هللا رضي‬, daripada Nabi ‫ ﷺ‬baginda bersabda :

"Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan/lindungan dari Allah ‫ ﷻ‬pada hari
yang tiada naungan kecuali naungan-Nya yaitu:

1. Pemimpin yang adil. Imam maksudnya yang adil, pemimpin ya penguasa

2. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬.

3. Seseorang yang hatinya selalu berpaut dengan masjid.

4. Dua orang sahabat saling berkasih sayang kerana Allâh ‫ ﷻ‬keduanya berkumpul
kerana-Nya dan berpisah kerana-Nya,

5.Seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan
lagi cantik, lalu ia berkata: "Sesungguhnya aku takut kepada Allah ‫ﷻ‬."

6. Seseorang yang mengeluarkan sedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga


tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.

7. Dan seseorang yang mengingati Allah ‫ ﷻ‬dalam keadaan bersendirian sehingga


mengalirkan air matanya.

[Sahih Bukhari no 660, 1423, 6479,6806 Muslim no 1031]

Beberapa makna al - hubb


Dalam al-Mu’jam al-Fahras li Alfadz al-Quran al-Karim kata cinta (al-
hubb) disebut di al-Quran sebanyak 28 kali dalam bentuk yang beragam.
Bahkan tidak jarang asal kata al-hubb ini menghadirkan beberapa makna baru
menyesuaikan konteks dan maksud dari ayat tersebut. Imam al -Ashfahani
dalam kitabnya Mufradat fii Gharib al-Quran menjelaskan cinta dengan kata
‫ المحبة‬yang kata itu sendiri memiliki pembagian se suai objeknya. Menurut
beliau cinta terbagi dalam tiga jenis, yaitu:

o Cinta terhadap kenikmatan atau yang disukai ( ‫)المحبة للذة‬

Ayat yang beliau jadikan contoh adalah QS. al -Baqoroh ayat 177

‫َوآتَى ا ْل َما َل عَلَى ُحبِِّ ِه ذَ ِوى ا ْلقُ ْربَى‬

Arti: “Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat”

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa yang diberikan kepada kerabat adalah
harta yang disenangi dan dicintai. Selain itu beliau juga memisalkan ekspresi
cinta ini adalah layaknya perasaan seorang laki -laki kepada perempuan.

o Cinta terhadap kemanfaatan (‫)المحبة للنفع‬

Cinta yang dimaksudkan disini adalah cinta terhadap sesuatu yang memiliki
manfaat. Dalam al-Quran beliau contohkan seperti QS. Ash -Shaff ayat 13

ٌ ‫هللا َوفَتْ ٌح قَ ِر ْي‬


‫ب‬ ْ َ‫َوأ ُ ْخ َرى تُحِ بُّ ْونَهَا ن‬
ِ َ‫ص ٌر مِ ن‬

Arti: “Dan ada (balasan) lain yang kamu menyukainya (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat.”

Kata cinta pada ayat ini disandarkan pada sesuatu yang memiliki nilai manfaat
besar. Yakni berupa pertolongan dari Allah dan juga janji kemenangan yang
dekat.

o Cinta terhadap kelebihan (‫)المحبة للفضل‬

Pembagian cinta yang ketiga ini adalah cinta karena ada sesuatu keunggulan
atau kelebihan. Jadi cinta yang ada adalah hasil dari kekaguman terhadap
sesuatu yang memiliki nilai lebih. Beliau mencontohkannya dengan cinta para
ahli ilmu satu sama lain.

Dalam kitab Ishlah al-wujuh wa al-Nadzoir fi al-Quran karya Imam Husein bin
Muhammad ad-Damighaniy dijelaskan bahwa kata -kata dalam al-Quran yang
menggunakan kata al-hubb ternyata memiliki makna lain selain arti cinta
seperti yang kita pahami selama ini.
o Al-hubb adalah al-Iitsar

Al-Iitsar adalah bentuk perbuatan mendahulukan bahkan mengutamakan


orang lain dalam perkara-perkara yang dicintai. Tentunya, hal ini juga
dilakukan dengan perasaan cinta atau kasih terhadap yang didahulukan atau
diutamakan tersebut. Contohnya pada QS. Al -Hasyr ayat 9:

ٌ ‫س ِه ْم َولَ ْو كَا َن ِب ِه ْم َخصَاصَة‬


ِ ُ‫علَى ا َ ْنف‬
َ َ‫َويُ ْؤ ِث ُر ْون‬

Dan mereka mengutamakan (para Muhajirin) atas diri mereka sendiri,


sekalipun mereka memiliki keperluan mendesak

o Al-hubb adalah al-Mawaddah

Al-Mawaddah adalah kata yang lebih sering kita dengar khususnya dalam
momen-momen pernikahan. Ya, kata al-mawaddah memang memiliki arti cinta
sebagaimana al-hubb. Sebagaimana dalam asmaul husna disebutkan bahwa
Allah memiliki sifat al-waduud yang artinya Maha Mencintai. Dari sini bisa kita
simpulkan bahwa cinta dalam al-mawaddah ini adalah bentuk cinta yang besar
dan agung, yakni seperti cinta Allah kepada hamba yang bertakwa. Contohnya
pada QS. Ali Imron ayat 31:

‫هللا فَات ِبعُ ْونِي يُ ْح ِب ْبكُ ُم هللاُ َويَ ْغف ِْر لَكُ ْم ذُن ُ ْوبَكُ ْم‬
َ َ‫قُ ْل ا ِْن كُت ْنت ُ ْم تُحِ بُّ ْون‬

Katakanlah (wahai Nabi Muhammad saw.): “Jika kamu mencintai Allah, maka
ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu”

Kata al-hubb atau al-mahabbah seringkali ditafsirkan dengan makna


keinginan atau al-irodah (‫)االرادة‬. Menurut Imam al-Ashfahani pendapat ini
kurang tepat. Menurut beliau cinta itu tidak sama dengan keinginan. Karena
dalam cinta pasti ada keinginan sedangkan dalam keinginan tidak ada selalu
ada cinta.

Keharusan mengungkapkan rasa cinta kepada saudaranya karena Allah

Cinta karena Allah adalah ketika kita mencintai seseorang, karena dia mencintai Allah.
Karenanya semakin bertambah ketaatan dia kepada Allah maka bertambah pula
kecintaan kita kepadanya. Kecintaan seperti ini termasuk dari amalan yang paling utama,
dan dia merupakan konsokuensi dari kecintaan kepada Allah. Karena di antara bentuk
kesempurnaan cinta kepada Allah adalah mencintai siapa saja yang Allah cintai dan
mencintai siapa saja yang mencintai Allah. Sementara kaum muslimin secara umum
merupakan kaum yang mencintai Allah dan Allah juga mencintai mereka, karenanya
seorang muslim wajib mencintai kaum muslimin yang lain sebagai keharusan dari cinta
dia kepada Allah.

Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

‫ََل يُؤْ ِم ُن أ َ َح ُدكُ ْم َحتَّى يُحِ بَّ ِِلَخِ ي ِه َما يُحِ بُّ ِلنَ ْف ِس ِه‬
“Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya
sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari Habib bin ‘Ubaid, dari Miqdam ibnu Ma’dy Kariba –dan Habib menjumpai Miqdam
ibnu Ma’di Kariba-, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫ب أ َ َح ُد ُك ْم أَخَاهُ فَ ْليُ ْع ِل ْمهُ أَنَّهُ أ َ َحبَّه‬


َّ ‫إِذَا أ َ َح‬
“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu
saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no.
421/542, shahih kata Syaikh Al Albani)

Dari Mujahid berkata,

‫ أما‬:‫ قال‬.‫لقيني رجل من أصحاب النبي صلى هللا عليه وسلم فأخذ بمنكبي من ورائي‬
‫ أحبك هللا الذي أحببتني‬: ‫ قال‬.‫إني أحبّك‬
‫ ” “إذا أحب الرجل الرجل‬:‫ لوَل أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬: ‫ فقال‬.‫له‬
‫ أما إن عندنا‬:‫ قال‬.‫ ثم أخذ يعرض علي الخطبة‬:‫ قال‬.‫ ما أخبرتك‬.”‫فليخبره أنه أحبه‬
‫ أما إنها عوراء‬،‫جارية‬
“Ada salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu denganku lalu ia
memegang pundakku dari belakang dan berkata,

‫أما إني أحبّك‬


“Sungguh saya mencintaimu.”

Dia lalu berkata,


‫أحبك هللا الذي أحببتني له‬
“Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu.”

Dia berkata, “Kalau sekiranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bersabda,
“Jika seorang pria mencintai saudaranya hendaklah dia memberi tahu bahwa dia
mencintainya“, maka tentulah ucapanku tadi tidak kuberitahukan kepadamu.”

Dia lalu menyodorkan sebuah lamaran kepadaku sambil berkata,


“Kami memiliki seorang budak perempuan dia buta sebelah matanya (silakan engkau
mengambilnya).”
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod 422/543. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan shahih).

Inilah ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling mencintai. Ketika kita mencintai
saudara kita karena Allah, maka ungkapkanlah cinta tersebut dengan mengatakan, “Inni
uhibbuk” atau “Inni uhibbuk fillah”. Lalu ketika saudaranya mendengar, maka balaslah
dengan mengucapkan “ahabbakallahu alladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah yang
membuatmu mencintaiku turut mencintaimu). Dan ini menunjukkan hendaknya cinta dan
benci pada orang lain dibangun karena Allah, bukan karena maksud dunia semata.
Ibnu ‘Abbas berkata,
‫ فإنما تنال‬،‫ وعادى في هللا‬،‫ ووالى في هللا‬،‫ وأبغض في هللا‬،‫من أحب في هللا‬
‫ ولن يجد عبد طعم اإليمان وإن كثرت صالته وصومه حتى‬،‫وَلية هللا بذلك‬
‫ وذلك َل‬،‫ وقد صارت عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا‬.‫يكون كذلك‬
.‫يجدي على أهله شيئا‬
“Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba
tidak adakn bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan
puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan
seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu
tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab
Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi)

Al Hasan Al Bashri berkata,

َّ
، ‫إن أحبَّ عبا ِد هللا إلى هللا الذين يُحببون هللا إلى عباده ويُحببون عباد هللا إلى هللا‬
‫ويسعون في اِلرض بالنصيحة‬
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat
hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi
nasehat pada orang lain.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 224).

Keutamaan mencintai karena Allah

Kecintaan karena Allah ini adalah kecintaan yang murni karena Allah, kecintaan yang
tidak didasari oleh maksud-maksud duniawiah. Karenanya Allah Ta’ala membalas
orang-orang yang saling mencintai karena Allah dengan memberikan kepada mereka
naungan dari teriknya matahari di padang mahsyar kelak di hari kiamat.

Faedah yang dapat kita petik dari pelajaran kali ini.

1. Keutamaan mencintai seseorang karena Allah dan besarnya pahala yang akan
di dapat pada hari kiamat.
2. Bahwasanya (mencintai karena Allah) merupakan sebab untuk mendapatkan
kecintaan Allah Ta’ala.

Semoga kita bisa saling mencintai karena Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai