َأ َ
َّما َب ْع ُد، ان ِإلى َي ْو ِم الدِّ ْي ِن
ٍ سَ َو َمنْ ت ِب َع ُه ْم بِِإ ْح، َص ْح ِب ِه َأ ْجـ َم ِع ْين
َ َ ـح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َو
َ َن ِب ِّي َنا َو َح ِب ْي ِب َنا ُم، َسلِ ْين
َ َوالـ ُم ْر
Latin:
Pembuka Ceramah
Di antara makna dan pengertian adab yang sangat mudah dipahami adalah majmū’atun min
makārimil akhlāq. Artinya, adab adalah sebuah istilah yang mencakup seluruh akhlak mulia,
tata krama, budi pekerti luhur, dan perilaku yang baik.
Maka insan adabi adalah orang yang mempelajari sifat-sifat dan akhlak terpuji yang
diajarkan dalam al-Quran dan Sunnah, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun terkadang, beberapa ayat dan hadits yang berkaitan tentang adab seroang muslim,
meskipun itu viral dan masyhur di tengah masyrakat, seakan-akan, pelajaran dan
hikmahnya malah dilupakan begitu saja. Sehingga ada beberapa adab yang diabaikan,
khususnya pada hari lebaran. Berikut ini di antara fenomena adab yang terlupakan di hari
raya Idul Fitri.
Maka dari itu, Ramadhan mengajarkan kepada kita semua tentang keutamaan menahan
lapar dan dahaga. Dari puasa sebulan penuh, kita belajar agar tidak berlebihan saat makan
dan minum.
Namun sayangnya, pesan yang sangat penting dari bulan Ramadhan ini, seakan tidak
diindahkan. Sehingga di hari lebaran tanggal 1 Syawal dan seterusnya, orang yang memang
hobinya banyak makan dan minum, kembali berfoya-foya.
Apalagi di momen hari raya Idul Fitri, ada banyak menu yang dihidangkan. Seakan-akan
menjadi menjadi ‘kesempan emas’ untuk ‘balas dendam.’
Inilah fenomena adab yang terlupakan di hari lebaran: makan dan minum secukupnya.
Sebab dalam al-Quran, secara gamblang kita dilarang makan dan minum berlebih-lebihan.
Yā banī ādama khużụ zīnatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulụ wasyrabụ wa lā tusrifụ, innahụ
lā yuḥibbul-musrifīn
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Di antara contoh kemaksiatan yang sering kali terjadi di hari raya Idul Fithri: bersalaman
dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Padahal, selain menundukkan pandangan agar tidak jatuh pada zina hati, seorang muslim
dan muslimah yang beradab, tidak mungkin melakukan kontak fisik dengan mereka yang
bukan mahram.
Namun terkadang, lantaran sepupu masih dianggap sebagai saudara karena ia adalah anak
dari paman atau bibi, sebagian masyarakat mengira bahwa sepupu adalah mahram
sehingga diperbolehkan bersentuhan saat berjabat tangan. Terkecuali jika sepupu itu adalah
saudara sepersusuan. Itu jelas mahram abadi.
Adapun anggota keluarga lainnya yang kerap dianggap sebagai mahram padahal bukan
adalah istri atau suami dari paman atau bibi kita.
Maka dari itu, sangat penting sekali bagi kita semua mempelajari lagi skema mahram dalam
tinjauan syariat Islam. Agar tidak salah dalam berjabat tangan. Karena ancaman bersalaman
dengan non-mahram sangat berat.
“Seandainya kepala seseorang kalian ditusuk dengan jarum yang terbuat dari besi itu lebih
baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Imam ath-Thabrani
dalam al-Mujam al-Kabir no.486, 487 dan ar-Ruyani dalam Musnad-nya, 2/227)
Pembicaraan ngalor-ngidul tidak berfaidah. Bahkan tak jarang, terselip unsur perundungan
atau bullying kepada sebagian orang. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallama
bersabda,
Baik laki-laki atau perempuan, muslim dan muslimah, harus saling menjaga diri agar tidak
menjadi fitnah bagi lawan jenis.
Pada umumnya, fitnah antar lawan jenis sering kali diawali dari pandangan yang tidak
terkontrol. Karena mata adalah duta hati.
Ibarat kata pepatah, dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati.
Dan salah satu bencana terbesar dalam sebuah percintaan adalah butanya mata hati.
“Kecintaanmu pada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli.” (HR. Abu Daud No. 5130.
Hadits ini sanadnya dha’if)
Seseorang yang sudah mempunyai pasangan yang sah, gegara tidak pandai menjaga
perasaan, dan itu disebabkan karena tidak pandai menundukkan pandangan, nekat
melakukan perselingkuhan.
Sudah banyak kasus terjadi. Kasus perceraian kian marak, justru bermula dari momen reuni
saat lebaran. Wal ‘iyādzu billāh.
Maka dari itu, demi mencegah terjadinya kemakisatan yang besar, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallama, memberi peringatan kepada kita semua, bahwa “Mata itu berzina, hati
juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan
membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau
mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad no. 8356)
Semoga pembahasan ini menjadi bekal bagi kita semua dalam menyambut hari lebaran hari
raya Idul Fitri tahun ini. Dan mudah-mudah Allah senantiasa melindungi kita dari perilaku
dan akhlak yang buruk. Amin. Wallāhul muwaffiq ilā aqwamith tharīq.