Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu pendidikan islam, sebagai tawaran alternatif, muncul dalam waktu


yang masih relatif pendek. Munculnya terminologi al-tarbiyah dan al-ta’dib dan
al-ta’lim yang menunjuk pada arti pendidikan islam sebagai suatu sistem
misalnya, baru terjadi pada awal abad keduapuluh. Munculnya terminologi ini
sejalan dengan munculnya gerakan-gerakan pembaharuan islam di negri-negri
Arab.

Sebagai salah satu bidang studi islam yang baru, ilmu pendidikan islam
masih terus mengalami perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan serta dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat ilmiah. Diakui bahwa saat ini ilmu
pendidikan islam sudah hadir ditengah-tengah masyarakat, namun keadaannya
masih banyak mengandung kelemahan, baik dari segi cakupan pembahasannya,
analisis, maupun sistematikanya.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Pendidik ?
2. Bagaimana Perspektif Pendidik dalam Al-Qur’an dan Hadis?
3. Bagaimana Tugas dan Kepribadian Pendidik dalam Pendidikan Islam?
4. Apa syarat menjadi Pendidik?
5. Apa pengertian Peserta Didik?
6. Apa Tugas dan Kewajiban Peserta Didik?
7. Apa Hakikat Pendidik?
8. Apa Hakikat Anak Didik?

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pendidik
2. Untuk mengetahui pengertian dari Anak Didik
3. Untuk mengetahui Hakikat Pendidik
4. Untuk mengetahui Hakikat Anak Didik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Pendidik

1. Pengertian Pendidik

Kata pendidik berasal dari kata didik artinya memelihara, merawat dan
memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang
diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya
dengan menambahkan awalan pe- hingga menjadi pendidik, artinya orang yang
mendidik. Dalam bahasa Arab pendidik diartikan dalam berbagai istilah seperti
kata almualim (guru), murabbi (mendidik), mudarris (pengajar) dan ustadz.
Pendidikan adalah suatu bentuk interaksi manusia. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, pendidik artinya orang yang mendidik.Dalam bahasa Inggris
ada beberapa kata yang berdekatan arti pendidik seperti kata teacher artinya
pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, di pusat-pusat pelatihan disebut
sebagai trainer atau instruktur. Menurut pendapat lain pendidik adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,
mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan
bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri
Pendidik dapat pula berarti orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak.1.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidik
dalam Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan mempengaruhi
jiwa serta rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan jasmaniah, pengetahuan,
keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya perkembangan seluruh potensi
yang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran Islam
sehingga menjadi insan yang berakhlakul karimah.

1
Azizah Hanum,Filsafat Pendidikan Islam, (Medan: Rayyan Press, 2017), h. 70

2
2. Hakikat Pendidik

Hakikat pendidik sebagai manusia yang memahami ilmu pengetahuan


sudah barang tentu dan menjadi sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan
ilmu itu kepada orang lain demi kemaslahatan ummat. Hakikat pendidik
ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq (96) ayat 1-5 yang artinya : “Bacalah
dengan menyebut nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya

Jika ditinjau secara umum pendidik dalam pendidikan Islam kaitannya


lebih luas dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam, adapun pendidik
dalam pendidikan Islam yaitu :

 Allah SWT, dari berbagai ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang


kedudukan Allah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman
yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW.
 Nabi Muhammad SAW, Kedudukan Rasulullah SAW sebagai pendidik
ditunjuk langsung oleh Allah SWT, sebagai teladan bagi ummat dan
rahmat bagi seluruh alam. Dari sejarahnya, Beliau dikenal sebagai
manusia yang paling berakhlak dan dipatuhi sehingga dalam masa
kehidupannya sukses mendidik generasi-generasi Islam.
 Orang Tua, memiliki peran yang sangat penting yang berperan sebagai
sebagai pembimbing dalam lingkungan keluarga disebabkan karena secara
alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah
ayah dan ibunya. Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani,
tanggung jawab terbesar pendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul
oleh orang tua anak, karena orang tualah yang menentukan pola
pembinaan pertama bagi anak.
 . Guru, merupakan suri teladan kedua setelah orang tua. Guru sejatinya
adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu, serta
mampu mentransferkan kebiasaan dan pengetahuan pada muridnya dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik. Guru yang

3
bekerja sebagai tenaga pengajar adalah elemen yang terpenting dan ikut
bertanggung jawab dalam proses pendewasaan bagi anak didik tersebut..
Oleh karena itu, setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian yang akan
dicontoh dan diteladani oleh anak didik, baik secara sengaja maupun tidak.

3. Pendidik dalam Al-Qur’an dan Hadis

Dalam Al-Qur’an ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah


memposisikan pendidik pada tempat terhormat. Seperti Firman Allah SWT
sebagai berikut :

ۖ ‫َّللاُ لَ ُك ْم‬ َ ‫س ُحوا ِفي ْال َم َجا ِل ِس فَا ْف‬


َ ‫س ُحوا َي ْف‬
‫سح ِ ه‬ ‫َيا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ِإذَا ِقي َل لَ ُك ْم تَفَ ه‬

‫َّللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِير‬ ٍ ‫َّللاُ الهذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالهذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬
‫ت ۚ َو ه‬ ُ ‫َوإِذَا قِي َل ا ْن‬
ُ ‫ش ُزوا فَا ْن‬
‫ش ُزوا يَ ْرفَعِ ه‬

Arti: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Selain dari ayat diatas juga terdapat Hadis
Nabi Muhammad Saw sebagai berikut

ِ َ‫ا ْلعُلُ َما ُء َو َرثَةُ اْأل َ ْن ِبي‬


‫اء‬

“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda
radhiallahu ‘anhu)2,

4 .Tugas dan Kepribadian Pendidik dalam Pendidikan Islam


Pada hakikatnya mendidik bukan hanya merupakan tugas profesional atau
pekerjaan yang bertujuaan menghasilkan pundi-pundi uang untk kelangsungan
hidup pendidik, melainkan panggilan ilahi sebagai perwujudan pengabdian
seorang hamba kepada Allah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik tentu dibutuhan karakter atau kepribadian yang utama aagar peserta
didik termotivasi dalam belajar dan akhirnya mengaplikasikan segala ilmu yang
didapat dari pendidik dalam kehidupan sehari-hari.

2
Ibid,h.80

4
Alghazali dalam Ihya’ulum al-din menuliskan delapan hal yang peru diperhatikan
oleh pendidik yaitu :

 Mengasihi murid seperi mengasihi anak sendiri


 Mendidik murid tanpa pamrih, hal ini karena meneladani dan mengikuti
jejak Rasul.
 Selalu memberikan nasihat kepada murid
 Membina akhlaq murid dengan cara yang leamah lembut
 Menghargai da tidak meremehkan bidang imu lain,
 Memberikan materi sesuai dengan kemampuan murid
 Mempelajari kejiwaan murid
 Mengamalkan ilmu yang dimiliki

5. Syarat pendidik
Ada pemikiran yang atut diperbincangkan disini berkaitan dengan guru. UU
Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 merupakan legalitas formal yang
mengakui Guru sebagai jabatan profesional dan bermartabat.
Jika guru merupakan jabatan profesional, harus ada kulifikasi dan kode
etik yang baku harus ditaati oleh semua guru dan masyarakat. Setiap oraang
yang menjadi guru haruus melalui jalur pendidikan khusus yang meencetak
guru-guru profesional atau paling tdak mereka harus luus training di
lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) yang diakui.
Kode Etik Pendidik
 Hendaklah ia mengikhlasan niatnya dalam mengjar semta-mata untuk
mengharap keridoan Allah SWT.
 Hendaklah seorang pendidik berakhlaq mulia sebagi mana yang dijelaskan
dalam hukum syara’ dan dianjurkan olehnya serta bersifat terpuji dan
disukai seperti berzuhud didunia, membatasi keinginan dunia, tidak susah
jika kenikmatan dunia luput darinya.
 Waspada dari sifat dengki, riya, angkuh, menghina manusia, meskipun
manusia tersebut lbih rendah derajatnya darinya.
 Hendaknya ia senantiasa bertasbih, bertahlil, dan zikir-zikir lainnya serta
berbagai doa dan berbagai adab-adab syari’at
 Hendaklah ia senantiasa merasakan kehadiran Allah SWT baik dalam

5
Kesunyian maupun keramaian, senantisa menghapal Al-Qur’an,
mengerjakan shalat-shlat sunnah, puasa dan lain sebaginya, menyerahkan
segala urusannya kepada Allah SWT, bergantung kepadanya berserah diri
dalam segala keadaan.
 Janganlah ia menghinakan dan merendahkan ilmu, jangan pula ia
berkunjung membawa ilmu dan memamerkannya di tempat ia menuntut
ilmu.
 Diantaranya juga jika ia melakukan perbuatan yang benar dan dibolehkan
namun kelihatan secara lahir perbuatan itu adalah haram atau makruh atau
merendahkan marwahnya dan lain sebagainya, maka hendaklah ia
memberitakan kepada sahabat-sahabatnya atau orang yang melihatnya
agar mereka mengetahu hakikat dan perbuatannya, agar mereka tidak salah
paham melakukan dosa dengan dugaan mereka yang salah. 3

B. Pengertian dan Hakikat Anak Didik

1. Pengertian Anak Didik

Anak didik menurut etimologi berasal dari bahasa Bahasa Inggris: student
artinya murid, dan berasal Bahasa Arab: tilmidz jamaknya talamidz artinya
murid, thalib al-ilm artinya menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa.
Sedangkan dilihat dari kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang
berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-
masing. Meraka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju
kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.4

Anak didik atau peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Peserta didik
merupakan “ Raw Material” (Bahan Mentah) dalam proses transformasi dan
internalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk melihat signifikasinya
dalam menemukan keberhasilan sebuah proses. Peserta didik adalah makhluk
individu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang sesuai

3
Usiono,filsafat Pendidiikan Islam, (Medan : Perdana Publishing,2018)h.91-98.
4
Ibid, h.115

6
dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik sebagai komponen yang tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan
sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan obyek pendidikan
tersebut.5

Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang


belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Jadi secara sederhana peserta didik dapat didefinisikan
sebagai individu yang belum memiliki kedewasaan dan memerlukan orang lain
untuk mendidiknya sehingga menjadi individu yang dewasa, memiliki jiwa
spiritual, aktifitas dan kreatifitas sendiri. Dengan demikian peserta didik adalah
individu yang memiliki potensi untuk berkembang, dan mereka berusaha
mengembangkan potensinya itu melalui proses pendidikan pada jalur dan jenis
pendidikan tertentu.

2. Hakikat Anak Didik

Anak didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan,


tanpanya proses pendidikan tidak akan terlaksana. Anak didik merupakan subjek
dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk
membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta
membimbingnya menuju kedewasaan. Karena seorang anak didik yang ingin
mendapatkan ilmu itu memerlukan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dari
orang lain (seorang pendidik), maka muncul pula etika pergaulan yang baik yang
harus dilakukan oleh seorang anak didik kepada pendidiknya. Hadis Rasulullah
yang diriwayatkan Muslim, yang artinya “tidaklah anak yang dilahirkan itu
kecuali telah membawa keadaan fitrah (potensi),maka kedua orang tuanyalah
yang menentukan apakah anak itu akan menjadi Yahudi,Nasrani, atau Majusi.”6

5
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam : Rancang Bangun Konsep Pendidikan
Monokotomik-Holistik,(Yogyakarta : Arruzz Media, 2017),h. 127
6
Ibid, hal. 39

7
Firman Allah SWT Q.S.Ar-Rum ,ayat 30:

‫ٱلدينُ ۡٱلقَ ِي ُم َولَ ِك هن‬


ِ َ‫ٱَّللِ ذَلِك‬
ۚ‫ق ه‬ ِ ‫اس َعلَ ۡي َه ۚا ََل ت َۡبدِي َل ِلخ َۡل‬
َ ‫ط َر ٱلنه‬ ‫ِين َحنِ ٗيف ۚا فِ ۡط َرتَ ه‬
َ َ‫ٱَّللِ ٱلهتِي ف‬ ِ ‫فَأَقِ ۡم َو ۡج َهكَ ِللد‬
ِ ‫أَ ۡكث َ َر ٱلنه‬
َ‫اس ََل َيعۡ َل ُمون‬

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.

Salah satu kandungan isi wahyu diatas menunjukkan bahwa disatu sisi
manusia itu lahir membawa fitrah (potensi), sedaangkan disisi lain potensi itu
dapat berkembang dan akan berkembang sesuai dengan respon yang diterimanya
atau ikhtiar pengembangan yang dilakukan, dalam hal ini antara lain melalui
pendidik.Dalil diatas juga mengisyaratkan bahwa fitrah (potensi) akan
berkembang jika ada yang mengembangkannya. Menurutajaran Islam, orang yang
berkewajiba mengembangkan fitrah manusia itu adalah pendidik

Potensi merupakan kemampuan dasar yang dimiliki anak didik, dan tidak
akan tumbuh atau berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik Asma
Hsan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu ;

1. Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa
yang sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang
tidah sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih. Kebersihan hati tersebut
dapat dilakukan dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tercela,
seperti dengki, benci, hassut, takabbur, menipu, berbangga-bangga, dan memuji
diri yang selanjutnya diikiuti dengan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia
seperti bersikap benar, taqwa, ikhlas zuhud, merendahkan diri dan ridha.

2. Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka
menghiasi jiwa dengan dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada tuahn,
dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.

3. Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia
pergi merantau. Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi ke tempat yang jauh

8
untuk memperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu.
Demikian pula ia dinasihatkan agar tidak sering menukar-nukar guru. Jika keadan
menghendaki sebaiknya ia dapat menanti sampai dua bulan sebelum menukar
seorang guru.

4. Seorang pelajar wajib menghoramati guru dan berusaha agar senantiasa


memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacam-macam cara.

Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada


Allah SWT, maka belajar termasuk ibadah. Dengan dasar pemikiran ini, maka
Imam Al-Ghozali menyatakan bahwa seorang murid yang baik, adalah murid
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dan
sifat-sifat yang tercela lainnya.

b. Seorang murid yang baik, juga harus menjauhkan diri dari persoalan-persoalan
duniawi, mengurangi keterkaitan dengan dunia, karena keterkaitan kepada dunia
dan masalah-masalahnya dapat mengganggu lancarnya pengusaan ilmu.

c. Seorang murid yang baik hendaknya bersikap rendah hati dan tawadhu.
Sikapini begitu ditekankan oleh Al-Ghozali.

d. Khusus terhadap murid yang baru hendaknya jangan mempelajari ilmu-ilmu


yang saling berlawanan, atau pendapat yang saling berlawanan atau bertentangan.

e. Seorang murid yang baik hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib.


Pengetahuan yang menyangkut berbagai segi (aspek) lebih baik daripada
pengetahuan yang menyangkut hanya satu segi saja.

f. Seorang murid yang baik hendaknya mempelajari ilmu secara bertahap.


Seorang murid dinasehatkan agar tidak mendalamiilmu secara sekaligus, tetapi
memulai dariilmu-ilmu agama dan menguasainya dengan sempurna.

g. Seorang murid hendaknya tidak mempelajari satu disiplin ilmu sebelum


mengusai disiplin ilmu sebelumnya.

9
h. Seorang murid hendaknya juga mengenal nilai setiap ilmu yang dipelajarinya.
Kelebihan darimasing-masing ilmu serta hhasil-hasilnya yang mungkin dicapai
hendaknya dipelajarinya dengan baik.

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:

1.Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,


sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang dewasa.
Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi
segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya.

2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan


itu semaksimal mungkin. Terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan
dalam dua kategori, yaitu: pertama, kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic
needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut
memiliki (sosial), dan harga diri; kedua, metakebutuhan-metakebutuhan (meta
needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan,
kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun
demikian, masih ada kebutuhan lan yang tidak terjangkau kelima hierarki
kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang
melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha
dari Allah SWT.

3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,
baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan
sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai
makhlukmonopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari
banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).

4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam

10
pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.

5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam


mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam
pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan
pola dan tempo, serta irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan
peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya, karena
usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat
peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.

Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknya


memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya.
Diantara sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan
keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah,
tidak mudah putus asa dan sebagainya. Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam
Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-
sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu:

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak
yang baik dan meninggalkan yang buruk.

2. Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi dan


sebaliknya.

3. Bersifat tawadhu’ (rendah hati).

4. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.

5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.

6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah
menuju pelajaran yang lebih sulit.

7. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang
lainnya.

11
8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari

9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

Dari penjelasan-penjelasan diatas menerangkan bahwa pada hakikatnya


anak didik merupakan komponen penting dalam pendidikan, karena selain
menjadi objek, anak didik juga merupakan subjek dalam pendidikan. Oleh sebab
itu proses pembelajaran atau pendidikan tidak akan terlaksana tanpa adanya anak
didik. Dan merupakan keharusan untuk memahami sifat dan karakter anak didik
supaya dalam proses pendidikan akan berjalan sesuai harapan dan dapat
tercapainya tujuan dari pendidikan yang diinginkan.

3 . Tugas dan kewajiban peserta didik

Menurut Imam Alghazali bahwa seorang peserta didik memiliki beberapa tugas
zahir ( nyata) yang harus ia lakukan yaitu :

 Berjiwa bersih, yaitu mendahulukan penyucian jiwa dari pada akhlaq yang
hina dan sifat-sifat terela karena, ilmu meruakan ibadah hati, solatnya
jiwa, dan pendekatan bathin kepada Allah.
 Menjauhkan diri dari persoalan-persoalan dunia yaitu mengurangi
keterkaitannya dengan kesibukan duniawi karena hal ini dapat
menyibukkan dan memalingkan.
 Bersifat rendah hat dan tidak mnentang guru, yaitu tidak sombong an
sewenang-wenang terhadap guru
 Orang yang menekuni ilmu pada tahapa awal harus menjaga diri dari
mendengarkan perselisihan dianatara banyak orang
 Tidak mengabaikan salahsatu dari ilmu yang terpiji, yaitu seorang
penuntut ilmu tidak meninggalkan satu abanag pun dari ilmu terpuji.
 Mengkaji ilmu secara bertahap, yaitu tidak sekaligus menekuni
bermacam-macam cabang ilmu, melainkan memperhatikan urutan-uutab
dan memulai dari yang paling penting.
 Hendaknya ia tidak memasuki sebuah cabang ilmu kecuali jika telah
menguasai cabang ilmu yang sebelumnya, karena ilmu itu tersusun rapi
seara berurutan.

12
 Hendajlah seorang penuntut ilmu mengetahui faktor penyebab yang
dengan pengetaguan itu ia dapat mengetahui ilmu yang ebih mulia.
 Hendaknya tujuan seorang peerta didik dalam menuntut ilmu didunia
untuk menghiasi diri dan mempercantik batin dengan keutamaan,
sedangkan diakhirat nanti untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
meningkatkan diri agar dapat berdekatan dengana makhluk tertinggi dari
kalangan malaikat dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah
 Mengetahui kaitan ilmu-ilmu itu dengan tujuannya.

4. Dimensi peserta didik terhadap materi pendidikan

Zakiyah Daradjat membagi manusia kepada tujuh dimensi pokok yang


masing-masingnya dapat dibagi kepada dimensi-dimensi kecil. Ketujuh dimensi
tersebut aantara lain:

 Dimensi fisik (jasmani)


Aspek jasmani memiliki dua unsur, yaitu unsur kongkret berupa tubuh
kasar yang tamapak dan unsur abstrak berupa nyawa yang menjadi
summber kehidupan tubuh. Aspek abstrak jasmani inilah yang mampu
berinterksi dengan aspek ruhani manusia.
 Dimensi akal (intelektual)
Dalam dunia pendidikan, fungsi kemampuan akal dari otak peserta didik
dikenal dengan istilah kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition
yang sama dengan knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti luas,
kognisi adalah perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan. Kognitif
sebagai salah satu peranan psikologis yang berpusat diotak meliputi
(makhluk yang beragama). Berdasarkan hasil riset mengatakan hampir
seluruh psikolog sependapat bahwa pada diri manusia terdapat semacam
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.
 Dimensi keberagaman (emosi dan spiritual)
Manusi adalah makhluk yang berketuhanan atau disebut homodivinous
(makhluk yang percaya kepada tuhan) atau disebut homoreligious
keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi

13
kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan
kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut meruoakan kebutuhan
kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai tuhan.
Dalam pandangan Islam, sejak lahir mnusia telah mempunyai jiwa agama,
yaitu jiwa yang mengakui adnya zat yang maha pencipta dan maha mutlak
yaitu, Allah. Sejak didalam ruh, manusia telah mempunyai komitmen
bahwa Allah adalah tuhannya.
 Dimensi akhlaq (etika)
Pendidikan akhlak yang mulia merupakan tujuan utama pendidikan.
 Dimensi ruhani (kejiwaan)
Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat penting dan
memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat
hidup sehat, tentram, dan bahagia.
 Dimensi seni (estetika)
Seni adalah ekspresi ruh dan berdaya manusia yang mengandung dan
mengungkapkan keindahan. Seni merupakan bagian dai hidup manusia.
 Dimensi sosial
seorang manusia adalah makhluk individual dan secara bersamaan adalah
makhluk sosial. Keserasian anatara individu dan masyarkat tidak
mempunyai kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan idndividu7.

5. Perkembangan peserta didik

a) Periode sekolah dasar (SD)


Dalam psikologi perkembangan, usia peserta didik di SD berada dalam
periode late childhood (akhir masa kanak-kanak), kira-kira berada dalam
rentang usia antara 6/7 tahun sampai tiba saatnya anak menjadi matang
sear biologis sekitar usia 13 tahun.
Karakteristik masa akhir kanak-kanak biasa diidentikkan dengan sebutan-
sebutan untuk menandai kecenderungan umum yang terjadi pada masa ini.
Misalnya, usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia bertengkar, usia
kelompok, usia penyesuian diri, usia kreatif dan kritis, serta usia bermain.

7
Ibid, h. 131-140

14
b) Peiode sekolah menengah pertama (SMP)
Menurut piaget anak-anak SMP, yaitu usia 11-15 tahun berada pada
periode formal operasinal. Peserta didik pada tahap formal operasional
dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan
dimasa mendatang dan membuat rancangan dimasa depan.
c) Periode sekolah menengah atas (SMA)
Remaja mulai merasa bahwa pemecahan masalah merupakan piihan
pribadi, bukan pendapat orang tua. Meskipun masalah tersebut merupakan
perkembangan yang normal, bukan merupakan suatu ancaman terhadap
hubungan antara orangtua dan anak.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidik merupakan seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tertentu


dan mengajarkannya kepada orang lain atau anak didik, dan juga
merupakan orang yang mempunyai tanggung jawab dan mempengaruhi jiwa serta
rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan jasmaniah, pengetahuan,
keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya perkembangan seluruh potensi
yang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran Islam
sehingga menjadi insan yang berakhlakul karimah.

Anak didik merupakan salah satu unsur terpenting bagi terlaksananya


kegiatan pendidikan. Sebab ia merupakan obyek dan sekaligus subyek serta mitra
pendidikan, sehingga sehebat dan selengkap apapun unsur-unsur lainnya,
jika anak didik tidak ada atau tidak dipedulikan, maka dapat dipastikan kegiatan
pendidikan tidak dapat terlaksana dan berjalan dengan
baik. Anak didik merupakan orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik
secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan
potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik. Pendidikan
merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap anak didik
menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat
berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan anak didik utuk di
didik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi, dan Novan Ardi Wiyani.2017. Ilmu Pendidikan Islam : Rancang


Bangun Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik. Yogyakarta : Arruzz Media .
Hanum, Azizah. 2017. Filsafat Pendidikan Islam. Medan: Rayyan Press.
Usiono.2018. Filsafat Pendidikan Islam. Medan : Perdana Publishing

17

Anda mungkin juga menyukai