Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an adalah firman Allah yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril untuk dijadikan hidayah bagi
seluruh umat manusia. Dan pada dasarnya Ia menyeru manusia kepada
keutamaan akhlak dan menunjukkan dimana letak kebaikan dalam
kehidupan pribadi dan kemasyarakatan. Dengan demikian dapat
mengantarkan manusia pada jalan kesempurnaan insan, sehingga manusia
dapat merealisasikan kebahagiaan bagi dirinya baik di dunia dan akhirat.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al - Isra’ ayat 9 :

‫ين‬ ِ َّ ِ‫آن ي هْ ِد ي لِ لَّ يِت ِه ي َأقْو م و ي ب ِّش ر الْم ِم ن‬ ُ ‫ِإ َّن َٰه َذ ا ال‬
َ ‫ني ال ذ‬
َ ‫َ َ ُ َ ُ َ ُ ُ ْؤ‬ َ َ ‫ْق ْر‬
‫َأج ًر ا َك بِ ًري ا‬ َّ ‫ات‬
ْ ‫َأن هَلُ ْم‬ ِ ‫الص ا حِل‬
َ َّ ‫ون‬ َ ُ‫ْم ل‬
َ ‫َي ع‬
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,

Disamping itu, Al-Qur’an juga memberi petunjuk kepada manusia


untuk memikirkan tentang dirinya sendiri, karena pengetahuan manusia
akan dirinya itu membantu dalam mengendalikannya hawa nafsu.
Manusia dengan akal dan fikirannya bisa membedakannya antara
perbuatan yang baik dan yang buruk. Dengan demikian manusia adalah
makhluk yang berpengertian dan berkesadaran, makhluk yang
berkebudayaan dan berperadaban.
Kesadaran dan tingkah laku manusia, diakui berasal dari jiwa kita
dalam tatanan sosial Islam jiwa manusia juga bersih dari penyakit dan
dihiasi dengan akhlak yang baik menjadi dasar tegaknya masyarakat yang
Islami. kita tahu, kehidupan yang aman sejahtera dan penuh cinta tidak akan
terwujud apabila jiwa manusia di dalamnya dipenuhi penyakit.

1
alah satu penyakit hati yang ada pada manusia adalah”HASAD” yang
berarti iri hati atau dengki. Sifat ini juga merupakan penyakit rohani (batin)
yang dapat membahayakan jika menjangkit hati manusia. Ia akan
menimbulkan bahaya (mudlarat) yang luar biasa bagi diri sendiri dan orang
lain.
Bahkan sifat ini dapat merusak amal-amal yang telah di lakukan
manusia serta dapat menyeret manusia kepada kehinaan di akhirat,
meskipun hasad itu hanya seberat biji atau benda yang paling kecil ,
diharamkan baginya untuk surga dan mengakibatkan seseorang masuk
neraka.
Haramnya Hasad telah ditetapkan dalam al-Qur’an.yang merupakan
sifat-sifat orang kafir, munafik dan lemah imannya, sifat orang yang tidak
ingin berterima kasih terhadap saudaranya seagama yang telah mendapat
nikmat dari Allah.
Allah berfirman :
‫ب لَ ْو َي ُر ُّدو َن ُك ْم مِنْ َبعْ ِد ِإي َما ِن ُك ْم ُك َّفارً ا َح َس ًدا مِنْ عِ ْن ِد َأ ْنفُسِ ِه ْم مِنْ َبعْ ِد‬
ِ ‫َو َّد َكثِي ٌر مِنْ َأهْ ِل ْال ِك َتا‬
.....‫َما َت َبي ََّن لَ ُه ُم ْال َح ُّق‬
“Sebagaimana besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu pada kekafiran setelah kamu beriman karenah dengki
yang timbul dari mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenarannya.”

Banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan masalah-masalah


yang ada kaitannya dengan hasad, demikian pula halnya dengan hadits
Nabi, juga banyak pula terdapat penjelasan-penjelasan beliau tentang
masalah dengki akan tetapi kajian ini terfokus pada penafsiran para ulama’
yang telah di paparkan dalam al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah yang lain dalam surat al-Hasyr ayat 7:

‫و َما َءاتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد‬......
َ
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬

2
“…apa yang diberikan Rasul kepada kamu, terimalah dan apa-apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya”.
Ayat yang ditulis diatas, yakni bahwasannya apa yang diperintahkan
Nabi, maka wajib ditaati dan apa yang dilarang oleh-Nya wajib untuk
dijauhi. Oleh karena itu apabila Nabi memberi perintah untuk melaksanakan
sesuatu, maka wajib dikerjakan demikian pula sebaliknya Nabi melarang
untuk melakukan suatu perbuatan maka wajib untuk menjauhi dan dihindari.
Di dalam kitab Riyald as-Shalihin karya Imam an-nawawi terdapat
hadis Nabi tentang larangan dengki yang berbunyi:

‫اكم‬X‫ إي‬:‫ال‬X‫لم ق‬X‫ه وس‬X‫لى هللا علي‬X‫بي ص‬X‫ه ان الن‬X‫ي هللا عن‬X‫عن ابى هريرة رض‬
‫ب‬X‫ال العش‬XX‫اب اوق‬X‫ار الحط‬X‫ل الن‬XX‫ا تأك‬XX‫نات كم‬X‫والحسد فإن الحسد يأكل الحس‬
)‫ االمام النواوي‬-‫(رياض الصالحين‬
“Dari Abu hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:”jauhilah
dirimu dari perbuatan hasud, sebab perbuatan hasud akan memakan
kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar “atau beliau berkata
“memakan rumput.”

Manusia mempunyai kesamaan dalam hak dan kewajiban. Tidak ada


perbuatan apapun diantara mereka yang menyebabkan sekelompok orang
yang ditakdirkan menjadi pemimpin sedangkan yang lain menjadi budak.
Orang yang hatinya dipenuhi rasa iri hati dan dadanya sesak oleh
egoisme, maka selama hidupnya orang tersebut tidak akan merasa tenang
hatinya. Dengki merupakan cita-cita hilangnya suatu kenikmatan yang
dikaruniakan Allah kepada seseorang, Maupun hilangnya kenikmatan itu
dicita-citakan untuk berpindah tangan kepada orang hasad itu atau hilang
begitu saja, entah kemana, yang terpenting bagi orang hasad ialah hilang
lenyapnya nikmat itu.
Melihat kenyataan ini, penulis menjadi tertarik untuk membahas
masalah ini. Hal ini adalah sifat dari iri hati atau hasad yang merupakan
salah satu penyakit hati (rohani).

3
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian dari
penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan arti hasad , riya dan aniaya dalam Al-Qur’an.
2. Mengetahui alasan dan faktor hasad sehingga dilarang dalam Al-Qur’an.
3. Mengetahui bahaya orang yang mempunyai sifat hasad.

1.3 Rumusan Masalah


Setelah melihat paparan latar belakang serta batasan masalah yang
tertera diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan permasalahan yang timbul
dari pembahasan ini adalah:
1. Apa pengertian hasad , riya dan aniaya menurut Al-Qur’an ?
2. Mengapa hasad riya dan aniayadilarang dalam Al-Qur’an ?
3. Bagaimana bahaya orang yang mempunyai sifat hasad, riya dan aniaya ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hasad
Kata hasud dalam bahasa Arab berarti orang yang memilki sifat
dengki. Dengki adalah satu sikap mental seseorang yang tidak senang orang
lain mendapat kenikmatan hidup dan berusaha untuk melenyapkannya. Sifat
ini harus dihindari oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah SAW telah bersabda:
“Telah masuk ke tubuhmu penyakit-penyakit umat tedahulu, (yaitu)
benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki
mencukur rambut.” (HR Ahmad dan Turmidzi)
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa hancurnya agama sejak
dahulu adalah disebabkan oleh timbulnya sifat benci dan dengki diantara
pemeluknya. Betapa kejinya sifat benci dan dengki apabila berkembang
ditengah-tengah masyarakat apalagi di sekolah. Sifat tersebut dapat
menghancurkan nama baik sekolah dan sudah dapat dipastikan sekolah
tersebut akan menjadi sumber malapetaka bagi masyarakat di sekitarnya.
Perlu diketahui, bahwa seseorang yang dihasudi, tidak akan pernah
berkurang rezekinya karena adanya orang yang hasud kepadanya, bahkan
seorang yang hasud kepadanya tidak akan pernah mampu “mengambil
sesuatu” yang dimiliki oleh orang yang dihasudi tersebut. Oleh karena itu,
keinginan orang yang hasud akan hilangnya apa yang diberikan Allah Swt
terhadap orang yang dihasudinya itu merupakan perbuatan yang sangat
zalim.
Selanjutnya, seorang yang hasud sebaiknya melihat keadaan orang
yang dihasudinya. Jika orang yang dihasudinya itu memperoleh kenikmatan
duniawi semata, maka sebaiknya dia menyayanginya, bukan bersikap hasud
kepadanya, karena apa yang diperolehnya memang sudah ditentukan
baginya bukan untuk orang yang hasud tersebut. Bukankah kelebihan harta
benda merupakan suatu kesusahan? Seperti yang diungkapkan oleh al-

5
Mutanabbi: “Seorang pemuda menuturkan ‘kehidupannya’ yang kedua.
Yang dibutuhkannya hanyalah yang dimakannya. Sedangkan kelebihan
kehidupannya hanya menjadi kesusahan baginya saja”.
Maksud dari perkataan di atas adalah bahwa banyaknya harta benda
akan menyebabkan timbulnya perasaan khawatir yang berlebihan dalam
dirinya. Seseorang yang memiliki banyak budak perempuan, maka dia akan
semakin merasa khawatir kepada mereka atau bahkan banyak menyita
perhatian dan pikirannya. Begitu juga dengan seseorang yang sedang
berkuasa, dia sangat merasa ketakutan akan dicopotnya jabatan tersebut dari
dirinya.
Ketahuilah, bahwa kenikmatan itu seringkali bercampur dengan
kesusahan. Kenikmatan mungkin hanya bisa dirasakan sebentar saja, tetapi
kesusahan yang mengiringinya mungkin akan dirasakan dalam waktu yang
lama, sehingga orang tersebut menginginkan agar kenikmatan itu segera
sirna saja atau dia bisa membebaskan diri dari kenikmatan tersebut.
Yakinlah, bahwa sesuatu yang membuat seseorang merasa iri terhadap apa
yang dimiliki oleh orang lain belum tentu dirasakan oleh orang tersebut
seperti yang dibayangkan oleh orang yang hasud tersebut. Banyak orang
yang menyangka bahwa para pejabat itu bergelimang dengan kenikmatan.
Mereka tidak memahami bahwa jika seseorang sangat menginginkan
sesuatu, kemudian dia berhasil memperolehnya, maka sesuatu itu akan
terasa biasa-biasa saja baginya, dan dia akan terus mengejar sesuatu yang
dianggapnya lebih tinggi dari itu. Sementara, orang yang hasud hanya
memandang semua itu dengan pandangan yang penuh harap dan penuh
ambisi. Seorang yang hasud hendaknya mengetahui konsekuensi
penderitaan yang mungkin saja dialami oleh orang yang dihasudinya di
balik kenikmatan yang semu yang dirasakannya.
Dalam sebuah hadits yang sanadnya bersambung kepada Zubair bin
al-‘Awwam, Rasulullah Saw bersabda: “Telah menjalar kepada kalian
penyakit umat-umat sebelum kamu, yaitu (penyakit) hasud dan permusuhan.
Sifat permusuhan merupakan sesuatu yang bisa merusak dan

6
membinasakan, yakni merusak agama…. Demi Allah, yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, kalian tidak dianggap beriman sampai kalian saling
mencintai (satu sama lain). Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu
yang jika kalian mengamalkannya, maka kalian akan saling menyayangi,
sebarkanlah salam di antara kalian”
Dalam hadits lain yang sanadnya bersambung kepada Salim dari
ayahnya, Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak diperbolehkan hasud kecuali kepada dua orang, yakni kepada
seorang laki-laki yang diberikan al-Qur’an oleh Allah Swt sedangkan dia
mengamalkannya siang dan malam; dan kepada seorang laki-laki yang
diberikan harta oleh Allah Swt lalu dia menginfakannya di jalan yang benar
siang dan malam”. (HR Bukhari dan Muslim)

2.1.1 Sebab-Sebab Hasad


Sumber dan penyebab hasad adalah cinta dunia, baik cinta harta
benda, kedudukan, jabatan maupun pujian disisi manusia.
Dunia memang sempit, sering menyempitkan mereka yang
memburu dan mencintainya, sehingga tak jarang mereka berjatuhan
pada lembah hasad, karena tabiat dunia adalah tidak akan bisa dimiliki
kecuali ia berpindah dari tangan satu ke tangan lainnya dan berkurang
jika dibelanjakan. Berbeda dengan Akhirat, Akhirat itu luas, bak langit
yang tak berujung, bak lautan yang tak bertepi, karena sangat luasnya
sehingga tidak menyempitkan orang yang memburu dan
mencintainya, sebagaimana kita tidak menjumpai orang berjejal-jejal
untuk melihat keindahan langit di waktu malam, karena luasnya dan
cakupanya terhadap setiap mata yang memandang.
Ibnu Sirin rahimahullah berkata, “aku tidak pernah hasad kepada
seorang pun dalam masalah dunia, karena jika dia termasuk ahli surga,
maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam masalah dunia, padahal
dia akan masuk surga?, dan jika dia termasuk ahli neraka, maka

7
bagaimana aku hasad kepadanya dalam hal dunia, padahal dia akan
masuk neraka?”
Jika tujuan seseorang adalah akhirat, maka hatinya bersih dari
hasad, tenang, jernih bak air yang memancar dari mata air
pegunungan, lembut bagaikan sutera, tidak ada tempat bagi hasad
didalamnya, bahkan dia senang jika melihat orang lain yang
semisalnya. Akan tetapi jika tujuannya adalah dunia, maka hati sangat
rawan terjangkit hasad, mudah ternoda dan keruh.
Oleh sebab itu bagi mereka yang mempunyai belas-kasihan
terhadap hatinya, hendaknya dia meninggalkan cinta dunia dan
menggantikannya dengan cinta akhirat. Karena kenikmatan akhirat
tidaklah menyempitkan orang yang memburunya, ia adalah
kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak
sebanding dengan kenikmatan-kenikmatan dunia, kenikmatan tersebut
bisa dirasakan oleh orang yang sangat mencintainya, mencari dan
memburunya di dunia ini, jika seseorang tidak ingin memburu
kenikmatan hakiki tersebut, atau lemah keinginannya, maka dia
bukanlah kesatria, karena yang memburu kenikmatan yang hakiki
tersebut adalah para kesatria.

2.1.2 Obat Hasad


Setelah kita mengetahui bahwa hasad adalah penyakit hati yang
berbahaya, maka tentunya kita ingin mengetahui obat dan terapi hasad
tersebut.
Sebenarnya penyakit hati yang satu ini tidaklah dapat diobati dengan
pil atau kapsul dari apotik atau dengan suntik, herbal atau pijat urat,
akan tetapi penyakit hati ini hanya dapat diobati dengan ilmu dan
amal.
Adapun obat yang pertama adalah ilmu, ilmu yang bermanfaat
untuk mengobati hasad adalah pengetahuan tentang hakikat hasad itu
sendiri, diantaranya mengetahui bahwa hasad itu berbahaya bagi si

8
penderita baik bagi agamanya maupun dunianya. Di dunia, hatinya
selalu menderita dan tersayat-sayat, boleh jadi dia mati karenanya,
bagaimana tidak? dia membenci orang lain yang mendapatkan
kenikmatan dan mengharap nikmat tersebut musnah darinya, padahal,
hal itu telah ditakdirkan oleh Allah ta’ala dan tidak akan musnah
sampai saat yang telah ditentukan. Sebagian Ahli Hikmah berkata,
“Empat orang yang senantiasa berkubang dalam kesedihan, pertama;
pemarah, kedua; orang yang hasad, ketiga; teman para penyair yang
tidak bisa seperti mereka, keempat; orang yang bijaksana yang
diremehkan manusia”.
Orang yang hasad ibarat orang yang melempar bumerang kepada
musuh, akan tetapi tidak mengenai sasaran, bahkan bumerang itu
kembali kepadanya dan mengenai mata kanannya sampai
mengeluarkan bola matanya, lalu dia pun bertambah marah dan
kembali melempar kedua kalinya dengan lebih kuat, akan tetapi,
bumerang itu seperti semula, tidak mengenai sasaran dan kembali
mengenai mata sebelah kirinya sehingga dia buta, kemarahannya pun
bertambah menyala-nyala, kemudian dia melempar ketiga kalinya
dengan sekuat tenaga, akan tetapi bumerang tersebut kembali
mengenai kepalanya sampai hancur, sedangkan musuhnya selamat dan
mentertawakan dia, karena dia mati sebab perbuatannya sendiri.
Sedangkan di akhirat nanti, dia akan mendapat adzab dari Allah ta’ala,
jika hasad tersebut melahirkan perkataan dan perbuatan, karena
statusnya adalah orang yang telah mendzalimi orang lain ketika di
dunia.
Perlu diketahui pula bahwa hasad juga tidak berbahaya bagi orang
yang dihasad, baik bagi agamanya maupun dunianya, dia tidak
berdosa dengan hasad orang lain kepadanya. Bahkan dia mendapatkan
pahala jika hasad tersebut keluar berwujud perkataan dan perbuatan,
sebab dia termasuk orang yang didzalimi. Kenikmatan yang ada

9
padanya juga tidak akan musnah karena hasad orang lain kepadanya,
sebab kenikmatan tersebut telah ditakdirkan untuknya.
Adapun obat kedua adalah amal perbuatan, amal perbuatan yang
manjur untuk mengobati hasad adalah melakukan perbuatan yang
berlawanan dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh hasad. Misalnya;
jika hasad membuat anda ingin mencela dan meremehkan orang lain,
maka hendaknya anda melakukan hal yang berbeda yaitu memuji
orang tersebut. Kemudian jika hasad itu membuat anda sombong
kepadanya, maka hendaknya anda tawaddu’ kepadanya. Jika hasad
membuat anda tidak berbuat baik atau tidak memberi hadiah
kepadanya, maka hendaknya anda melakukan sebaliknya yaitu berbuat
baik dan memberikan hadiah kepadanya. Dengan seperti ini -insya
Allah- hasad dihati akan lenyap dan hati kembali sehat dan normal.

2.1.3 Bahaya Hasad


Sifat hasad sangat berbahaya sekali, diantara bahayanya adalah:
 Sifat hasad merupakan sifat orang yahudi yang Allah laknat,
sehingga siapa yang memilikinya berarti telah menyerupai mereka.
Allah berfirman tentang hal ini,
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran
karunia yang Allah telah berikan kepadanya Sesungguhnya Kami
telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim,
dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.”
(QS. An-Nisa' 4:54)
 Orang yang memiliki sifat sifat hasad tidak dapat menyempurnakan
imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri. Padahal Rasulullah bersabda, “Tidak
sempurna iman salah seorang kalian sampai cinta untuk
saudaranya seperti cinta untuk dirinya.” (Muttafaqun Alaihi).
Bahkan lebih dari itu orang yang hasad sangat bahagia dan senang
bila saudaranya celaka dan binasa.

10
 Ada dalam sifat hasad ini ketidaksukaan terhadap takdir yang Allah
berikan kepadanya, sebab siapa yang memberikan nikmat kepada
orang lain tersebut? Tentu saja Allah. Seakan-akan ia ingin ikut
berperan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasa bahwa
ia lebih pantas mendapatkan nikmat tersebut dari orang lain.
 Setiap orang lain mendapatkan kenikmatan, semakin besar dan kuat
api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu penasaran dan duka
serta hatinya terbakar api hasad tersebut.
 Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan
pada orang lain
 Sifat hasad memakan dan melumat kebaikan yang dimilikinya
sebagaimana api memakan dan melumat kayu bakar yang kering.
Ini yang dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya,
“Jauhkanlah (oleh kalian) dengki (hasad) karena ia akan memakan
kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR.
Abu Daud).
 Menyusahkan diri sendiri sebab ia tidak mampu merubah
sedikitpun takdir Allah. Allah telah memberikan nikmat pada orang
lain dan tidak akan tercegah dan terhalangi oleh ulah orang yang
hasad tersebut. Walaupun ia telah berusaha dengan mencurahkan
seluruh kesungguhan dan kemampuannya tidak akan mungkin
merubah takdir Allah yang sudah ditetapkan. Sehingga semua
usahanya hanyalah sia-sia belaka.
 Sifat hasad mencegah pemiliknya dari berbuat amal kebaikan dan
kemanfaatan. Hal ini karena ia selalu sibuk dengan memikirkan dan
melihat milik orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk
memikirkan bagaimana datangnya kenikmatan pada orang lain dan
bagaimana cara menghilangkannya.
 Sifat hasad dapat memecah persatuan, kesatuan dan persaudaraan
kaum muslimin. Memang demikian, karena itulah Rasulullah
bersabda,

11
“Janganlah saling hasad dan berbuat najasy dan janganlah saling
bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kalian
bersaudara.” (HR.  Muslim).
 Hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, apalagi bahagia. Orang
yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat
orang lain lebih darinya. Padahal mesti ada orang ;ain yang
memiliki kelebihan darinya.
Oleh karena itu, Rasulullah melarang kita melakukan perbuatan hasad
ini. Alangkah mengerikan bahaya dan kerusakan yang timbul dari
dengki (sifad hasad) ini. Oleh karena itu, marilah kita berusaha
menanggalkan dan menghilangkannya dari diri kita.

2.1.4 Cara Menghindari Sifat Hasad


Setelah mengetahui bahayanya, tentunya kita harus berusaha
menghindari dan manjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Untuk itu
perlu melihat kiat-kiat berikut ini:
 Belajar dan memahami akidah islam yang benar, baik tentang
keimanan ataupun syari’at serta nmengamalkannya. Kebenaran
aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal ini
dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Alquran
dan Hadits.
 Memahami dengan benar konsep takdir menurut syari’at Islam,
sehingga faham kalau segala kenikmatan dan rezeki serta yang
lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami
ini diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki
terhadap orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari
ketetapan takdir Allah.
 Meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan
tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai
dengan hikmah yang diinginkan-Nya. Sebab tidak semua

12
kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik
untuknya.
 Membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at
islam.
 Memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu
yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa
dibanding akherat. Demikian juga memandang tujuan akhir
kehidupannya adalah akhirat yang kekal abadi, sebagaimana firman
Allah. Selalu mengingat bahaya sifat hasad bagi kehidupan dunia
dan akhiratnya.
 Selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai untuk
saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya, sehingga tidak
merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam
permasalahan dunia. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai
untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.”
(Mutafaqun Alaihi).
 Berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan
mencari teman baik yang mengingatkan dan menasihatinya.
 Selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kezaliman
dan kerusakan yang ditumbulkan sifat hasad tersebut.
 Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat
yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur
terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini
akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat qana’ah dan
kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan takwa.

2.2 Riya
Berasal dari kata ‘ar’a yaitu memperlihatkan. Riya artinya menampakkan
ibadah dengan maksud agar dilihat orang agar mendapat pujian. Riya
berhubungan dengan penglihatan. Contohnya, berniat melakukan sesuatu

13
bukan karena Allah tetapi ingin di puji orang. Sum’ah yaitu menyebutkan
suatu perbuatan agar orang lain mengetahui suatu perbuatan agarorang lain
mengetahuinya. Menurut ahli kasyaf sikap riya dan sum’ah itu merupakan
sikap yang mengantarkan seorang kepada ketidak ihklasan.
Tanda-tanda berbuat riya’
a. Suka memamerkan amal
b. Orang yang merasa puas dengan sesuatu yang belum pernah ia kerjakan
c. Riya’ muncul setelah ikhlas
d. Tidak beramal karena manusia
e. Memamerkan amal ibadah secara tersirat (halus)
f. Suka menonjolkan aib orang lain
g. Membicarakan sesuatu yang berhubungan denganibadah
yangdilakukannya.
h. Orang yang selalu menjaga kedudukan dan pangkat.
i. Menuntut ilmu demi popularitas
j. Berpura-pura tawadhu

Menurut Ali bin Abi Thalib ra, ada 4 tanda lainnya:


a. Malas beramal atau beribadah jika sendirian jika di depan orang lain
rajin beramal ataub eribadah
b. Jika di puji,semakin banyak amal yang dilakukannya
c. Jika tak ada yang memuji maka ia malas dan makin berkurang 
amalnya.
Tanda-tanda orang sum’ah adalah :
a. Isi pembicaraannya bermaksud untuk memperdengarkan amal kebaikan
dan kelebihan dirinya.
b. Kata-kata yang diucapkan di rangkai sedemikian rupa, sehingga
memberi kesan bahwa dirinya baik, banyak melakukan amal shaleh dan
memiliki kelebihan.
c. Jika di puji semakin kurangsenang hatinya,dankian rajin
memperdengarkan amalan dan kelebihannya.

14
Hal atau perbuatan yang bukan termasuk riya’:
a. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapat pujian dari
manusia tanpa ia kehendaki.
b. Beramal karena tujuan memberikan teladan bagi orang lain.
c. Menyembunyikan dosa dan tidak membeberkannya.
Berikut ini akibat perbuatan riya’ menurut beberapa sumber, di antaranya
adalah :
1.    Dapat mengakibatkan dosa besar
2.    Akan menggugurkan pahala
3.    Mengurangi pahala
4.    Menimbulkan fitnah atau ejekan orang lain.

2.3 Aniyaya (Zalim)


Aniyaya dalam bahasa arab adalah zalim (az-zulmu) artinyatidak adil.
Dalam kamus besar B. Indonesia aniaya di artikan sebagai perbuatan bengis,
sepertti penyiksaan, penindasan dan memperlakukan orang sewenang-
wenang.Definisi dzalim menurut Al-Qur’an adalah tidakmau bertaubat.
Dzalim dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu
a. Kedzaliman yang paling zalim yaitu syikrik kepada Allah.
b. Kedzaliman manusia terhadap dirinya
c. Kedzaliman seseorang terhadap orang lain.
Hasan Al-Basri menyatakan bahwa ada dua sifat pada diri seseorang
hamba yang apabila keduanya di perbaiki. Sifat lainnya akan menjadi
baik yaitu cenderung pada kedzaliman dan melampaui batas dalam
menikmati rejeki. Firman Allah dalam Surat Hud ayat 11-13 :
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang dzalim yang
menyebabkan kamu disentuh api neraka”
Cara menghindari perbuatan yang dzalim hendaknya mengingat sifat
Allah yang maha adil. Tegak di atas kebenaran yang adil semata-mata
karena Allah.

15
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya
perbuatan bengis, penyiksaan atau zalim. Yang dimaksud dengan
aniaya ialah tidak adil (tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya
atau sesuai dengan ketentuan Allah SWT). Aniaya atau bengis yaitu
suatu tindakan yang tidak manusiawi yang bertentangan dengan hak
asasi manusia.
Aniaya juga bisa disebut zalim. Kata zalim berasal dari bahasa Arab,
dengan huruf “za la ma” yang bermaksud gelap. Kalimat ini digunakan
untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan,
suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan
kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, dan ketidak
adilan.
Aniaya adalah perbuatan bengis seperti penyiksaan atau
penindasan Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai
bentuk ketidak sewengan seperti menindas, mengambil hak orang lain
dengan paksa dan lain-lainnya
Pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa penganiayan merupakan
kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa. Perbuatan itu sama
dosanya dengan mencuri, bahkan lebih besar, karena didalamnya
terdapat unsur kekerasan. Jika sampai membunuh korbannya maka
jelas perbuatan itu termasuk salah satu dosa besar. Firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka
bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan
kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan
untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar.” (QS Al Maidah : 33)

16
Dari ayat tersebut, dinyatakan bahwa hukuman bagi penganiaya
diberlakukan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, yaitu
sebagai berikut.
a. Jika menganiaya dan membunuh korban serta mengambil hartanya,
penganiaya dihukum dibunuh dan disalib
b. Jika ia hanya mengambil harta tanpa membunuh korbannya maka
hukumannya dihukum potong tangan dan kakinya dengan cara
silang.
c. Jika ia tidak mengambil harta dan membunuh karena tetangkap
sebelum sempat melakukan sesuatu atau hanya menakui0nakuti
saja maka hukumannya adalah dipenjara.
Jenis-jenis perbuatan aniaya
a. Aniaya kepada Allah SWT
Aniaya kepada Allah SWT mengandung arti tidak menjalankan
perintah Allah dan tidak menjauhi laranganNya. Contoh,
melaksanakan aktifitas hidup dengan tidak dilandasi niat dan
mencari ridhlo Allah SWT.
b. Aniaya kepada diri sendiri
Aniaya kepada diri sendiri mengandung arti melakukan perbuatan
dosa, baik kecil ataupun besar, baik dengan sengaja ataupun tidak.
Ciri-cirinya adalah :
- Sering bicara tentang nasibnya yang malang dan tidak
beruntung.
Menyadari kekurangan adalah awal yang baik – bagian dari
instrospeksi untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Tetapi mengekspos nasib malang dan kekurangan tak ubahnya
pengemis di lampu merah yang mengekspos cacat untuk
kepentingan diri sendiri.
- Tidak menyukai semangat orang lain dan berusaha
menahannya.

17
Ingatlah, perbuatan merintangi jalan beraura negatif dan akan
kembali kepada diri sendiri sebagai gelombang negatif juga. Orang
yang menghambat orang lain sebenarnya sedang menganiaya diri
sendiri.
Dampak negatif dari perbuatan aniaya terhadap diri sendiri :
- Merasa tidak nyaman dengan keberuntungan orang lain
(ujungnya adalah iri hati dan merendahkan kemampuan orang
lain)
- Selalu menganggap orang lain lebih beruntung
- Selalu melihat sisi buruk dari sebuah situasi atau keadaan (dan
berujung pada mencari pembenaran terhadap kesalahan dan
kegagalan).
c. Aniaya kepada orang lain
Aniaya kepada orang lain mengandung arti memperkosa
kehormatan, harta benda ataupun berbuat semena-mena kepada
orang lain
d. Aniaya kepada binatang
e. Aniaya kepada binatang mengandung arti memperlakukan
binatang dengan seenaknya, keji, menyakiti, dan perbuatan lainnya
secara tidak manusiawi, misalnya menjadikan binatang sebagai
sasaran latihan memanah atau menembak, menelantarkan binatang
peliharaan dan menyembelih hewan dengan senjata tumpul
f. Aniaya kepada Alam
Aniaya kepada alam mengandung pengertian melakukan perbuatan
yang dapat merusak alam, seperti pencemaran air, udara dan
lingkungan, penebangan liar dan lain sebagainya.
Akibat Perbuatan Aniaya
Bagi penganiaya :
- Tidak akan disenangi bahkan akan dibenci masyarakat
- Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut

18
- Mencemarkan nama baik dirinya dan keluarga
- Orang yang berbuat aniaya seperti merampok dan membunuh,
apabilaperbuatannya diketahui oleh alat negara lalu ditangkap
dan diadili, maka tentu ia akan dijatuhi hukuman, misalnya
dipenjarakan.
- Para pelaku aniaya itu, jika tidak bertobat dengan tobat
sesungguh-sungguhnya, maka di alam akhiratnya ia akan
dicampakan ke dalam api neraka
Bagi orang yang dianiaya :
- Orang yang dianiaya akan mengalami kerugian dan bencana
sesuai dengan jenis penganiayaan terhadap dirinya, misalnya
kehilangan harta benda, menderita sakit fisik dan mental
bahkan sampai kehilangan jiwa
- Bila penganiaayaan itu terjadi dimana-mana maka masyarakat
tidak akan memperoleh kedamaian dan ketentraman.
- Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena
mereka dibayangi rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan
jahat orang zalim
- Jika dalam suatu masyarakat atau negerijumlah orang-orang
yang zalimnya mayoritas dan mereka tidak bertobat maka
tidak mustahil Allah SWT akan menurunkan adzab-Nya
Cara menghindari aniaya
- Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita
memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak
binatang, alam, dan sebagainya. Selain itu pula kita hendaknya
takut kepada dosa, karena Allah SWT.

2.3 Diskriminasi
Kata diskriminasi berasal dari bahasa Belanda ³discriminatie´artinya
pemisahan atau perbedaan. Kata diskriminasi menurut Kamus Besar Bahasa

19
Indonesia Edisi III artinya perbedaan perlakuan terhadap sesame warga
Negara . Kata diskriminasi berasal dari bahasa Inggris disebut
³discrimination´artinya perbedaan perlakuan . Kata diskriminasi berasal dari
bahasa Arab disebut ³tafriq´ dan merupakan sifat tercela yang harus dihapus .
Menurut UURI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab 1
pasa 1 menjelaskan kata diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan,
atau pengucilan yang langsung atau tidak langsung didasarkan pada
perbedaan manusia atas alas an agama ,suku, ras,etnik,kelompok,jenis
kelamin, bahasa , keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan,
penyimopangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak
asasi manusiadan kebebasan dalam kehidupan, baik individu atau kolektif
dalm bidang politik ekonomi,hukum, social, budaya, dan aspek kehidupan
lain.Dari pengertian diatas , islam melarang diskriminasi karena termasuk
sifat tercela yang harusdijauhi. Di hadapan Allah semua manusia adalah
sama , yang membedakan hanya kualitas ketakwaan kepada-Nya.
Allah.swt berfirman yang artinya :           
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang  yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui Lagi Maha Mengenal”(Q.S. Al-Hujurat:13)
Diskriminasi adalah perbuatan zalim dan tercela karena akan
mendatangkan kerugian kepada orang yang diperlakukan
diskriminatif.Diskriminasi bisa terdapat dalam kehidupan berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara.
Orangtua yang membeda-bedakan perlakuan terhadap anak-anaknya
adalah contoh perilaku diskriminasi dalam keluarga Islam mengajarkan agar

dalam berkehidupan bertetangga , antara satu tetangga dengan tetangga

lainnya saling menghormati dan menghargai, tanpa membedakan suku


bangsa, agama, status social, dan sebagainya.
Dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara, perilaku
diskriminasi itumisalnya jika pemerintah hanya melindungi golongan

20
tertentu. Padahal pemerintahwajib melindungi seluruh rakyatnya tanpa
kecuali.Berdasarkan ras, suku, warna kulit , perlakuan diskriminasi antara
lain adalah :
a. Diskriminasi kelamin, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap
orang berdasarkan jenis kelamin. Di kota Mekah pada masa jahiliah,
kaum perempuan berkedudukan sangat rendah
b. Diskriminasi ras, yaitu pembedaan berdasarkan asal bangsa yang
menganggap bahwa ras yang satu lebih hebat daripada ras yang lain.
c. Diskriminasi social, yaitu berdasarkan status sosialnya, seperti kaya dan
miskin, bangsawan dan rakyat jelata , atau suatu agama dengan agama
lain.
d. Diskriminasi warna kulit (apartheid )yaitu berdasarkan warna kulit .
orang yang berkulit putih dianggap lebih terhormat.Berdasarkan ayat Al
Qur¶an tersebut, islam menghapuskan tumbuhnya sikap diskriminasi dan
menggantinya dengan menyuburkan sifat pengasih dan penyayang. Allah
bahkan meletakan sifat tersebut di dalam nama-Nya, yaitu bismillah ar
rahman ar rahim, yang artinya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
untuk menjadi contoh dan rahmat bagi hamba-Nya.
Cara menghindari diskriminasi :
a. Gemar bersilaturahmi
b. Menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan
c. Bersikap toleransi (tasamuh) terhadap sesama umat beragama dan tidak
memaksakan keyakinan agama kepada orang lain.
d. Aktif dalam kegiatan yang tujuannya mengahapus diskriminasi.
e. Tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain.
f. Tidak menghina, berburuk sangka , bahakn memfitnah orang lain.
g. Selalu beribadah kepada Allah dan tidak menyukutukan-Nya, serta
berbuat baik kepasa sesama.

Ilustrasi penentangan diskriminasi dalam Islam :

21
a. Nabi Ibrahim a.s. menjadikan siti Hajar, seorang budak dari Etiopia
yang dianggap hina, sebagai istrinya. Ternyata budak yang dianggap
rendah tersebut justru mempunyai kepribadian yang mulia, tidak mudah
menyerah ketika ketika menghadapi kesulitan bagaimanapun beratnya,
dan bertanggung jawab atas tugas atau kewajibannya , khusu dalam
memelihara dan membesarkan putranya yaitu Ismail a.s.
b. Di zaman Nabi Muhammad saw. Perjuangan menghapuskan
dioskriminasi terus dilanjutkan , khusunya budak di Kota Mekah.
Budak yang dimaksud bernama Bilalbin rabid, dia hamba Allah yang
tangguh dan teguh dalam mempertahakan keyakinan islam. Demikian
pula Zaid bin Haris yang telah dimerdekakan oleh Nabi Muhammad
saw. dan diangkat sebgai anak asuh beliau hingga dinikahkan dengan
Zaenab saudara sepupu Rasulullah saw. dari suku Quraisy.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setiap kali orang yang kita dengki mendapat kejayaan, maka kita ucapkan
selamat kepadanya. Dan sebaliknya apabila dia tertimpa kesusahan maka
kita menumpang sedih juga atas apa yang menimpanya serta
menghiburnya.
2. Sanjung, sebut dan pujilah kebaikan serta keistimewaan orang yang kita
dengki di belakang dia, dan kalau ada keburukannya kita rahasiakan.
Doakan kebaikan untuknya.
3. Sering-sering bersilaturahmi serta memberi hadiah kepada orang yang kita
dengki tersebut.
4. Kalau ada orang yang berusaha menjatuhkan orang yang kita dengki itu,
berusahalah untuk membelanya. Jangan melayani syeitan yang hendak
merusakkan mujahadah kita dengan mendorong kita untuk ikut
mengumpatnya.
5. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan membuang penyakit hasad dengki
yang ada dalam diri kita.

B.Saran
Didalam makalah yang telah saya buat ini tentulah jauh dari kata sempurna
hal ini disebabkan karena terbatasnya serta wawasan yang saya miliki.
Belajar dari ketidak sempurnaan dan kekurangan  saya mencoba untuk
memperbaikinya agar sempurna sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
makalah. Maka dari itu saya selaku penulis dari makalah ini minta ma’af
apabila terdapat kata, tulisan dan ejaan yang mungkin tidak dapat dinalar. Sara
juga mengharap kritikan yang disertai dengan saran sebagai bahan
pertimbanggan saya untuk memperbaikinya.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://ustadzkholid.com/sifat-hasad/

http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/11/16/derita-hati-karena-hasad/

http://hasnulhadiahmad.com/bahaya-penyakit-hasad-dengki/

http://nikenkusumawardanikenny.blogspot.com/2012/04/makalah-aqidah-akhlak-
tercela.html

http://mukhlisha.blogspot.com/

24

Anda mungkin juga menyukai