Anda di halaman 1dari 14

AKHLAK MAZMUMAH

Dosen pengampu: Dr. Yayan Suryana, M.Ag

Disusun oleh:

1. Mu’tia Nur Anissa (18107010109)


2. Nandia Putri Zuhdi A. (18107010128)
3. Husna Arifah (18107010129)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern saat ini, banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
yang dapat merusak keimanan seseorang. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh akhlak
manusia yang rendah. Beberapa contoh akhlak tercela yang terjadi sampai saat ini yaitu
adanya perampokan, pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan, dan kenakalan remaja.
Oleh karena itu, akhlak karimah (terpuji) menjadi sangat penting untuk dipelajari dan
dipahami dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari akhlak mazmumah (tercela).
Akhlak mazmumah adalah perbuatan yang muncul dari tutur kata, tingkah laku,
dan sikap yang tidak baik. Akhlak mazmumah menghasilkan pekerjaan buruk dan
tingkah laku yang tidak baik. Dalam kehidupan sehari-hari, akhlak ini dapat terlihat dari
tingkah laku yang tidak bagus, tidak sopan, dan segala gerak-gerik yang tidak
menyenangkan.
Untuk menghilangkan akhlak mazmumah, penanaman keimanan dan ketakwaan
kepada Allah sebaiknya diajarkan sedari kecil. Iman merupakan suatu kepercayaan atau
keyakinan terhadap kekuasaan Tuhan. Takwa merupakan tingkah laku baik yang bersifat
tetap atau tidak berubah-ubah dalam menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak mazmumah?
2. Bagaimana konsep akhlak mazmumah dalam islam?
3. Apa saja kategori akhlak mazmumah dalam kehidupan?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian akhlak mazmumah.
2. Agar mengetahui konsep akhlak masmumah dalam islam.
3. Agar mengetahui kategori akhlak mazmumah dalam kehidupan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Mazmumah
Akhlak mazmumah adalah perangai atau tingkah laku dan tutur kata yang
tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain.1
Akhlak secara fitrah manusia adalah baik, namun akhlak dapat berubah
menjadi tidak baik apabila manusia itu terlahir dari keluarga yang tabiatnya kurang
baik atau manusia tersebut tumbuh di lingkungan yang buruk, mendapat pendidikan
yang tidak baik, dan kebiasaan-kebiasaan buruk lain.
Akhlak mazmumah merupakan suatu sifat tercela dan dilarang oleh norma-
norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang
melaksanakannya niscaya ia akan mendapatkan dosa (adz-dzanb) dari Allah karena
perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela di hadapan Allah.
Adz-dzanb dalam bahasa Arab adalah al-itsm, al-jurm, dan al-ma’shiyah.
Makna dosa dalam syariat Islam adalah melakukans sesuatu yang dilarang,
meninggalkan suatu perbuatan yang diperintahkan. Apabila agama menetapkan
sanksi di dunia atas suatu dosa, maka dosa itu termasuk jinayah (perkara perdata)
yang pelakunya akan dikenai sanksi. 2
Pada dasarnya islam mengajarkan setiap manusia agar memiliki akhlak yang
mulia, maka ketika seseorang melakukan pelanggaran ia akan mendapat siksa dari
Tuhan.
B. Konsep Akhlak Mazmumah dalam Islam
1. Hub al- Dunya
Secara bahasa adalah mencintai dunia, berarti mencintai kehidupan dunia
sehingga melalaikan kehidupan akhirat. Dunia bersifat duniawi yang tidak
digunakan untuk mendukung taat beribadah kepada Allah, sehingga duniawi tidak
bermanfaat untuk kehidupan akhirat, misalkan memiliki banyak harta namun
tidak diinfakkan sebagian dan tidak berzakat.

1
Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), hlm. 26.
2
Sayyid Hasyim Ar-Rasuli Al-Mahallati, Akibat Dosa, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), hlm 19.
Seorang yang mencintai dunia secara berlebih dapat mengakibatkan
banyak melakukan dosa dan kesalahan sepertiberbuat maksiat, munkar, dan keji,
karena ia melupakan Allah, Rasulullah menjelaskan: “Cinta terhadap dunia
merupakan pangkal setiap seksalahan”. Dalam Al- Qur’an “Dan celakalah bagi
orang-orang kafir karena mendapatkan siksaan yang sangat pedih, yaitu orang-
orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat”(cari
surat apa)
Pandangan sebagaian sufi bahwa duniatidak perlu dibenci berlebihan
karena dunia merupakan anugerah Allah yang perlu dinikmati, diterima, dan
disyukuri bukan harus diigkari. Rasulullah bersabda: “Dunia adalah kebun bagi
akhirat”.
2. Al-Tham’
Menurut tarajumah berarti rakus hatinya, dalam istilah adalah berlebihan
cintanya terhadap dunia tanpa memperhitungkan haram yang besar dosanya.
Didefinisikan berarti sifat rakus berlebihan pada dunia, sehingga tidak
mempertimbangkan cara yang ia tempuh untuk mendapatkan keduniawian
walaupun halal dan haram, yang terpenting baginya dapat mendapatkan
kemewahan hidup di dunia.
Sifat rakus ini merupakan orang yang palilng hina di sisi Allah,
merupakan sifat sangat tercela dan membahayakan manusia, karena dapat
mengakibatkan timbulnya rasa dengki, iri, permusuhan, perbuatan kejidan
mungkar, sehingga manusia lupa kepada Allah dan kehidupan abadi di akhirat.
Hadis nabi diriwayatkan Ibnu Majah al-Tirmizi, dan al-Hakim dari Sahal
bin Sa’ad bahwa Rasulullah SAW bersabda bersama para sahabat saat melewati
seekor kambing yang sudah mati: “Tidaklah kalian melihat kambing ini hina bagi
pemiliknya? Para sahabat berkata: Karena kehinaanya, mereka melempari
kambing itu, Rasulullah bersabda: Demi Dzat yang menguasai jiwaku,
sesungguhnya dunia itu lebih hina bagi Allah dari pada kambing ini bagi
pemiliknya. Seandainya dunia ini seimbang di sisi Allah dengan sayap seekor
nyamuk, niscaya Allah tidak memberikan minum kepada orang kafir seteguk air
dari dunia. Hadist ini dinilai hasan oleh al-Tirmidzi.
Menurut K.H Ahmad Rifa’I, tidak akan pernah merasa puas, sehingga ia
terus mengejarnya sampai binasa, bait nazam menungkapkan: Perumpamaan
orang rakus seperti orang yang meminum air laut, setiap bertambah minumnya
akan semakin bertambah dahaga dan tidak merasa puas, bahkan sampai datang
ajalnya pada orang yang meminum air laut yang asin. Semakin banyak
mengenyam kemewahan, ia akan tenggelam dalam kesibukan duniawi yang
diduga dapat memberikan kebahagiaan hidup yang abadi, dan akhirnya lalai
kepada Allah dan pada kebahagiaan hidup sejati di akhirat.
3. Itba’ al-Hawa
Menurut bahasa berarti hawa nafsu, beristilah orang yang lebih mengikuti
kejelekan hati yang diharamkan hukum syariat, itulah ornag yang mengikuti hawa
maksiat. Didefiniskan sikap menuruti hawa nafsu untuk melakukan perbuatan
yang dilarang oleh hukum syara’.

Allah berfirman dalam surat Sad ayat 26:

ِ ‫ق َو َْل تَت َّ ِبعِ ْال َه ٰوى فَي‬


َ َ‫ُضلَّك‬
َ ‫ع ْن‬
‫س ِب ْي ِل‬ ِ ‫اس ِب ْال َح‬ ِ َّ‫ض فَاحْ ُك ْم بَيْنَ الن‬ ِ ‫ٰيدَ ٗاودُ اِنَّا َج َع ْل ٰنكَ َخ ِل ْيفَةً فِى ْاْلَ ْر‬
٢٦ ࣖ ‫ب‬ ِ ‫سا‬ َ ‫س ْوا َي ْو َم ْال ِح‬ َ ٌ‫عذَاب‬
ُ َ‫ش ِد ْيدٌ ۢ ِب َما ن‬ َ ‫ّٰللاِ لَ ُه ْم‬ َ َ‫ضلُّ ْون‬
َ ‫ع ْن‬
‫سبِ ْي ِل ه‬ ِ َ‫ّٰللاِ ۗا َِّن الَّ ِذيْنَ ي‬
‫ه‬

26.(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami


jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.”

Maka seharusnya kita memerangi hawa nafsu agar manusia dapat


meninggalkan perbuatan maksiat yang melanggar syara’,karena hawa nafsu
merupakan pangkal dari perbuatan maksiat.

4. Al- ‘Ujb
Menurut bahasa yaitu membanggakan diri dalam batin, diistilahkan
mewajibkan keselamatan badan dari siksaan neraka, dan didefinisikan berarti
membanggakan diri karena merasa dapat terhindar dari siksaan akhirat, bahkan
menganggap wajib dirinya selamat dari siksaaan akhirat. Dicerminkan rasa tinggi
hati dalam berbagai bidang kelimuan, ibadah maupun kesempurnaan moral, sifat
ini wajib untuk dihindari karena dapat merusak imandan pada akhirnya tergolong
orang kafir, dan merupakan perbuatan yang dilakukan tanpa disadari tak nampak
di mata, namun hanya Allah dan pelakunya yang tahu.
Rasaulullah bersabda: “Tiga perkara yang membinasakan, yaitu: kikir
yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang pada dirinya
(‘ujb). Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 99:
‫ّٰللاِ فَ ََل َيأ ْ َم ُن َم ْك َر ه‬
٩٩ ࣖ َ‫ّٰللاِ ا َِّْل ْالقَ ْو ُم ْال ٰخس ُِر ْون‬ ِۚ ‫اَفَا َ ِمنُ ْوا َم ْك َر ه‬
99. Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-
orang yang rugi.
Menurut al-Ghazalihakekat ‘ujb adalah kesombongan yang terjadi dalam
batin seseorang karena menganggap adanya kesempurnaan pada dirinya, jika
orang merasa bahagia karena beranggapan bahwa kesempurnaan sebagai nikmat
Allah dan karunia-Nya, berarti ia tidak bersifat ‘ujb, namun jika ia menganggap
bahwa kesempurnaan sebagai sifat dirinya sendiri tanpa memikirkan
kemungkinan kesempurnaan tersebut akan lenyap dan tanpa memikirkan siapa
pemberi kesempurnaan tersebut maka itulah disebut ‘ujb.
5. Al- Riya’
Menurut bahasa ialah perihal amal kebijakan kepada manusia, beristilah
melakukan ibadah bertujuan dalam batinnya demi manusia, dunia yang dicari
tujuan ibadah sebenarnya bukan karena Allah. Didefinisikan memperlihatkan
amal kebijakan kepada orang lain. Maka dalam batin seseorang melaksanakan
amal ibadah atau punamal kebijakan tidak bertujuan karena Allah, namun untuk
memperlihatkan pada manusia, agar memperoleh pujian, popularitas, dan lain
sebagainyabertujuan ingin mengejar duniawi.
Riya’ merupakan dosa besar dan haram hukumnya, sesuai dengan hadist
nabi riwayat Ibn Majah dan al-Hakim dari Syadad bin Aus: Aku (Nabi) sangat
menghawatirkan umatku melakukan perbuatan syirik, Padahal mereka tidak
menyembah berhala, matahari, bulan atau batu, akan tetapi meraka berbuat riya’
(memperlihatkan) amal perbuatannya pada orang lain”. Maka disimpulkan bahwa
perbuatan riya’ seimbang dengan perbuatan syirik, yang berarti telah
menyekutukan Allah dan ibadah, amal ibadahnya tidak diterima di sisi-Nya.
Seperti dalam hadist riwayat Muslim dan Malik dari Abu Hurairah: Barang siapa
melakukan sesuatu perbuatan karena Aku (Allah) yang di dalam perbuatan itu ia
menyekutukan-Ku, maka semua perbuatan untuknya, dan Aku bebas dari
perbuatan itu. Aku adalah paling kaya di antara semua yang kaya dari sekutuan.
Riya’ dibagi menjadi dau tingkatan:
1. Riya’ Khalish
Niat seseorang dalam melakukan ibadah untuk memperoleh pujian,
kedudukan dan sebagainya di mata manusia, tidak bertujuan untuk
mendekati Allah.
2. Riya’ Syirik
Niat seseorang terdorong dalam melaksanakan ibadah untuk
memenuhi permintaan Allahserta untuk memperoleh pujian manusia.
Niatnya bercampur antara karena Allah dan karena manusia.
K. H Ahmad Rifa’I menggolongkan riya menjadi dua (riya’ jali dan khafi)
yang sulit untuk dihindari kecuali bagi orang yang sudah mencapai derajat
mengenal Allah. Seperti yang dikatakan Muhammad bin Ibrahim: “Tidak ada
yang dapat selamat dari riya’ jali dan khafi kecuali orang yang arif meng-Esakan
Allah, karena Allah mensucikan mereka dari syirik sekecil apapun”.
Riya’ khafi (riya tersembunyi) dibagi menjadi dua tingkatan:
1. Riya’ jali
Riya tidak atas dorongan untuk melakukan amal bertujuan demi
memperoleh pahala, namun meringankan seseorang demi melaksanakan
amal ibadah, dengannya berkehendak menuju kepada Allah. Misalkan
orang membiasakan sholat tahajud setiap malam walaupun merasa berat,
apabila ada tamu di rumahnya diaakan merasa lebih tekun.
2. Riya’ khafi
Riya’ tidak membekas pada amal perbuatan dan tidak
mempermudah sehingga meringankan seseorang dalam melakukan amal
ibadah, namun membekasdalam batin, ditandai dengan batin seseorang
akan merasa bahagia dan senang, jika ketaatannya kepada Allah dilihat
manusia.
6. At- Takabbur
Berarti sombong karena merasa luhur, diistilahkan menetapkan kebijakan
pada diri sendiri terdapat sifat baik dan luhur sebab banyak harta atuapun
kepandaiannya. Didefinisikan menganggap dirinyabesar dan mulia disebabkan
adanya kebajikan atau kesempurnaan pada dirinya berupa harta banyak yang
dimilikinya, ilmu yang dikuasainya, maupun hal lainnya.
Dalam hadist diriwayatkan Muslim, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu
Hurairah: Allah berfirman: “Kesombongan itu kain selendang-Ku dan kebesaran
itu kain sarung-Ku. Barangsiapa yang menentang (menyaingi) Aku dengan
melakukan dua hal tersebut, niscaya Aku lemparkan dia kedalam neraka
jahannam, dan tidak Aku pedulikan”. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa di dalam
hatinya riya’ ada kseombongan sekecil apapun, Niscaya Allah menelungkupkan
wajahnya ke dalam api neraka” Riwayat Ahmad dan Baihaqi dan Abdullah bin
Umar.
7. Al- Hasd
Diartikan dengki, beristilah mengharapkan sirnanya kenikmatan Allah
yang berada pada orang islam berupa ilmu, ibadah, jujur, harta dan sebagainya.
Didefinisikan al-Ghazali, bahwa hasd adalah benci kepada kenikmatan dan
menyukai hilangnya kenikmatan tersebut, maka berarti mengharapkan hilangnya
kenikmatan dari orang lain. Hadist Nabi menyatakan: “Hindarilah sifat hasd.
Karena sifat itu memakan amal kebajikan seperti api yang memakan kayu bakar”.
8. Al- Sum’ah
Berarti diperdengarkan orang lain, beristilah melakukan ibadah dengan
benar lahiriyahikhlas karena Allahdan luhur kemudian amal ibadahnya
diceritakan pada orang lain agar dimuliakan, maka hal tersebut sudahlah haram,
hatinya tidak ridha pada Allah, namun batinnya karena dunia. Didefinisikan
berarti amal ibadah yang telah dilakukan seseorang dengan benar dengan niat
ikhlas karena Allah, kemudian amal tersebut dituturkan diperdengarkan pada
orang lain agar dipuji dan dihormati. Haram hukumnya kerana campuran antara
ikhlas karena Allah dan ingin mendapatkan pujian dan kehormatann dari manusia.
Al- Ghazali: “Janganlah kamu menampak-nampakkan sifat keutamaan ilmu”.
Dalam surata al- Najm ayat 32:
َ ‫ش ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم اِ َّن َربَّكَ َوا ِس ُع ْال َم ْغ ِف َر ۗةِ ُه َو ا َ ْعلَ ُم ِب ُك ْم ِا ْذ ا َ ْن‬
‫شا َ ُك ْم‬ َ ‫اح‬ ِ ْ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَجْ تَنِب ُْونَ َك ٰٰۤب ِٕى َر‬
ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالفَ َو‬
٣٢ ࣖ ‫س ُك ۗ ْم ُه َو ا َ ْعلَ ُم بِ َم ِن ات َّ ٰقى‬ ُ ُ‫ض َواِ ْذ ا َ ْنت ُ ْم ا َ ِجنَّةٌ فِ ْي ب‬
َ ُ‫ط ْو ِن ا ُ َّمهٰ تِ ُك ۗ ْم فَ ََل تُزَ ُّك ْْٓوا ا َ ْنف‬ ِ ‫ِمنَ ْاْلَ ْر‬
32. Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji,
kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya.
Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika
kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu
suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.
Sunnah yang diniatkan dengan baik, yaitu memberikan nasehat agar orang
lain mau meninggalkan perbuatan tercela dan melaksanakan perbuatan terppuji
untuk memberikan contoh agar orang lain mau mengikuti jejaknya, maka sum’ah
diperbolehkan, bersyarat jangan sampai terbentik dalam hati unutk memperoleh
penghormatan dari manusia. Allah berfiman dalam surat ad- Dhuha ayat 11:
ْ ‫َوا َ َّما بِنِ ْع َم ِة َربِكَ فَ َحد‬
١١ ࣖ ‫ِث‬
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan
bersyukur).
Maka dapat dikatakan sum’ah tergantung pada niat, jika sum’ah berniat
demi kemaslahatan agama, maka akan menjadi sum’ah yang terpuji, namun jika
dipamerkan demi mendapatkan pujian dari manuisa, maka akan menjadi sum’ah
tercela.
3. Kategori Akhlak Mazmumah dalam Kehidupan
a. Sifat Dengki
Menurut bahasa dengki artinya menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) saat
orang lain mendapat keberuntungan3. Dengki adalah rasa benci dalam hati ketika

3
Tim Penyusun Kamus, op. cit., hlm. 251.
melihat kenikmatan yang dirasakan orang lain dengan maksud agar kenikmatan itu
hilang dan berpindah kepadanya. Orang yang memiliki sifat ini biasanya hidupnya
tidak tenang, was-was, dan dijauhi sahabat karib dilingkungan sekitarnya. Di
dunianya ia akan mendapat adzab, dan di akhirat ia akan dibalas oleh Allah dengan
memasukkan orang tersebut ke dalam neraka. Adapun ciri – ciri orang yang
bersifat dengki antara lain:
- Tidak senang melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan
- Suka mengumpat, mencela, menghina, dan memfitnah orang lain
- Bila bicara, ucapannya selalu membuat sakit hati orang lain
- Suka mencaci, bersikap angkuh, congkak, sombong ucapannya, dan
perbuatannya

Adapun bahaya akibat sikap dengki antara lain:

- Hati merasa gusar dan tidak tentram


- Perasaan iri hati yang terus menerus
- Apabila diketahui yang bersangkutan, dapat menimbulkan percekcokan
- Biasanya pelaku sering bohong akibat perbuatannya

Sikap dengki adalah sifat yang tidak terpuji, maka orang – orang iman harus
menjauhi sifat dengki ini, karena di kemudian hari dengki ini akan menyesatkan4.
Cara untuk menghindari sikap dengki, yaitu:

- Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah


- Menyadari abhwa dengki dapat menghapuskan kebaikan
- Meningkatkan syukur kepada Allah
b. Sifat Iri Hati
Menurut etimologi iri artinya kurang senang melihat kebahagiaan orang lain,
kurang senang melihat orang lain beruntung, apabila orang lain mendapat
kenikmatan dan kebahagiaan maka ia tidak rela. Sifat iri hati hukumnya adalah
haram. Secara umum, bahaya iri hati antara lain:
- Hati merasa gusar dan tidak tentram

4
Sochib Dimjati, Pendidikan Agama Islam Tingkat SMU, (Solo, Tiga Serangkai, 1992), hlm. 39.
- Iri hati yang terus menerus memuncak dapat mengakibatkan stres
- Apabila diketahui orang lain, nama baiknya tercemar
- Apabila diketahui orang lain, yang bersnagkutan dapat menimbulkan
permusuhan
- Suatu masyarakat, apabila ada orang yang iri hati, mengakibatkan keresahan
- Iri hati menandakan bahwa ia tidak bersyukur pada nikmat Allah
- Iri hati mengakibatkan dosa, apabila dilakukan terus menerus akan
mengakibatkan dosa besar

Adapun cara untuk menghindari sifat iri hati, yaitu:

- Harus menyadari keburukan dan bahaya sifat iri hati


- Bahwa sifat iri dapat menjadikan dirinya menderita dan stres
- Bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah
- Menyadari bahwa mnasib manusia berbeda – beda
- Menghargai dan menghormati hak orang lain
- Mengembangkan sifat cinta kasih sesama hamba Allah
- Mempertebal amal, iman, dan taqwa kepada Allah

Sifat iri hati mengakibatkan beberapa bahaya diantaranya:

- Membawa kepada maksiat dan kejahatan


- Merusak ketaatan kepada Allah
- Membutakan hati sehingga hampir-hampir tudak dapat memahami hukum
Allah
- Menghalangi kebaikan, tidak ada keuntungan dengan apa yang dimaksud, dan
membawa kemenangan untuk musuh
- Menimbulakan kelelahan dan kesusahan yang tidak ada gunanya, bahkan bisa
menuju dosa dan maksiat.
c. Sifat Angkuh (Sombong)
Angkuh adalah sifat yang melekat pada diri seseorang. Orang yang memiliki sifat
sombong adalah ia yang merasa lebih dari segala hal dibandingkan dengan orang
lain. Selalu merasa lebih tinggi kedudukannya, lebih kaya, lebih dihormati, lebih
mulia dibandingkan dengan orang lain. Orang yang memiliki sifat sombong
biasanya suka meremehkan orang lain, tidak mengakui kehebatan orang lain, sebab
perlakuan itu menurutnya sama seperti ia merendahkan dirinya sendiri.5
Sombong terbagi menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
- Sombong kepada Allah. Ini adalah jenis kesomobongan yang paling buruk.
Orang yang menyombongkan dirinya kepada Allah, akan mendapat balasan
siksa dan murka Allah di akhirat.
- Sombong terhadap Rosul. Contohnya adalah kaum Quraisy dan Bani Isroil
yang merendahkan pada Rosulnya, maka mereka dicelakakan oleh Allah.
- Sombong kepada sesama manusia. Dengan jalan membesarkan kedudukan
dirinya dan menghina orang lain.

Seseorang menjadi sombong dikarenakan:

- Sombong karena memiliki ilmu


- Sombong karena memiliki amal dan ibadah yang banyak
- Sombong karena kedudukan dirinya karena sebagi keturunan bangsawan
- Sombong karena kecantikannya, wajah mulus, dan tampan hingga disukai
lawan jenisnya
- Sombong karena kedudukan, harta, dan relasi
- Sombong karena kekuatan dan kekuasaan yang ada pada idrinya
- Sombong terhadap bawahan, pengikut, dan pembantu – pembantunya

Adapun akibat buruk yang ditimbulkan sifat sombong antara lain:

- Ia suka menyakiti orang lain memutuskan kasih sayang


- Mencerai beraikan hubungan hati manusia
- Menjadi orang orang lain merasa benci kepadanya dan bersepakat untuk
menyakitinya
- Orang yang sombong sulit diajak ke jalan yang benar
- Orang yang sombong tdak bisa menahan marah (ia mudah marah jika
tersinggung sedikit saja)

5
Mohammad Yunus, Pendidikan Agma Islam, (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 4.
- Orang yang sombong tidak pernah bersikap lemah lembut apabila menasehati
orang lain.
D. Kesimpulan
Semua perbuatan – perbuatan yang baik dan buruk dapat dilihat dari akhlaknya.
Akhlakul madzmumah merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan tidak diridhoi oleh
Allah. Perbuatan – perbuatn tersebut merupakan murka Allah dan tidak ada untungnya
bagi manusia. Akhlak tercela dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, dapat
menimbulkan permusuhan dan pertikaian. Akhlak tidak baik, akal dan pikirannya
mengikuti jalan yang sesat.
Akhlak merupakan sifat dasar manusia yang dibawa sejak lahir, baik wanita
meupun pria. Sifat dasar tersebut yaitu akhlak yang mulia, tetapi perbuatan akhlak yang
baik ini daoat berubah menjadi akhlak yang buruk apabila dari manusia itu lahir dari
keluarga yang tabiatnya kurang baik, sehingga menghasilkan akhlak yang bruuk
tentunya.
Akhlak yang buruk merupakan pangkal kesengsaraan, merupakan musuh dari
umat manusia. Berakhlak mulia dapat menuju jalan yang mulia, diridhioi Allah, dan
apabila umat manusia melanggarnya, maka diberikan sanksi padanya, yaitu berupa
siksaan Allah.
Manusia yang sombong biasanya berasal dari keturunan orang – orang yang
terhormat, status keluarga ningrat, derajatnya selau dijunjung tinggi di setia wilayah,
orang – rang yang terpandang, dan orang – orang yang memiliki darah biru.
Sifat – sifat yang buruk banyak dijumpai, seperi dengki yang merupakan sifat
tercela. Sifat dengki ini lebih besar atau lebih tajam dosanya karema sifat dengki
meruapakan sifat yang dilaknat oleh Allah, karena dapat merugikan orang lain dan diri
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam perspektif AlQur’an. Jakarta. Amzah.
Quasem, Abul. 1975. Etika al Ghazali, Etika Majemuk di dalam Islam. Bandung.
Penerbit Pustaka
Khoiri, Alwan. 2005. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai