1. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa
adanya sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti telah
berbuat dosa sebagaimana dinyatakan dalam sebuah Hadits Kitab Al-lulu Wal Marjan (
)اللؤلؤوالمرجانke 1660 :
Artinya: “ Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah
kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah sedusta-dustanya cerita / berita.
Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk
menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling membenci, jangan saling
membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara” (Dikeluarkan oleh
Bukhari dalam (78) kitab “Al-Adab “ (62) bab ;”Hijrah1 dan sabda Rasulullah SAW. Tidak
dihalalkan bagi seorang laki-laki (seseorang) menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari). 2
Persaudaraan menjadi kata kunci pesan Rasulullah dalam hadits di atas. Dalam membina
dan menjaga keutuhan persaudaraan, kita harus selalu menjauhi prasangka, mencari-cari
kesalahan orang lain, memata-matai, saling iri, dan benci satu dengan yang lain. Jika kita tidak
bisa menjauhi apa yang sudah digariskan Rasulullah (kebiasaan jelek) di atas, maka yang tersisa
adalah sebuah permusuhan dan saling membenci antara satu dengan yang lain. Tentu ini adalah
awal bencana keretakan, ketidakrukunan dan hilangnya harmoni di dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat.3
1
Ummatin, Khoiro, 40 Hadits Shahih Pedoman Membangun Hubungan Bertetangga, (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2006) cet.I hal.22
2
Prof.DR.H. Rachmat Syafe’i, M.A. AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA. 2000). Hal 182.
3
Khoiro Ummatin, Op.cit, hal.23
Dari hadis di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan yaitu, larangan berburuk Sangka.
Buruk sangka disini adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek
tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat
membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor
dan itu sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang bersih
dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika hatinya kotor
maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang mengalir dari
jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia dan bayangkan jika darah itu telah terkotori
dengan dosa dan noda. ”Akankah tubuh itu akan bersih dan sehat jika dasar dari tubuh itu tidak
tidak sehat yaitu Darah.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang
apa yang beliau riwayatkan dari rabb-nya “Azza wa Jalla”, sesungguhnya Dia berfirman :
“Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram di antara
kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi. (H.R Muslim). 4
4
Hadis Arbain, An-nawawi hal-37
i. Merupakan salah satu perangai orang munafiq.
2. Ghibah dan Buhtan
Ghibah menurut bahasa artinya umpat atau pergunjingan. Sedangkan menurut istilah
yang dimaksud dengan ghibah adalah menyebut atau memperkatakan perihal seseorang ketika
seseorang itu tidak hadir dan ia tidak menyukai atau membencinya, seandainya perkataan
tersebut sampai kepadanya.5 Sedangkan Buhtan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya
disebut sebagai kebohongan atau fitnah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan
menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya telah berbuat dosa. Sedangkan kejelekan orang.
yang diceritakannya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah ke orang
lain. Sebagaimana di riwayatkan dalam sebuah Hadits Kitab Riyadlus Sholihin ( )رياضالصالحينke
1520 :
أَ َّن َرسُوْ َل هللا.ض. َوع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ ر ص م ق َ ،ُك بِ َما يُ ْك َره َ ك أَ َخا َ ِذ ْك ُر: قَا َل، هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ ُم:ال أَتَ ْدرُوْ نَ بِ ْال ِغ ْيبَ ِة؟ قَالُوْ ا
َ َق
) (رواه مسلم،ُ َواِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما تَقُوْ ُل فَقَ ْد بَهَتَه،ُ اِ ْن َكانَ فِ ْي ِه َما تَقُوْ ُل فَقَ ِد ا ْغتَ ْبتَه:أَفَ َرأَيْتَ اِ ْن َكانَ فِي أَ ِخي َما أَقُوْ لُ؟ قَا َل
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian apa
ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi
bersabda: yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya:
Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau
memang sebenarnya begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika menyebut apa-apa yang
tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)6
Dari hadits di atas Nabi saw menjelaskan makna ghibah, yaitu dengan menyebut-nyebut
orang lain dengan sesuatu yang ia benci, baik tentang fisiknya maupun sifat-sifatnya. Maka
setiap kalimat yang kita ucapkan sementara ada orang lain yang membencinya, jika ia tahu kita
mengatakan demikian maka itulah ghibah.
Dan jika sesuatu yang kita sebutkan itu ternyata tidak ada pada dirinya, berarti kita telah
melakukan dua kejelekan sekaligus: ghibah dan buhtan (dusta).
5
Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia). Hal:179
6
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: widya cahaya,
2009) cet I. hal.553
Imam Nawawi ra mengatakan, “Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu yang dibenci
saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya, akhlaknya,hartanya, anak-
anaknya,istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik bicarnya atau kemuraman wajahnya dan
yang lainnya yang bersifat mngejek baik dengan ucapan maupun isyarat”.7
Tidak semua jenis ghibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis ghibah yang
diperbolehkan yaitu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin
tercapai kecuali dengan ghibah. Ada enam jenis ghibah yang diperbolehkan, yaitu:8
1. Orang yang terdzolimi mengadukan kedzoliman yang dilakukan orang lain kepada
penguasa atau hakim yang berkuasa yang memiliki kekuatan untuk mengadili perbuatan
tersebut. Sehingga diperbolehkan mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi diriku” atau
“Dia telah berbuat demikian kepadaku.”
2. Meminta bantuan untuk menghilangkan kemungkaran dan mengembalikan pelaku
maksiat kepada kebenaran. Maka seseorang diperbolehkan mengatakan, “Fulan telah
berbuat demikian maka cegahlah dia!”
3. Meminta fatwa kepada mufti (pemberi fatwa) dengan mengatakan: ”Si Fulan telah
mendzolimi diriku, apa yang pantas ia peroleh? Dan apa yang harus saya perbuat agar
terbebas darinya dan mampu mencegah perbuatan buruknya kepadaku?”
Atau ungkapan semisalnya, Hal ini diperbolehkan karena ada kebutuhan. Dan yang lebih baik
hendaknya pertanyaan tersebut diungkapkan dengan ungkapan global, contohnya: “Seseorang
telah berbuat demikian kepadaku” atau “Seorang suami telah berbuat dzolim kepada istrinya”
atau “Seorang anak telah berbuat demikian” dan sebagainya.
7
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/rasulullah-shalallahualaihi-wasallam-mengajarimu-
arti-ghibah-sesungguhnya.html, diakses tanggal 22 Maret 2019 jam 22:47
8
http://www.google.co.id/search?q=abu+huroiroh+tentang+ghibah+dan+buhtan&ie=utf-
8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-GB:official&client=firefox-a, diakses tanggal 22 Maret
2019 jam 23:08
A. Dampak Negatif dari Sifat Ghibah dan Buhtan
a. Mendapatkan ancaman dan murka Allah
b. Mendapatkan laknat dari Allah baik di dunia maupun di akhirat
c. Akan melahirkan permusuhan dan kebencian di antara manusia
d. Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji
serta
e. Kebencian terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk
bermusuhan yang nyata.
f. Sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga ingin merenut
kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia
g. Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kernunkaran.
a. Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar sebelum diteliti
terlebihdahulu kebenarannya sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa
akibat buruk.
b. Kita tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan.
c. Memperbanyak meneliti keburukan diri sediri.
d. Membiasakan lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing itu
adalah dosa karena itu sangat dilarang oleh agama Islam.
e. Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkan diri kapada Allah, misalnya sering
bertilawah dan berzikir agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi tenang.
f. Berfikir sebelum memulai pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah
perkataan yang baik-baik saja, dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan
dan kerjakan
َ ْ إِ َّن هللاَ تَ َعالَى يَر:.م. قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص: قَا َل.ض.ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ ر
َ ْ فَيَر،ً َويُ ْك ِرهُ لَ ُك ْم ثَالَثا،ًضى لَ ُك ْم ثَالَثا
ضى
ُ َويُ ْك ِرهُ لَ ُك ْم قِي َْل َوقَا َل َو َك ْث َرة، بِ َح ْب ِل هللاِ َج ِميْعا ً َوالَ تَفَ َّرقُوْ ا¢ص ُموْ ا
ِ َ َواَ ْن تَ ْعت،ً بِ ِه َشيْئا¢لَ ُك ْم اَ ْن تَ ْعبُ ُدوْ هُ َوالَ تُ ْش ِر ُكوْ ا
رواه مسلم.ضا َعةُ ْال َما ِل
َ ِال َوا
ِ ال ُّس َؤ.)
Artinya : Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda “ Sesungguhnya Allah itu
ridha untukmu semua akan tiga perkara dan benci untukmu semua akan tiga perkara pula. Allah
ridha untukmu semua jikalau engkau semua menyembah-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu
dengan-Nya dan jikalu engkau semua berpegang teguh dengan agama Allah dengan bersama –
sama penuh rasa persatuan – dan engkau semua tidak bercerai – berai. Allah benci untukmu
semua akan qif dan qal dikatakan dari sini mengatakan kesana yakni uraian yang tidak ada
kepastian benarnya juga banyaknya pertannyaan serta menyia – nyiakan harta “ diriwayatkan
oleh Imam Muslim.
Hal demikian juga menyangkut mubadzir. Mubadzir disini adalah sikap mempergunakan sesuatu
secara berlebih-lebihan dengan tidak mempertimbangkan kadar kecukupan sehingga
menimbulkan kesia-siaan.9 Di dalam islam sikap mubadzir dilarang karena mengandung unsur
sia-sia terhadap suatu nikmat yang diberikan Allah SWT. Semua nikmat yang telah diberikan
Allah SWT kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka untuk itu segala kenikmatan
yang diberikan Allah SWT kepada kita, harus di syukuri dan dipergunakan secara efektif dan
efisien.
a. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
b. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
c. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
d. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
9
Ridwan Asy-syirbaani. Membentuk Pribadi Lebih Islam. (Jakarta: Intimedia).. Hal 187.
e. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
f. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
g. Akan ditempatkan ke dalam neraka
h. Lebih mementingkan urusan harta daripada urusan muamalah
i. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
j. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
k. Termasuk ke dalam golongan orang – orang yang kufur terhadap nikmat allah
Syafe’i, Rachmat. 2000. AL-HADIS (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum). Bandung: CV
PUSTAKA SETIA.
Muhammad, Ahmad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: widya
cahaya, 2009) cet I .
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/rasulullah-shalallahualaihi-wasallam-mengajarimu-
arti-ghibah-sesungguhnya.html
http://www.google.co.id/search?q=abu+huroiroh+tentang+ghibah+dan+buhtan&ie=utf-
8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-GB:official&client=firefox-a