A. Fitnah
1. Pengertian Fitnah
Dalam percakapan sehari-hari, fitnah digunakan untuk tuduhan yang
dilontarkan kepada seseorang dengan maksud menjelek-jelekkan atau merusak nama
baik orang tersebut, padahal ia tidak pernah melakukan perbuatan yang dituduhkan
kepadanya. Dalam KBBI, fitnah berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan
kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang, seperti menodai nama
baik atau merugikan kehormatan orang lain.
Kata fitnah berasal dari bahasa Arab, asal katanya adalah fatana dalam bentuk
fi‘il, yang artinya adalah cobaan dan ujian. Ibn Manẓūr menjelaskan bahwa fitnah
adalah al-ibtilā’ (bala), al-imtiḥān (ujian), dan al-ikhtibār (cobaan). Ibrāhīm al-Abyārī
menjelaskan bahwa fitnah berarti menguji dengan api, cobaan, kegelisahan dan
kekacauan pikiran, azab, dan kesesatan. Mahmud Muhammad al Khazandar, fitnah
adalah sesuatu yang menimpa, individu atau golongan berupa kebinasaan atau
kemunduran tingkatan iman atau kekacauan dalam barisan Islam. Secara garis besar,
kata fitnah mengandung makna ujian dan cobaan. Adapun fitnah yang akan dibahas
pada bab ini adalah fitnah dalam bahasa Indonesia.
Kata fitnah dengan berbagai macam derivasinya, ditemukan sebanyak 60 kali
dalam al-Qur`an dan menyebar di 32 Surah. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang
fitnah adalah pada Surah al-Baqarah. Allah Swt. berfirman:
َد4وهُمۡ ِعن44ُ ۚ ِل َواَل تُ ٰقَتِل4 ُّد ِمنَ ۡٱلقَ ۡت4ةُ َأ َش4َ َو ۡٱلفِ ۡتن4ۚۡو ُكم44ث َأ ۡخ َر ُج
ُ وهُم ِّم ۡن َح ۡي44وهُمۡ َوَأ ۡخ ِر ُج44ث ثَقِ ۡفتُ ُم ُ وهُمۡ َح ۡي44َُو ۡٱقتُل
١٩١ َ َك ٰ َذلِكَ َج َزٓا ُء ۡٱل ٰ َكفِ ِرين4ۗۡۡٱل َم ۡس ِج ِد ۡٱل َح َر ِام َحتَّ ٰى يُ ٰقَتِلُو ُكمۡ فِي ۖ ِه فَِإن ٰقَتَلُو ُكمۡ فَ ۡٱقتُلُوهُم
“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan”. (QS. al-Baqarah [2]: 191)
Dalam al-Quran, kata fitnah dapat dipahami dengan tiga kata lain yaitu al-
ibtilā`u, al-imtiḥānu dan al-‘aẓāb. Penjelasanya adalah sebagai berikut
a. Al-Ibtilā` (Cobaan)
Secara bahasa, al-ibtilā`berarti bencana. Menurut ad-Dhamgāni (ujian)
berorientasi pada dua makna, yaitu bencana dalam konsep nikmat dan bencana
dalam konsep cobaan.
b. Al-Imtiḥān (Ujian)
“Mari kita ber-mubahalah agar laknat Allah jatuh menimpa mereka yang
berdusta.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 61)
Selanjutnya, Sebaiknya seorang tidak langsung percaya dan ikut
melayangkan celaan ketika mendengar fitnah kepada orang lain. Sebaiknya
mereka berbaik sangka dan mengklarifikasinya jika hal itu dibutuhkan dan
penting. Allah Swt. berfirman:
“Bohong itu pusat kejahatan dan asal segala perilaku tercela karena keburukan
konsekuensi dan kekejian dampaknya. Bohong melahirkan adu domba. Adu
domba menghasilkan kebencian. Kebencian mengundang permusuhan. Di dalam
suasana permusuhan tidak ada rasa aman dan relaksasi”.
Dengan adanya berbagai fitnah yang menimpa umat dan negeri ini, sebagai umat
Islam hendaknya mempunyai cara tertentu untuk menyikapinya, yaitu
a. Sabar menghadapi fitnah yang ditimpakan dan berdoa agar selamat dari buruknya
dampak fitnah.
b. Memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah. Karena sebagai korban fitnah,
kita perlu introspeksi diri. Barangkali ada kelalaian dan kesalahan yang tak
sengaja atau sengaja kepada orang lain sehingga membuat orang lain akan
berperilaku buruk kepadanya.
c. Menjaga persatuan dan kesatuan umat. Hal ini diperlukan sambil mengklarifikasi
fitnah yang terjadi. Kita harus melihat secara terbuka dan jelas tentang fitnah
yang ada. Oleh karena itu, kita seharusnya berpikir positif dan tidak mencela dan
mengancam orang ketika terjadi perbuatan fitnah tersebut.
B. Hoaks
1. Pengertian Hoaks
Hoaks adalah berita bohong. Menyebarkan hoaks merupakan sikap tercela
yang sering terjadi di zaman modern ini. Seringkali hoaks dibuat untuk menggiring
pikiran manusia pada pandangan tertentu. Pandangan yang akan menyesatkan
manusia dan menjauhkan mereka dari kebenaran berita. Orang yang menyebarkan
hoaks ialah orang yang lemah imannya karena ia tetap menyebarkan hoaks meskipun
mengetahui bahwa hoaks akan menimbulkan kekacauan atau karena ia tetap
menyebarkan berita tanpa diklarifikasi kebenarannya dahulu.
Adanya hoaks merugikan tiap orang baik penyebarnya, sasarannya atau pun
orang yang percaya dengan hoaknya. Penyebarnya akan dijuluki sebagai pendusta,
sasarannya akan buruk namanya, dan orang yang percaya dengan hoaks akan
memiliki prasangka buruk pada sasaran hoaks. Oleh karena itu sebagai manusia yang
dengan dibekali akal, sangat penting untuk kita berhati-hati dalam berbicara, tulus
beribadah kepada Allah, dan tidak mudah percaya dan menyebarkan berita yang
belum terbukti kebenarannya. Allah Swt. berfirman:
ٞ وبِ ِهم َّم َر4444ُونَ َوٱلَّ ِذينَ فِي قُل4444ُ ِه ۡٱل ُم ٰنَفِق4444َلَِّئن لَّمۡ يَنت
ِة لَنُ ۡغ ِريَنَّكَ بِ ِهمۡ ثُ َّم اَل4444َونَ فِي ۡٱل َم ِدين4444ُض َو ۡٱل ُم ۡر ِجف
٦٠ َك فِيهَٓا ِإاَّل قَلِياٗل 4َ اورُون ِ يُ َج
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di
Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi)
mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam
waktu yang sebentar, (QS. al-Aḥzāb [33]:60)
Hoaks bukanlah masalah yang baru dalam Islam. Hoaks pernah terjadi pada
zaman Rasulullah. Hal itu terlihat pada kabar bohong yang ditimpakan kepada Siti
‘Aisyah, istri Rasulullah..