Anda di halaman 1dari 11

Dendam dan Munafik

A. Sifat Dendam

1. Pengertian Dendam
Dendam merupakan salah satu perilaku yang tercela. Dendam artinya adalah
keinginan keras di dalam hati untuk membalas orang lain. Apabila orang lain berbuat
suatu kesalahan kepada seseorang, maka di dalam hati memiliki keinginan untuk
membalasnya pada waktu yang lain. Keinginan tersebut tertanam di dalam hati, dan
berusaha mencari kesempatan untuk melampiaskan dendamnya tersebut.
Islam tidak menginginkan umatnya menjadi pendendam, walaupun kepada orang kafir
sekalipun. Akan tetapi, Allah menghendaki hamba-hamba-Nya untuk menjadi hamba
yang pemaaf. Rasa benci dan amarah yang ada di dalam hati, hendaklah ditahan untuk
tidak dilampiaskan pada waktu yang lain. Orang yang mampu menahan amarah dan
memaafkan kesalahan orang lain termasuk orang yang bertakwa yang akan disediakan
surga oleh Allah swt.
Allah swt. berfirman dalam surah Ali Imran [2]:133-134
133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

134. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang yang ber-buat kebaikan,
Rasulullah saw bersabda:

‫ش ِد ْي ُد‬
َّ ‫س ال‬ َ ‫ َل ْي‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ ُ ‫ع ْنهُ أ َ َّن َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ُ‫ع َْن أ َ ِبى ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي هللا‬
َّ ‫ إِنَّ َما ال‬،‫ع ِة‬
‫ش ِد ْي ُد‬ َ ‫ص ْر‬ُّ ‫بِال‬ )‫ب (رواه البخارى ومسلم‬ ِ ‫ض‬َ َ‫سهُ ِع ْن َد ا ْلغ‬
َ ‫يَ ْم ِلكُ نَ ْف‬
Dari Abu Hurairah R.A., Rasulullah saw bersabda, Orang yang hebat itu bukanlah orang
yang kuat pukulannya, sesungguhnya orang yang kuat adalah lyang mampu mengekang
hawa nafsunya kegika marah. (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Ciri-ciri Pendendam
Orang yang memiliki rasa dendam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Terdapat rasa benci di dalam hati terhadap orang yang didendami
2. Merasa tidak senang jika orang yang didendami mendapat suatu kebahagiaan atau
kenikmatan
3. Merasa senang jika orang yang didendami mendapat kesengsaraan, musibah atau
cobaan
4. Ingin berbuat jahat atau membalas kejahatan terhadap orang yang didendami
5. Memengaruhi orang lain, untuk mencelakakan atau menjauhi orang yang
didendami.

3. Bahaya dari sifat dendam


Sifat dendam sangat membahayakan. Di antara bahaya sifat dendam sebagai berikut.
1. Menghilangkan ketenangan jiwa
2. Berusaha menghindar bila bertemu dengan orang yang didendami
3. Selalu marah ketika orang lain menceritakan kebaikan orang yang kita dendami
4. Membatasi pergaulan
5. Menimbulkan rasa iri hati, benci, dan marah kepada orang lain,
6. Suka mengumpat, membohongi dan membuka aib orang lain,
7. Merusak tali persaudaraan,
8. Menimbulkan perselisihan dan permusuhan,
9. Menimbulkan penyesalan di kemudian hari
10. Mendapat murka Allah swt.

B. Sifat Munafik

1. Pengertian Munafik

Pengertian munafik yaitu orang yang zahirnya berbeda dengan isi hatinya. Orang-
orang yang berpura-pura setia kepada agama, tetapi pada hakikatnya tidak demikian.
Dalam pepatah dikatakan lain di mulut lain di hati. Pengertian munafik dari segi
akidah adalah menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan
keimanan dan lidahnya.
Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 8. “Dan di antara manusia ada yang
berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu
bukanlah orang-orang yang beriman.
Allah swt. berfirman Q.S. Al-Munafiqun [63]: 2
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang
telah mereka kerjakan.
2. Ciri-ciri munafik
Di dalam hadis, Rasulullah menyebutkan ciri-ciri orang yang munafik sebagai berikut.

ُ‫ أَيَة‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع َْن أ َ ِبى ُه َر ْي َرةَ قَا َل‬
َ ‫اؤت ُ ِم َن َخ‬
‫ان‬ ْ ‫ف َوإِذَا‬ َ َ‫ع َد أ َ ْخل‬
َ ‫ب َوإِذَا َو‬ َ َ‫َث َكذ‬
َ ‫ث إِذَا َحد‬ ٌ َ‫ق ثَال‬ِ ِ‫ا ْل ُمنَاف‬
)‫(رواه البخارى ومسلم‬
"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila berkata, ia berdusta, apabila
berjanji, ia mengingkari, dan apabila dipercaya, ia berkhianat."(H.R. Al-Bukhari no.
32 dan Muslim no. 89).
Pada hadis tersebut, ciri-ciri orang munafik sebagai berikut.
1. Apabila berkata, ia berdusta.
2. Apabila berjanji, ia mengingkari.
3. Apabila dipercaya, berkhianat.

3. Bahay dari sifat munafik


Perilaku munafik merupakan perilaku tercela. Perilaku ini sangat berbahaya.
Adapun bahayanya sebagai berikut.
1. Orang munafik tidak dipercaya oleh orang lain
2. Terjadi konflik di dalam dirinya, sehingga tidak ada ketenteraman, dan muncul
keraguan di dalam hatinya.
3. Orang lain terjerumus dengan ajakannya
4. Merugikan masyarakat, karena orang-orang munafik itu selalu ingin
menimbulkan kerusakan.
Orang yang munafik akan ditempatkan pada tempat yang paling dasar dari neraka.
Allah swt. berfirman dalam surah An-Nisa 145
“ Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah
dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka”.

Read more: http://www.edupai.web.id/2013/02/pengertian-ciri-ciri-dendam-dan-


munafik.html#ixzz33wFcv9LX
JENIS-JENIS HEWAN YANG HALAL DAN HARAM DIMAKAN SERTA
MAKANAN YANG BERSUMBER DARI BINATANG YANG DIHARAMKAN

A. Binatang yang Dihalalkan


Binatang yang dihalalkan adalah binatang yang diperbolehkan untuk dikonsumsi
dagingnya oleh manusia, khususnya bagi orang-orang beriman. Jenis binatang yang
dinyatakan tegas halal dalam A1-Qur’an adalah binatang ternak, binatang buruan, dan
binatang yang berasal dan laut.

Binatang ternak dihalalkan berdasarkan firman Allah swt. dalam Surat Al Ma’idah Ayat 1
yang artinya “Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu …”. Binatang yang dihalalkan adalah binatang buruan dan makanan yang
berasal dan laut. Hal berdasarkan firman Allah swt. dalam Surat Al-Mä’idah Ayat 96
yang artinya “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dan
laut sebagai makanan yang lezat hagimu dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.
(Q.S. A1-M’idah: 96)
Jenis binatang yang halal berdasarkan hadis, antara lain ayam, kuda, keledai liar, kelinci,
dan belalang. Perhatikan Hadist Rasullah berikut ini

1) DariAbu Musa r.a., ia herkata, “Aku pernah melihatNahi saw. makan (daging)
ayam.” (H.R. Bukhari dan Tirmizi)
2) DariAsma bintiAhu Bakar r.a., ia berkata, “Di zaman Rasulullah saw, kami pernah
menyembelih kuda dan kami memakannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
3) Abu Qatadah ra. tentang kisah keledai liar. Nabi saw. makan sebagian dan daging
keledai itu. (Muttafaq ‘Alaih)
4) Dan Anas r.a. dalam kisah kelinci, ia berkata, “Ia menyembelihnya, lalu dikirimkan
daging punggungnya kepada Rasulullah saw., lalu heliau menerimanya.” (Muttafaq
‘Alaih).
5) Dari lbnuAbiAufa r.a., ia berkata, “Kami herperang bersamaRasulullah saw. Tujuh
kali perang. Kami memakan belalang.” (Muttafaq ‘Alaih)

Dalam hukum Islam, semua jenis binatang yang tidak ditegaskan tentang keharamannya,
berarti halal untuk dimakan. Akan tetapi, kita dalam memperoleh daging yang halal, tentu
harus menyembelihnya terlebih dahulu, kecuali belalang dan ikan. Binatang yang mati
bukan karena disembelih termasuk bangkai dan hukumnya haram.
Dalam menyembelih pun tidak asal mematikan binatang begitu saja, tetapi harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan syarak. Apabila cara menyembelihnya salah, mengakibatkan
binatang yang sebenarnya halal dapat berubah menjadi haram. Adapun yang dimaksud
menyembelih adalah memutuskan jalan makan, minum, jalan napas, dan urat nadi pada
leher binatang yang disembelih dengan alat tertentu sesuai dengan ketentuan syarak.
Orang yang menyembelih binatang harus memenuhi syarat-syaratnya.
Syarat- syarat itu adalah sebagai berikut
1) Beragama Islam, penyembelihan yang dilakukan oleh orang kafir atau orang
musyrik, hukumnya tidak sah Oleh karena itu daging binatang yang disembelih tersebut
hukumnya haram.
2) Berakal sehat, penyembelihan yang dilakukan oleh orang yang gila atau mabuk,
hukumnya tidak sah. Oleh karena itu, daging binatang yang disembelih tersebut
hukumnya haram.
3) Mumayiz, artinya sudah dapat membedakan antara yang benar dan salah.
Penyembelihan yang dilakukan oleh anak-anak, tidak sah.
Selain itu, Binatang yang hendak disembelih harus memenuhi syarat sebagai berikut.
• Binatang yang akan disembelih benar-benar masih dalam keadaan hidup.
• Binatang yang akan disembeh binatang yang halal hukumnya.

Adapun Syarat-Syarat Alat Penyembelihan, adalah sebagai berikut:


1) tajam;
2) tidak runcing dan tidak tumpul;
3) terbuat dan besi, baja, batu, bambu, atau kaca;
4) bukan kuku, gigi, atau tulang.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.yang artinya “Sesuatu yang dapat men
gucurkan darah dan yang disembelih dengan menyebut nama Allah maka makanlah,
kecuali dengan menggunakan gigi dan kuku. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dalam Penyembelihan. Ada beberapa hal yang disunahkan dalam menyembelih,


antara lain
a. menghadap kiblat;
b. menyembelih pada pangkal leher;
c. menggunakan alat yang tajam;
d. mempercepat dalam menyembelih;
e. melepaskan tali pengikat setelah disembelih;
f. berlaku baik dalam menyembelih, tidak kasar, dan tidak lamban.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.yang artinya: “Sesungguhnya Allah
menetapkan supaya berbuat baik terhadap sesuatu. Apahila kamu memhunuh,
bunuhlah dengan baik. Apabila kamu hendak menyembelih, sembelihlah dengan baik,
dan hendaklah memperta jam pisaunya serta memherikan kesenangan terhadap
binatang yang disembelih.” (H.R. Muslim)

Menyembelih binatang, seharusnya pada bagian leher karena jalan napas, jalan makan
dan minum, serta urat nadi terletak pada leher. Meskipun demikian, binatang yang liar
dan sulit untuk disembelih pada bagian lehernya, misalnya jatuh ke lubang atau ke
sumur dalam posisi kepala di bawah atau sulit ditangkap, dapat disembelih dengan
cara melukai bagian tubuh yang dapat mematikannya. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah saw.yang artinya: “Dari Abu Usvra ,dart ayahnya, ia berkata
bahwaRasuluilah saw. ditanya, Apakah tidak ada penyembehhan itu selain di
kerongkongan dan di leher? Beliau bersabda, “Kalau kamu tusuk pahanya. niscaya
memadailah itu.” (H.R. Tirmizi)

Ada dua cara dalam menyernbelih binatang, yaitu secara tradisional dan secara
mekanik.
a. Cara Menyembelih Binatang secara Tradisional
Adapun menyembelih binatang secara tradisional adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan peralatan untuk menyembelih dan binatang yang akan disembelih.
2) Hewan yang akan disembelih dibaringkan ke kiri sehingga menghadap kiblat.
3) Lehemya diletakkan di atas lubang penampungan darah yang sudah disiapkan
terlebih dahulu.
4) Kaki-kaki binatang yang akan disembelih diikat atau dipegang kuat-kuat,
kepalanya ditekan ke bawah agar tanduknya menancap ke tanah.
5) Mengucapkan basmalah, kemudian alat penyembelih yang sudah disiapkan
langsung digoreskan pada leher binatang yang disembelih sehingga jalan makan,
minum, dan nafas, serta kedua urat nadi kanan dan kiri leher putus.
6) Kemudian, tali pengikat pada binatang tersebut dilepaskan agar memudahkan dan
mempercepat kematiannya.

b. Cara Menyembelih Binatang secara Mekanik


Menyembelih binatang secara mekanik merupakan cara yang modem dan sah
hukumnya. Penyembelihan seperti ini lebih cepat sehingga binatang yang disembelih
tidak merasakan sakit berkepanjangan.

B. Binatang yang dharamkan


Binatang yang diharamkan itu disebabkan empat hal, yaitu karena nasAl-Qur’an dan
hadis, karena diperintah membunuh, karena dilarang membunuh, dan karena menjijikkan.
1. Haram karena Nas AI-Qur’an atau Hadist
Binatang yang haram karena nas dalam Al-Qur’an atau hadis, antara lain
a. babi;
b. khimar jinak (keledai);
c. binatang buas atau binatang bertaring;
d. burung yang berkuku tajam dan berparuh kuat;
e. binatang jalalah (binatang yang sebagian besar makanannya adalah kotoran).
Babi diharamkan berdasarkan firman Allah swt. dalam SuratAl-M’idahAyat 3 yang
artinya “Diharamkan bagi kamu (memakan) bangkai, darah, daging babi.”

Khimar jinak diharamkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Yang artinya: Dan Jahir bahwa Nahi Muhammad saw. telah melarang memakan daging
khimar jinak. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Binatang buas yang bertaring, seperti kucing, singa, harimau, beruang, serigala, dan anjing
diharamkan berdasarkan sabda Rasulullah saw. Yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah
saw. bersabda, “Tiap-tiap hinatang buas yang mempunyai taring haram dimakan. (H.R.
Muslim dan Tirmizi)
Burung buas yang berkuku tajam untuk berburu, seperti elang dan rajawali diharamkan
berdasarkan sabda Rasulullah saw. Baca dan pahamilah sabda Rasulullah saw. Yang artinya:
“Rasulullah saw. melarang (memakan) tiap-tiap burung yang mempunyai kuku tajam.”(H.R.
Muslim)

Jalalah adalah binatang yang makanannya sebagian besar kotoran yang najis. Binatang itu
diharamkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya Dan Ibnu
Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. melarang memakan binatangjalalah (binatang
pemakan kotoran) dan melarang pu/a meminum susunya.” (H.R.Ibnu Majah)
Binatang yang diharamkan karena kita diperintah supaya membunuhnya, antara lain
a) ular;
b) burunggagak;
c) burung elang;
d) tikus;
e) anjing gila.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang artinya “Lima macam binatang yang semua
merusak dan hendaklah dibunuh, baik di tanah halal maupun di tanah haram; (yaitu) ular;
burung gagak, tikus, anjing gila, dan hurung elang. (H.R. Muslim)

Ada beberapa binatang yang diharamkan karena kita dilarang membunuhnya, yaitu semut,
lebah madu, burung hud-hud, dan burung suradi. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya: Dan Ibnu A bhas, Nabi saw. telah melarang
membunuh empat macam binatang, (yaitu) semut, lehah, hurung hud-hud, dan burung
suradi. (H.R. Ahmad)

Selian itu, ada pula binatang yang diharamkan karena menjijikkan keadaannya, seperti
belatung, pacet, cacing, dan lintah. Baca dan pahamilah firman Allah swt. Yang Artinya:
“Dan (Allah) men ghalalkan bagi mereka sega/a yang balk dan men gharamkan bagi mereka
sega/a yang buruk .... (Q.S. A1-A’raf: 157)
Selain binatang yang diharamkan karena empat hal tersebut, ada juga hinatang yang asalnya
halal menjadi haram karena sebab-sebab tertentu. Binatang-binatang tersebut adalah
a. disembelih dengan menyebut selain nama Allah swt.;

b. mati tercekik;
c. terpukul atau tertabrak kendaraan;
d. karenajatuh;
e. karena ditanduk binatang lain;
f. karena diterkam binatang buas;
g. disembelih untuk berhala.

Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mã’idah Ayat 3. yang artinya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala .... (Q.S. A1-Mã’idah: 3)

PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM

A. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.


Sebelum Islam datang bangsa Arab berada pada masa Jahiliyah (kebodohan). Mereka berada
dalam kegelapan akidah dan ilmu pengetahuan. Di sisi keilmuan tercatat sekitar 17 orang
Quraisy yang pandai baca tulis.
Turunnya wahyu pertama tidak hanya pertanda dimulainya pemurnian akidah tetapi juga
dorongan untuk menggali ilmu. Bukankah surat Al ’Alaq diawali dengan ”Iqra!” (bacalah)?.
Di kalangan kaum Muslimin sendiri sahabat yang pandai baca tulis masih sedikit, diantaranya
Zaid ibn Tsabit yang kemudian menjadi penulis wahyu Rasulullah.

Setelah memperoleh kemenangan di perang Badar, kaum muslimin banyak menawan


pasukan Quraisy. Diantara para tawanan tersebut terdapat beberapa orang yang pandai baca
tulis. Untuk memperoleh kebebasannya kembali salah satu tebusannya mereka harus
mengajar baca tulis kepada kaum Muslimin.
Rasulullah sendiri sangat memperhatikan masalah ilmu pengetahuan. Beberapa hal yang
melandasi pengembangan ilmu pengetahuan pada jaman Rasulullah adalah :
a. Wahyu pertama di awali dengan perintah membaca. Membaca adalah kemampuan awal
dalam menggali ilmu pengetahuan.
b. Bangsa Arab pada umumnya mempunyai daya hafal yang tinggi.
c. Rasulullah membangun tradisi menulis dengan menunjuk Zaid ibn Tsabit sebagai penulis
wahyu.
d. Al Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan. Disamping itu di dalam Al Quranpun
terdapat dorongan untuk menuntut ilmu : ... Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadilah : 11)

Dengan landasan tersebut Rasulullah meneladani, membimbing dan mendorong para sahabat
untuk beriman dan berilmu, sebagaimana sabdanya yang artinya : Menuntut ilmu hukumnya
wajib bagi Muslimin dan Muslimat (HR. Ibnu Abdil Bar)
Rasulullahpun mendorong para sahabat untuk menuntut ilmu ke luar Arab, dengan
mengatakan “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”.
Dengan bimbingan Rasulullah muncullah sahabat-sahabat yang memiliki kemampuan dalam
bidangnya. Misalnya :
a. Umar ibn Khaththab ahli dalam bidang hukum dan manajemen lembaga pemerintahan.
b. Abdullah ibn Umar merupakan salah satu pengumpul hadits.
c. Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Kaab menguasai bidang tafsir.
d. Abdullah ibn Abbas mahir dalam asbabun nuzul (sebab turunnya ayat Al Quran), faraid
(waris) dan sejarah peperangan Rasulullah.
Pada masa Khulafaur Rasyidin ilmu pengetahuan berkembang pesat terutama pada masa
Khalifah Umar ibn Khaththab. Pada masa ini wilayah Islam semakin luas meliputi Syiria,
Mesir, Palestina dan Persia. Dalam proses perluasan itu terjadi kontak dengan budaya dan
bahasa di daerah-daerah baru. Syiria, Mesir dan Palestina sebelumnya merupakan daerah
jajahan Romawi lambat laun masuk dalam wilayah kekhalifahan Islam. Di beberapa kota
yang terdapat di wilayah tersebut seperti Iskadariyah dan Antiokia telah berkembang
kebudayaan Yunani yang dibawa bangsa Romawi. Beberapa orang ilmuwan ada yang masuk
Islam. Selanjutnya mereka mengembangkan ilmunya sehingga menambah khazanah dalam
kebudayaan Islam, terjadilah asimilasi dalam bidang bahasa, adat istiadat, pemikiran dan
bidang–bidang lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan Islam berasal dari dua sumber
utama, yaitu Al Quran/Al Hadits dan kontak dengan budaya baru.
Pertama, sebagai landasan utama ajaran Islam Al Quran dan Al Hadits melahirkan kajian-
kajian dan dampak sebagai berikut :
a. Ilmu nahwu (tatabahasa Arab), dasar-dasarnya dikembangkan oleh Ali ibn Abi Thalib,
kemudian disempurnakan oleh Abul Aswad Al Dualy.
b. Ilmu tafsir, para pengkaji pertamanya adalah Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Abbas,
Abdullah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Kaab.
(Lebih lanjut akan dibahas pada ”Perkembangan Ilmu Naqli” beberapa halaman mendatang)
c. Pengiriman guru ke luar Arab untuk menyebarkan ilmu agama Islam sudah dilakukan,
misalnya Abdullah ibn Mas’ud ke Kufah, Abu Musa dan Anas ibn Malik ke Basrah. Ilmu
agama Islampun berkembang dan memunculkan ahli ilmu di daerah-daerah baru wilayah
Islam.
d. Pembukuan Sunnah oleh Al Zuhri atas perintah khalifah Umar.
e. Umat Islam tertarik mempelajari budaya, kaidah dan ilmu yang berkembang di kalangan
orang Yahudi dan Nasrani.
Kedua, telah disebutkan bahwa kontak budaya dengan bangsa lain membuat kaum Muslimin
menyerap pengetahuan-pengetahuan baru bangsa-bangsa lain tersebut yang selanjutnya
menjadi bagian dari budaya Islam. Dari kebudayaan Persia dan Byzantium kaum Muslimin
mengambil cara pengorganisasian negara, militer, gaya upacara dan seni. Dari bangsa India
mereka mengambil matematika dan astronomi. Dari bangsa Yunani mengambil filsafat dan
ilmu. Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan baru tersebut diramu dengan ajaran-ajaran Islam
sehingga muncullah pengetahuan dan budaya yang bercorak Islam.

B. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Khalifah Bani Umayyah


Salah satu dampak semakin luasnya wilayah Islam adalah masuk Islamnya para ilmuwan
yang semula beragama Yahudi, Nasrani dan Zoroaster. Setelah menjadi Muslim, mereka
tetap memelihara ilmu yang mereka kuasai, bahkan ada yang mendapat jabatan di istana
khalifah dan mendapat perlindungan khalifah-khalifah Bani Umayyah, misalnya :
a. Khalid ibn Yazid, cucu Muawiyah tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Ia
mendorong penterjemahan buku-buku kimia dan kedokteran berbahasa Yunani ke bahasa
Arab.
b. Al Walid ibn Abdul Malik menaruh minat pada bimaristan (rumah sakit) sebagai tempat
berobat dan belajar. Ia memprakarsai pendirian bimaristan di Damaskus tahun 884 M.
c. Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan pembukuan hadits-hadits Nabi secara lengkap.
Beliau sendiri mempunyai dokter pribadi dari Iskandariyah.
d. Abdul Malik ibn Marwan mempunyai pejabat beragama Nasrani bernama Yahya al
Dimasyqi yang mempelopori tumbuhnya ilmu logika sehingga melahirkan kelompok
rasionalis Islam.

Secara garis besar ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Ilmu pengetahuan agama ( ’ulum al diniyyah) yang bersumber pada Al Quran dan
Hadits Nabi.
b. Ilmu sejarah (’ulum al tarikh) membahas perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
c. Ilmu bahasa (’ulum al lughah) mempelajari nahwu, sharaf. Ilmu bahasa Arab
berkembang pesat dan dipelajari di seluruh wilayah Islam, karena ditetapkan sebagai bahasa
resmi dan bahasa ilmiah.
d. Ilmu filsafat (’ulum al falasifa) yaitu ilmu yang berasal dari bangsa asing seperti ilmu
mantiq (logika), kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung. Kitab-kitab ilmu ini
diterjemahkan dari bahasa Yunani.

C. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Khalifah Bani Abbasiyah


Gerakan menumbuhkan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah dirintis oleh Khalifah
Ja’far al Mansur melalui pembukuan ilmu agama Islam (Ilmu naqli) dan penterjemahan
secara besar-besaran buku ilmu pengetahuan yang berasal dari luar; dan mencapai puncak
keemasan pada masa Khalifah Harun al Rasyid. Di kota Baghdad terdapat perpustakaan besar
Khizanat al Hikmah (Khalifah Harun al Rasyid) yang kemudian diubah menjadi Bayt al
Hikmah (khalifah Ma’mun).

Perkembangan ilmu pada masa ini dapat dikelompokkan menjadi ilmu naqli (bersumber pada
Al Quran dan hadits) dan ilmu aqli (bersumber pada pemikiran/rasio).

1. Perkembangan Ilmu Naqli.


Ilmu ini telah dirintis sejak Nabi hijrah ke Madinah, meliputi :
a) Ilmu Tafsir. Ilmu untuk menafsirkan atau menjelaskan ayat Al Quran agar mudah
dipahami. Cara menafsirkan Al Quran ada dua yaitu :
- Tafsir bil ma’tsur atau menafsirkan ayat dengan hadits Nabi. Tokoh-tokohnya adalah Ibnu
Jarir At Thabary, Ibn Athiyah Al Andalusi dan As Suda.
- Tafsir bir ra’yi atau menafsirkan ayat dengan akal. Tokoh-tokohnya antara lain Abu Bakar
Asma, Abu Muslim Muhammad Al Isfahany
b) Ilmu Hadits. Ilmu yang mengupas segala permasalahan hadits sekaligus usaha untuk
melestarikan hadits-hadits Nabi. Ahli hadits pada masa ini misalnya Imam Malik (Kitab Al
Muwaththa), Imam Syafi’i (Kitab Musnad), Imam Abu Hanifah (Musnad Abu Hanifah) dan
Imam Abdu Razaq ibn Hammam (Al Jami’).
c) Ilmu Kalam. Ilmu yang membahas masalah agama menggunakan kekuatan akal pikiran.
Ilmu ini digunakan untuk menangkis serangan argumen agama lain secara filsafati. Tokoh-
tokoh ilmu kalam adalah Washil ibn Atho, Abu H'uzail Al Allaf, Abu Hasan Al Asy’ari dan
Imam Ghazali.
d) Ilmu Tasawwuf. Inti ilmu ini adalah beribadah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah dengan meninggalkan kehidupan duniawi. Tokoh-tokohnya adalah Al Qushairy,
Syahabuddin Syahrowardy, Imam Al Ghazali.
e) Ilmu Bahasa. Ilmu ini mengupas segala hal yang berkaitan dengan bahasa Arab, sehingga
muncullah ilmu nahwu, sharaf, ma’ani, arudh, qamus, dan lain-lain. Tokoh-tokoh ilmi bahasa
Arab misalnya Sibawaihi, Muaz Al Harro, Al Kasai, Abu Usman Al Maziny.
f) Ilmu Fiqh. Ilmu yang membahas hukum-hukum Islam seperti ibadah dan muamalah
(hubungan antar manusia). Ulama-ulama fuqaha pada masa ini adalah Imam Abu Hanifah
(Madzhab Hanafi), Imam Malik (Madzhab Maliki), Imam Syafi’i (Madzhab Syafi’i), Imam
Ahmad ibn Hambal (Madzhab Hambali).

2. Perkembangan Ilmu Aqli.


Perkembangan ilmu ini diawali dengan penterjemahan buku-buku keilmuan berbahasa
Yunani.
a) Ilmu Filsafat. Dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan induk ilmu-ilmu aqliyah.
Tokoh-tokohnya adalah Al Kindi, Al Farabi, Ibn Sina, Al Ghazali, Ibn Rusyd (Averos),
b) Ilmu kedokteran. Disamping berkembang secara teoritis, ilmu ini juga berkembang pula
ilmu medis empiris (didasarkan pada pengalaman). Cabang-cabang ilmu kedokteran sudah
mulai berkembang seperti anatomi, fisiologi, patologi, dan bedah Tokoh ilmu medis pada
periode ini misalnya Hunayn ibn Ishaq, Ali ibn Sahl al Tabari, Al Razy (Razes), Ibn Sina
(Avicena), Ibn al Nafis.
c) Ilmu Optik. Meliputi kajian visi (penglihatan) fisik maupun geometris, refleksi sinar
pada cermin (catoptrik), pembakaran cermin dan fenomena atmosfir seperti pelangi. Tokoh-
tokohnya adalah Ibn Masawayh, Huhayn ibn Ishaq, Quata ibn Luqa, Tsabit ibn Qurrah, Ibn
Haytam (Alhazen) dan Kamal al Din al Farisy.
d) Ilmu Astronomi. Ilmu mempelajari tentang ruang angkasa dan pergerakan benda-benda
langit. Pertumbuhan ilmu ini ditandai dengan dibangunnya obsrvatorium di Jundaishapur.
Tokoh-tokoh terpenting adalah Al Fazari, Al Farghani, Al Battani (Albategnius), Al Biruni.
e) Matematika. Ilmuwan Muslim abad pertengahan banyak memberi¬kan sumbangan pada
petumbuhan matematika. Pada awalnya angka-angka yang dipakai berasal dari India (raqm al
Hindi) yakni angka 1,2,3,4,5, selanjutnya Al Khawarimi menciptakan angka 6,7,8,9 dan 0. Al
Khawarizmi juga menemukan Alqarism (logaritma) dan kalkulus. Demikian pula Al Tusi
yang menggali geometri aljabar dengan kajian kurva menggunakan rumus. Matematikawan
Muslim terkemuka abad ini adalah Al Khawarizmi, Umar al Khayyam (persamaan kubik dan
persamaan derajat).
f) Ilmu Kimia. Jabir bin Hayyan dikatakan sebagai “Bapak Ilmu Kimia”. Jabir membagi
benda terdiri atas tubuh (emas dan perak), nyawa (sulphur dan arsenik) dan akal (mercury
dan sal amoniak). Jabir juga memberikan dasar-dasar petunjuk mengenai penguapan
(evaporation), penyaringan (filtration), penghalusan (sublimation), pencairan (melting),
distillation dan crystallization. Tokoh lainnya adalah Al Razi yang membagi benda menjadi
unsure sayuran, hewan dan logam. Bahasa kimia modern banyak diambil dari karya Al Razi.
g) Ilmu Sejarah (Tarikh). Tokohnya adalah Al Waqidy, Al Maudy dan Al Thabary.
h) Geografi. Al Khawarizmi dikenal sebagai kartografer (pembuat peta) tertua. Tumbuhnya
ilmu ini berawal dari kisah perjalanan. Daerah-daerah yang sudah dapat digambarkan pada
saat itu adalah Timur Tengah, India, Ceylon, Malaya, Indonesia, Cina, Korea, Afrika dan
Eropa.Tokoh lainnya adalah Ibn Haykal, Al Biruni, Ibn Jubair, Ibn Batutah.
i) Seni Rupa. Seni rupa yang berkembang adalah kaligrafi, arsitektur, tekstil, logam,
tembikar, kristal.
j) Seni Musik, tokohnya antara lain Yunus ibn Sulaiman, Al Farabi (Alphanabius)
menciptakan alat musik Al Qanun (piano) dan Khalil ibn Ahmad.
k) Seni Sastra. Tokohnya adalah Umar al Khayyam, Abu Nuwas, Jalaluddin al Rumy, Abu
Faras. Pada masa ini berkembang cerita termasyhur dengan judul Alf Lailah wa Lailah
(Seribu Satu Malam) namun tidak diketahui secara jelas siapa pengarangnya.
l) Mesin dan Teknologi. Kajian-kajian ilmu hitung melahirkan ilmu baru yakni ilmu teknik,
selanjutnya menimbulkan alat-alat bantu seperti mesin dan teknologi terapan lainnya.
Ilmuwan bidang ini misalnyaAl Khazini dengan karyanya Kitab al Mizan al Hikmah (Buku
tentang keseimbangan kebijaksanaan), berisi kajian statis teoritis dan hidrostatis; Al Jazari
dengan karyanya Kitab fi Ma’rifat al Hiyal al Handasiyyah (Buku ilmu pengetahuan tentang
bagian mekanis) berisi teori dasar mesin. Karya-karya yang bersifat terapan antara lain
saluran air bawah tanah (qanat) di Iran dan bendungan di Afrika utara dan kincir air (norias)
di Sungai Orontes di Hama (Syria).
Pada masa ini masalah gravitasi juga sudah dibahas oleh Abu Sahl al Kuhi dan Abu Ishaq al
Shabi, yaitu mengenai penentuan pusat gravitasi. Kajian ini berlangsung jauh sebelum
Newton (abad 17).
Agar guru dapat menggambarkan dengan jelas perkembangan ilmu pengetahuan Islam dalam
perkembangan dunia serta perbandingannya dengan perkembangan ilmu di India, Cina dan
Eropa, berikut ini disajikan skema histories perkembangan ilmu pengetahuan dunia dan peta
penyebaran pemanfaatan produk iptek.

Anda mungkin juga menyukai