A. Sifat Dendam
1. Pengertian Dendam
Dendam merupakan salah satu perilaku yang tercela. Dendam artinya adalah
keinginan keras di dalam hati untuk membalas orang lain. Apabila orang lain berbuat
suatu kesalahan kepada seseorang, maka di dalam hati memiliki keinginan untuk
membalasnya pada waktu yang lain. Keinginan tersebut tertanam di dalam hati, dan
berusaha mencari kesempatan untuk melampiaskan dendamnya tersebut.
Islam tidak menginginkan umatnya menjadi pendendam, walaupun kepada orang kafir
sekalipun. Akan tetapi, Allah menghendaki hamba-hamba-Nya untuk menjadi hamba
yang pemaaf. Rasa benci dan amarah yang ada di dalam hati, hendaklah ditahan untuk
tidak dilampiaskan pada waktu yang lain. Orang yang mampu menahan amarah dan
memaafkan kesalahan orang lain termasuk orang yang bertakwa yang akan disediakan
surga oleh Allah swt.
Allah swt. berfirman dalam surah Ali Imran [2]:133-134
133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang yang ber-buat kebaikan,
Rasulullah saw bersabda:
ش ِد ْي ُد
َّ س ال َ َل ْي:سلَّ َم قَا َل
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا ُ ع ْنهُ أ َ َّن َر
َ ِس ْو َل هللا َ ُع َْن أ َ ِبى ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي هللا
َّ إِنَّ َما ال،ع ِة
ش ِد ْي ُد َ ص ْرُّ بِال )ب (رواه البخارى ومسلم ِ ضَ َسهُ ِع ْن َد ا ْلغ
َ يَ ْم ِلكُ نَ ْف
Dari Abu Hurairah R.A., Rasulullah saw bersabda, Orang yang hebat itu bukanlah orang
yang kuat pukulannya, sesungguhnya orang yang kuat adalah lyang mampu mengekang
hawa nafsunya kegika marah. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ciri-ciri Pendendam
Orang yang memiliki rasa dendam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Terdapat rasa benci di dalam hati terhadap orang yang didendami
2. Merasa tidak senang jika orang yang didendami mendapat suatu kebahagiaan atau
kenikmatan
3. Merasa senang jika orang yang didendami mendapat kesengsaraan, musibah atau
cobaan
4. Ingin berbuat jahat atau membalas kejahatan terhadap orang yang didendami
5. Memengaruhi orang lain, untuk mencelakakan atau menjauhi orang yang
didendami.
B. Sifat Munafik
1. Pengertian Munafik
Pengertian munafik yaitu orang yang zahirnya berbeda dengan isi hatinya. Orang-
orang yang berpura-pura setia kepada agama, tetapi pada hakikatnya tidak demikian.
Dalam pepatah dikatakan lain di mulut lain di hati. Pengertian munafik dari segi
akidah adalah menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan
keimanan dan lidahnya.
Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 8. “Dan di antara manusia ada yang
berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu
bukanlah orang-orang yang beriman.
Allah swt. berfirman Q.S. Al-Munafiqun [63]: 2
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang
telah mereka kerjakan.
2. Ciri-ciri munafik
Di dalam hadis, Rasulullah menyebutkan ciri-ciri orang yang munafik sebagai berikut.
ُ أَيَة:سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا َ ِس ْو ُل هللا ُ قَا َل َر:ع َْن أ َ ِبى ُه َر ْي َرةَ قَا َل
َ اؤت ُ ِم َن َخ
ان ْ ف َوإِذَا َ َع َد أ َ ْخل
َ ب َوإِذَا َو َ ََث َكذ
َ ث إِذَا َحد ٌ َق ثَالِ ِا ْل ُمنَاف
)(رواه البخارى ومسلم
"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila berkata, ia berdusta, apabila
berjanji, ia mengingkari, dan apabila dipercaya, ia berkhianat."(H.R. Al-Bukhari no.
32 dan Muslim no. 89).
Pada hadis tersebut, ciri-ciri orang munafik sebagai berikut.
1. Apabila berkata, ia berdusta.
2. Apabila berjanji, ia mengingkari.
3. Apabila dipercaya, berkhianat.
Binatang ternak dihalalkan berdasarkan firman Allah swt. dalam Surat Al Ma’idah Ayat 1
yang artinya “Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu …”. Binatang yang dihalalkan adalah binatang buruan dan makanan yang
berasal dan laut. Hal berdasarkan firman Allah swt. dalam Surat Al-Mä’idah Ayat 96
yang artinya “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dan
laut sebagai makanan yang lezat hagimu dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.
(Q.S. A1-M’idah: 96)
Jenis binatang yang halal berdasarkan hadis, antara lain ayam, kuda, keledai liar, kelinci,
dan belalang. Perhatikan Hadist Rasullah berikut ini
1) DariAbu Musa r.a., ia herkata, “Aku pernah melihatNahi saw. makan (daging)
ayam.” (H.R. Bukhari dan Tirmizi)
2) DariAsma bintiAhu Bakar r.a., ia berkata, “Di zaman Rasulullah saw, kami pernah
menyembelih kuda dan kami memakannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
3) Abu Qatadah ra. tentang kisah keledai liar. Nabi saw. makan sebagian dan daging
keledai itu. (Muttafaq ‘Alaih)
4) Dan Anas r.a. dalam kisah kelinci, ia berkata, “Ia menyembelihnya, lalu dikirimkan
daging punggungnya kepada Rasulullah saw., lalu heliau menerimanya.” (Muttafaq
‘Alaih).
5) Dari lbnuAbiAufa r.a., ia berkata, “Kami herperang bersamaRasulullah saw. Tujuh
kali perang. Kami memakan belalang.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam hukum Islam, semua jenis binatang yang tidak ditegaskan tentang keharamannya,
berarti halal untuk dimakan. Akan tetapi, kita dalam memperoleh daging yang halal, tentu
harus menyembelihnya terlebih dahulu, kecuali belalang dan ikan. Binatang yang mati
bukan karena disembelih termasuk bangkai dan hukumnya haram.
Dalam menyembelih pun tidak asal mematikan binatang begitu saja, tetapi harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan syarak. Apabila cara menyembelihnya salah, mengakibatkan
binatang yang sebenarnya halal dapat berubah menjadi haram. Adapun yang dimaksud
menyembelih adalah memutuskan jalan makan, minum, jalan napas, dan urat nadi pada
leher binatang yang disembelih dengan alat tertentu sesuai dengan ketentuan syarak.
Orang yang menyembelih binatang harus memenuhi syarat-syaratnya.
Syarat- syarat itu adalah sebagai berikut
1) Beragama Islam, penyembelihan yang dilakukan oleh orang kafir atau orang
musyrik, hukumnya tidak sah Oleh karena itu daging binatang yang disembelih tersebut
hukumnya haram.
2) Berakal sehat, penyembelihan yang dilakukan oleh orang yang gila atau mabuk,
hukumnya tidak sah. Oleh karena itu, daging binatang yang disembelih tersebut
hukumnya haram.
3) Mumayiz, artinya sudah dapat membedakan antara yang benar dan salah.
Penyembelihan yang dilakukan oleh anak-anak, tidak sah.
Selain itu, Binatang yang hendak disembelih harus memenuhi syarat sebagai berikut.
• Binatang yang akan disembelih benar-benar masih dalam keadaan hidup.
• Binatang yang akan disembeh binatang yang halal hukumnya.
Menyembelih binatang, seharusnya pada bagian leher karena jalan napas, jalan makan
dan minum, serta urat nadi terletak pada leher. Meskipun demikian, binatang yang liar
dan sulit untuk disembelih pada bagian lehernya, misalnya jatuh ke lubang atau ke
sumur dalam posisi kepala di bawah atau sulit ditangkap, dapat disembelih dengan
cara melukai bagian tubuh yang dapat mematikannya. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah saw.yang artinya: “Dari Abu Usvra ,dart ayahnya, ia berkata
bahwaRasuluilah saw. ditanya, Apakah tidak ada penyembehhan itu selain di
kerongkongan dan di leher? Beliau bersabda, “Kalau kamu tusuk pahanya. niscaya
memadailah itu.” (H.R. Tirmizi)
Ada dua cara dalam menyernbelih binatang, yaitu secara tradisional dan secara
mekanik.
a. Cara Menyembelih Binatang secara Tradisional
Adapun menyembelih binatang secara tradisional adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan peralatan untuk menyembelih dan binatang yang akan disembelih.
2) Hewan yang akan disembelih dibaringkan ke kiri sehingga menghadap kiblat.
3) Lehemya diletakkan di atas lubang penampungan darah yang sudah disiapkan
terlebih dahulu.
4) Kaki-kaki binatang yang akan disembelih diikat atau dipegang kuat-kuat,
kepalanya ditekan ke bawah agar tanduknya menancap ke tanah.
5) Mengucapkan basmalah, kemudian alat penyembelih yang sudah disiapkan
langsung digoreskan pada leher binatang yang disembelih sehingga jalan makan,
minum, dan nafas, serta kedua urat nadi kanan dan kiri leher putus.
6) Kemudian, tali pengikat pada binatang tersebut dilepaskan agar memudahkan dan
mempercepat kematiannya.
Khimar jinak diharamkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Yang artinya: Dan Jahir bahwa Nahi Muhammad saw. telah melarang memakan daging
khimar jinak. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Binatang buas yang bertaring, seperti kucing, singa, harimau, beruang, serigala, dan anjing
diharamkan berdasarkan sabda Rasulullah saw. Yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah
saw. bersabda, “Tiap-tiap hinatang buas yang mempunyai taring haram dimakan. (H.R.
Muslim dan Tirmizi)
Burung buas yang berkuku tajam untuk berburu, seperti elang dan rajawali diharamkan
berdasarkan sabda Rasulullah saw. Baca dan pahamilah sabda Rasulullah saw. Yang artinya:
“Rasulullah saw. melarang (memakan) tiap-tiap burung yang mempunyai kuku tajam.”(H.R.
Muslim)
Jalalah adalah binatang yang makanannya sebagian besar kotoran yang najis. Binatang itu
diharamkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya Dan Ibnu
Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. melarang memakan binatangjalalah (binatang
pemakan kotoran) dan melarang pu/a meminum susunya.” (H.R.Ibnu Majah)
Binatang yang diharamkan karena kita diperintah supaya membunuhnya, antara lain
a) ular;
b) burunggagak;
c) burung elang;
d) tikus;
e) anjing gila.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang artinya “Lima macam binatang yang semua
merusak dan hendaklah dibunuh, baik di tanah halal maupun di tanah haram; (yaitu) ular;
burung gagak, tikus, anjing gila, dan hurung elang. (H.R. Muslim)
Ada beberapa binatang yang diharamkan karena kita dilarang membunuhnya, yaitu semut,
lebah madu, burung hud-hud, dan burung suradi. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya: Dan Ibnu A bhas, Nabi saw. telah melarang
membunuh empat macam binatang, (yaitu) semut, lehah, hurung hud-hud, dan burung
suradi. (H.R. Ahmad)
Selian itu, ada pula binatang yang diharamkan karena menjijikkan keadaannya, seperti
belatung, pacet, cacing, dan lintah. Baca dan pahamilah firman Allah swt. Yang Artinya:
“Dan (Allah) men ghalalkan bagi mereka sega/a yang balk dan men gharamkan bagi mereka
sega/a yang buruk .... (Q.S. A1-A’raf: 157)
Selain binatang yang diharamkan karena empat hal tersebut, ada juga hinatang yang asalnya
halal menjadi haram karena sebab-sebab tertentu. Binatang-binatang tersebut adalah
a. disembelih dengan menyebut selain nama Allah swt.;
b. mati tercekik;
c. terpukul atau tertabrak kendaraan;
d. karenajatuh;
e. karena ditanduk binatang lain;
f. karena diterkam binatang buas;
g. disembelih untuk berhala.
Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mã’idah Ayat 3. yang artinya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala .... (Q.S. A1-Mã’idah: 3)
Dengan landasan tersebut Rasulullah meneladani, membimbing dan mendorong para sahabat
untuk beriman dan berilmu, sebagaimana sabdanya yang artinya : Menuntut ilmu hukumnya
wajib bagi Muslimin dan Muslimat (HR. Ibnu Abdil Bar)
Rasulullahpun mendorong para sahabat untuk menuntut ilmu ke luar Arab, dengan
mengatakan “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”.
Dengan bimbingan Rasulullah muncullah sahabat-sahabat yang memiliki kemampuan dalam
bidangnya. Misalnya :
a. Umar ibn Khaththab ahli dalam bidang hukum dan manajemen lembaga pemerintahan.
b. Abdullah ibn Umar merupakan salah satu pengumpul hadits.
c. Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Kaab menguasai bidang tafsir.
d. Abdullah ibn Abbas mahir dalam asbabun nuzul (sebab turunnya ayat Al Quran), faraid
(waris) dan sejarah peperangan Rasulullah.
Pada masa Khulafaur Rasyidin ilmu pengetahuan berkembang pesat terutama pada masa
Khalifah Umar ibn Khaththab. Pada masa ini wilayah Islam semakin luas meliputi Syiria,
Mesir, Palestina dan Persia. Dalam proses perluasan itu terjadi kontak dengan budaya dan
bahasa di daerah-daerah baru. Syiria, Mesir dan Palestina sebelumnya merupakan daerah
jajahan Romawi lambat laun masuk dalam wilayah kekhalifahan Islam. Di beberapa kota
yang terdapat di wilayah tersebut seperti Iskadariyah dan Antiokia telah berkembang
kebudayaan Yunani yang dibawa bangsa Romawi. Beberapa orang ilmuwan ada yang masuk
Islam. Selanjutnya mereka mengembangkan ilmunya sehingga menambah khazanah dalam
kebudayaan Islam, terjadilah asimilasi dalam bidang bahasa, adat istiadat, pemikiran dan
bidang–bidang lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan Islam berasal dari dua sumber
utama, yaitu Al Quran/Al Hadits dan kontak dengan budaya baru.
Pertama, sebagai landasan utama ajaran Islam Al Quran dan Al Hadits melahirkan kajian-
kajian dan dampak sebagai berikut :
a. Ilmu nahwu (tatabahasa Arab), dasar-dasarnya dikembangkan oleh Ali ibn Abi Thalib,
kemudian disempurnakan oleh Abul Aswad Al Dualy.
b. Ilmu tafsir, para pengkaji pertamanya adalah Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Abbas,
Abdullah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Kaab.
(Lebih lanjut akan dibahas pada ”Perkembangan Ilmu Naqli” beberapa halaman mendatang)
c. Pengiriman guru ke luar Arab untuk menyebarkan ilmu agama Islam sudah dilakukan,
misalnya Abdullah ibn Mas’ud ke Kufah, Abu Musa dan Anas ibn Malik ke Basrah. Ilmu
agama Islampun berkembang dan memunculkan ahli ilmu di daerah-daerah baru wilayah
Islam.
d. Pembukuan Sunnah oleh Al Zuhri atas perintah khalifah Umar.
e. Umat Islam tertarik mempelajari budaya, kaidah dan ilmu yang berkembang di kalangan
orang Yahudi dan Nasrani.
Kedua, telah disebutkan bahwa kontak budaya dengan bangsa lain membuat kaum Muslimin
menyerap pengetahuan-pengetahuan baru bangsa-bangsa lain tersebut yang selanjutnya
menjadi bagian dari budaya Islam. Dari kebudayaan Persia dan Byzantium kaum Muslimin
mengambil cara pengorganisasian negara, militer, gaya upacara dan seni. Dari bangsa India
mereka mengambil matematika dan astronomi. Dari bangsa Yunani mengambil filsafat dan
ilmu. Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan baru tersebut diramu dengan ajaran-ajaran Islam
sehingga muncullah pengetahuan dan budaya yang bercorak Islam.
Secara garis besar ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Ilmu pengetahuan agama ( ’ulum al diniyyah) yang bersumber pada Al Quran dan
Hadits Nabi.
b. Ilmu sejarah (’ulum al tarikh) membahas perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
c. Ilmu bahasa (’ulum al lughah) mempelajari nahwu, sharaf. Ilmu bahasa Arab
berkembang pesat dan dipelajari di seluruh wilayah Islam, karena ditetapkan sebagai bahasa
resmi dan bahasa ilmiah.
d. Ilmu filsafat (’ulum al falasifa) yaitu ilmu yang berasal dari bangsa asing seperti ilmu
mantiq (logika), kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung. Kitab-kitab ilmu ini
diterjemahkan dari bahasa Yunani.
Perkembangan ilmu pada masa ini dapat dikelompokkan menjadi ilmu naqli (bersumber pada
Al Quran dan hadits) dan ilmu aqli (bersumber pada pemikiran/rasio).